PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
permukaan tubuh, dan disebabkan oleh berbagai macam penyebab (Susanto & Ari
2013). Penyakit kulit dapat juga disebabkan oleh jamur, virus, kuman, parasite.
kulit yaitu iklim yang panas dan lembab (Candra, Asmuji, Permatasari 2015).
dari kehidupan manusia (Muttaqin & Sari 2011). Penyakit kulit banyak dijumpai
di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut
tahun 2012 adalah 8,46 % kemudian meningkat di tahun 2013 sebesar 9%.
Penyebab penyakit kulit selain bakteri, parasit, maupun jamur yaitu kurangnya
pengetahuan tentang pentingnya menjaga kebersihan kulit. Hal ini didukung oleh
penelitian yang dilakukan oleh Lasaib, Joseph & Akilli (2015) sebesar 84,2 %
sebanyak 6.915.135 (2,9%). Jumlah ini mengalami peningkatan pada tahun 2012
yang jumlah penderita scabies diperkirakan 3,6% dari jumlah penduduk ( Depkes
RI, 2012 )
7
9
berpengaruh antara satu sama lainnya. Status kesehatan akan tercapai secara
personal hygiene yang baik. Personal hygiene adalah perawatan diri yang
dilakukan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan baik secara fisik maupun
dimana individu secara sadar dan atas inisiatif pribadi menjaga kesehatan dan
3
hygiene yang kurang, maka dapat mempermudah pertumbuhan jamur yang ada di
Hal ini didukung dari hasil penelitian Ni’mah dan Badi’ah (2015) sebesar
kulit disebabkan karena personal hygiene yang masih kurang. Personal hygiene
yang masih kurang mengakibatkan terjadinya penyakit kulit yang biasanya terjadi
di lingkungan yang padat hunian, seperti di asrama atau pondok pesantren. Hal ini
sudah melekat dengan mitos yang ada dari dahulu, apabila seseorang terkena
penyakit kulit terutama scabies, ilmu agama yang diajarkan akan meningkat.
Sehingga hal tersebut sudah menjadi hal yang dianggap biasa oleh para siswa,
umum presentase ajarnya lebih tinggi ilmu agama dari pada ilmu umum
(Ismihayati, 2013). Para pelajar disebut sebagai santri dan mereka tinggal
dimana santri tinggal bersama dengan teman-teman dalam satu kamar. Ditambah
lagi perilaku yang tidak sehat seperti menggantung pakaian dikamar, sering
bertukar benda pribadi ( pakaian atau alat sholat, handuk), tidur yang saling
2013)
9
berada di Ciamis. Dari hasil observasi pondok pesantren tersebut, peneliti memilih
hasil studi pendahuluan laporan klinik pondok pesantren Darussalam pada tahun
masih memiliki personal hygiene yang masih kurang yaitu dari 16 santri di dapat
hasil 62,5% santri dengan personal hygiene kurang seperti tidak mengganti
handuk di bawah terik sinar matahari setelah mandi, menggunakan sabun mandi
secara bersama, tidak mencuci tangan menggunakan sabun, tidak menjemur kasur
dalam seminggu sekali, dan tidak mengganti sprei dalam seminggu sekali.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
1. Lingkup Masalah
Masalah dalam penelitian ini dibatasi hanya pada hubungan personal hygiene
Tahun 2019.
9
2. Lingkup Metode
3. Lingkup Keilmuan
4. Lingkup Tempat
Ciamis.
5. Lingkup Sasaran
6. Lingkup Waktu
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
2. Bagi Pesantren
3. Bagi Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Scabies
A. Definisi Scabies
disebut kutu badan, penyakit ini juga mudah menular dari manusia ke manusia,
dari hewan ke manusia, dan sebaliknya (Widodo, 2013: 312). Menurut Sarwiji
(2011: 547) scabies merupakan infeksi kulit yang disebabkan oleh infestasi
Sarcoptes scabiei var. hominis (kutu mite yang membuat gatal) yang memancing
reaksi sensitivitas. Scabies muncul diseluruh dunia dan mudah terjangkit oleh
Penyakit ini dapat ditularkan secara langsung (kulit lewat kulit) seperti
langsung (melalui benda) melalui handuk, pakaian, bantal, sprai, dan selimut
Penyakit ini sering juga disebut dengan nama lain kudis, The itch, Seven
year itch, Gudikan, Gatal Agogo, Budukan atau Penyakit Ampera (Handoko,
buruk, miskin dan hidup dalam lingkungan yang padat dan kumuh (Susanto,
2009).
Penyakit kulit ini merupakan salah satu penyakit yang sangat mengganggu
aktivitas hidup dan kerja sehari-hari. Di berbagai belahan dunia, laporan kasus
9
scabies masih sering ditemukan pada keadaan lingkungan yang padat penduduk,
status ekonomi yang rendah, tingkat pendidikan yang rendah dan kualitas
hygiene pribadi yang kurang baik atau cenderung jelek (Djuanda, 2007).
B. Gejala Scabies
Gejala utama skabies adalah gatal, yang secara khas terjadi di malam hari.
Terdapat dua tipe utama lesi kulit pada scabies, yaitu terowongan dan ruam.
samping jari tangan dan kaki, sela-sela jari, pergelangan tangan dan punggung
beberapa centimeter, biasanya berliku-liku dan ada vesikel pada salah satu ujung
Ruam scabies berupa erupsi papula kecil yang meradang, yang terutama
terdapat di sekitar aksila, umbilikus dan paha. Ruam ini merupakan suatu reaksi
alergi tubuh terhadap tungau (Brown dkk,2002). Selain itu juga dapat terjadi lesi
C. Etiologi
tungau Sarcoptes scabiei, yang berbentuk bundar dan mempunyai empat pasang
kaki. Dua pasang kaki di bagian anterior menonjol keluar melewati batas badan,
dua pasang kaki bagian posterior tidak melewati batas badan. Selain itu,
9
buruk, kurang gizi, dan kondisi ruangan yang lembab, dan kurang mendapat
mengeras dan terletak pada thoraks. Thoraks dan abdomen menyatu membentuk
idiosoma, segmen abdomen tidak ada atau tidak jelas. Ukuran tungau betina
lebih kecil yakni 200-240 x 150-200 µm. Baik jantan maupun betina memiliki
bentuk seperti cakar yang berguna untuk mencengkeram kulit inang yang
memakan cairan sel. Tungau menggali hanya dilapisan bagian atas kulit dan
tidak pernah sampai di bawah stratum korneum. Tungau jantan akan mati setelah
mencapai jumlah 40-50 butir (Sudarsono 2012; Centers for Disease Control and
Telur akan menetas menjadi larva dalam waktu 2-4 hari. Sebagian larva
tinggal di dalam terowongan dan sebagian lain keluar dari terowongan menuju
makanan dan berkembang dalam kantung, setelah 2-3 hari larva keluar dari
tungau dewasa jantan atau betina dalam 3-6 hari. Siklus hidup dari telur sampai
bentuk dewasa berlangsung antara 10-14 hari. Pada kasus skabies klasik dapat
ditemukan 5-10 tungau betina yang hidup, sedangkan pada kasus skabies yang
sudah membentuk krusta, akan ditemukan ratusan bahkan jutaan tungau betina
(Sudarsono 2012; Griana 2013; Leone 2008; Centers for Disease Control and
Prevention 2010).
D. Patogenesis
Pada saat ini kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemukannya papula,
vesikel, urtika, dan lain-lain. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskorisasi
(lecet sampai epidermis dan berdarah), krusta (cairan tubuh yang mengering
E. Diagnosis
a. Pruritus nokturna, yaitu gatal pada malam hari yang disebabkan karena
aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
cm, dan pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. Tempat
F. Epidemiologi Scabies
dugaan bahwa setiap siklus 30 tahun terjadi epidemik scabies. Penyakit ini
banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda, tetapi dapat juga mengenai
semua umur, insiden semua pada pria dan wanita (Hendra, 2012).
sampai saat ini belum dapat dijelaskan, interval dari akhir suatu epidemik pada
permulaan epidemik berikutnya kurang lebih 10-15 tahun. Beberapa faktor yang
G. Klasifikasi Scabies
d. Scabies in cognito
gejala klinik (rasa gatal) tapi penyakitnya tetap ada dan tetap
menular.
Tipe ini jarang terjadi, namun bila ditemui kasus ini, dan terjadi
terbatas.
j. Scabies dishidrosiform
Jenis ini di tandai oleh lesi ber upa kelompok vesikel dan pustula
pada tangan dan kaki yang sering berulang dan selalu sembuh
H. Pencegahan Scabies
melakukan kontak langsung atau dekat dengan penderita harus diterapi dengan
peningkatan kebersihan diri dan lingkungan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:
2013:210).
2. Personal Hygiene
Menurut Dermawan dan Jamil (2013: 27), personal hygiene adalah suatu
kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana
diri baik apabila, orang tersebut dapat menjaga kebersihan tubuhnya yang
meliputi kebersihan kulit, tangan dan kuku, dan kebersihan genitalia. Pendapat
9
yang lainnya juga dikemukakan oleh Aziz Alimul H (2006: 116), personal
a. Kebersihan Kulit
parasit hewani dan lain-lain. Salah satu penyakit kulit yang disebabkan
karena parasit sangat mudah menularpada kulit. Selain itu scabies juga
untuk itu kita harus memakai barang pribadi secara individu. Meskipun
berikut:
a. Cuci sisir, sikat rambut dan perhiasan rambut dengan cara merendam
di cairan antiseptik.
b. Cuci semua handuk, pakaian, sprei dalam air sabun hangat dan
kering.
2007).
b. Mencuci kaki setiap selesai bermain di luar rumah dan sebelum tidur.
lembab, di
9
tanah kotor. Saat mandi bersihkan sela-sela kaki dan tangan. Untuk
ujung jari.
b. Mengkikir tepi kuku yang telah dipotong agar menjadi rapi dan
tidak tajam.
dijaga.
c. Kebersihan Genitalia
belakang (dubur) akan masuk kedalam alat genital. Jadi hal tersebut,
kering. Bila alat reproduksi lembab dan basah, maka keasaman akan
d. Kebersihan Pakaian
kejadian scabies.
e. Kebersihan Handuk
dan dari hasil uji statistik perilaku ini mempunyai hubungan dengan
kejadian scabies.
9
untuk:
4. Mencegah penyakit
5. Menciptakan keindahan
1) Body image
2) Praktik sosial
dalam melaksanakan mandi seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo.
4) Pengetahuan
5) Budaya
dimandikan.
9
6) Kebiasaan seseorang
Faktor Personal
Pengetahuan Hygiene
Sanita
Faktor si
Kesehatan
Lingkungan
air Scabies
Kepadatan
Penduduk
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Personal Hygiene:
Variabel pengganggu
** Pengetahuan
** Kepadatan Penduduk
Keterangan:
baru berdasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-
fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga
C. Variabel Penelitian
1. Variabel Bebas
Hygiene.
2. Variabel Terikat
Kejadian Scabies.
penduduk.
D. Definisi Operasional
Tabel 3.1
Definisi Operasional Dan Skala Pengukuran Variabel
N Variabe
Definisi Operasional Alat Ukur Kategori Skala
o l
Variabel Terikat
1. Ya
Penyakit kulit yang 2. Tidak
disebabkan oleh Wawancara Kriteria :
`1 Scabies investasi tunggal menggunaka Ya = Jika Responden Nominal
sarcoptesscabiei n kuessioner didiagnosa Scabies
(Djuanda, 2007) Tidak = Jika responden
tidak didiagnosa scabies
Variabel Bebas
Upaya tiap santri
untuk menjaga
kebersihan diri,
1. Hygiene Baik
khususnya
1. Hygiene
1. Kebersihan
Buruk
Kulit
Kriteria :
2. Kebersihan
1. Hygiene Baik,Jika
Kaki, Tangan
skor yang diperoleh
dan Kuku Wawancara
Personal responden = > 50% Nomina
1 3. Kebersihan menggunaka
Hygiene 1. Hygiene Buruk, Jika l
Genitalia n kuessioner
skor yang diperoleh
4. Kebersihan
responden=< 50%
Handuk
5. Kebersihan
(Leowaldi Purba,
Pakaian
2012:51)
6. Kebersihan
Tempat Tidur
dan Sprei
(Badri, 2008)
E. Metode Penelitian
(Faris, 2015).
1. Populasi Kasus
2. Sampel kasus
a. Kelompok kasus
b. Kelompok kontrol
c. Besar sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti atau
2
α
(N -1) d + Z 1−
2
( Z )
.P (1-P)
= 105,975
2,24
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = jumlah populasi
α
Z (1 - ) = nilai sebaran normal baku, besarnya tergantung tingkat kepercayaan,
Z
90 % = (1,645)2
ini ditentukan besar sampel adalah dikalikan 2 atau 1:1, sehingga besar
1. Teknik sampling
a. Kriteria inklusi
(informed consent)
Poskestren
b. Kriteria Eksklusi
G. Instrumen Penelitian
H. Pengumpulan Data
1. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari sumber
menggunakan kuisioner.
b. Data sekunder
adalah :
1. Survey pendahuluan
Darussalam
2. Tahap persiapan
3. Tahap Pelaksanaan
tempai penelitian.
1. Pengolahan Data
1) Scabies
a. Scabies (kode 1)
2) Personal Hygiene
Jumlah pertanyaan = 36
= 0 x 36= 0(0%)
= 1 x 36 = 36(100%)
Penentuan Kriteria dapat dilakukan sebagai berikut :
= 36-0
=0
kriteria objektif suatu variabel yaitu baik dan tidak baik, maka
Kategori (K) =2
=100-50= 50%
masukan data yang siap diolah dengan program SPSS versi 16 for
tersebut.
a. Analisis Univariat
yang terikat maupun variabel yang bebas dengan cara membuat tabel
distribusi frekuensi.
b. Analisis Bivariat
variabel bebas, digunakan uji statistik chi square, karena terdapat data
Uji chi square dilakukan dengan program SPSS versi 16,0 for
sehingga ada hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Nilai p
HASIL PENELITIAN
Pondok Pesantren Darussalam di dirikan oleh KH. Ahmad Fadlil pada tahun
1929, dan merupakan komitmen Darussalam sampai saat ini untuk berupaya
santri yang terdiri dari siswa kelas VII-IX sekolah MTS Darussalam dan kelas X-
20 kobong, setiap kobong terdiri dari 7 kamar dan setiap kamar terdiri dari 6
orang siswa.
Tabel 4.1
Distribusi Jumlah Responden Berdasarkan Kategori Kejadian Scabies di
Pondok Pesantren Darussalam Kabupaten Ciamis
Total
No Kategori
f %
1 Kasus 47 50
2 Kontrol 47 50
Jumlah 94 100
Berdasarkan Tabel 4.1 diketahui bahwa jumlah responden yang
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Responden menurut Jenis Kelamin Pada Kejadian
Scabies di Pondok Pesantren Darussalam Kabupaten Ciamis
Total
No Kategori
f %
1 Laki-Laki 49 52,1
2 Perempuan 45 47,9
Jumlah 94 100
berikut:
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur pada Kejadian Kejadian
Scabies di Pondok Pesantren Darussalam Kabupaten Ciamis
Total
No Kategori
f %
1 13-15 38 40,4
2 15-18 56 59,6
Jumlah 94 100
Berdasarkan tabel 4.3, diketahui bahwa responden umur 13-15
orang (59,6%).
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Perilaku Personal
Hygiene Pada Kejadian Scabies di Pondok Pesantren Darussalam
Kabupaten Ciamis
F %
Personal Hygiene
Ya Tidak Ya Tidak
Kebersihan Kulit
1. Mandi 2 kali Sehari 31 63 33 67
2. Mandi Menggunakan sabun 86 8 91,5 8,5
3. Menggosok Badan 71 23 75,5 24,5
4. Mandi Menggunakan Sabun Sendiri 77 17 81,9 18,1
5. Mandi Setelah Melakukan Kegiatan 39 55 41,5 58,5
6. Teman Pernah Memakai sabun milik sendiri 25 69 26,6 73,4
Kebersihan Kaki, Tangan dan Kuku
7. Mencuci tangan setelah membersihkan 13 81 13,8 86,2
tempat tidur
8. Mencuci tangan setelah membersihkan 45 49 47,9 52,1
kamar mandi
9. Memotong kuku seminggu sekali 28 66 29,8 70,2
10. Mencuci tangan pakai sabun setelah 50 44 53,2 46,8
BAK/BAB
11. Mencuci tangan pakai sabun setelah 12 82 12,8 87,2
menggaruk badan
12. Menyikat kuku menggunakan sabun saat 30 64 31,9 68,1
mandi
Kebersihan Genitalia
13. Mengganti pakaian dalam sesudah mandi 68 26 72,3 27,7
14. Mencuci pakaian dalam menggunakan
detergen 63 31 67 33
15. Menjemur pakaian dalam dibawah terik
matahari 40 54 42,6 57,4
16. Merendam Pakaian dalam disatukan dengan
yang lain 51 43 54,3 45,7
17. Membersihkan alat genital
18. Membersihkan alat genital sesudah 86 8 91,5 8,5
BAK/BAB 88 6 93,6 6,4
Kebersihan Handuk
19. Menggunakan Handuk sendiri 86 8 91,5 8,5
20. Menjemur handuk setelah mandi 52 42 55,3 44,7
21. Mencuci handuk bersamaan 53 41 56,4 43,6
22. Menggunakan handuk bergantian 68 26 72,3 27,7
23. Menjemur handuk dibawah terik matahari 37 57 39,4 60,6
24. Menggunakan handuk dalam keadaan kering 53 41 56,4 43,6
Kebersihan Pakaian
25. Mengganti pakaian 2 kali sehari 41 53 43,6 56,4
26. Bertukar pakaian dengan teman 13 81 13,8 86,2
27. Mencuci Pakaian dengan detergen 58 36 61,7 38,3
28. Menyetrika pakaian 45 49 47,9 52,1
29. Merendam pakaian disatukan 46 48 48,9 51,1
30. Menjemur Pakaian dibawah terik matahari 50 44 53,2 46,8
Kebersihan Tempat Tidur dan Sprei
31. Menggunakan sprei bersama 36 57 38,3 60,6
32. Tidur di tempat tidur sendiri 51 43 54,3 45,7
33. Teman pernah tidur di tempat tidur sendiri 8 86 8,5 91,5
34. Menjemur kasur seminggu sekali 15 79 16 84
35. Mengganti sprei seminggu sekali 16 78 17 83
36. Mencuci Sprei Disatukan 40 54 42,6 57,4
2. Analisis Bivariat
Tabel 4.5
Hubungan Personal Hygiene dengan Kejadian Scabies di Pondok
Pesantren Darussalam Kabupaten Ciamis Tahun 2019
BAB V
PEMBAHASAN
tungau scabies akan lebih berisiko untuk menderita scabies karena tungau
sabun merupakan salah satu cara untuk memelihara kebrsihan kulit. Kulit
maka hal ini dapat menekan proses infestasi tungau scabies. Pada santri
kebersihan sprei dan tempat tidur. Hal ini termasuk ke dalam upaya
Padang tahun 2015. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian Sa’adatin
Lingkat Timur Bengkulu dimana dari hasil uji statistik diperoleh nilai p
value=0,012 artinya terdapat hubungan yang bermakna antara personal
B. Keterbatasan Penelitian
A. Simpulan
personal hygiene buruk beresiko mengalami scabies 2,616 kali lebih besar
B. Saran
sebagai berikut:
2. Bagi Peneliti