You are on page 1of 60

AD – ART

Anggaran Dasar
Anggaran Rumah
Tangga

Ikatan Bidan Indonesia


(IBI) Masa Bakti 2018 –
2023
Sambutan
Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia

Segala puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan
karunia-Nya Kongres XVI IBI 2018 dapat berjalan dengan lancar. Kongres merupakan forum
tertinggi tingkat nasional Ikatan Bidan Indonesia (IBI) yang dilaksanakan setiap 5 tahun
sekali. Melalui Kongres di evaluasi pelaksanaan program selama lima tahun yang lalu dan
disusun rencana program lima tahun kedepan. Selain hal tersebut juga dilaksanakan
pemilihan Ketua Umum dan 4 (empat) Pengurus Harian Pengurus Pusat IBI periode 2018-
2023 serta pengesahan perangkat-perangkat organisasi.

Kongres XVI IBI 2018 telah dilaksanakan pada tanggal 29 Oktober - 3 November 2018
bertempat di JIEXPO Kemayoran Jakarta dengan kegiatan Sidang Organisasi dan Sidang
Ilmiah. Kongres dihadiri oleh Pengurus Pusat, Pengurus Daerah, Pengurus Cabang, anggota
dan utusan Institusi Pendidikan Kebidanan.

Salah satu keputusan Kongres tersebut adalah ditetapkan Anggaran Dasar (AD) dan
Anggaran Rumah Tangga (ART) IBI 2018 – 2023 dengan nomor 004/SKEP/Kongres
XVI/IBI/X/2018 dan diamanatkan kepada Pengurus Pusat IBI 2018 – 2023 untuk menjadikan
AD dan ART tersebut sebagai acuan dalam mengelola organisasi.

Naskah Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IBI 2018 – 2023 hasil Kongres tersebut
diadakan perbaikan redaksional oleh Tim Perumus, sehingga tersaji seperti dalam buku ini,
dengan harapan dapat dijadikan acuan atau pedoman oleh semua jajaran kepengurusan
maupun anggota IBI seluruh Indonesia.

Terima kasih kepada semua pihak yag telah membantu kelancaran Kongres dan tersajinya
buku AD dan ART IBI ini, semoga amal ibadah kita mendapat pahala dari Tuhan Yang Maha
Kuasa.

Jakarta, Desember 2018

Dr. Emi Nurjasmi, Mkes


Ketua Umum

ii
ANGGARAN DASAR DAN
ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN BIDAN INDONESIA
MASA BAKTI 2018-2023

Hak cipta dilindungi undang-undang pada pengarang. Tidak diperkenankan memperbanyak


buku ini dalam bentul stensil, fotocopy atau cara lain tanpa izin tertulis pengarang.
DAFTAR ISI

Sambutan............................................................................................ii
Keputusan Kongres XVI IBI No. 004/SKEP/KONGRES XVI/X/2018 tentang
Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IBI............................................iii
Surat Keputusan Pemberlakukan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga........iv
Daftar Isi............................................................................................vi
Pancasila............................................................................................vii
Pembukaan (Preambul) UUD 1945...............................................................1
Lagu Indonesia Raya................................................................................2
Logo Ikatan Bidan Indonesia (IBI)................................................................3
Penjelasan Arti Logo IBI...........................................................................3
Sumpah atau Janji Bidan..........................................................................4
Pengertian Bidan...................................................................................5
Falsafah Kebidanan.................................................................................5
Mukadimah...........................................................................................7
Anggaran Dasar.....................................................................................8
Anggaran Rumah Tangga.........................................................................14
Organogram Ikatan Bidan Indonesia...........................................................37
Organogram Pengurus Pusat.....................................................................38
Organogram Pengurus Daerah...................................................................38
Organogram Pengurus Cabang..................................................................39
Organogram Pengurus Ranting..................................................................39
Susunan Pengurus Pusat IBI......................................................................40
Hymne IBI...........................................................................................41
Mars IBI.............................................................................................42
Sejarah IBI..........................................................................................43
Daftar Pelaksanaan Kongres IBI.................................................................48
Sejarah Pendidikan Bidan........................................................................49
PANCASILA

1. KETUHANAN YANG MAHA ESA

2. KEMANUSIAAN YANG ADIL DAN BERADAB

3. PERSATUAN INDONESIA

4. KERAKYATAN YANG DIPIMPIN OLEH HIKMAT KEBIJAKSANAAN


DALAM PERMUSYAWARATAN PERWAKILAN/PERWAKILAN

5. KEADILAN SOSIAL BAGI SELURUH RAKYAT INDONESIA


UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

PEMBUKAAN
(Preambule)

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa. Oleh sebab itu maka
penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan
dan perikeadilan.

Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah kepada saat yang
berbahagia dengan selamat sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu
gerbang kemerdekaan negara Indonesia, yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur.

Atas berkat dan rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur,
supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan
ini kemerdekaannya.

Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu Pemerintah Negara Indonesia yang
melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan
keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan Negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang
Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

1
INDONESIA RAYA
Cipt.: W.R. Supratman

Indonesia Tanah Airku


Tanah Tumpah Darahku
Di sanalah Aku Berdiri
Jadi Pandu Ibuku

Indonesia Kebangsaanku
Bangsa dan Tanah Airku
Marilah Kita Berseru
Indonesia Bersatu

Hiduplah Tanahku
Hiduplah Negeriku
Bangsaku
Rakyatku
Semuanya

Bangunlah Jiwanya
Bangunlah Badannya
Untuk Indonesia Raya

Indonesia Raya Merdeka Merdeka


Tanahku Negeriku Yang Kucinta
Indonesia Raya Merdeka Merdeka
Hiduplah Indonesia Raya
LOGO
IKATAN BIDAN INDONESIA

Penjelasan Arti Logo:

1. “Bentuk bundar, dilingkari oleh garis merah putih” yang berarti persatuan abadi.

2. “Buah Delima” adalah buah yang berisi biji (bibit) dan air lambang kesuburan.

3. “Dua Helai Daun” berarti lambang kemampuan dari pihak laki-laki dan perempuan
untuk memberi hidupnya bibit.

4. ”Ular & Cawan” melambangkan simbol Dewa Aesculapius dan Dewi Hygea yang berarti
pelayanan kebidanan memelihara dan mempertahankan biji (bibit) agar tumbuh &
berkembang dengan baik.

5. “Buah Delima merekah” menggambarkan buah delima yang sudah matang, mengandung
biji-biji yang matur dan sehat dapat melanjutkan hidup baru/generasi penerus yg sehat
dan berkualitas dan bidan adalah seorang yang siap untuk menghantar biji-biji yang
matur dan sehat menjadi generasi penerus yang sehat dan berkualitas.
SUMPAH ATAU JANJI BIDAN

Para lulusan pendidikan kebidanan diberikan Ijazah Bidan sebagai tanda lulus dan
diwajibkan mengucapkan sumpah atau Janji Bidan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Lafal sumpah atau janji Bidan adalah sebagai berikut :

Saya bersumpah atau berjanji bahwa saya:


1. Akan mengabdikan ilmu saya dengan jujur dan adil sejalan dengan profesi bidan
2. Akan mengabdikan diri saya dalam pelayanan kebidanan dan kesehatan tanpa
membedakan agama, pangkat, suku, dan bangsa
3. Akan menghormati kehidupan manusia sejak pembuahan
4. Akan membela hak dan menghargai tradisi budaya dan spiritual pasien yang saya layani
5. Tidak akan menceritakan kepada siapapun dan menjaga segala rahasia yang
berhubungan dengan tugas saya kecuali jika diminta pengadilan untuk keperluan
kesaksian
6. Akan menghormati, membina kerjasama, keutuhan dan kesetiakawanan dengan teman
sejawat
7. Akan menjaga martabat dan menghormati keluhuran profesi dengan terus menerus
mengembangkan diri untuk mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

Sumpah/janji ini saya ikrarkan dengan sungguh-sungguh dengan mempertaruhkan


kehormatan profesi saya sebagai bidan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberi kekuatan
kepada saya.

Keterangan:
Pengucapan sumpah profesi atau janji bidan dilakukan pada waktu wisuda/ setelah wisuda
dibimbing oleh Ketua Organisasi Profesi atau Wali Profesi yang ada di Institusi Pendidikan
yang bersangkutan. Naskah Sumpah Profesi ditanda tangani oleh yang membacakan naskah
sumpah, Wisudawati dan Rohaniawan sebagai saksi.

Wali Profesi adalah BIDAN, Anggota IBI, DAN MEMPUNYAI KTA, yang ada di Institusi
tersebut (antara lain Direktur, Kajur, Kaprodi atau Dosen) atas pendelegasian dari ketua
Organisasi Profesi IBI tingkat Pusat, Daerah, maupun Cabang.
PENGERTIAN BIDAN

Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program pendidikan


kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui secara sah oleh
pemerintah pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik kebidanan.

Bidan adalah tenaga profesional yang bertanggung-jawab dan akuntabel, yang bekerja
sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa
hamil, masa persalinan dan masa nifas, memfasilitasi dan memimpin persalinan atas
tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, bayi dan anak
balita. Asuhan ini mencakup upaya promotif dan preventif, mengoptimalkan proses
persalinan fisiologis dengan pendekatan bio psiko sosial kultural, spritual dan emosional,
melakukan deteksi dini risiko dan komplikasi pada ibu, bayi, dan anak balita serta
melaksanakan pertolongan pertama pada kegawat-daruratan.

Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak hanya
kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini mencakup
pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua, termasuk kesehatan perempuan,
kesehatan seksual, dan kesehatan reproduksi serta kesehatan bayi dan anak balita.

Bidan dapat praktik diberbagai fasilitas pelayanan kesehatan: Rumah Sakit, Puskesmas,
klinik, Praktik Mandiri, atau unit kesehatan lainnya.

FALSAFAH KEBIDANAN

Dalam menjalankan perannya bidan memiliki keyakinan yang dijadikan panduan dalam
memberikan asuhan. Keyakinan tersebut meliputi :
a. Hamil dan bersalin merupakan suatu proses alamiah dan bukan penyakit.
b. Perempuan adalah pribadi yang unik mempunyai hak, kebutuhan, keinginan masing-
masing. Oleh sebab itu perempuan harus berpartisipasi aktif dalam setiap asuhan yang
diterimanya
c. Fungsi utama profesi bidan adalah mengupayakan kesejahteraan ibu dan bayinya,
proses fisiologis harus dihargai, didukung dan dipertahankan. Bila timbul penyulit,
dapat menggunakan teknologi tepat guna dan rujukan yang efektif, untuk memastikan
kesejahteraan perempuan dan janin/bayinya
d. Perempuan harus diberdayakan untuk mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan
keluarganya melalui komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) dan konseling.
Pengambilan keputusan merupakan tanggung jawab bersama antara perempuan,
keluarga dan pemberi asuhan.
e. Tujuan utama asuhan kebidanan untuk menyelamatkan ibu, bayi, balita, kesehatan
reproduksi perempuan dan keluarga (mengurangi kesakitan dan kematian). Asuhan
kebidanan berfokus pada: promosi kesehatan yang bersifat holistik dan pencegahan,
diberikan dengan cara yang kreatif, fleksibel, suportif, dan peduli. Bimbingan,
monitoring dan pendidikan juga diberikan berpusat pada perempuan. Asuhan diberikan
berkesinambungan, sesuai dengan kebutuhan perempuan, tidak otoriter, serta
menghormati keputusan dan pilihan perempuan.
f. Praktik kebidanan dilakukan dengan menempatkan perempuan sebagai partner. Bidan
memiliki otonomi penuh dalam praktiknya yang menempatkan perempuan sebagai
pusat pelayanan.
g. Profesi bidan mempunyai pandangan hidup Pancasila dalam memberikan pelayanan
kebidanan. yang memandang semua manusia adalah mahluk bio-psiko-sosio-kultural
dan
spiritual yang unik merupakan satu kesatuan jasmani dan rohani yang utuh dan tidak
ada individu yang sama.
h. Setiap individu berhak memperoleh pelayanan kesehatan yang aman dan memuaskan
sesuai dengan kebutuhan dan perbedaan kebudayaan. Setiap individu berhak
menentukan nasib sendiri dan mendapatkan informasi yang cukup untuk berperan
disegala aspek pemeliharaan kesehatan.
i. Setiap individu berhak untuk dilahirkan secara sehat, untuk itu maka setiap wanita usia
subur, ibu hamil, melahirkan dan bayinya berhak mendapatkan pelayanan yang
berkualitas.
j. Setiap individu berhak untuk mendapatkan pelayanan yang berkualitas. Untuk itu
setiap ibu berhak melahirkan bayinya secara fisiologis dan bayi berhak dilahirkan
secara fisiologis dan sehat. Pengalaman melahirkan merupakan pengalaman yang
membahagiakan dan tak terlupakan. Tugas keluarga, mempersiapkan pemenuhan
kebutuhan anak sampai menginjak masa remaja.
k. Keluarga-keluarga yang berada di suatu wilayah/daerah membentuk kumpulan
masyarakat dan masyarakat Indonesia terhimpun didalam satu kesatuan bangsa
Indonesia. Masyarakat terbentuk karena adanya interaksi antara manusia dan budaya
dalam lingkungan yang bersifat dinamis, mempunyai tujuan dan nilai-nilai yang
terorganisir.
MUKADIMAH

1. Bahwa tujuan Kemerdekaan Negara Republik Indonesia adalah untuk melindungi


segenap bangsa Indonesia dan seluruh tanah tumpah darah Indonesia, untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

2. Bahwa tujuan perjuangan Ikatan Bidan Indonesia sesungguhnya merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan dari pergerakan bangsa Indonesia.

3. Bahwa Ikatan Bidan Indonesia sebagai salah satu kekuatan sosial, mempunyai hak,
tanggung jawab dan kewajiban yang sama dengan kekuatan sosial lainnya dalam rangka
mengisi kemerdekaan bangsa Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 demi masa depan yang lebih baik bagi keluarga, masyarakat dan
bangsa yang diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Esa.

4. Maka, seluruh anggota Ikatan Bidan Indonesia dalam pelaksanaan fungsinya sebagai
salah satu kekuatan sosial, mempersatukan diri dalam satu wadah yang menghimpun
semua potensi bidan di Indonesia yaitu “IKATAN BIDAN INDONESIA” (IBI) yang didirikan
secara nasional pada tanggal 24 Juni 1951 di Jakarta.

5. Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa, Ikatan Bidan Indonesia menyusun, menetapkan
dan melaksanakan Anggaran Dasar-nya yang diperbaharui sesuai dengan tuntutan
perubahan dan perkembangan zaman serta disyahkan dalam Kongres Ikatan Bidan
Indonesia dan di syahkan oleh Notaris.
ANGGARAN DASAR
IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
BAB I
NAMA, WAKTU, DAN KEDUDUKAN PENGURUS PUSAT

Pasal 1
NAMA
Organisasi ini bernama Ikatan Bidan Indonesia, disingkat IBI.

Pasal 2
WAKTU
Ikatan Bidan Indonesia didirikan secara nasional pada 24 Juni 1951 di Jakarta, untuk
jangka waktu yang tidak ditentukan

Pasal 3
KEDUDUKAN
Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia berkedudukan di Ibukota Negara Republik
Indonesia.

BAB II
AZAS, SIFAT, TUJUAN DAN KEGIATAN

Pasal 4
AZAS
Ikatan Bidan Indonesia berazaskan Pancasila.

Pasal 5
SIFAT
Ikatan Bidan Indonesia sebagai satu-satunya organisasi Bidan bersifat netral dijiwai oleh
filosofi dan kode etik bidan Indonesia.

Pasal 6
TUJUAN
Ikatan Bidan Indonesia bertujuan:
(1) Menggalang dan mempererat persatuan dan persaudaraan sesama bidan, organisasi
perempuan dan pihak terkait untuk mencapai visi dan misi.
(2) Membina dan mengayomi anggota serta mengembangkan dan meningkatkan
pendidikan, pengetahuan dan keterampilan terutama dalam lingkup kebidanan.
(3) Berperan serta dalam pembangunan, terutama dalam pemeliharaan dan peningkatan
derajat kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak.
(4) Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan serta memberdayakan perempuan dalam
masyarakat.

Pasal 7
KEGIATAN
Untuk mencapai tujuan sebagaimana tercantum dalam Pasal 6, IBI melakukan kegiatan ke
dalam dan keluar organisasi sesuai rencana kerja.
BAB III
KEANGGOTAAN

Pasal 8
ANGGOTA

(1) Anggota Ikatan Bidan Indonesia adalah bidan yang telah memiliki Surat Tanda Registrasi
dan Kartu Tanda Anggota yang masih berlaku.
(2) Ketentuan mengenai keanggotaan IBI diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

BAB IV
ORGANISASI DAN KEPENGURUSAN

Pasal 9
ORGANISASI
(1) Tingkat Nasional:
Kepengurusan di Tingkat Nasional dinamakan PENGURUS PUSAT berkedudukan di
Ibukota Negara.
(2) Tingkat Propinsi:
Kepengurusan di tingkat Propinsi dinamakan PENGURUS DAERAH dan berkedudukan di
Ibukota Propinsi.
(3) Tingkat Kabupaten/Kota:
Kepengurusan di tingkat kabupaten/kota dinamakan PENGURUS CABANG dan
berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota.
(4) Tingkat Kecamatan/Institusi:
Kepengurusan di tingkat kecamatan /unit Pelayanan Kesehatan/Institusi Pendidikan
dinamakan PENGURUS RANTING

Pasal 10
KEPENGURUSAN
(1) Pemimpin Organisasi disebut Ketua Umum
(2) Kepengurusan Organisasi selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

Pasal 11
TUGAS KEPENGURUSAN
(1) Memimpin organisasi sesuai dengan ketentuan AD dan ART serta kebijakan yang
ditetapkan oleh Kongres IBI.
(2) Tugas kepengurusan selanjutnya diatur dalam Anggaran Rumah Tangga
BAB V
KONGRES, MUSYAWARAH DAN RAPAT

Pasal 12
KONGRES
(1) Kongres merupakan wadah/forum tertinggi dalam organisasi Ikatan Bidan Indonesia
untuk menetapkan dasar dan tujuan organisasi serta kebijakan secara Nasional.
(2) Kongres diadakan setiap lima tahun sekali
(3) Dalam keadaan mendesak dapat diadakan Kongres Luar Biasa.
(4) Ketentuan tentang Kongres, Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang dan Musyawarah
Ranting diatur dalam Anggaran Rumah Tangga.

Pasal 13
RAPAT
(1) Diantara dua Kongres/Musda/Muscab/Musran diadakan Rapat Kerja Nasional
(Rakernas), Rapat Kerja Daerah (Rakerda), Rapat Kerja Cabang (Rakercab) dan Rapat
Kerja Ranting (Rakerran).
(2) Ketentuan tentang Rakernas, Rakerda, Rakercab dan Rakerran diatur dalam Anggaran
Rumah Tangga

Pasal 14
PENGAMBILAN KEPUTUSAN
(1) Pengambilan keputusan dalam Kongres dan rapat-rapat yang tersebut pada pasal-
pasal dalam BAB V dilakukan dengan musyawarah
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang pengambilan keputusan diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga

BAB VI
LAMBANG

Pasal 15

(1) Lambang atau logo Organisasi IBI adalah lingkaran yang didalamnya terdapat buah
delima merekah, cawan, ular dan dua helai daun.
(2) Logo Ikatan Bidan Indonesia, dengan Gambar sebagai Berikut
(3) Penjelasan lebih lanjut tentang arti logo IBI diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

(1) Keuangan IBI diperoleh dari :


1. Uang Pangkal
2. Iuran Anggota
BAB VII
KEUANGAN

Pasal 16
3. Sumbangan dalam bentuk apapun yang sah dan tidak mengikat
4. Penerimaan-penerimaan lain yang sah
5. Usaha lain yang sah
(2) Ketentuan lebih lanjut tentang keuangan diatur dalam Anggaran Rumah Tangga

BAB VIII
ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 17
Anggaran Rumah Tangga
(1) Hal-hal yang tidak diatur didalam Anggaran Dasar akan diatur didalam
Anggaran Rumah Tangga yang merupakan rincian pelaksanaan Anggaran Dasar.
(2) Anggaran Rumah Tangga dan peraturan pelaksanaan lainnya tidak boleh
bertentangan dengan Anggaran Dasar.

BAB IX
PEMBUBARAN

Pasal 18
Pembubaran Organisasi
(1) Organisasi dapat dibubarkan atas Keputusan Kongres.
(2) Berdasarkan permintaan tertulis yang ditandatangani oleh 2/3 (dua per tiga) jumlah
cabang yang diketahui Pengurus Daerah masing-masing dengan alasan yang obyektif.

BAB X
HAK MILIK DAN KEKAYAAN ORGANISASI

Pasal 19
(1) Hak milik organisasi yang berbentuk barang-barang bergerak dan tidak bergerak serta
kekayaan intelektual digunakan bagi kepentingan dan kelangsungan hidup organisasi.
(2) Apabila organisasi ini dibubarkan, maka hak milik dan kekayaan organisasi lainnya
diserahkan kepada masyarakat atau badan sosial lainnya.
(3) Tata cara pengelolaan hak milik dan aset organisasi akan diatur tersendiri.
BAB XI
PENUTUP

Pasal 20
Anggaran Dasar Ikatan Bidan Indonesia ini disahkan oleh Kongres XVI Ikatan Bidan Indonesia
tahun 2018 di Jakarta.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 30 Oktober 2018

KONGRES KE XVI IKATAN BIDAN INDONESIA


ANGGARAN RUMAH TANGGA
IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)
BAB I
PENJELASAN UMUM

Pasal 1
1. Bidan adalah seorang perempuan yang telah menyelesaikan program pendidikan
kebidanan baik di dalam negeri maupun di luar negeri yang diakui secara sah oleh
pemerintah pusat dan telah memenuhi persyaratan untuk melakukan praktik
kebidanan. Bidan adalah tenaga profesional yang bertanggung-jawab dan akuntabel,
yang bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan
nasehat selama masa hamil, masa persalinan dan masa nifas, memfasilitasi dan
memimpin persalinan atas tanggung jawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi
baru lahir, bayi dan anak balita. Asuhan ini mencakup upaya promotif dan preventif,
mengoptimalkan proses persalinan fisiologis dengan pendekatan bio psiko sosial
kultural, spritual dan emosional, melakukan deteksi dini risiko dan komplikasi pada
ibu, bayi, dan anak balita serta melaksanakan pertolongan pertama pada kegawat-
daruratan.
Bidan mempunyai tugas penting dalam konseling dan pendidikan kesehatan, tidak
hanya kepada perempuan, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Kegiatan ini
mencakup pendidikan antenatal dan persiapan menjadi orang tua, termasuk kesehatan
perempuan, kesehatan seksual , dan kesehatan reproduksi serta kesehatan bayi dan
anak balita.
Bidan dapat praktik diberbagai fasilitas pelayanan kesehatan : Rumah Sakit,
Puskesmas, klinik, Praktik Mandiri, atau unit kesehatan lainnya.
2. Ikatan Bidan Indonesia adalah organisasi profesi yang seluruh anggotanya terdiri dari
bidan dan merupakan satu-satunya wadah persatuan bidan Indonesia.
3. Ikatan Bidan Indonesia merupakan organisasi profesi kesehatan dan organisasi
perempuan.
4. Ikatan Bidan Indonesia berdiri secara Nasional pada tanggal 24 Juni 1951 atas prakarsa
perkumpulan bidan di Jakarta.
5. Ikatan Bidan Indonesia terdaftar di Departemen Dalam Negeri No.133 sesuai UU
No.08/1985
6. Ikatan Bidan Indonesia sebagai anggota KOWANI sejak tahun 1951 dengan nomor
keanggotaan No.13
7. Ikatan Bidan Indonesia sebagai Anggota International Confederation of Midwives (ICM)
sejak tahun 1956.
8. Ikatan Bidan Indonesia terdaftar di Departemen Kehakiman pada tanggal 15 Oktober
1954 dalam lembaran Negara nomor: J.A.5/92/7 Tahun 1954 yang diperbarui pada
tahun 2015 dengan Akta Notaris Khanief, S.H., M.Kn. nomor 6 tanggal 13 Agustus 2015
dan disahkan oleh Kemenkumham nomor AHU-112.AH.01.08 Tahun 2015 tentang
Persetujuan Perubahan Anggaran Dasar

Pasal 2
Ikatan Bidan Indonesia mempunyai Logo dengan bentuk dan identitas yang melambangkan:
1. “Bentuk bundar, dilingkari oleh garis merah putih” yang berarti persatuan abadi.
2. “Buah Delima” adalah buah yang berisi biji (bibit) dan air lambang kesuburan.
3. “Dua Helai Daun” berarti lambang kemampuan dari pihak laki-laki dan perempuan
untuk memberi hidupnya bibit.
4. ”Ular & Cawan” melambangkan simbol Dewa Aesculapius dan Dewi Hygea yang berarti
pelayanan kebidanan memelihara dan mempertahankan biji (bibit) agar tumbuh &
berkembang dengan baik.
5. “Buah Delima merekah” menggambarkan buah delima yang sudah matang, mengandung
biji-biji yang matur dan sehat dapat melanjutkan hidup baru/generasi penerus yg sehat
dan berkualitas dan bidan adalah seorang yang siap untuk menghantar biji-biji yang
matur dan sehat menjadi generasi penerus yang sehat dan berkualitas.

LOGO IBI :
Penataan bentuk dan warna logo sebagai berikut:
1. Lingkaran:
a. Luar : Merah darah
b. Tengah : Putih kertas dasar
c. Dalam : Hitam
2. Ular:
a. Warna : Hitam cobra, dengan garis-garis putih di lehernya.
b. Jenis : Cobra/Senduk.
3. Cawan:
a. Bentuk : Seperti corong, dengan bulatan atas berbentuk oval.
b. Warna : Putih kertas dasar dengan garis pinggir gambar warna hitam.
4. Daun dan Tangkai Delima:
a. Jenis : Daun delima
b. Warna : Hijau daun delima
c. Jumlah daun : 2 helai
5. Buah Delima:
a. Warna : Orange tua, ke bawah semakin muda warnanya, dimulai setengah
bagian buah delima ke bawah.
b. Biji : Warna merah biji delima, Jumlah biji besar 24, biji kecil 51
c. Mulut buah : Enam helai/bibir
6. Tulisan:
a. Formasi : Melingkar setengah lingkaran bawah.
b. Isi : IKATAN BIDAN INDONESIA
c. Warna : Merah darah
7. Bukaan/Rekahan Buah Delima:
a. Vertikal : 33%
b. Horizontal : 76%, dari atas sisa 20%, dari bawah sisa 13%
8. Ukuran Logo : Sesuai dengan kebutuhan dan ketentuan yang berlaku

BAB II
KEANGGOTAAN, HAK, KEWAJIBAN, SANKSI DAN BERHENTI

Pasal 3
KEANGGOTAAN
(1) Anggota Ikatan Bidan Indonesia adalah bidan yang memiliki Surat Tanda Registrasi dan
Kartu Tanda Anggota yang masih berlaku.
(2) Keanggotaan IBI sesuai dengan tempat domisili atau institusi tempat kerja.
(3) Jenis anggota IBI, terdiri dari:
a. Anggota Biasa
b. Anggota Partisipatif
(4) Anggota Biasa adalah anggota IBI yang memiliki STR dan aktif membayar iuran.
(5) Anggota Partisipatif adalah anggota IBI yang bekerja di luar keanggotaan domisili dan
mengikuti ketentuan yang berlaku di tempat kerja. Iuran partisipasi di tempat kerja
tidak boleh melebihi iuran pokok anggota (Rp 10.000).
Pasal 4
SYARAT DAN TATA CARA PENERIMAAN UNTUK MENJADI ANGGOTA
(1) Syarat Menjadi Anggota
a. Memiliki Ijazah Bidan/Lulus Bidan
b. Mengisi Formulir Pendaftaran dengan melampirkan:
1) Foto Copy Ijazah Bidan (2 lembar)
2) Foto Copy Sertifikat Kompetensi (bagi lulusan Bidan setelah 1 Agustus 2013) (2
lembar)
3) Foto Copy Surat Tanda Registrasi (STR) (2 lembar)
4) Foto Copy KTP (2 lembar)
5) Pas Foto 4x 6 (2 lembar)

(2) Tata Cara Penerimaan Anggota


a. Pendaftaran dilakukan di Kantor Pengurus Ranting/Cabang sesuai domisili atau
institusi tempat kerja
b. Formulir Pendaftaran dapat diperoleh di Pengurus Cabang/Ranting
c. Formulir yang sudah diisi diteliti kebenarannya, diputuskan dalam rapat pengurus
Ranting/Cabang.
d. Calon anggota yang memenuhi persyaratan diusulkan oleh Pengurus Ranting/Cabang
untuk diregister oleh Pengurus Pusat dan diterbitkan Kartu Tanda Anggota (KTA)
yang berlaku selama 5 (lima) tahun

(3) Tata cara perpanjangan KTA


a. 3 (tiga) bulan sebelum habis masa berlakunya mengajukan perpanjangan
b. Mengisi Formulir Pendaftaran perpanjangan
c. Melampirkan foto copy KTA yang akan habis masa berlakunya

Pasal 5
HAK ANGGOTA
(1) Anggota Biasa berhak untuk mendapatkan pengayoman dari organisasi secara
berjenjang
(2) Anggota Biasa berhak menghadiri rapat dan mengajukan usul, baik tertulis maupun
lisan.
(3) Anggota Biasa yang aktif berhak memilih dan dipilih
(4) Anggota Biasa berhak memiliki:
a. Kartu Tanda Anggota IBI (KTA) yang dikeluarkan oleh Pengurus Pusat dan di
tanda tangani Ketua Umum IBI.
b. Lencana Ikatan Bidan Indonesia.
c. Buku Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
d. Seragam IBI: Seragam Nasional dan Seragam Lapangan.

Pasal 6
KEWAJIBAN ANGGOTA
(1) Tunduk pada AD-ART.
(2) Memahami, menghayati dan mengamalkan kode etik bidan.
(3) Membayar uang pangkal bagi anggota baru.
(4) Menjaga IBI agar tetap sebagai organisasi profesi yang tidak berafiliasi dengan partai
politik apapun.
(5) Anggota Biasa membayar iuran secara teratur.
Pasal 7
SANKSI ANGGOTA
(1) Sanksi dijatuhkan kepada anggota yang :
a. Sengaja mencemarkan nama baik organisasi
b. Menggunakan nama organisasi untuk kepentingan pribadi
(2) Jenis Sanksi
a. Teguran lisan yang diberikan 1-3 kali dibuktikan dengan surat pernyataan
/perjanjian dari yang bersangkutan dan diketahui oleh ketua PR dan PC dan
ditembuskan ke PD
b. Teguran tertulis 1-3 kali diberikan dalam waktu 3 bulan bila yang bersangkutan
tidak mengindahkan teguran tersebut maka akan diberikan sanksi pencabutan
surat rekomendasi dari OP untuk melakukan praktik mandiri selama 6 bulan.
c. Bila selama kurun waktu yang bersangkutan tidak mengindahkan teguran tersebut
maka sanksi yang berlaku adalah dikeluarkan dari anggota setelah
dikonsultasikan dan diputuskan oleh Pengurus secara berjenjang dari Pengurus
Cabang, Pengurus Daerah dan Pengurus Pusat.

Pasal 8
BERHENTI DARI KEANGGOTAAN
(1) Mengundurkan diri atas kemauan sendiri.
(2) Meninggal dunia.
(3) Diberhentikan karena sesuatu hal yang merugikan IBI.

BAB III
ORGANISASI

Pasal 9
(1) Tingkat Nasional:
Kepengurusan di Tingkat Nasional dinamakan PENGURUS PUSAT berkedudukan di
Ibukota Negara.
(2) Tingkat Propinsi:
Kepengurusan di tingkat Propinsi dinamakan PENGURUS DAERAH dan berkedudukan di
Ibukota Propinsi.
(3) Tingkat Kabupaten/Kota:
Kepengurusan di tingkat kabupaten/kota dinamakan PENGURUS CABANG dan
berkedudukan di Ibukota Kabupaten/Kota.
(4) Tingkat Kecamatan/Institusi:
Kepengurusan di tingkat kecamatan /unit Pelayanan Kesehatan/Institusi Pendidikan
dinamakan PENGURUS RANTING
BAB IV
KEPENGURUSAN

Pasal 10
PENGURUS PUSAT (PP)
(1) Susunan Pengurus
Pusat:
a. Ketua Umum
b. Sekretaris Jendral
1) Tata Usaha dan Rumah Tangga
2) Hubungan Masyarakat
3) Advokasi dan Hubungan Luar Negeri
c. Ketua I
1) Bidang Organisasi
2) Bidang Hukum
3) Bidang R&D (Research & Development / Penelitian dan Pengembangan
Organisasi)
d. Ketua II
1) Bidang Pendidikan
2) Bidang Pelatihan
3) Bidang Pelayanan
e. Bendahara
1) Bidang Administrasi Keuangan
2) Fundraising (Pencari Dana)
3) Yayasan Buah Delima
f. Majelis Pertimbangan Etik Bidan
g. Majelis Pertimbangan Organisasi
h. Tim Teknis

(2) Ketentuan tentang Pengurus Pusat:


a. Ketua Umum dan 4 (empat) orang pengurus terpilih disahkan oleh Kongres IBI
dengan batas usia 50-65 tahun dan minimal pendidikan Diploma-III Kebidanan
b. Empat orang pengurus terpilih dimaksud dalam huruf a ditetapkan sebagai
pengurus harian yang jabatannya ditentukan oleh Ketua Umum terpilih secara
musyawarah.
c. Ketua Umum dapat dipilih kembali, dengan ketentuan bahwa yang bersangkutan
hanya dapat memangku jabatan yang sama berturut-turut dua periode.
d. Pengurus harian ditugaskan untuk melengkapi susunan pengurus pusat.
e. Ketua Umum hanya dapat memangku jabatan yang sama berturut-turut dua
periode.
f. Setiap anggota pengurus dalam organisasi IBI hanya dibenarkan menduduki satu
jabatan, baik dalam satu unit kepengurusan maupun untuk jenjang kepengurusan
yang berbeda.

(3) Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab Pengurus Pusat :


a. KETUA UMUM
1) Memimpin organisasi sesuai dengan ketentuan AD/ART serta kebijakan yang
ditetapkan oleh Kongres IBI.
2) Mengkoordinir seluruh kegiatan Pengurus Pusat IBI mulai dari perencanaan,
pelaksanaan maupun evaluasi serta bertanggung jawab penuh untuk kegiatan
ke dalam maupun ke luar organisasi
3) Mengarahkan, membina dan mengawasi seluruh program IBI
4) Menyelenggarakan Kongres, Rakernas dan rapat-rapat.
5) Mengadakan koordinasi dengan MPO, MPEB, Kolegium, dan Konsil Kebidanan.
b. SEKRETARIS JENDERAL
1) Mewakili Ketua Umum apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Ketua Umum
2) Mengkoordinir kegiatan Tata Usaha dan Rumah Tangga, Hubungan Masyarakat,
Advokasi dan Hubungan Luar negeri
3) Bekerjasama dengan pengurus lainnya unntuk kelancaran dan keberhasilan
program IBI.
4) Menandatangani cek dengan Ketua Umum atau Bendahara
5) Menerbitkan dan menandatangani surat pengesahan PD dan PC IBI bersama
Ketua Umum
6) Menandatangani semua surat keluar bersama Ketua Umum
7) Membina hubungan kerjasama dengan lintas sektor, lembaga donor,
organisasi profesi dalam dan luar negeri dengan berkoordinasi dengan Ketua
Umum
8) Bertanggungjawab atas pengelolaan kesekretariatan kepada Ketua Umum
9) Mengendalikan kegiatan IBI kedalam organisasi maupun luar organisasi
10) Menyiapkan perangkat kerja organisasi secara umum yang meliputi aspek legal
yang berhubungan dengan tata kerja organisasi, pendidikan dan praktik bidan
11) Menjalin hubungan keluar organisasi
12) Menyiapkan Kongres dan Rapat Kerja Nasional
13) Menyiapkan Rencana Kerja Organisasi
14) Menyiapkan laporan tahunan, tengah periode dan 5 tahunan

c. KETUA I
1) Mewakili Ketua Umum apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Ketua Umum
2) Mengkoordinir, mengarahkan, membina, mengawasi pelaksanaan, program
kerja Bidang Organisasi, Bidang Hukum, Bidang Penelitian dan Pengembangan
Organisasi
3) Bekerjasama dengan pengurus lainnya untuk kelancaran & keberhasilan
program IBI
4) Membina Pengurus Daerah
5) Memperkuat organisasi dengan mengadakan pelatihan, seminar, workshop
tentang organisasi, hukum, penelitian dan pengembangan organisasi
6) Menyiapkan Kongres dan Rakernas serta pertemuan periodik IBI tingkat pusat
7) Mengkoordinasikan peraturan dan perundang-undangan yang berhubungan
dengan organisasi IBI, Pendidikan dan Pelayanan Kebidanan

d. KETUA II
1) Mewakili Ketua Umum apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Ketua Umum
2) Mengkoordinasikan, mengarahkan, membina dan mengawasi pelaksanaan
program kerja Bidang Pendidikan, Bidang Pelatihan dan Bidang
Pelayanan Kebidanan
3) Bekerjasama dengan pengurus lainnya untuk kelancaran dan keberhasilan
program IBI
4) Menyiapkan kerjasama dengan lembaga/institusi terkait dengan pelayanan,
pendidikan dan pelatihan
5) Meningkatkan mutu pendidikan, pelatihan dan pelayanan kebidanan

e. BENDAHARA
1) Mewakili Ketua Umum apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan
wewenang dari Ketua Umum
2) Membuat rencana anggaran pendapatan & belanja (RAPB) jangka pendek dan
jangka panjang
3) Mengkoordinasikan kegiatan Bidang Administrasi Keuangan dan Fundraising
4) Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan sesuai ketetapan dan
kebijakan organisasi
5) Bekerjasama dengan pengurus lainnya untuk kelancaran dan keberhasilan
program IBI
6) Menandatangani cek dengan Ketua Umum atau Sekretaris Jenderal
7) Mengkoordinir Yayasan Buah Delima

f. TIM TEKNIS
Tim Teknis dibentuk oleh Pengurus sesuai kebutuhan dan bertanggung jawab
kepada Ketua Umum.

Pasal 11
MAJELIS PERTIMBANGAN ETIK BIDAN (MPEB)
(1) Majelis Pertimbangan Etik Bidan (MPEB) merupakan suatu komponen dalam
struktur organisasi IBI yang fungsinya untuk membina Etika dan Kode Etik Bidan
(2) Tugas MPEB :
a. Menyempurnakan pedoman penyelesaian masalah etika profesi dan kode etik
bidan.
b. Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan ketetapan pengurus
pusat.
c. Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas pengurus
pusat.
d. Membentuk tim sesuai kebutuhan masalah Etik Bidan.
e. Melakukan kegiatan dalam rangka pembinaan etika dan kode etik bidan.
f. Memberikan solusi/saran berkenaan dengan pembinaan etika dan kode etik bidan
g. Penanganan masalah berkenaan dengan praktik bidan
h. Melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya secara berkala.

Pasal 12
MAJELIS PERTIMBANGAN ORGANISASI (MPO)
(1) MPO merupakan suatu komponen dalam struktur organisasi yang fungsinya untuk
memberikan pertimbangan dalam pengelolaan organisasi.
(2) MPO memberikan pertimbangan, masukan, dan saran kepada pengurus harian baik
diminta maupun tidak diminta
(3) MPO Tingkat Pusat adalah Mantan Pengurus Pusat IBI yang terpilih dan bersedia
(4) Unsur MPO / Pelindung di Tingkat Provinsi/Pengurus Daerah :
a. Pelindung : Gubernur
b. Penasehat : Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
c. Mantan Pengurus Daerah IBI yang terpilih dan bersedia
d. Unsur terkait lainnya
(5) Unsur MPO/ Pelindung di Tingkat Kabupaten/Kota/ Pengurus Cabang :
a. Pelindung : Bupati/Walikota
b. Penasehat : Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
c. Mantan Pengurus IBI yang terpilih dan bersedia.
d. Unsur terkait lainnya bila dibutuhkan.
(6) MPO/ Pelindung di Tingkat Kecamatan/ Pengurus Ranting : Disesuaikan dengan situasi
dan kondisi setempat
Pasal 13
KOLEGIUM KEBIDANAN INDONESIA
(1) Untuk mengembangkan cabang ilmu dan standar pendidikan Kebidanan, organisasi
profesi Bidan dapat membentuk kolegium kebidanan
(2) Kolegium Kebidanan Indonesia adalah suatu komponen dalam struktur organisasi IBI
yang fungsinya untuk menjaga dan meningkatkan mutu pendidikan dan pelayanan
kebidanan.
(3) Kolegium Kebidanan merupakan badan otonom di dalam Organisasi Profesi Bidan
(4) Kolegium Kebidanan Indonesia adalah kumpulan para pakar profesi kebidanan
(midwifery) dan berkedudukan di tingkat pusat.
(5) Anggota Kolegium Kebidanan Indonesia dipilih oleh PP IBI dan bertanggung jawab
kepada Ketua Umum Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.
(6) Ketentuan tentang Kolegium Kebidanan Indonesia diatur tersendiri.

Pasal 14
KONSIL KEBIDANAN INDONESIA
(1) Konsil Kebidanan Indonesia merupakan Lembaga yang melaksanakan tugas secara
independent berkedudukan di ibu kota negara Republik Indonesia
(2) Konsil kebidanan Indonesia dibentuk untuk meningkatkan mutu praktik bidan serta
untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum kepada bidan dan masyarakat
(3) PPIBI menunjuk perwakilan IBI di konsil sesuai ketentuan yang berlaku.
(4) Ketentuan tentang Konsil Kebidanan Indonesia diatur melalui peraturan perundangan
undangan tersendiri

Pasal 15
YAYASAN BUAH DELIMA
(1) Yayasan Buah Delima merupakan unit kegiatan di bawah koordinasi bendahara
(2) Untuk kegiatan operasional dibentuk suatu kepengurusan
(3) Yayasan Buah Delima memiliki Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga tersendiri.

Pasal 16
PENGURUS DAERAH (PD)
(1) Susunan Pengurus Daerah:
a. Ketua Pengurus Daerah
b. Sekretaris
1) Tata Usaha dan Rumah Tangga
2) Hubungan Masyarakat dan Advokasi
c. Wakil Ketua I
1) Bidang Organisasi
2) Bidang Hukum
3) Bidang Penelitian dan Pengembangan Organisasi
d. Wakil Ketua II
1) Bidang Pendidikan
2) Bidang Pelatihan
3) Bidang Pelayanan
e. Bendahara
1) Bidang Administrasi Keuangan
2) Fundraising (Penggali Dana)
3) Yayasan Buah Delima
f. Majelis Pertimbangan Etik Bidan
g. Majelis Pertimbangan Organisasi
h. Tim Teknis

(2) Ketentuan tentang Pengurus Daerah


a. Ketua Pengurus Daerah dan 4 (empat) orang pengurus terpilih disahkan oleh
Musyawarah Daerah dengan batas usia 45-65 tahun dan minimal pendidikan
Diploma-III Kebidanan
b. Empat pengurus terpilih dimaksud dalam huruf a ditetapkan sebagai pengurus
harian yang jabatannya ditentukan oleh Ketua PD terpilih secara musyawarah.
c. Ketua PD dapat dipilih kembali, dengan ketentuan bahwa yang bersangkutan
hanya dapat memangku jabatan yang sama berturut-turut dua periode.
d. Pengurus harian ditugaskan untuk melengkapi susunan pengurus daerah.
e. Ketua PD hanya dapat memangku jabatan yang sama berturut-turut dua periode.
f. Setiap anggota pengurus dalam organisasi IBI hanya dibenarkan menduduki satu
jabatan, baik dalam satu unit kepengurusan maupun untuk jenjang kepengurusan
yang berbeda.

(3) Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab:


a. Ketua Pengurus Daerah :
1) Memimpin organisasi sesuai dengan ketentuan AD/ART serta kebijakan yang
digariskan oleh Pengurus Pusat IBI.
2) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan PD IBI mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi serta bertanggung jawab penuh untuk kegiatan ke
dalam dan ke luar organisasi.
3) Menentukan kebijakan umum, mengarahkan, membina dan mengawasi seluruh
program kerja PD.
4) Menyelenggarakan Musyawarah Daerah, Rakerda dan rapat-rapat.
b. Sekretaris :
1) Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan wewenang dari
Ketua.
2) Mengkoordinasikan, mengarahkan, membina dan mengawasi kegiatan tata
usaha dan rumah tangga, hubungan masyarakat dan advokasi.
3) Bekerjasama dengan pengurus lainnya untuk kelancaran dan keberhasilan
program IBI.
c. Wakil Ketua I :
1) Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan wewenang dari
Ketua.
2) Mengkoordinasikan, mengarahkan, membina dan mengawasi pelaksanaan
program kerja bidang Oganisasi, Hukum, Penelitian dan Pengembangan
Organisasi
3) Bekerjasama dengan Pengurus lainnya untuk kelancaran, keberhasilan program
IBI.
d. Wakil Ketua II :
1) Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan wewenang dari
Ketua.
2) Mengkoordinasikan, mengarahkan, membina dan mengawasi pelaksanaan
program kerja bidang Pendidikan, Pelatihan, dan Pelayanan.
3) Bekerjasama dengan pengurus lainnya untuk kelancaran,keberhasilan program
IBI.
e. Bendahara :
1) Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan wewenang dari
Ketua.
2) Mengkoordinasikan, mengarahkan, membina dan mengawasi kegiatan bidang
administrasi keuangan dan fundraising (pencari dana), dan Yayasan Buah
Delima.
3) Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan organisasi sesuai ketetapan dan
kebijakan organisasi.
4) Mencari dana untuk dinamika dan kelangsungan organisasi.
5) Bekerjasama dengan Pengurus lainnya untuk kelancaran, keberhasilan program
IBI.
f. Majelis Pertimbangan Etik Bidan
1) Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan kebijakan MPEB
pusat
2) Melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya, secara berkala.
3) Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas PD.
4) Melakukan kegiatan berkenaan dengan etika dan kode etik bidan.
5) Memberikan solusi/saran berkenaan dengan etika dan kode etik bidan.
6) Penanganan masalah berkenaan dengan praktik bidan.
7) Melaksanakan pembinaan Etik Bidan
8) Mempelajari dan mengidentifikasi etika profesi dan kode etik bidan.
9) Meningkatkan penerapan etika profesi dan kode etik bidan melalui pelatihan,
seminar dan lain-lain.
10) Membina dan mengawasi penerapan etika profesi dan kode etik bidan secara
berkala / berkesinambungan.
11) Bila terjadi penyimpangan pelaksanaan etika profesi dan kode etik bidan,
segera melaporkan ke MPEB tingkat pusat
12) Berkoordinasi dengan MPEB Pusat untuk menyelesaikan masalah etik melalui
pengurus daerah.
g. Majelis Pertimbangan Organisasi
Majelis Pertimbangan Organisasi memberikan pertimbangan, masukan, saran
kepada pengurus harian dalam pengelolaan organisasi di tingkat Provinsi
h. Yayasan Buah Delima
Keberadaan YBD langsung di koordinasi oleh Bendahara PD, kegiatan YBD diatur
dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga tersendiri.
i. Tim Teknis
Tim Teknis dibentuk oleh Pengurus sesuai kebutuhan dan bertanggung jawab
kepada Ketua Pengurus Daerah

Pasal 17
PENGURUS CABANG (PC)
(1) Susunan Pengurus
Cabang
a. Ketua Pengurus Cabang
b. Sekretaris
1) Tata Usaha dan Rumah Tangga
2) Hubungan Masyarakat dan Advokasi
c. Wakil Ketua I
1) Bidang Organisasi
2) Bidang Hukum
3) Bidang Penelitian dan Pengembangan Organisasi
d. Wakil Ketua II
1) Bidang Pendidikan
2) Bidang Pelatihan
3) Bidang Pelayanan
e. Bendahara
1) Bidang Administrasi Keuangan
2) Fundraising (Penggali Dana)
3) Yayasan Buah Delima
d. Majelis Pertimbangan Etik Bidan
e. Majelis Pertimbangan Organisasi
f. Tim Teknis

(2) Ketentuan tentang Pengurus Cabang


a. Ketua Pengurus Cabang dan empat pengurus terpilih disahkan oleh Musyawarah
Cabang dengan batas usia 40-65 tahun dan minimal pendidikan Diploma-III
Kebidanan
b. Empat pengurus terpilih dimaksud dalam huruf a ditetapkan sebagai pengurus
harian yang jabatannya ditentukan oleh Ketua PC terpilih secara musyawarah.
c. Ketua PC dapat dipilih kembali, dengan ketentuan bahwa yang bersangkutan
hanya dapat memangku jabatan yang sama berturut-turut dua periode.
d. Pengurus harian ditugaskan untuk melengkapi susunan pengurus cabang.
e. Ketua PC hanya dapat memangku jabatan yang sama berturut-turut dua periode.
f. Setiap anggota pengurus dalam organisasi IBI hanya dibenarkan menduduki satu
jabatan, baik dalam satu unit kepengurusan maupun untuk jenjang
kepengurusan yang berbeda.

(3) Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab :


a. Ketua Cabang:
1) Memimpin organisasi sesuai dengan ketentuan AD dan ART serta kebijakan
yang ditentukan Pengurus Pusat IBI melalui PD IBI.
2) Mengkoordinasikan seluruh kegiatan Cabang mulai dari perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasinya serta bertanggung jawab penuh untuk
kegiatan ke dalam dan ke luar organisasi.
3) Menentukan kebijakan umum, mengarahkan, membina dan mengevaluasi
seluruh program Pengurus Cabang.
4) Menyelenggarakan Muscab, Rakercab dan rapat-rapat.
5) Membentuk Tim Teknis sesuai kebutuhan
b. Sekretaris :
1) Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan wewenang
dari Ketua.
2) Mengkoordinasikan kegiatan Tata Usaha dan Rumah Tangga, Hubungan
Masyarakat dan Advokasi.
3) Bekerjasama dengan Pengurus lainnya untuk kelancaran dan keberhasilan
program IBI.
c. Wakil Ketua I :
1) Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan wewenang
dari Ketua.
2) Mengkoordinasikan, mengarahkan, membina dan mengawasi pelaksanaan
program kerja bidang Organisasi, Hukum, Penelitian dan Pengembangan
Organisasi
3) Melakukan pembinaan anggota
4) Bekerjasama dengan Pengurus lainnya untuk kelancaran dan keberhasilan
program IBI.
d. Wakil Ketua II :
1) Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan wewenang
dari Ketua.
2) Mengkoordinasikan, mengarahkan, membina dan mengawasi pelaksanaan
program kerja Bidang Pendidikan, Pelatihan dan Pelayanan.
3) Melakukan pembinaan anggota
4) Bekerjasama dengan pengurus lainnya untuk kelancaran dan keberhasilan
program IBI.
e. Bendahara :
1) Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan wewenang
dari Ketua.
2) Mengkoordinasikan, mengarahkan, membina dan mengawasi kegiatan Bidang
Administrasi Keuangan, Bidang Fundraising (penggali dana), dan Yayasan
Buah Deliam
3) Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan organisasi sesuai ketetapan
dan kebijakan Pengurus Harian.
4) Bekerjasama dengan Pengurus lainnya untuk kelancaran dan keberhasilan
program IBI.
f. Majelis Pertimbangan Etik Bidan :
1) Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai dengan kebijakan MPEB
pusat
2) Melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya, secara berkala.
3) Memberikan saran dan pertimbangan yang perlu dalam rangka tugas PC.
4) Melakukan kegiatan berkenaan dengan etika dan kode etik bidan.
5) Memberikan solusi/saran berkenaan dengan etik dan kode etik bidan.
6) Penanganan masalah berkenaan dengan praktik bidan.
7) Melaksanakan pembinaan Etik Bidan
e. Majelis Pertimbangan Organisasi (MPO) tingkat cabang
Majelis Pertimbangan Organisasi memberikan pertimbangan, masukan, saran
kepada pengurus harian dalam pengelolaan organisasi di tingkat cabang
g. Yayasan Buah Delima
Keberadaan YBD langsung dikoordinir oleh Bendahara PC, kegiatan YBD diatur
dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga tersendiri.
h. Tim Teknis
Tim Teknis dibentuk oleh Pengurus sesuai kebutuhan dan bertanggung jawab
kepada Ketua Pengurus Cabang

Pasal 18
PENGURUS RANTING (PR)
(1) Susunan Pengurus Ranting:
a. Pelindung/Penasehat
b. Ketua
c. Sekretaris
d. Bendahara
e. Seksi-seksi yang dibentuk sesuai kebutuhan
(2) Ketentuan tentang Pengurus Ranting :
a. Ketua Ranting dan 2 (dua) pengurus dipilih dan disahkan oleh Musyawarah
Ranting (Musran) IBI untuk jangka waktu sampai Musran berikutnya dengan
batas usia 30-65 tahun dan minimal pendidikan Diploma-III Kebidanan
b. Dua (2) Pengurus terpilih lainnya ditetapkan sebagai Pengurus Harian yang
jabatannya ditentukan oleh Ketua Ranting terpilih.
c. Pengurus harian ditugaskan untuk melengkapi susunan Pengurus Ranting.
d. Setiap anggota pengurus dalam organisasi IBI hanya dibenarkan menduduki satu
jabatan, baik dalam satu unit kepengurusan maupun untuk jenjang
kepengurusan yang berbeda.
(3) Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab :
a. Pelindung/Penasehat : sesuai situasi dan kondisi Ranting
b. Ketua Ranting :
1) Memimpin organisasi sesuai dengan ketentuan AD/ART serta kebijakan yang
ditentukan Pengurus Daerah melalui Pengurus Cabang.
2) Menentukan kebijakan umum, mengarahkan, membina dan mengevaluasi
seluruh program Ranting.
3) Bertanggung jawab penuh atas kegiatan ke luar dan ke dalam organisasi.
4) Menyelenggarakan Musyawarah ranting dan rapat-rapat ranting.
c. Sekretaris :
1) Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan wewenang
dari Ketua.
2) Mengkoordinasikan kegiatan sekretariat dan umum.
3) Bekerjasama dengan anggota Pengurus lainnya untuk kelancaran dan
keberhasilan program IBI.
d. Bendahara :
1) Mewakili Ketua apabila berhalangan, berdasarkan pelimpahan wewenang
dari Ketua.
2) Bertanggung jawab atas pengelolaan keuangan organisasi sesuai ketetapan
dan kebijakan organisasi.
3) Mencari dana untuk dinamika dan keberlangsungan organisasi
4) Bekerjasama dengan Pengurus lainnya untuk kelancaran dan keberhasilan
program IBI.
e. Seksi (yang dibutuhkan) :
1) Merencanakan dan melaksanakan kegiatan seksi sesuai dengan ketetapan
Pengurus Ranting.
2) Melaporkan hasil kegiatan di bidang tugasnya secara berkala.
3) Memberikan saran dan pertimbangan yang diperlukan dalam rangka tugas
Pengurus Ranting.

BAB V
TUGAS, KEWENANGAN, HAK, SANKSI DAN BERHENTI DARI PENGURUS

Pasal 19
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS PUSAT
(1) Melaksanakan Rencana Strategis yang ditetapkan oleh Kongres. Menyusun draft
Rencana Strategis dan menetapkan kebijakan organisasi secara nasional untuk
periode kepengurusan berikutnya.
(2) Menyusun dan melaksanakan rencana kerja tahunan.
(3) Membina dan mengembangkan kerjasama dengan instansi Pemerintah, LSM,
organisasi wanita, organisasi profesi kesehatan dan profesi lainnya, baik di dalam
maupun di luar negeri.
(4) Menyelenggarakan pelatihan, penelitian, pertemuan ilmiah, seminar
dan lokakarya dalam rangka meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan anggota/pengurus serta mendorong penerapan kode etik
bidan, menyelenggarakan program kerja/proyek.
(5) Menyelenggarakan Kongres
(6) Menyelenggarakan Rapat Kerja Nasional
(7) Menerbitkan buku AD-ART selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah Kongres.
(8) Membimbing pelaksanaan Musyawarah Daerah.
(9) Mengesahkan dan melantik Pengurus Daerah.
(10) Mencari alternatif solusi masalah organisasi yang tidak terpecahkan dalam jajaran
IBI.
(11) Mengelola uang pangkal, iuran anggota & pendapatan dari sumber lain serta
mengusahakan dana bagi organisasi dengan jalan yang syah dan tidak
mengikat.
(12) Melaksanakan kunjungan kerja untuk pembinaan dan pengembangan organisasi.
(13) Menyelenggarakan administrasi dan dokumentasi.
(14) Mengesahkan pendirian Pengurus Daerah dan Pengurus Cabang yang baru dibentuk
(15) Menerbitkan surat pengesahan Susunan Pengurus Daerah dan Cabang.
(16) Mencari alternatif pemecahan masalah hukum yang dihadapi oleh kepengurusan
dan anggota IBI.
(17) Mensosialisasikan dan mempublikasikan kegiatan organisasi secara berkala.
(18) Membuat inventaris milik organisasi.
(19) Mengadakan dan mendistribusikan atribut, buku-buku pedoman, protap
pelayanan, majalah Bidan dan lain-lain
(20) Menyelenggarakan pengawasan, pemeliharaan barang bangunan milik/kekayaan
organisasi.
(21) Membentuk dan mengembangkan Yayasan Buah Delima.
(22) Membentuk dan mengembangkan Majelis Pertimbangan Organisasi.
(23) Membentuk dan mengembangkan Majelis Pertimbangan Etik Bidan.
(24) Membentuk dan mengembangkan Kolegium.
(25) Membentuk Kepengurusan.
(26) Membuat registrasi anggota sesuai dengan laporan Ketua PD.
(27) Menerbitkan Kartu Tanda Anggota (KTA) IBI
(28) Membuat profil IBI secara Nasional

Pasal 20
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS DAERAH
(1) Menindaklanjuti Rencana Strategi (Renstra) yang sudah disahkan kongres sesuai
dengan situasi dan kondisi daerah dan membuat rencana kerja
(2) Membina dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan organisasi di tingkat
propinsi.
(3) Membina dan mengembangkan kerjasama dengan instansi Pemerintah, LSM,
organisasi perempuan, organisasi profesi kesehatan dan profesi lainnya.
(4) Menyelenggarakan Musda dan mempertanggung jawabkan seluruh kegiatan
Pengurus Daerah.
(5) Membentuk cabang dan melantik Pengurus Cabang.
(6) Menerbitkan surat pengesahan Pengurus Ranting.
(7) Menyelenggarakan Rakerda
(8) Mencari alternatif pemecahan masalah hukum yg dihadapi oleh kepengurusan &
anggota IBI
(9) Membimbing pelaksanaan Muscab.
(10) Melaporkan semua kegiatan kepada Pengurus Pusat IBI secara periodik.
(11) Melaksanakan pembinaan kepada Pengurus Cabang.
(12) Menyelenggarakan seminar, lokakarya, pelatihan, pendidikan berkelanjutan,
penelitian untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta mutu
pelayanan Kebidanan, pendistribusian atribut, buku-buku pedoman, protap
pelayanan, majalah Bidan dan lain-lain
(13) Menyelenggarakan administrasi dan dokumentasi.
(14) Mengelola uang pangkal dan iuran anggota serta mengusahakan dana bagi
organisasi.
(15) Membentuk dan mengembangkan yayasan buah delima
(16) Membentuk dan mengembangkan Majelis Pertimbangan Organisasi
(17) Membentuk dan mengembangkan MPEB
(18) Membentuk kepengurusan Cabang baru
(19) Membuat registrasi anggota sesuai laporan Ketua Cabang
(20) Mengajukan KTA kepada PP atas ajuan PC
(21) Membuat profil IBI Daerah
Pasal 21
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS CABANG
(1) Menindaklanjuti Renstra yang telah dibuat oleh Pengurus Daerah.
(2) Membuat rencana kerja tahunan
(3) Merencanakan dan melaksanakan kegiatan sesuai kebutuhan, situasi dan kondisi
daerah masing-masing dengan mempertimbangkan kebijakan Pengurus Daerah.
(4) Membina dan mengembangkan hubungan kerjasama dengan instansi pemerintah
setempat, organisasi profesi, organisasi perempuan dan LSM.
(5) Menyelenggarakan Musyawarah Cabang dan mempertanggungjawabkan
kegiatan yang telah dilaksanakan.
(6) Membentuk Ranting dan melantik Pengurus Ranting.
(7) Membimbing pelaksanaan rapat Ranting.
(8) Melaporkan semua kegiatan secara berkala ke Pengurus Daerah.
(9) Melaksanakan pembinaan kepada Pengurus Ranting.
(10) Menyelenggarakan seminar, lokakarya dan mengikut-sertakan anggota dalam
pelatihan yang diselenggarakan oleh Pengurus Daerah maupun Pengurus Pusat.
(11) Membuat registrasi anggota,
(12) Mengajukan KTA melalui Pengurus Daerah
(13) Menyelenggarakan administrasi dan dokumentasi.
(14) Mengelola uang pangkal dan iuran anggota serta mengusahakan dana bagi
organisasi dengan jalan yang sah dan tidak mengikat.
(15) Membuat profil IBI Cabang

Pasal 22
TUGAS DAN KEWENANGAN PENGURUS RANTING
(1) Melaksanakan kegiatan berdasarkan kebijaksanaan Pengurus Cabang.
(2) Membina dan mengembangkan hubungan kerjasama dengan instansi pemerintah,
organisasi profesi dan LSM.
(3) Menyelenggarakan Musyawarah Ranting dan mempertanggungjawabkan hasil
kegiatan yang telah dilaksanakan.
(4) Membuat registrasi anggota.
(5) Mengajukan KTA melalui PC.
(6) Menyelenggarakan administrasi dan dokumentasi organisasi.
(7) Mengelola uang pangkal dan iuran anggota serta mengusahakan dana bagi
organisasi dengan jalan yang sah dan tidak mengikat.

Pasal 23
HAK PENGURUS
(1) Pengurus berhak mewakili organisasi sesuai kewenangan/bidang/majelis/seksi
masing-masing.
(2) Pengurus berhak mengeluarkan pendapat.
(3) Pengurus berhak memperoleh penghargaan sesuai dengan prestasi/ kinerja yang
telah dicapai.
(4) Seluruh pengurus berhak diperlakukan yang sama, sejajar/sederajat dalam
melaksanakan program organisasi.
(5) Pengurus berhak memperoleh perlindungan hukum.
(6) Pengurus memperoleh santunan bilamana mendapat kecelakaan dalam tugas sesuai
kemampuan/kondisi organisasi
Pasal 24
SANKSI PENGURUS
(1) Pengurus dikenakan sanksi apabila:
a. Tidak melaksanakan tugas yang dibebankan selama 3 bulan berturut-turut.
b. Tidak dapat beradaptasi dan bekerja secara tim dalam kepengurusan yang
berakibat mengganggu kelancaran organisasi.
c. Mencemarkan nama baik/citra organisasi.
d. Terkena tindak pidana.

(2) Jenis Sanksi


a. Teguran lisan yang diberikan 1-3 kali dibuktikan dengan surat pernyataan
/perjanjian dari yang bersangkutan dan diketahui oleh ketua PR dan PC dan
ditembuskan ke PD
b. Teguran tertulis 1-3 kali diberikan dalam waktu 3 bulan bila yang bersangkutan
tidak mengindahkan teguran tersebut maka akan diberikan sanksi pencabutan
surat rekomendasi dari OP untuk melakukan praktik mandiri selama 6 bulan.
c. Bila selama kurun waktu yang bersangkutan tidak mengindahkan teguran
tersebut maka sanksi yang berlaku adalah diberi surat pemberhentian sebagai
Pengurus

(3) Mekanisme pemberian sanksi dijabarkan dalam juklak organisasi

Pasal 25
BERHENTI DARI PENGURUS
(1) Apabila Ketua Umum/Ketua PD/Ketua PC/Ketua PR tidak bisa melaksanakan tugas
karena berhalangan tetap dan atau mengundurkan diri atau meninggal sebelum
selesai masa bakti, maka tugas Ketua dijabat oleh salah satu Pengurus harian yang
mendapat suara terbanyak kedua dalam Kongres/Musda/Muscab/Musran atas
kesepakatan rapat pengurus serta disahkan oleh Pengurus Pusat.
(2) Apabila salah satu anggota pengurus tidak dapat melaksanakan tugas secara
fisik/mental dan atau meninggal sebelum selesai masa bakti serta berhalangan
hadir tetap, maka tugas anggota pengurus tersebut digantikan oleh anggota atas
penunjukkan oleh Ketua Umum/Ketua PD/Ketua PC/Ketua PR dan disepakati
oleh seluruh anggota pengurus setempat.
(3) Alasan Berhenti dari Pengurus
a. Absen dari Kepengurusan 6 bulan tanpa ada keterangan
b. Terpidana
c. Sakit Berat
d. Meninggal

BAB VI
KONGRES, MUSYAWARAH DAN RAPAT-RAPAT

Pasal 26
KONGRES
(1) Kongres :
a. Merupakan wadah/forum tertinggi dalam organisasi IBI untuk menetapkan dasar
dan tujuan organisasi serta kebijakan secara nasional.
b. Kongres dilaksanakan satu kali dalam masa kepengurusan
c. Di antara dua Kongres diadakan Rapat Kerja Nasional

(2) Ketentuan Kongres :


a. Kongres dilaksanakan 5 tahun sekali, sesuai dengan masa kepengurusan
b. Tempat pelaksanaan Kongres di Jakarta.
c. Kongres dihadiri oleh Pengurus Pusat, Utusan Pengurus Daerah dan Utusan
Pengurus Cabang.
d. Kongres dapat dianggap sah apabila dihadiri oleh separuh ditambah satu dari
jumlah cabang yang ada.
e. Kongres dilaksanakan oleh Panitia Kongres yang dibentuk dan disahkan oleh
Pengurus Pusat.
f. Pimpinan Kongres dipilih oleh peserta Kongres.
g. Peserta Kongres berwenang menerima atau menolak
laporan pertanggungjawaban Pengurus Pusat.
h. Tujuan Kongres :
1) Menyempurnakan dan mengesahkan AD dan ART.
2) Menyusun dan mengesahkan Renstra.
3) Mengesahkan laporan pertanggung-jawaban Pengurus Pusat.
4) Mengesahkan perangkat organisasi yang disepakati.
5) Memilih dan mengesahkan Ketua Umum dan Pengurus Harian Pengurus
Pusat melalui penerapan sistem pemilihan yang telah baku.
6) Melantik Ketua Umum dan 4 pengurus harian terpilih.
(3) Kongres Luar Biasa :
Kongres Luar Biasa diadakan apabila : 2/3 (dua per tiga) dari jumlah cabang yang
ada di seluruh Indonesia menyatakan tidak percaya atas pimpinan Ketua Umum IBI.
(4) Tata cara penyelenggaraan Kongres diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan Organisasi

Pasal 27
MUSYAWARAH DAERAH
(1) Musyawarah Daerah
:
a. Merupakan wadah/forum untuk musyawarah dan menetapkan kebijakan
pelaksanaan tugas di daerah berdasarkan kebijakan Pengurus Pusat dan
Keputusan Kongres IBI.
b. Musda dilaksanakan satu kali dalam masa kepengurusan.
c. Di antara dua musyawarah daerah diadakan Rapat Kerja Daerah

(2) Ketentuan Musyawarah Daerah :


a. Musyawarah Daerah dilaksanakan 5 tahun sekali, sesuai masa kepengurusan.
b. Dilaksanakan segera, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah Kongres.
c. Dihadiri oleh pengurus daerah, wakil dari pengurus pusat, dan utusan
cabang/ranting.
d. Musyawarah Daerah dianggap sah apabila dihadiri oleh separuh + (ditambah)
satu jumlah cabang yang ada.
e. Musda dilaksanakan oleh panitia Musda yang dibentuk oleh Pengurus Daerah.
f. Pimpinan Musda dipilih oleh peserta Musda.
g. Peserta Musda berwenang menerima atau menolak laporan
pertanggungjawaban pengurus daerah.
h. Tujuan Musyawarah Daerah:
1) Menyampaikan informasi tentang perubahan AD dan ART sesuai keputusan
Kongres kepada peserta Musda.
2) Menyusun dan mengesahkan program kerja daerah, berdasarkan keputusan
Kongres, kebijakan pengurus pusat dan disesuaikan dengan situasi serta
kondisi daerah.
3) Membahas dan mengesahkan laporan pertanggungjawaban pengurus daerah.
4) Memilih pengurus daerah melalui penerapan sistem pemilihan yang telah
baku.
5) Melantik Ketua dan 4 Pengurus Daerah Terpilih

(3) Musyawarah Daerah Luar Biasa :


Musyawarah Daerah Luar Biasa diadakan apabila 2/3 (dua per tiga) dari jumlah
cabang dalam satu wilayah propinsi menyatakan tidak percaya atas pemimpin
Ketua Pengurus Daerah.
(4) Tata cara penyelenggaraan Musyawarah Daerah diatur dalam Petunjuk
Pelaksanaan Organisasi

Pasal 28
MUSYAWARAH CABANG
(1) Musyawarah Cabang
:
a. Merupakan wadah/forum untuk musyawarah dan menetapkan kebijakan
organisasi dalam wilayah cabang berdasarkan kebijakan Pengurus Pusat melalui
Pengurus Daerah.
b. Muscab dilaksanakan sekali dalam masa kepengurusan
c. Di antara dua musyawarah cabang diadakan Rapat Kerja Cabang.

(2) Ketentuan Musyawarah Cabang :


a. Musyawarah Cabang dilaksanakan 5 tahun sekali, sesuai masa kepengurusan.
b. Dilaksanakan segera, selambat-lambatnya 6 (enam) bulan setelah Musda.
c. Dihadiri oleh pengurus cabang, utusan pengurus ranting dan wakil dari pengurus
daerah.
d. Musyawarah Cabang dianggap sah apabila dihadiri oleh separuh + (ditambah)
satu jumlah ranting yang ada.
e. Muscab dilaksanakan oleh panitia Muscab yang dibentuk oleh Pengurus Cabang.
f. Pimpinan Muscab dipilih oleh peserta Muscab.
g. Peserta Muscab berwenang menerima atau menolak laporan
pertanggungjawaban pengurus cabang.
h. Tujuan Musyawarah Cabang:
1) Menyampaikan informasi tentang perubahan AD dan ART sesuai keputusan
Kongres kepada peserta Muscab
2) Menyusun dan mengesahkan program kerja cabang, berdasarkan keputusan
Kongres, kebijakan pengurus pusat/daerah dan disesuaikan dengan situasi
serta kondisi cabang.
3) Membahas dan mensahkan laporan pertanggung jawaban pengurus cabang.
4) Memilih pengurus cabang melalui penerapan sistem pemilihan yang
telah baku.
5) Melantik Ketua dan 4 Pengurus Cabang Terpilih

(3) Musyawarah Cabang Luar Biasa:


Musyawarah Cabang Luar Biasa diadakan apabila 2/3 dari pengurus ranting
menyatakan tidak percaya atas pimpinan Ketua Cabang.
(4) Tata cara penyelenggaraan Musyawarah Cabang diatur dalam Petunjuk
Pelaksanaan Organisasi
Pasal 29
MUSYAWARAH RANTING
(1) Musyawarah
Ranting
a. Musyawarah anggota di ranting merupakan wadah/forum untuk menentukan
kebijakan organisasi di tingkat ranting berdasarkan kebijakan PP melalui PD dan
PC.
b. Musran dilaksanakan sekali dalam masa kepengurusan.
c. Di antara dua musyawarah ranting diadakan Rapat Kerja Ranting.

(2) Ketentuan Musyawarah Ranting


a. Musyawarah Ranting dilaksanakan 5 tahun sekali, sesuai masa kepengurusan.
b. Dilaksanakan segera (selambatnya 6 bulan) setelah musyawarah cabang.
c. Dihadiri oleh pengurus dan anggota ranting serta wakil pengurus cabang.
d. Musyawarah ranting dianggap sah apabila dihadiri oleh ½ ditambah 1(satu)
orang dari jumlah anggota.
e. Dilaksanakan oleh panitia Musran yang dibentuk oleh Pengurus Ranting.
f. Tujuan Musyawarah ranting:
1) Menyampaikan informasi tentang perubahan AD dan ART sesuai dengan
keputusan Kongres.
2) Menyusun rencana kegiatan organisasi di tingkat ranting berdasarkan
Renstra IBI, keputusan Musda dan Muscab.
3) Membahas dan mengesahkan laporan pertanggung jawaban pengurus
ranting.
4) Memilih pengurus ranting.
5) Melantik Ketua Pengurus Ranting terpilih

(3) Musyawarah Ranting Luar Biasa:


Musyawarah Ranting Luar Biasa diadakan apabila 2/3 dari anggota menyatakan
tidak percaya atas pimpinan Ketua Ranting.
(4) Tata cara penyelenggaraan Musyawarah Ranting diatur dalam Petunjuk Pelaksanaan
Organisasi

Pasal 30
RAPAT KERJA NASIONAL
(1) Rapat kerja nasional dilaksanakan diantara dua kongres.
(2) Dihadiri oleh pengurus pusat, utusan pengurus daerah dan utusan pengurus cabang.
(3) Rapat Kerja Nasional dipimpin oleh panitia pengarah dan dilaksanakan oleh panitia
pelaksana yang disahkan oleh Pengurus Pusat
(4) Rapat Kerja Nasional bertujuan untuk :
a. Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan.
b. Menyempurnakan rencana kegiatan yang akan datang.
c. Menetapkan tempat penyelenggaraan Rakernas yang akan datang.
d. Membahas hal yang dianggap penting.
(5) Tata cara penyelenggaraan Rapat Kerja Nasional diatur dalam Petunjuk
Pelaksanaan Organisasi

Pasal 31
RAPAT KERJA DAERAH
(1) Rapat kerja daerah dilaksanakan antara dua Musda
(2) Dihadiri oleh wakil Pengurus Pusat, Pengurus Daerah, utusan Pengurus Cabang dan
utusan Pengurus Ranting
(3) Rapat kerja daerah diselenggarakan oleh panitia yang disahkan oleh Pengurus
Daerah
(4) Rapat Kerja Daerah bertujuan untuk :
a. Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan.
b. Menyempurnakan rencana kegiatan yang akan datang.
c. Menetapkan tempat penyelenggaraan Rakerda yang akan datang.
d. Membahas hal yang dianggap penting.
(5) Tata cara penyelenggaraan Rapat Kerja Daerah diatur dalam Petunjuk
Pelaksanaan Organisasi

Pasal 32
RAPAT KERJA CABANG
(1) Rapat kerja cabang dilaksanakan antara dua Muscab.
(2) Dihadiri oleh wakil Pengurus Daerah, Pengurus Cabang dan utusan Pengurus
Ranting.
(3) Rapat kerja cabang diselenggarakan oleh panitia yang disahkan oleh pengurus
cabang.
(4) Rapat Kerja Cabang bertujuan untuk :
a. Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan.
b. Menyempurnakan rencana kegiatan yang akan datang.
c. Membahas hal yang dianggap penting.
(5) Tata cara penyelenggaraan Rapat Kerja Cabang diatur dalam
Petunjuk Pelaksanaan Organisasi

Pasal 33
RAPAT KERJA RANTING
(1) Rapat kerja ranting dilaksanakan antara dua Musran.
(2) Dihadiri oleh wakil pengurus cabang dan pengurus dan anggota ranting.
(3) Rapat kerja ranting diselenggarakan oleh panitia yang disahkan oleh pengurus
ranting.
(4) Rapat Kerja Ranting bertujuan untuk :
a. Mengevaluasi kegiatan yang sudah dilaksanakan.
b. Menyempurnakan rencana kegiatan yang akan datang.
c. Membahas hal yang dianggap penting.
(5) Tata cara penyelenggaraan Rapat Kerja Ranting diatur dalam
Petunjuk Pelaksanaan Organisasi

BAB VII
HAK
SUARA

Pasal 34
(1) Dalam Kongres, Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang dan Musyawarah Ranting
hanya anggota aktif yang mempunyai hak suara.
(2) Dalam Kongres dan Musyawarah Daerah suara diwakili oleh utusan cabang yang
mendapatkan mandat, dalam Muscab suara diwakili oleh utusan ranting yang
mendapatkan mandat.
(3) Dalam Kongres, bagi cabang yang tidak hadir, hak suara dapat diwakilkan kepada
utusan PD yang membawa mandat.
(4) Dalam kegiatan Kongres, masing-masing cabang mempunyai hak suara menurut
perbandingan jumlah anggota aktif dalam cabang yang mewakili sebagai berikut :
a. 75 orang anggota = 1 (satu) suara.
b. Setiap kelipatan 75 anggota berikutnya mendapatkan 1 (satu) suara.
c. Kelebihan dari kelipatan 75 lebih dari ½ (setengah), dibulatkan menjadi 1
(satu) suara. Kelebihan kurang dari ½ (setengah) dapat ditambahkan pada
cabang lain atau ditarik ke cabang lain.
(5) Dalam Musyawarah Daerah, Musyawarah Cabang hak suara menurut perbandingan
jumlah anggota aktif dalam cabang yang ditentukan pada tata tertib Musyawarah
Daerah dan Musyawarah Cabang sesuai dengan kondisi setempat.

BAB VIII
KEUANGAN

Pasal 35
Keuangan IBI diperoleh
dari :
1. Uang pangkal,
2. Uang iuran anggota,
3. Sumbangan dalam bentuk apapun yang sah dan tidak mengikat
4. Penerimaan lain yang sah
5. Usaha lain yang sah

Pasal 36
Uang pangkal dan iuran anggota ditentukan sebagai berikut :
1. Uang pangkal sebesar Rp 25.000 (Dua Puluh Lima Ribu Rupiah) tiap anggota.
2. Iuran bulanan anggota sebesar Rp.10.000 (Sepuluh Ribu Rupiah) tiap anggota per
bulan.
3. Iuran dibayar di Ranting/Cabang dimana bidan terdaftar sebagai anggota.
4. Iuran anggota partisipatif dibayarkan di Ranting/Cabang tempat terdaftar sebagai
anggota partisipatif

Pasal 37
1. Penggunaan uang pangkal dan iuran anggota cabang diatur sebagai berikut:
a. 10% untuk Pengurus Pusat
b. 15% untuk Pengurus Daerah
c. 75% untuk Pengurus Cabang (yang tidak mempunyai ranting).
2. Penggunaan uang pangkal dan iuran anggota ranting diatur sebagai berikut :
a. 10% untuk Pengurus Pusat
b. 15% untuk Pengurus Daerah
c. 25% untuk Pengurus Cabang
d. 50% untuk Pengurus Ranting
3. Tata cara pengelolaan keuangan selanjutnya diatur dalam Petunjuk
Pelaksanaan Organisasi.
BAB IX
PENUTUP

Pasal 38
Hal-hal yang belum tercakup dalam Anggaran Rumah Tangga ini, akan diatur kemudian
dalam aturan khusus oleh Pengurus Pusat IBI.

Pasal 39
Anggaran Rumah Tangga ini disahkan dalam Kongres XVI IBI tahun 2018 di Jakarta,
sedangkan sistematika dan redaksinya disempurnakan oleh Panitia Kongres bersama-sama
dengan Pengurus Pusat Ikatan Bidan Indonesia.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggal : 30 Oktober 2018

KONGRES KE XVI IKATAN BIDAN INDONESIA


ORGANOGRAM IKATAN BIDAN INDONESIA
ORGANOGRAM PENGURUS PUSAT IKATAN BIDAN INDONESIA
MASA BAKTI 2018-2023

ORGANOGRAM PENGURUS DAERAH IKATAN BIDAN INDONESIA


ORGANOGRAM PENGURUS CABANG IKATAN BIDAN INDONESIA

ORGANOGRAM PENGURUS RANTING IKATAN BIDAN INDONESIA


SUSUNAN PENGURUS PUSAT
IKATAN BIDAN INDONESIA
MASA BAKTI 2018-2023

Ketua Umum : Dr. Emi Nurjasmi, M.Kes

Sekretaris Jenderal : Dr. Ade Jubaedah, SSiT, MM, MKM


Tata Usaha & Rumah Tangga : Sri Setiyati
Humas : Ida Ayu Citarasmi, SSiT, MKM
Advokasi & Kerjasama Dalam & : Laurensia Lawintono, MSc
Luar Negeri

Ketua I : Nunik Endang Sunarsih, SST, SH, MSc


Organisasi : Sri Poerwaningsih, SST, SKM, M.Kes
Hukum : Herlyssa, SST, MKM
Penelitian dan Pengembangan : Dra. Maryanah, AmKeb, M.Kes

Ketua II : Yetty Leoni Irawan, MSc


Pendidikan : Dr. Indra Supradewi, MKM
Pelatihan : Tuti Sukaeti, SPd, SST, M. Kes
Pelayanan : Siti Romlah, MKM

Bendahara : Heru Herdiawati, SST, SH, MH


Administrasi Keuangan : Sri Martini
Fund Rising : Ratna Chairani, SST, M. Kes

Ketua YBD : Dra. Misfita Farida, SKM, M. Kes

Majelis Pertimbangan Organisasi : Nur Ainy Madjid, SKM


Tuminah Wiratnoko, SIP, MM

Majelis Pertimbangan Etik Bidan : Aan Andanawaty, SST, MM. Kes

Tim Teknis : Sesuai Kebutuhan


Hymne IBI
*Ciptaan: Bidan Kartini

Setiap waktu ku berjuang


Untuk kemanusiaaan
Itulah semua tugasku
Yang tak mengenal waktu

Berat terasa ringan


Tugas seorang bidan
Ku tak ingin tanda jasa
Semua hanya ikhlas adanya

Ikatan bidan Indonesia


Berasas pancasila
Seluruh jiwa dan ragaku
Demi bahagia seluruh bangsaku

*Bidan kartini: Anggota IBI Cabang Jakarta Selatan


Mars IBI
Cipt: Anwar N
Lirik: Adhyati H (PDIBI Aceh)

Marilah seluruh warga bidan di kawasan Nusantara


Berhimpun di dalam satu wadah Ikatan Bidan Indonesia
Membela dan setia mengamalkan ajaran Pancasila
Bekerja dengan tulus ikhlas
Mengabdi mengemban amanat bangsa
Ingatlah sumpah jabatan kita kepada Tuhan
Yang kita ikrarkan bersama slalu jadikan pegangan
Janganlah membuat perbedaan antara miskin kaya
Tugas sucimu sbagai penyelamat
Seluruh wanita di mayapada
SEJARAH
IKATAN BIDAN INDONESIA (IBI)

Dalam sejarah Bidan Indonesia menyebutkan bahwa tanggal 24 Juni 1951 dipandang
sebagai hari jadi IBI. Pengukuhan hari lahirnya IBI tersebut didasarkan atas hasil konferensi
bidan pertama yang diselenggarakan di Jakarta 24 Juni 1951, yang merupakan prakarsa
bidan- bidan senior yang berdomisili di Jakarta. Konferensi bidan pertama tersebut telah
berhasil meletakkan landasan yang kuat serta arah yang benar bagi perjuangan bidan
selanjutnya, yaitu mendirikan sebuah organisasi profesi bernama Ikatan Bidan Indonesia
(IBI), berbentuk kesatuan, bersifat Nasional, berazaskan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945. Pada konferensi IBI tersebut juga dirumuskan tujuan IBI, yaitu:
a. Menggalang persatuan dan persaudaraan antar sesama bidan serta kaum wanita
pada umumnya, dalam rangka memperkokoh persatuan bangsa.
b. Membina pengetahuan dan keterampilan anggota dalam profesi kebidanan,
khususnya dalam pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta kesejahteraan
keluarga.
c. Membantu pemerintah dalam pembangunan nasional, terutama dalam
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
d. Meningkatkan martabat dan kedudukan bidan dalam masyarakat.

Dengan landasan dan arah tersebut, dari tahun ke tahun IBI terus berkembang dengan
hasil- hasil perjuangannya yang semakin nyata dan telah dapat dirasakan manfaatnya baik
oleh masyarakat maupun pemerintah sendiri.

Adapun tokoh-tokoh yang tercatat sebagai pemrakarsa konferensi tersebut adalah: Ibu Selo
Soemardjan, Ibu Fatimah, Ibu Sri Mulyani, Ibu Salikun, Ibu Sukaesih, Ibu Ipah dan Ibu S.
Margua, yang selanjutnya memproklamirkan IBI sebagai satu-satunya organisasi resmi bagi
para bidan Indonesia. Hasil-hasil terpenting dari konferensi pertama bidan seluruh
Indonesia tahun 1951 tersebut adalah:
a. Sepakat membentuk organisasi Ikatan Bidan Indonesia, sebagai satu-satunya
organisasi yang merupakan wadah persatuan & kesatuan Bidan Indonesia.
b. Pengurus Besar IBI berkedudukan di Jakarta.
c. Di daerah-daerah dibentuk cabang dan ranting. Dengan demikian
organisasi/perkumpulan yang bersifat lokal yang ada sebelum konferensi ini
semuanya membaurkan diri dan selanjutnya bidan-bidan yang berada di daerah-
daerah menjadi anggota cabang-cabang dan ranting dari IBI.
d. Musyawarah menetapkan Pengurus Besar IBI dengan susunan sebagai berikut:

Ketua I : Ibu Fatimah Muin


Ketua II : Ibu Sukarno
Penulis I : Ibu Selo Soemardjan
Penulis II : Ibu Rupingatun
Bendahara : Ibu Salikun

Tiga tahun setelah konferensi, IBI terdaftar di Departemen Kehakiman pada tanggal 15
Oktober 1954 dalam lembaran Negara nomor: J.A.5/92/7 Tahun 1954, dan pada tahun
1956 IBI diterima sebagai anggota ICM (International Confederation of Midwives). Hingga
saat ini IBI tetap mempertahankan keanggotaan ini, dengan cara senantiasa berpartisipasi
dalam kegiatan ICM yang dilaksanakan di berbagai negara baik pertemuan-pertemuan,
lokakarya, pertemuan regional maupun kongres tingkat dunia dengan antara lain
menyajikan pengalaman dan kegiatan IBI. IBI yang seluruh anggotanya terdiri dari wanita
telah
tergabung dengan Kongres Wanita Indonesia (KOWANI) pada tahun 1951 hingga saat ini IBI
tetap aktif mendukung program-program KOWANI bersama organisasi wanita lainnya dalam
meningkatkan derajat kaum wanita Indonesia. Selain itu sesuai dengan Undang-Undang RI
No.8 tahun 1985, tentang organisasi kemasyarakatan maka IBI dengan nomor 133 terdaftar
sebagai salah satu Lembaga Sosial Masyarakat di Indonesia. Begitu juga dalam Komisi
Nasional Kedudukan Wanita di Indonesia (KNKWI) atau National Commission on the Status
of Women (NCSW) IBI merupakan salah satu anggota pendukungnya.

Pada kongres IBI yang kedelapan yang berlangsung di Bandung pada tahun 1982, terjadi
perubahan nama Pengurus Besar IBI diganti menjadi Pengurus Pusat IBI, karena IBI telah
memiliki 249 cabang yang tersebar di seluruh propinsi di Indonesia. Selain itu kongres juga
mengukuhkan anggota pengurus Yayasan Buah Delima yang didirikan pada tanggal 27 Juli
1982. Yayasan ini bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota IBI, melalui pelaksanaan
berbagai kegiatan.

Pada tahun 1985, untuk pertama kalinya IBI melangsungkan Kongres di luar pulau Jawa,
yaitu di Kota Medan (Sumatera Utara) dan dalam kongres ini juga didahului dengan
pertemuan ICM Regional Meeting Western Pacific yang dihadiri oleh anggota ICM dari
Jepang, Australia, New Zealand, Philiphina, Malaysia, Brunei Darussalam dan Indonesia.
Bulan September 2000 dilaksanakan ICM Asia Pacific Regional Meeting di Denpasar Bali.
Pada tahun 1986 IBI secara organisatoris mendukung pelaksanaan pelayanan Keluarga
Berencana oleh Bidan Praktek Swasta melalui BKKBN.

Di tingkat internasional, sebagai anggota International Confederation of Midwives (ICM)


sejak 1956 IBI selalu aktif mengikuti kegiatan organisasi tersebut terutama kongres ICM
maupun kongres ICM Regional Asia Pasific (Aspac). Pada Kongres ICM ke 30 di Praha,
melalui bidding IBI berhasil ditetapkan menjadi tempat penyelenggaraan kongres ICM ke-
32 dan akan diselenggarakan di Bali tahun 2020. Pada Kongres ICM ke-31 bulan Juni 2017 di
Toronto Canada, Dr. Emi Nurjasmi, MKes Ketua Umum PPIBI 2013-2018 terpilih sebagai
Koordinator ICM Asia Pasific.

Selain itu, dalam menyikapi tantangan globalisasi, kemajuan dan kebutuhan masyarakat
Indonesia yang semakin berkembang, maka IBI berkewajiban untuk menyusun Rancangan
Undang Undang Kebidanan dan mengajukannya kepada lembaga yang berwenang. UU
Kebidanan merupakan payung hukum profesi bidan, yang saat ini dalam tahap akhir
pengesahan. Dalam pelaksanaan praktik kebidanan, bidan didukung oleh Peraturan Menteri
Kesehatan yang telah mengalami perubahan dari Permenkes No 1464 tahun 2010 menjadi
Permenkes 28 tahun 2017 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan. Dengan
dinamika yang terjadi sampai tahun 2015 RUU Kebidanan belum dapat disahkan menjadi
Undang- Undang dan pada akhirnya usulan rancangan Undang-Undang Kebidanan diambil
alih oleh DPR menjadi RUU Kebidanan Inisiatif DPR.

Tahun 2016 Komisi IX telah membentuk Panitia Kerja (Panja) RUU Kebidanan dan telah
aktif melakukan kegiatan seperti mengundang pakar, organisasi profesi terkait (POGI, IDAI,
IDI); instansi pemerintah (Kementerian Kesehatan, Kemristekdikti, Kementerian Hukum
dan HAM, Kementerian Menpan-RB, Kementerian Dalam Negeri); serta kalangan Akademisi
(Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya dan Universitas Padjadjaran). Pengurus Pusat
IBI juga telah melakukan berbagai kegiatan dalam rangka mensosialisasikan dan menjaring
aspirasi dari: 1) Pengurus Pusat dengan sesepuh; 2) Pengurus Pusat dengan seluruh ketua
PD, PC dan anggota; 3) Pengurus Pusat dengan jurusan kebidanan dari seluruh poltekkes di
Indonesia, perwakilan dari AIPKIND, HPTKes, dan Forum Komunikasi Jurusan Kebidanan
Poltekkes Kemkes; 4) Melalui kegiatan seminar dan HUT IBI di berbagai daerah bersama
dengan Panja RUU Kebidanan Komisi IX DPR RI; 5) Rakernas, PIT Bidan, serta website IBI;
6) IBI juga mengundang pakar dalam rangka penguatan konsep RUU Kebidanan (Prof.
Budi
Sampurno, Prof. Adang Bachtiar, Sundoyo, SH, MH, Della Sherratt). Pada Tahun 2018
Surpres untuk membahas RUU Kebidanan diterbitkan. Panja RUU Kebidanan Komisi IX DPR
RI secara lebih intensif melakukan rapat kerja dengan Pemerintah (Kemenkes,
Kemenristekdikti, Kemenaker, Kemendagri, KemenPAN-RB, dan KemenkumHAM).

Seiring berjalan waktu terdapat beberapa perubahan kebijakan, antara lain:


a. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan
b. Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan
c. Permenkes Nomor 11 Tahun 2017 Tentang Tentang Keselamatan Pasien
d. Permenkes Nomor 52 Tahun 2017 Tentang Eliminasi Penularan Human
Immunodeficiency Virus, Sifilis, Dan Hepatitis B Dari Ibu Ke Anak
e. Permenkes Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Penyelenggaraan Imunisasi
f. Permenkes Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
g. Permenkes Nomor 17 Tahun 2017 Tentang Rencana Aksi Pengembangan Industri
Farmasi Dan Alat Kesehatan
h. Permenkes Nomor 97 Tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Masa Sebelum Hamil,
Masa Hamil, Persalinan, Dan Masa Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan
Kontrasepsi, Serta Pelayanan Kesehatan Seksual
i. Permenkes Nomor 25 Tahun 2014 Tentang Upaya Kesehatan Anak

Gerak dan langkah Ikatan Bidan Indonesia di semua tingkatan dapat dikatakan semakin
maju dan berkembang dengan baik. Sampai dengan tahun 2018, IBI telah memiliki 34
Pengurus Daerah, 509 Pengurus Cabang (di tingkat Kabupaten/Kota) dan 3.728 Pengurus
Ranting IBI (di tingkat Kecamatan/unit Pendidikan/Unit Pelayanan). Jumlah anggota yang
telah memiliki Kartu Tanda Anggota (KTA) 304.732 (12 September 2018), sedangkan
jumlah bidan yang terdaftar di Majelis Tenaga Kesehatan Indonesia (MTKI) ada 658.510
(MTKI, Agustus 2018).

PERKEMBANGAN JUMLAH ANGGOTA IBI


TAHUN 1988 – 2018

TAHUN JUMLAH ANGGOTA


1988 16.413
1990 25.397
1994 46.114
1995 54.080
1996 56.961
1997 57.032
1998 66.547
2003 68.772
2008 87.338
2013 141.148
2018 304.732

Dari tahun ke tahun IBI berupaya untuk meningkatkan mutu dan melengkapi atribut-atribut
organisasi, sebagai syarat sebuah organisasi profesi, dan sebagai organisasi masyarakat
yaitu
:
1. AD-ART, yang ditinjau, disempurnakan dan disesuaikan dengan perkembangan tiap 5
(lima) tahun sekali.
2. Kode Etik Bidan, yang ditinjau, disempurnakan dan disesuaikan dengan perkembangan
tiap 5 (lima) tahun sekali.
3. Pedoman berkelanjutan pendidikan Bidan
4. Buku Prosedur Tetap pelaksanaan tugas-tugas Bidan.
5. Buku Pedoman Organisasi.
6. Buku Pedoman Bagi Bidan di desa.
7. Buku Pedoman Klinik IBI.
8. Buku 50 tahun IBI, yang mencatat tentang sejarah dan kiprah IBI, diterbitkan dalam
rangka menyambut HUT ke 50 IBI pada tahun 2001.
9. Renstra IBI 1996 - 1998

Khusus melalui kepengurusan tahun 1998 - 2003 atribut-atribut/kelengkapan tersebut


bertambah lagi dengan disusunnya:
1. Majalah Bidan
2. Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
3. Buku Pedoman Maternal & Neonatal
4. Buku Pedoman Keluarga Berencana
5. Buku Pedoman Pencegahan Infeksi
6. Buku Pedoman Asuhan Persalinan Normal
7. Buku Kepmenkes 900 Tahun 2002
8. Buku Kumpulan Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Organisasi IBI
9. Kepmenkes 237 Tahun 1997 tentang Pemasaran Pengganti Air Susu Ibu
10. Kepmenkes 450 Tahun 2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu Secara Eksklusif Pada Bayi
di Indonesia
11. Kepmenkes 900 Tahun 2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan
12. Renstra IBI 1998 – 2003

Pada Kepengurusan tahun 2003 – 2008


Telah dihasilkan :
1. Pedoman Uji Kompetensi Bidan
2. Renstra 2008 – 2013
3. Bidan Delima
4. Kesehatan reproduksi up-date satu set (warna ungu).
5. Inisiasi Menyusu Dini
6. Modul Pembelajaran untuk DIII Kebidanan (kerjasama dengan YPKP)
7. Kepmenkes 369 Tahun 2007 tentang Standar Profesi Bidan
8. Kolegium Kebidanan
9. Lahirnya Asosiasi Institusi Pendidikan Indonesia (APKIND)

Pada Kepengurusan tahun 2008 – 2013


Telah dihasilkan :
1. Pedoman Uji Kompetensi Bidan yang telah disempurnakan
2. Renstra 2008 – 2013
3. E-Learning Bidan Delima
4. Draft Standar Kompetensi Bidan
5. Draft Revisi Kode Etik Bidan
6. Draft Standar Pendidikan Bidan
7. Draft Standar Pendidikan Berkelanjutan Bidan
8. Draft Standar Pelayanan Bidan

Pada Kepengurusan tahun 2013 – 2018


Telah dihasilkan :
1. AD ART 2013 - 2018
2. Buku Petunjuk Pelaksanaan Organisasi IBI 2013-2018
3. Buku Etika dan Kode Etik Bidan
4. Buku Rencana Strategis 2013-2018
5. Draft Revisi Standar Kompetensi Bidan
6. Draft Revisi Standar Pendidikan Bidan
7. Draft Revisi Standar Pelayanan Bidan
8. Buku Pedoman Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (CPD) Bidan
9. Buku Log Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (CPD) Bidan
10. Buku Acuan Peserta Pelatihan Midwifery Update (MU)
11. Modul Paket Pelayanan Awal Minimum (PPAM) Kesehatan Reproduksi
12. Jurnal Ilmiah Bidan (terakreditasi Dikti)
13. Modul E-Learning Asuhan Kebidanan pada Ibu Hamil dengan PEB
14. Modul Pelatihan Tim Penilai Kompetensi Kerja Bidan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan

VISI IBI, yaitu:


Menjadikan organisasi profesi yang handal dalam Mewujudkan bidan profesional berstandar
global

MISI IBI, yaitu:


1. Meningkatkan kekuatan organisasi berbasis Informasi Teknologi (IT)
2. Meningkatkan peran IBI dalam penjaminan mutu pendidikan Kebidanan
3. Meningkatkan peran IBI dalam penjaminan mutu pelayanan Kebidanan
4. Meningkatkan kesejahteraan anggota
5. Menjalin kerjasama dengan stakeholders
6. Meningkatkan inovasi pelayanan kebidanan
7. Meningkatan pengembangan pelayanan berbasis research

Rencana Strategis IBI tahun 2018-2023


1. Mengutamakan kebersamaan
2. Mempersatukan diri dalam satu wadah
3. Pengayoman terhadap anggota
4. Pengembangan diri dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dan Seni (IPTEKS)
5. Peran serta dalam pembangunan kesehatan
6. Mempertahankan dan meningkatkan citra bidan
7. Pelayanan berkualitas
8. Pemberdayaan Perempuan

Prioritas Strategi
1. Pengembangan standarisasi pendidikan bidan dengan standar internasional.
2. Peningkatan pelatihan bagi anggota IBI
3. Membangun kerjasama dan kepercayaan dari donor dan mitra IBI.
4. Peningkatan advokasi kepada pemerintah untuk mendukung pengembangan profesi
bidan
5. Peningkatan pembinaan terhadap anggota berkaitan dengan peningkatan kompetensi,
profesionalisme dan aspek hukum.
6. Peningkatan pengumpulan data dasar.
7. Peningkatan akses Organisasi Profesi IBI terhadap pelayanan dan pendidikan
kebidanan.
8. Capacity Building bagi pengurus IBI.
9. Peningkatan pengadaan sarana prasarana.
10. Membangun kepercayaan anggota IBI, donor dan mitra dengan tetap menjaga mutu
pengelolaan keuangan yang accountable.
Sejak berdirinya tahun 1951 hingga sekarang, IBI telah berhasil menyelenggarakan Kongres
Nasional sebanyak 15 kali. Sesuai dengan Anggaran Dasar IBI, pada setiap Kongres
merencanakan program kerja dan pemilihan Ketua Umum Pengurus Pusat IBI. Rekapitulasi
tempat penyelenggaraan Kongres Nasional IBI dan Ketua Umum terpilih, sebagai berikut
ini:

DAFTAR PELAKSANAAN KONGRES IBI

Kongre
Tahun Tempat Ketua Terpilih
s
Munas 1951 Jakarta Ibu Fatimah Muin
I 1953 Bandung Ibu Ruth Soh Sanu
II 1955 Malang Ibu Selo Soemardjan
III 1957 Yogyakarta Ibu Tuti Sutjiati
Lawang –
IV 1961 Ibu Rukmini Oentoeng
Malang
V 1969 Jakarta Ibu Rukmini Oentoeng
VI 1975 Jakarta Ibu Rabimar Juzar Bur
VII 1978 Jakarta Ibu Rabimar Juzar Bur
Ibu Samiarti
VIII 1982 Bandung
Martosewojo
November Ibu Samiarti
IX Medan
1985 Martosewojo
November
X Surabaya Ibu Rabimar Juzar Bur
1988
Ujung
XI Oktober 1993 Ibu Nisma Chairil Bahri
Pandang
September
XII Denpasar Ibu Wastidar Musbir
1998
7-11 Sept Ibu Dra. Harni Koesno,
XIII Jakarta
2003 MKM
Ibu Dra. Harni Koesno,
XIV 2-6 Nov 2008 Padang
MKM
10-16 Nov Ibu Dr. Emi Nurjasmi,
XV Jakarta
2013 M.Kes
29 Okt – 03 Ibu Dr. Emi Nurjasmi,
XVI Jakarta
Nov 2018 M.Kes
SEJARAH PENDIDIKAN BIDAN

Tahun 1851 Pendidikan Bidan bagi wanita pribumi tidak berlangsung lama.
Tahun 1902 Pendidikan Bidan bagi wanita pribumi dibuka kembali.
Tahun 1938 – 1939 DI Sekolah Bidan Budi Kemuliaan di Jakarta dan Mardi Waluyo
Semarang Dibuka Pendidikan ”Direct Entry” untuk Bidan, lulusan
MULO/HBS selam 3 tahun. Para siswa boleh menempuh ujian Bidan
setelah mendapat sertifikat Aspirant mantri juru rawat (Perawatan
Umum)
Tahun 1950 Pendidikan Bidan, SMP + 3 tahun.
Tahun 1954 Dibuka sekolah guru bidan.
Tahun 1975-1984 Sekolah Bidan ditutup. IBI terus berjuang agar sekolah Bidan
dibuka kembali.
Tahun 1985 Dibuka Program Pendidikan Bidan Swadaya
Tahun 1989 Crash Program Pendidikan Bidan A, SPK/Pengatur Rawat 1 tahun dan
Penempatan Bidan di Desa.
Tahun 1993 Program Pendidikan Bidan B, Akper + 1 th hanya 2 angkatan.
Tahun 1993 Program Pendidikan Bidan C, SMP + 3 th di 11 propinsi. Pada Kongres
VIII IBI di Surabaya, IBI mengeluarkan rekomendasi; agar dasar
pendidikan bidan SMU dan hal ini terus diperjuangkan.
Tahun 1994 Program Bidan PTT.
Tahun 1996 Dibuka DIII Kebidanan.
Tahun 2000 Dibuka Program D-IV Bidan Pendidik
Tahun 2006 Dibuka S2 Kebidanan di Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran .
Tahun 2008 Dibuka S1 + Profesi Kebidanan di Fakultas Kedokteran Universitas
Airlangga Surabaya
Tahun 2009 Dibuka S1 + Profesi Kebidanan di Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya (UB) Malang
Tahun 2011 Dibuka S2 Kebidanan di Universitas Andalas Padang dan Universitas
Brawijaya Malang
Tahun 2012 Dibuka S2 Kebidanan di Universitas Hassanudin Makassar
Tahun 2013 Dibuka S1 + Profesi Kebidanan di Universitas Andalas Padang
Tahun 2014 Dibuka S2 Kebidanan di Universitas 'Aisyiyah Yogyakarta
Hingga Tahun 2018 Sudah berdiri 32 Program Studi Profesi Bidan

You might also like