LOGO
Disusun oleh:
……………………
……………………….
SEKOLAH ……………………………………
Alamat: …………………………………………………………
Tlp. …………………………….
KATA PENGANTAR
Puji syukur dengan tulus dipersembahkan ke hadirat Allah swt. Karena hanya
atas ridha dan karunia-Nyalah maka kami masih dapat menyelesaikan makalah
desain pembelajaran “Manajemen Dana Bank Syariah”. Makalah ini berisi tentang
hal-hal yang berhubungan dengan Manajemen Bank Syariah khususnya dalam Mata
Pelajaran KK Syariah.
Kami berharap semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi siapa saja
yang membacanya untuk menambah pengetahuan kita tentang pentingnya
manajemen perbankan islam . Akhir kata, kami mohon maaf atas kesalahan yang
terdapat dalam makalah ini sebelumnya. Semoga Allah swt menerima makalah ini
sebagai bagian amal ibadah dari kami. Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
A. PENGERTIAN ..............................................................................................1
A. KESIMPULAN .............................................................................................11
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN
Bank sebagai salah satu lembaga keuangan yang memiliki fungsi menghimpun dana
masyarakat. Dana yang telah terhimpun, kemudian disalurkan kembali kepada
masyarakat. Kegiatan bank mengumpulkan dana disebut dengan kegiatan Funding.
Sementara kegiatan menyalurkan dana kepada masyarakat oleh bank disebut dengan
financing dan lending. Dalam menjalankan dua aktivitas besar tersebut, bank
syari’ah harus menjalankan sesuai dengan pengumpulan dan penyaluran dana
menurut Islam. Namun bagi syari’ah, disamping harus memenuhi tuntutan kaidah
Islam, juga mengikuti kaidah hukum perbankan yang berlaku dan telah diatur oleh
bank sentral.
Jika dilihat dari sisi fungsi bank syari’ah mengumpulkan dana dan menyalurkan dan
itu kembali kepada masyarakat, maka bank syari’ah berfungsi sebagai perantara
keuangan (financial intermediary) antara pihak surplus kepada pihak minus. Maka
daripada itu, dalam makalah ini akan kami bahas mengenai manajemen dana bank
syari’ah.
BAB II
PEMBAHASAN
Bank sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki fungsi untuk menghimpun dana
masyarakat. Dana yang telah terhimpun, kemudian disalurkan kembali kepada
masyarakat.kegiatan bank dalam mengumpulkan dana disebut dengan kegiatan
funding, sementara kegiatan menyalurkan dana kepada masyarakat disebut oleh bank
disebut dengan kegiatan financing atau lending. Dalam menjalankan dua aktivitas
besar tersebut, bank sayari’ah harus menjalankan sesuai dengan kaidah-kaidah
perbankan yang berlaku, namun bagi syari’ah disamping harus memenuhi tuntutan
kaidah islam, juga mengikuti kaidah hukum perbankan yang beraku dan telah diatur
oleh bank central.
Kunci keberhasilan manajemen bank adalah bagaimana usaha bank tersebut menarik
hati masyarakat sehingga peranannya sebagai financial intermediary berjalan dengan
baik. Oleh karena itu semua pelayanan bank terhadap masyarakat, peralatan canggih
yang dimiliki, keterampilan personel, dan lain-lain adalah dalam rangka menjalankan
peranannya selaku perantara keuangan, artinya menjalankan dua fungsi utama bank,
yaitu:
Jika dilihat dari fungsi sisi bank syari’ah mengumpulkan dana dan menyalurkan dana
kembali kepada masyarakat, maka bank syari’ah berfungsi sebagai perantara
keuangan antara pihak surplus kepada pihak minus. Dalam menjalankan fungsi
financial intermediary.
Manajemen dana bank syari’ah adalah upaya yang dilakukan oleh lembaga bank
syari’ah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktivitas
funding untuk disalurkan kepada aktivitas financing, dengan harapan bank yang
bersangkutan tetap mampu memenuhi criteria-kriteria likuiditas, rentabilitas dan
solvabilitasnya. Sebagaimana halnya dengan bank konvensional,bank syari’ah juga
mempunyai peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara satuan-satuan
kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana
(surplus unit) dengan unit-unit lain yang mengalami kekurangan dana (deficit unit).
Berbeda dengan bank konvensional, hubungan antara bank syari’ah dengan
nasabahnya bukan hubungan antara debitur dengan kredit, melainkan hubungan
kemitraan antara penyandang dana (shahibul mal) dengan pengelola dana
(mudharib). Oleh karena itu, tingkat laba Bank Syari’ah bukan saja berpengaruh
terhadap tingkat bagi hasil untuk para pemegang saham, tetapi juga berpengaruh
terhadap hasil-hasil yang dapat diberikan kepada nasabah menyimpan dana. Dengan
demikian, kemampuan manajemen untuk melaksanakan fungsinya sebagai
penyimpan harta, pengusaha dan pengelola investasi yang baik akan sangat
nenentukan usahanya sebagai lembaga intermediary dan kemampuanya
menghasilkan laba.[1]
Pokok-pokok permasalahan manajemen dana bank pada umumnya dan bank syari’ah
pada khususnya adalah sebagai berikut:
1. Berapa memperoleh dana dan dalam bentuk apa dengan biaya yang relative
murah
2. Berapa jumlah dana yang ditanamkan dan dalam bentuk apa untuk
memperoleh pendapatan yang optimal
3. Berapa besarnya dividen yang dibayarkan yang dapat memuaskan
pemilik/pendiri dan laba ditahan yang memadai untuk pertumbuhan Bank
Syari’ah.
Dari permasalahan yang ada diatas, maka manajemen dana bank syari’ah
mempunyai tujuan sebagai berikut:
Semua organisasi, baik yang berbentuk badan usaha swata, badan yang bersifat
publik ataupun lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan tentu mempunyai suatu
tujuan sendirI-sendiri yang merupakan motivasi dari pendiriannya. Manajemen di
dalam suatu badan usaha, baik industri, niaga dan jasa, tidak terkecuali jasa
perbankan, didorong oleh motif mendapatkan keuntungan (profit). Untuk mendapat
keuntungan yang besar, manajemen haruslah diselenggarakan dengan efisien. Sikap
ini harus dimiliki oleh setiap pengusaha dan manajemen dimanapun meeka berada,
baik dalam organisasi bisnis, pelayanan publik, maupun organisasi sosial
kemasyarakatan. Perbedaannya hanyalah pada falsafah hidup yang dianut oleh
masing-masing pendiri atau manajer badan usaha tersebut.
Manajemen yang kita kenal sekarang ini adalah manajemen barat yang
individualistis dan kapitalistis. Di dalam masyarakat yang individualistis,
kepentingan bersama dapat ditangguhkan demi kepentingan diri sendiri. Hal ini
disebabkan karena mereka telah meninggalkan nilai-nilai religius yang berdasarkan
hubungan tanggung jawab antara manusia dengan tuhannya, baik mengenai suruhan
yang ma’ruf dan pencegahan yang munkar, semata-mata ditunjukan untuk memenuhi
kebutuhannya.[4]
Pokok-pokok permasalahan manajemen dana bank pada umumnya dan bank syari’ah
pada khususnya adalah:
1. Beberapa memperoleh dana dan dalam bentuk apa dengan biaya yang relatif
murah
2. Berapa jumlah dana yang dapat ditanamkan dan dalam bentuk apa untuk
memperoleh pendapatan yang optimal
3. Berapa besarnya deviden yang dibayarkan yang dapat memuaskan
pemilik/pendiri dan laba ditahan yang memadai untuk pertumbuhan bank
syari’ah.
Dari permasalahan yang ada diatas, maka manajemen dana mempunyai tujuan
sebagai berikut:
Dari tujuan-tujuan diatas bila diamati akan terdapat kontradiksi antara tujuan yang
satu dengan yang lainya. Misalnya disatu sisi bertujuan untuk memperoleh laba yang
sebesar-besarnya. Tentunya ini dapat direalisasi dengan memberikan pembiayaan
yang sebesar-besarnya, namun disisi lain kita juga harus menyediakan dana kas
untuk memenuhi kewajiban-kewajiban segera dibayar yang harus didukung oleh
tersedianya dana yang memadai.
a. Modal sendiri yaitu simpanan pendiri (modal), cadangan dan hibah, infaq
atau shodakoh.
b. Simpanan atau hutang dari pihak lain
3. Pendapatan uasaha keuangan bank syariah berupa bagi hasil atau mark up dari
pembiayaan yang diberikan dan biaya administrasi serta jasa tabungan bank syariah
4. Biaya yang harus dipikul oleh bank syariah yaitu biaya operasi, biaya gaji
manajemen, kantor dan bagi hasil simpanan nasabah penabung.
Untuk mengatasi hal tersebut pihak bank syariah dapat melakukan kegiatan
manajemen sebagai berikut:
Sumber-sumber dana bank syariah pada dasarnya tidak memiliki banyak perbedaan
dengan bank konvensional, karena sama-sama berasal dari tiga dana atau tiga elemen
dasar jika kita perhatikan secara lebih seksama lagi, yaitu sebagaimana tersebut
dibawah ini:
Dana pihak pertama (Dana Pribadi) adalah sebuah dana yang berasal dari pemilik
bank syariah atau bisa juga berasal dari para pemegang saham, yang mana mereka
mengeluarkan dananya untuk operasional awal berdiri yang kemudian mereka
menambahkannya pada waktu dikemudian hari guna memperbesar bank tersebut.
Dana pihak pertama terbagi menjadi tiga macam, yaitu:
Yaitu modal yang dihimpun atau dikumpulkan pertama kali oleh pendiri bank
tersebut, yang biasanya modal ini dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan bank di awal mula berdirinya, seperti pelengkapan kantor, peralatan
kantor, dll.
b. Cadangan
Yaitu sebagian laba yang tidak dibagi, disisihkan untuk menutup timbulnya risiko
kerugian di kemudian hari.
c. Laba ditahan
Yaitu sebagian laba yang seharusnya dibagikan kepada para pemegang saham, tetapi
oleh pemegang saham sendiri melalui RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham)
diputuskan untuk ditanam kembali sebagai cara untuk menambah dana modal.
Yaitu dana yang biasanya digunakan ketika bank mengalami kesulitan dalam
mencari dana sendiri atau dalam mencari atau menghimpun dana dari masyarakat,
sehingga mengharuskan bank mencari bantuan dari dana lain untuk mencakupi
segala kebutuhan operasional bank dalam kurun waktu tertentu dan juga berfungsi
untuk mencapai CAR (Capital Adequacy Ratio/Minimum Modal) yang telah
ditetapkan BI. Pihak yang memberikan dana pihak kedua ada 4, yaitu:
a. Pinjaman dari bank lain didalam Negeri atau bisa juga disebut pinjaman antar
bank (interbank call money).
b. Pinjaman dari Lembaga Keuangan Bukan Bank (LKBB), yaitu kadang kala
pinjaman ini bukan berbentuk pinjaman, namun hanya berbentuk surat berharga
yang dapat diperjualbelikan sebelum tanggal jatuh tempo.
c. Pinjaman dari Bank Indonesia, yaitu pinjaman tersebut diberikan oleh Bank
Indonesia apabila bank tersebut ditunjuk untuk menjadi penyalur pinjaman-
pinjaman ke sektor-sektor usaha yang mendapatkan prioritas dari pemerintah
untuk dikembangkan, misalnya Kredit Usaha Tani (KUT) atau Kredit Usaha
Rakyat (KUR) dan sebagainya.
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Pengertian dari manajemen dana bank syariah adalah upaya yang dilakukan oleh
lembaga bank syariah dalam mengelola dan mengatur posisi dana yang diterima dari
aktifitas funding untuk disalurkan kepada aktivitas financing dengan harapan bank
yang bersangkutan tetap mampu memenuhi kriteria-kriteria likuiditas, rentabilitas,
dan solvabilitas. Pertumbuhan suatu bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan
kemampuannya menghimpun dana mayarakat baik yang berskala kecil maupun
besar dengan masa pengendapan yang memadahi. Sebagai lembaga keuangan maka
dana merupakan masalah bank yang paling utama. Tanpa dana yang cukup maka
bank tidak dapat melakukan fungsi-fungsinya sebagai financial intermediary secara
maksimal.
Pokok-pokok permasalahan manajemen dana bank pada umumnya dan bank syari’ah
pada khususnya adalah:
1. Beberapa memperoleh dana dan dalam bentuk apa dengan biaya yang relatif
murah
2. Berapa jumlah dana yang dapat ditanamkan dan dalam bentuk apa untuk
memperoleh pendapatan yang optimal
3. Berapa besarnya deviden yang dibayarkan yang dapat memuaskan
pemilik/pendiri dan laba ditahan yang memadai untuk pertumbuhan bank
syari’ah.