You are on page 1of 10

Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

http://journal.trunojoyo.ac.id/agriekonomika
Agriekonomika Volume 8, Nomor 1, 2019

Daya Saing Ekspor Kopi Indonesia di Pasar Global


Ahmad Syariful Jamil

Balai Pelatihan Pertanian Jambi, Indonesia


Received: February 2019; Accepted: April 2019; Published: April 2019
DOI: http://doi.org/10.21107/agriekonomika.v8i1.4924

ABSTRAK
Kelebihan penawaran kopi dunia mengindikasikan adanya peningkatan persaingan
dalam hal memperebutkan pasar kopi global. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan
menganalisis posisi daya saing perdagangan kopi Indonesia di pasar global. Revealed
Comparative Advantage (RCA) dan Constant Market Share (CMS) digunakan untuk
menjawab tujuan penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia memiliki
pangsa ekspor kopi terendah dibandingkan dengan negara eksportir utama lainnya.
Indeks RCA dan CMS menunjukkan bahwa selama periode penelitian Indonesia relatif
memiliki daya saing, meskipun masih relatif lebih rendah dibandingkan dengan negara
lainnya. Upaya yang dapat ditempuh dalam rangka untuk meingkatkan daya saing kopi
Indonesia adalah peningkatan produktivitas dan kualitas berbasiskan kekhasan kopi
tertentu.
Kata kunci: Kopi, Daya Saing Ekspor, CMS, RCA

Export Competitiveness of Indonesian Coffee in Global Market

ABSTRACT
The excess supply of world coffee indicates an increase in competition among global
main exporters in terms of contesting global coffee market. Therefore, this study aims
to analyze position of Indonesia’s cofee competitiveness in the global trade market.
Revealed Comparative (RCA) and Constant Market Share were utilized to answer
research objective. The result showed that Indonesia had the lowest share of coffee
export compared to other major exporters. The RCA and CMS showed that during the
research period, Indonesia was relatively competitive, although it was still relatively
lower compared to ohter countries. The means that can be utilized in order to improve
Indonesia’s coffee competitiveness were productivity and quality increasing based on
specialty.
Keywords: Coffee, export competitiveness, CMS, RCA

Cite this as:


Jamil, A. S. (2019). Daya Saing Ekspor Kopi Indonesia di Pasar Global. Agriekonomika, 8(1), 26-35. http://
doi.org/10.21107/agriekonomika.v8i1.4924

Corresponding author : © 2019 Universitas Trunojoyo Madura
Address : Jl. Jambi-Palembang Km 16 Muara Jambi
p-ISSN 2301-9948 | e-ISSN 2407-6260
Email : ahmadsyariful@pertanian.go.id
Phone : 087776312710
Agriekonomika, 8(1) 2019: 26-35 | 27

PENDAHULUAN hanya mencatatkan pertumbuhan sebesar


Kopi memiliki peranan penting dalam 51%. Pertumbuhan yang tinggi tersebut
struktur perekonomian Indonesia khusus- pada kawasan Asia disebabkan adanya
nya dalam hal ekspor. (Pusat Data peningkatan ekspor kopi yang massif dari
dan Sistem Informasi Pertanian, 2017) Vietnam, India dan Indonesia yang masing-
menunjukkan bahwa pada tahun 2016 masing memiliki pertumbuhan rata-rata
kopi merupakan komoditas dengan nilai sebesar 732%, 121% dan 69% (Pusat Data
ekspor terbesar kelima dengan nilai dan Sistem Informasi Pertanian, 2017).
perdagangan mencapai 1.01 milyar US$ Nilai tersebut mengindikasikan bahwa
atau berkontribusi 3.94% terhadap nilai pertumbuhan ekspor Vietnam menggeser
perdagangan komoditas perkebunan yang posisi Kolombia sebagai negara eksportir
mencapai 25.58 milyar US$. Besarnya nilai kopi terbesar kedua didunia.
ekspor tersebut menempatkan Indonesia Adanya ekses penawaran kopi
sebagai negara eksportir kopi keempat global mendorong terjadinya penurunan
terbesar dunia bersama Brazil, Vietnam harga kopi dunia. (Krishnan, 2017)
dan Kolombia. menambahkan bahwa saat ini telah
Sebagian besar kopi Indonesia terjadi perubahan struktur produsen kopi
merupakan jenis robusta dengan pro- global, dimana diikuti dengan penurunan
porsi sebesar 81.96% dengan luasan harga kopi dan adanya peningkatan
lahan rata-rata sebesar 1.04 juta hektar biaya usahatani kopi. Kondisi tersebut
pada tahun 2017. Sebagian besar kopi akan berdampak terhadap pendapatan
tersebut diekspor ke berbagai negara di usahatani dari para petani kopi pada negara
dunia. Amerika dan Jepang merupakan produsen yang umumnya merupakan
pengimpor kopi Indonesia terbesar, dimana negara berkembang. Hal ini dikonfirmasi
masing-masing memiliki pangsa impor oleh (Krishnan, 2017) yang menyatakan
sebesar 16.24% dan 8.64% (Pusat Data bahwa terdapat sekitar 125 juta orang
dan Sistem Informasi Pertanian, 2017). yang menggantungkan hidupnya terhadap
Besarnya potensi perdagangan komoditas kopi, dimana sebagian besar
kopi Indonesia tersebut dihadapkan pada berasal dari sekitar 80 negara tropis yang
berbagai tantangan. Salah satunya adalah masih berkembang,
semakin tingginya tingkat persaingan Berbagai permasalahan tersebut
antar negara produsen memperebutkan mendorong negara produsen kopi
pangsa impor di pasar internasional. untuk dapat mengantisipasi dan bahkan
Hal ini diakibatkan adanya perubahan memanfaatkan situasi dalam rangka
keseimbangan pasar kopi global, dimana mempertahankan posisinya dalam
terjadi kecenderungan kelebihan pasokan perdagangan kopi global. Selain itu,
kopi dunia. Berdasarkan data (International semakin terbukanya pasar global dan
Coffee Organization, 2019) menunjukkan adanya kelebihan penawaran kopi global
bahwa pada tahun 2017/2018 produksi mengindikasikan adanya peningkatan per-
kopi dunia tumbuh sebesar 5.7% menjadi saingan dalam hal memperebutkan pasar
10.13 juta ton, sementara konsumsi dunia kopi global.
hanya tumbuh sebesar 1.8% atau 9.74 juta Pada dasarnya, persaingan yang
ton. Dengan kata lain, terjadi kelebihan terjadi dalam perdagangan global yang
produksi kopi dunia sebanyak 390 ribu ditunjukkan dengan adanya fluktuasi nilai
kilogram. ekspor tidak dapat dipisahkan dari kosep
Ekses produksi yang terjadi keunggulan komparatif dan kompetitif
disebabkan adanya peningkatan ekspor (Baroh dkk., 2014). Rosiana dkk. (2017),
kopi dari wilayah Asia. Selama periode menambahkan bahwa fluktuasi volume
tahun 1992 hingga tahun 2016 volume ekspor kopi di beberapa negara eksportir
ekspor kopi Asia telah meningkat tiga kali utama pada 15 tahun terakhir diduga akan
lipat, sementara wilayah Amerika selatan berdampak pada posisi suatu negara dalam
28 | Ahmad Syariful Jamil, Daya Saing Ekspor Kopi Indonesia di Pasar Global

menghadapi kompetisi dengan negara untuk membandingkan daya saing negara


eksportir lainnya. Terlebih lagi, saat ini tersebut di pasar global.
persaingan dalam memperebutkan pasar Pada penelitian ini, analisis RCA
tidak hanya sebatas bagaimana suatu digunakan untuk menganalisis tingkat
negara produsen kopi bersaing dalam daya saing ekspor komoditas kopi oleh
meningkatkan kuantitas/ volume ekspor di eksportir utama ke pasar global. Sejak
pasar global, tetapi juga dihadapkan pada diperkenalkan oleh Balassa pada tahun
berkembangnya orientasi konsumen yang 1965, metode RCA banyak digunakan
mengarah pada keberlanjutan linkungan untuk mengukur tingkat daya saing
(Oktaviana, Masyhuri, & Hartono, 2017). suatu komoditas/ barang (Lindung &
Berdasarkan kondisi tersebut, tujuan dari Jamil, 2019) dan (Qineti, Rajcaniova, &
penelitian ini adalah untuk menganalisis Matejkova, 2009). Metode RCA dapat
posis daya saing perdagangan kopi merefleksikan keunggulan komparatif
Indonesia di pasar global. suatu negara melalui kinerja ekspornya.
Secara matematis indeks RCA sebagai
METODE PENELITIAN berikut (Balassa 1965) dalam (Qineti et al.,
Penelitian ini sebagian besar menggunakan 2009):
data sekunder time series perdagangan
selama periode 16 tahun (2001-2017). Indeks RCAik = (1)
Data sekunder tersebut dikumpulkan
dari Badan Pusat Statistik, United Nation Dimana Xik adalah nilai ekspor
Commodity Trade (UN Comtrade) dan kopi (Kode HS 0901) dari negara i (US$),
Trademap. Pada penelitian ini dibagi Xi adalah nilai ekspor total dari negara i
kedalam tiga rata-rata periode waktu, (US$), Wk adalah nilai ekspor kopi (Kode
yaitu periode I (2001-2006), periode II HS 0901) dunia (US$) dan Wt adalah nilai
(2007-2012) dan periode III (2013-2017). ekspor total dunia (US$). Indeks RCA
Pembagian periode tersebut dimaksudkan tersebut diklasifikasikan menjadi 4 kelas
untuk mempermudah interpretasi hasil (Hinloopin and Van Marrewiyk, 2001 dalam
analisis. Data tersebut merupakan data Hassan, 2013) yaitu:
ekspor kopi dengan kode HS 0901 dari Kelas a: 0 < RCA ≤ 1
empat negara pengekspor utama di pasar Kelas b: 1 < RCA ≤ 2
global. Keempat negara tersebut adalah Kelas c: 2 < RCA ≤ 4
Indonesia, Brazil, Kolombia dan Vietnam. Kelas d: 4 < RCA ≤ ∞
Pemilihan negara didasarkan pada Kelas a, b, c dan d masing masing
ukuran pangsa pasar ekspor kopi, dimana menunjukkan tidak memiliki keunggulan
keempat negara tersebut memiliki nilai komparatif, memliki keunggulan komparatif
pangsa pasar terbesar yaitu lebih dari 50% yang lemah, memiliki keunggulan kom-
di pasar global (UN Comtrade, 2019). paratif yang sedang/medium dan memiliki
Metode deskriptif dan kuantitatif keunggulan komparatif yang kuat.
digunakan untuk menjawab tujuan Constant Market Share (CMS)
penelitian. Keragaan perbandingan daya digunakan dalam penelitian ini untuk
saing kopi Indonesia dengan negara menganalisis sumber pertumbuhan eks-
eksportir kopi lainnya dianalisis secara por kopi. CMS digunakan pertama kali
deskriptif. Metode kuantitatif yang digunakan dalam perdagangan internasional oleh
berupa pendekatan Constant Market Tyszynski (1951) dalam (Rifin, 2010).
Share (CMS) dan Revealed Comparative (Oktaviani, Widyastutik, & Novianti, 2017)
Advantage (RCA). Kedua metode tersebut menyatakan bahwa penggunaan CMSA
digunakan untuk menganalisis tingkat mampu mengambarkan kondisi aktual
daya saing ekspor kopi Indonesia di pasar laju pertumbuhan ekspor suatu negara,
global. Indeks daya saing Brazil, Vietnam dimana pertumbuhan tersebut dapat
dan Kolombia juga dihitung dalam rangka lebih besar, sama atau bahkan lebih kecil
Agriekonomika, 8(1) 2019: 26-35 | 29

dibandingkan dengan laju pertumbuhan Sebagai salah satu negara


rata-rata dunia. Perbandingan antara laju produsen kopi terbesar dunia, jenis kopi
pertumbuhan ekspor suatu negara dengan utama yang diekspor oleh Indonesia
laju pertumbuhan rata-rata dunia tersebut berupa kopi robusta. Berdasarkan
diuraikan kedalam 3 faktor yaitu pengaruh Data (Pusat Data dan Sistem Informasi
distribusi pasar, pengaruh komposisi Pertanian, 2017) menunjukkan bahwa
komoditas dan pengaruh daya saing hingga tahun 2017 produksi kopi domestik
(Tyszynki, 1951 dalam Sinta dkk., 2017)). didominasi oleh 81.87% kopi robusta yang
95.56% diusahakan oleh sebagian besar
q1–q0= rq + {(ri – r)q0} + {q1–q0–rq0} (2) perkebunan rakyat. Pada tahun 2017
(1) (2) (3) luas areal kopi Indonesia mencapai 1.23
juta, dengan rata-rata produktivitas hanya
Dimana q0 adalah nilai ekspor kopi mencapai 633.12 kg per hektar. Tingkat
negara i ke pasar global tahun ke t-1. q1 produktivitas kopi Indonesia tersebut
merupakan nilai ekspor kopi negara i ke masih jauh dibawah dengan produktivitas
pasar global tahun ke t. ri adalah persentase negara pesaing seperti Vietnam yang
peningkatan impor kopi di pasar global. mencapai 2 ton per hektar (Rosiana dkk.,
R adalah persentase peningkatan impor 2017).
umum di pasar global. (1) menunjukkan Pada periode I-II, ekspor kopi
pengaruh distribusi pasar, (2) pengaruh Indonesia mengalami peningkatan
komposisi komoditas dan (3) pengaruh sebesar 20.99% dari 348 489 ton menjadi
daya saing. 421 622 ton (Tabel 1). Brazil dan Vietnam
mencatatkan pertumbuhan ekspor yang
HASIL DAN PEMBAHASAN juga positif, dimana Vietnam mengalami
Indonesia, Brazil, Vietnam dan Kolombia pertumbuhan relatif tinggi yaitu sebesar
memiliki pangsa ekspor sebesar 49.77%, 160.15%. Vietnam merupakan satu-
sedangkan sisanya disumbang oleh satunya negara dengan pertumbuhan rata-
negara-negara lain (Tabel 1). Kondisi rata ekspor kopi lebih tinggi dibandingkan
tersebut mengindikasikan bahwa pertumbuhan dunia. Sementara itu,
Indonesia menghadapi pasar oligopoli. Kolombia mencatatkan pertumbuhan yang
Keberadaan struktur pasar oligopoli negatif sebesar 15.93%. Berdasarkan
tersebut terkonfirmasi adanya beberapa rata-rata pertumbuhan pangsa pasar,
kerjasama antar negara produsen seperti Vietnam merupakan satu-satunya negara
International Coffee Agreement dan yang memiliki pertumbuhan pangsa pasar
International Coffee Organization. positif, dimana pangsa pasar Vietnam
Tabel 1
Perkembangan Pangsa Ekspor Kopi Brazil, Vietnam, Kolombia
dan Indonesia di Pasar Global
Periode I Periode II Periode III
(2001-2006) (2007-2012) (2013-2017)
Rata-rata Pangsa Rata-rata Pangsa Rata-rata Pangsa
ekspor (ton) pasar (%) ekspor (ton) pasar (%) ekspor (ton) pasar (%)
World 5 690 489 100 8 429 100 100 8 536 150 100
Brazil 1 405 837 25 1 634 740 19 1 834 304 21

Vietnam 596 968 10.5 1 277 631 15.2 1 523 351 17.8
Kolombia 585 819 10.3 492 505 5.8 669 864 7.8
Indonesia 348 489 6.1 421 622 5.0 450 750 5.3

Sumber: UN Comtrade 2019


30 | Ahmad Syariful Jamil, Daya Saing Ekspor Kopi Indonesia di Pasar Global

tumbuh sebesar 6.57%. Sementara Brazil, miliki daya saing relative lebih besar di-
Kolombia dan Indonesia mengalami pe- bandingkan ketiga negara lainnya. Relatif
nurunan pangsa pasar masing-masing lebih tingginya nilai RCA Vietnam dari
sebesar 6.00%, 4.50% dan 1.10%. Indonesia selain dikarenakan volume
Tabel 1, menunjukkan bahwa total ekspor yang lebih besar juga disebabkan
volume ekspor kopi Indonesia mengalami perbedaan proporsi, dimana ekspor kopi
peningkatan dari 421 622 ton ke 450 750 ton menyumbang sebesar 1.28% dari total
pada periode II-III. Pada periode III, semua ekspor Vietnam sedangkan Indonesia
negara mengalami pertumbuhan volume hanya 0.46% (Setiawan & Sugiarti, 2016).
ekspor positif, dimana masin-masing Selain itu, kopi merupakan komoditas
mengalami peningkatan sebesar 12.21% dengan nilai ekspor terbesar kedua setelah
untuk Brazil, 19.23% untuk Vietnam, beras, dimana rata-rata mencatatkan nilai
36.01% untuk Kolombia dan 6.91% untuk ekspor sebesar US$ 500 juta (Thin, 2015)
Indonesia. Selain itu, pada periode II-III dalam (Nhien, 2016).Pada periode I-II, tidak
pangsa pasar kopi ekspor Indonesia di terdapat negara eksportir yang mengalami
pasar global mengalami kenaikan sebesar pertumbuhan pada indeks daya saing,
0.3% yaitu dari5% menjadi 5.3%. Kondisi begitu juga Kolombia. Berdasarkan table
yang sama juga dialami oleh Brazil, 2 juga menunjukkan bahwa Indonesia
Vietnam dan Kolombia, dimana negara- merupakan negara dengan nilai penurunan
negara tersebut mengalami kenaikan indeks daya saing terkecil yaitu sebesar
pangsa pasar. -0.75% (Tabel 2). Sementara negara
Selain indikator pangsa pasar, lainnya mengalami penurunan indeks
tingkat daya saing kopi Indonesia juga yang relative besar, dimana Kolombia
dianalisis menggunakan indeks RCA. mengalami penurunan indeks RCA relative
Berdasarkan indeks klasifikasi RCA, lebih besar dibandingkan negara lainnya
Indonesia berada pada kelas c yang (-44.24%).
berarti bahwa daya saing kopi Indonesia Kondisi yang serupa juga dialami
medium atau sedang, dengan rata-rata oleh Indonesia, Brazil dan Vietnam pada
indeks RCA sebesar 3.95. Sementara periode II-III, dimana negara-negara
Brazil, Kolombia dan Vietnam memiliki tersebut masih mengalami penurunan
daya saing yang kuat (kelas d). Besaran indeks daya saing. Kolombia merupakan
indeks RCA rata-rata Brazil, Kolombia dan satu-satunya negara yang mencatatkan
Vietnam masing-masing sebesar 15.76, pertumbuhan indeks daya saing secara
40.37 dan 17.80 (Tabel 2). Berdasarkan positif yaitu sebesar 8.13%.
hasil tersebut mencerminkan bahwa Kecenderungan pergerakan indeks
Kolombia merupakan negara yang me- RCA Indonesia yang relative lebih rendah
Tabel 2
Nilai Indeks Revealed Comparative Advantage (RCA) rata-rata Indonesia, Brazil,
Kolombia dan Vietnam ke pasar global dari periode I (2001-2006), Periode II
(2007-2012) dan Periode III (2013-2017)
Indonesia Brazil Kolombia Vietnam
Periode I (2001-2006) Rata-rata RCA
3.98 17.46 55.52 21.60
Periode II (2007-2012) Rata-rata RCA
3.95 15.56 30.96 20.52
Periode III (2013-2017) Rata-rata RCA
3.92 13.96 33.48 9.98
Periode I dan Periode II Perubahan RCA
-0.75 -10.91 -44.24 -4.99
Periode II dan Periode III Perubahan RCA
-0.76 -10.27 8.13 -51.36
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Agriekonomika, 8(1) 2019: 26-35 | 31

dibandingkan dengan negara lainnya Analisis keunggulan daya saing


mengindikasikan bahwa ekspor kopi kopi Indonesia juga dilengkapi dengan
Indonesia relatif stagnan. Produsen kopi hasil analisis Constant Market Share
Indonesia cenderung menitikberatkan pada Analyisis (CMSA). Tabel 3, menunjukkan
peningkatan kuantitas. Kondisi tersebut bahwa pada periode I, adanya perbedaan
mengakibatkan mutu biji kopi Indonesia pertumbuhan pangsa ekspor Indonesia
yang dieskpor rendah (Hanani dkk., 2014). terhadap pertumbuhan standar paling
(Sinta dkk., 2017) menambahkan bahwa besar disebabkan oleh penurunan
selain produktivitas perkebunan kopi pengaruh daya saing. Sementara pengaruh
yang rendah, tidak adanya penanganan distribusi pasar dan komposisi komoditas
pasca panen yang dilakukan oleh petani masing-masing mengalami pertumbuhan
juga menjadi penyebab utama mengapa yang positif.
pangsa ekspor kopi Indonesia rendah. Pengaruh komposisi komoditas
Kondisi tersebut sejalan dengan hasil Indonesia menunjukkan tanda yang
penelitian (Baroh dkk., 2014) yang positif. Tanda positif pada pengaruh
menunjukkan bahwa kopi memiliki daya komposisi positif mengindikasikan bahwa
saing ke enam terbesar dibandingkan kopi Indonesia telah relatif memenuhi
9 komoditas ekspor utama indonesia permintaan pasar dan persyaratan pa-
lainnya. Selain itu, berbagai kondisi sar sehingga kopi Indonesia diminati
tersebut umumnya disebabkan oleh harga di pasar global. Hal ini selaras dengan
rendah di tingkat petani. Hal tersebut hasil penelitian Hervinaldy (2017),
merupakan konsekuensi dari struktur yang menyatakan bahwa komoditas
pasar yang dihadapi oleh petani. Petani kopi Indonesia merupakan salah satu
yang mendominasi produksi kopi Indonesia komoditas unggulan Indonesia yang paling
(94.53%) tidak memiliki posisi tawar ketika diminati di pasar dunia setelah minyak dan
berhadapan dengan pedagang, sehingga gas. Zuhdi (2016), menambahkan bahwa
petani hanya sebagai penerima harga kopi Indonesia saat ini menjadi salah satu
(price taker). Harga yang rendah tersebut kopi yang paling diminati khsusnya pada
pada akhirnya menurunkan motivasi petani kawasan ASEAN.
dalam mengusahakan kopinya.
Tabel 3
Perkembangan Constant Market Share Analysis Kopi Indonesia di Pasar Global
Indonesia Brazil Kolombia Vietnam
Periode I (2001-2006)
Efek Distribusi Pasar 44.00 234.02 140.72 76.37
Pengaruh Komposisi Komoditas 5.81 35.04 15.98 11.50
Pengaruh Daya Saing -139.59 -716.44 -378.41 -278.00
Pertumbuhan Ekspor -89.78 -447.39 -221.71 -190.13
Periode II (2007-2012)
Pengaruh Distribusi Pasar 51.52 323.62 133.19 127.54
Pengaruh Komposisi Komoditas 58.62 294.31 129.24 128.52
Pengaruh Daya Saing -220.31 -1082.42 -78.18 -644.08
Pertumbuhan Ekspor -110.17 -464.49 184.24 -388.02
Periode III (2013-2017)
Pengaruh Distribusi Pasar -5.27 -51.08 -14.80 -13.76
Pengaruh Komposisi Komoditas 0.22 53.16 18.05 -4.77
Pengaruh Daya Saing 17.52 259.14 -128.55 65.69
Pertumbuhan Ekspor 12.47 261.21 -125.30 47.15
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
32 | Ahmad Syariful Jamil, Daya Saing Ekspor Kopi Indonesia di Pasar Global

Tabel 3, menunjukkan pengaruh namun posisi Indonesia masih relatif


komposisi komoditas kopi Indonesia lebih baik dibandingkan dengan negara
mengalami fluktuasi. Pada periode II kopi lainnya (Tabel 3). Pengaruh distribusi
Indonesia mencatatkan pertumbuhan, pasar yang negatif berarti bahwa ekspor
namun mengalami penurunan kembali kopi Indonesia diduga diarahkan pada
pada periode III. Kondisi yang sama juga pasar-pasar impor kopi yang memiliki
dialami oleh negara lainnya, bahkan kecenderungan berkembang lebih lambat
Vietnam mencatatkan angka yang negatif dibandingkan dengan laju pertumbuhan
pada periode III. Hasil yang sama juga impor rata-rata dunia. Dengan kata lain,
ditunjukkan oleh (Sinta dkk., 2017), dimana Indonesia tidak mendistribusikan kopinya
nilai pengaruh komposisi kopi Indonesia ke ke negara-negara dengan pertumbuhan
pasar ASEAN pada akhir periode penelitian impor yang sedang berkembang.
lebih besar dibandingkan dengan Vietnam. Pengaruh distribusi pasar kopi
Pengaruh distribusi pasar dari kopi Indonesia yang cenderung menurun pada
Indonesia pada periode I dan II bernilai akhir periode penelitian dikonfirmasi oleh
positif. Hal tersebut mengindikasikan Tabel 4. Tabel 4, menunjukkan bahwa
bahwa kopi Indonesia telah didistribusikan Malaysia dan Italia merupakan negara
kepada negara-negara yang memiliki dengan pertumbuhan impor kopi lebih
pertumbuhan impor tinggi. Positifnya tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan
pengaruh distribusi komoditas juga impor dunia pada periode I-II. Sebaliknya
dialami oleh negara lainnya. Apabila pertumbuhan dari USA dan Jerman masih
dicermati Indonesia merupakan negara relatif dibawah pertumbuhan dunia yang
dengan nilai pengaruh distribusi terkecil sebesar 20.99%.
dibandingkan dengan negara lainnya baik Kondisi yang sama juga terjadi
pada periode I maupun II. Kondisi tersebut pada periode III, dimana hanya Malaysia
mengindikasikan upaya yang dilakukan dan Italia yang memilki pertumbuhan
Indonesia dalam mendistribusikan kopi- diatas pertumbuhan impor dunia
nya ke negara-negara yang memiliki (Tabel 4). Sementara USA dan Jerman
pengembangan impor kopi yang tinggi pertumbuhannya dibawah rata-rata dunia,
belum sepenuhnya berhasil. Dengan bahkan Jerman mengalami penurunan
kata lain, upaya-upaya negara-negara impor kopi dari Indonesia. Hal tersebut
yang lain relatif telah berkembang dalam mencerminkan bahwa Indonesia tidak
mengembangkan pasar impor di pasar benar-benar mendistribusikan kopinya
global. kepada negara importir yang memiliki
Pada periode III, pengaruh dis- pengembangan impor yang tinggi. Dengan
tribusi pasar berbalik menjadi negatif, kata lain, negara importir utama kopi

Tabel 4
Perkembangan Volume Ekspor Kopi Indonesia di Negara Importir Terbesar
Periode I Periode II Periode III
(2001-2006) (2007-2012) (2013-2017)
Rata-rata Perubahan Rata-rata Perubahan Rata-rata Perubahan
ekspor (ton) (%) ekspor (ton) (%) ekspor (ton) (%)
World 348488.5 100 421621.8 20.99 450749.8 6.91
USA 61952.8 100 64103.7 3.47 66451.8 3.66
Jerman 55584.7 100 58780.8 5.75 45481.8 -22.62
Malaysia 8538.3 100 22536.2 163.94 37306.0 65.54
Italia 21826.5 100 28187.7 29.14 35664.2 26.52
Sumber: Data Primer Diolah, 2017
Agriekonomika, 8(1) 2019: 26-35 | 33

Indonesia mengalami stagnasi permintaan. satunya disebabkan oleh produktivitas


Data UN Comtrade (2019), perkebunan rakyat yang rendah. Hal itu
menunjukkan bahwa telah terjadi juga disebabkan oleh belum digunakannya
pergeseran posisi negara importir bibit unggul, teknik budidaya yang masih
kopi Indonesia yang potensial untuk sederhana serta sarana dan prasarana
dikembangkan. Rusia, China, dan yang belum mendukung. Grade kopi yang
Thailand merupakan negara importir kopi rendah dibandingkan negara eksportir
Indonesia yang potensial dengan memiliki lainnya merupakan alasan mengapa daya
pertumbuhan rata rata pada periode II- saing kopi Indonesia rendah (Hidayat &
III relatif tinggi dibandingkan dengan Soetriono, 2010).
pertumbuhan impor dunia. Masing-masing Rendahnya kualitas kopi
pertumbuhan volume impor negara importir Indonesia salah satunya juga merupakan
tersebut sebesar 140.24% untuk Rusia, konsekuensi dari struktur pengusahaan
179.83% untuk China dan 1135.89% untuk kopi di Indonesia. Dimana sebagian besar
Thailand. Selain itu, Vietnam sebagai kopi Indonesia diproduksi oleh petani skala
salah satu negara eksportir kopi terbesar kecil, yang berorientasi pada kuantitas.
dunia juga mengimpor kopi dari Indonesia, Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh (Fadah,
dimana selama periode penelitian 2016) yang menyatakan bahwa petani di
pertumbuhan volume impor Vietnam daerah penelitiannya sering memanen
diatas rata-rata pertumbuhan dunia dan kopi sebelum waktu panen tiba, biji kopi
mencatatkan pertumbuhan sebesar yang dipanennya masih belum matang dan
167.58% pada periode akhir penelitian belum merah sempurna. Hal ini dilakukan
(periode II-III). karena petani membutuhkan uang untuk
Untuk melengkapi analisis CMSA membiayai keperluannya sehari-hari ter-
dilakukan perhitungan pengaruh daya masuk untuk kebutuhan mendadak bagi
saing. Pada dasarnya pengaruh daya pendidikan anak petani tersebut.
saing mencerminkan apakah suatu negara
mampu bersaing dengan negara eskportir SIMPULAN
lainnya, yang diakibatkan pertumbuhan Pangsa pasar Indonesia selama periode
produktivitas lebih rendah maupun lebih penelitian mengalami fluktuasi. Pangsa
tinggi karena undervaluation mata uang pasar Indonesia pada periode I, II dan III
domestik (Basri & Munadar, 2010) dalam masing-masing sebesar 6.1%, 5% dan
(Nurlatifah, 2011). 5.3%. Indonesia memiliki pangsa ekspor
Tabel 3, menunjukkan bahwa pada kopi terendah dibandingkan dengan negara
ketiga periode tersebut, Indonesia memiliki eksportir utama lainnya. Kondisi tersebut
rata-rata negatif. Kondisi positif hanya mengindikasikan bahwa Indonesia memiliki
terjadi pada periode III, sementara pada keunggulan komparatif relatif lebih rendah.
periode lainnya mengalami penurunan. Rendahnya keunggulan komparatif
Tanda negatif pada pengaruh daya saing Indonesia dibandingkan negara eksportir
mengindikasikan bahwa kopi Indonesia lainnya juga ditunjukkan dari hasil indeks
memiliki daya saing yang relatif rendah RCA. Indonesia memiliki indeks klasifikasi
dibandingkan dengan negara eksportir RCA bernilai c yang berarti bahwa daya
lainnya. Namun Tabel 3 juga menunjukkan saing komparatif kopi Indonesia sedang
bahwa tingkat daya saing Indonesia masih atau medium. Indonesia memiliki rata-
relatif lebih baik dibandingkan dengan rata indeks RCA sebesar 3.95. Sementara
Kolombia pada periode III. Brazil, Kolombia dan Vietnam memiliki
Relatif rendahnya daya saing kopi daya saing komparatif yang kuat (kelas
Indonesia tersebut salah satunya diduga d). Kolombia mempunyai indeks RCA
akibat rendahnya kualitas kopi Indonesia. sebesar 39.97, diikuti oleh Vietnam (17.37)
Nalurita dkk. (2014), menyatakan bahwa dan Brazil (15.66). Hasil perhitungan
rendahnya mutu kopi Indonesia salah constant market share analysis (CMSA)
34 | Ahmad Syariful Jamil, Daya Saing Ekspor Kopi Indonesia di Pasar Global

menunjukkan bahwa pertumbuhan DAFTAR PUSTAKA


ekspor Indonesia ke pasar global memiliki
Baroh, I., Setiawan, B., Hanani, N., &
rata-rata pertumbuhan yang negatif.
Koestiono, D. (2014). Indonesian
Negatifnya pertumbuhan pangsa ekspor
Coffee Competitiveness in the
Indonesia terhadap pertumbuhan standar
International Market  : Review
paling besar disebabkan oleh penurunan
from the Demand Side Variables.
pengaruh daya saing, sementara pengaruh
International Journal of Agriculture
distribusi dan komposisi komoditas meng-
Innovations and Research, 3(2),
alami pertumbuhan yang positif. Positifnya
605–609.
pengaruh komposisi komoditas dan
distribusi pasar masing-masing meng- Fadah, I. (2016). Potential And Problems
indikasikan bahwa kopi Indonesia relatif Of Small And Large Scale Processed
diminati di pasar global dan kopi Indonesia Coffee Businesses In Jember
telah didistribusikan kepada negara- Regency. 5(2), 105–113.
negara yang memiliki pertumbuhan impor Hanani, N, Asmara, R. and Fahriyah, F.
tinggi. Pada komponen daya saing, (2014). Persaingan Ekspor Kopi
Indonesia memiliki kinerja rata-rata Indonesia di Pasar Internasional.
yang negatif namun pada akhir periode Perhepi, 1(2), 78–91.
penelitian Indonesia mampu mencatatkan
pertumbuhan yang positif. Dengan Hassan, M. (2013). An Analysis of
demikian dapat disimpulkan bahwa kopi Competitiveness of Pakistan’s
Indonesia masih relatif dapat bersaing di Agricultural Export Commodities.
pasar global, meskipun posisinya masih IOSR Journal of Business and
dibawah negara Brazil, Vietnam dan Management, 11(5), 29–34. https://
Kolombia. Oleh karena itu, dalam rangka doi.org/10.9790/487x-1152934
untuk meningkatkan daya saing ekspor Hervinaldy, H. (2017). Strategi Pemerintah
di pasar global, Indonesia memerlukan Indonesia dalam Meningkatkan
usaha yang sistemik. Diperlukan good EKspor Kopi ke Amerika Serikat.
will dari pemerintah untuk memperlancar JOM FISIP, 4(20500), 1–15.
proses ekspor kopi Indonesia, salah
Hidayat, A., & Soetriono. (2010). Daya
satunya melalui kerjasama antar negara
Saing Ekspor Kopi Robusta Indonesia
baik bilateral dan multilateral. Diharapkan
Di Pasar Internasional. JSEP
melalui forum kerja sama tersebut dapat
(Journal of Social and Agricultural
dijadikan media untuk mempromosikan
Economics), 4(2), 62–82. Retrieved
kopi Indonesia di mancanegara. Promosi
from https://jurnal.unej.ac.id/index.
juga dilakukan dengan menciptakan ceruk
php/JSEP/article/download/390/248/
pasar (niche market) baru bagi konsumen
kopi dunia. Hal tersebut dilakukan dengan International Coffee Organization. (2019).
mempromosikan kopi yang memiliki Historical data on The Global Coffee
kekhasan tersendiri dan sudah terkenal di Trade. Retrieved January 5, 2019,
dunia seperti kopi toraja, kopi gayo, kopi from ICO website: //www.ico.org/
luwak dll. Selain itu, mencari pasar dengan new_historical.asp
tingkat pertumbuhan impor kopi yang tinggi
Krishnan, S. (2017). Sustainable
diperlukan untuk dapat meningkatkan
Coffee Production. In Coffee:
kinerja ekspor kopi yang baik. Rusia
Growing, Processing, Sustainable
china dan thailand dapat dijadikan
Production: A Guidebook for
sebagai destinasi tujuan ekspor bagi kopi
Growers, Processors, Traders, and
Indonesia, dimana ketiganya memiliki nilai
Researchers (pp. 384–390).
pertumbuhan lebih besar dibandingkan
dengan pertumbuhan dunia.
Agriekonomika, 8(1) 2019: 26-35 | 35

Lindung, L., & Jamil, A. S. (2019). Posisi Qineti, A., Rajcaniova, M., & Matejkova,
Daya Saing Dan Tingkat Konsentrasi E. (2009). The competitiveness
Pasar Ekspor Karet Alam Indonesia and comparative advantage of the
Di Pasar Global. Jurnal AGRISEP : Slovak and the EU agri-food trade
Kajian Masalah Sosial Ekonomi with Russia and Ukraine. Agricultural
Pertanian Dan Agribisnis, 17(2), Economics, 55(8), 375–383.
119–128. https://doi.org/10.31186/
Rifin, A. (2010). Export Competitiveness
jagrisep.17.2.119-128
of Indonesia’s Palm Oil Product.
Nalurita, S., Winandi, R., & Jahroh, S. Trends in Agricultural Economics,
(2014). Analitis Daya Saing Dan 3(1), 1–18. https://doi.org/10.3923/
Strategi Penggembangan Agribisnis tae.2010.1.18
Kopi Indonesia . 2(1), 63–74.
Rosiana, Nia; Nurmalina, Rita; Winandi,
Nhien, N. T. H. (2016). The Competitiveness Ratna ; Rifin, A. (2017). Tingkat
of Vietnamese Coffee in The EU Keunggulan Komparatif Produsen
Market. Centria University of Applied Utama Kopi Dunia. Buletin Ilmiah
Sciences. Litbang Perdagangan, 11(2), 227–
246. 10.30908/bilp.v11i2.274
Nurlatifah, H. (2011). Analisis Daya Saing
Produk-Produk Indonesia di Pasar Setiawan, A. E., & Sugiarti, T. (2016). Daya
China. Al-Azhar Indonesia Seri Saing dan Faktor Penentu Ekspor
Pranata Sosial, 1(1), 1–10. Kopo Indonesia ke Malaysia Dalam
Skema CEPT-AFTA. Agriekonomika,
Oktaviana, N., Masyhuri, M., & Hartono,
5(2), 212–220. https://doi.org/http://
S. (2017). Competitiveness of Tea
dx.doi.org/10.21107/agriekonomika.
Exports in Asean: A Constant Market
v6i1.1895
Share Analysis. Ilmu Pertanian
(Agricultural Science), 1(2), 088. Sinta, N. M., Alamsyah, Z., & Elwamendri.
https://doi.org/10.22146/ipas.10662 (2017). Analisis Daya Saing Ekspor.
Jurnal Ilmiah Sosio Ekonomika
Oktaviani, R., Widyastutik, N., & Novianti,
Bisnis, 20(1).
T. (2017). Integrasi Perdagangan dan
Dinamika Ekspor Indonesia ke Timur UN Comtrade. (2019). Commodity Trade
Tengah (Studi Kasus: Turki, Tunisia, Statistic Database. , from UN
dan Maroko). Jurnal Agro Ekonomi, Comtrade website: http://comtrade.
26(2), 167. https://doi.org/10.21082/ un.org. Retrieved January 25, 2019
jae.v26n2.2008.167-189
Zuhdi, F. & S. (2016). Analisis Daya Saing
Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian. Ekspor Kopi Indonesia Dan Vietnam
(2017). Outlook Kopi (Komoditas Di Pasar Asean 5 Competitiveness
Pertanian Sub Sektor Perkebunan). Analysis of Indonesian and Vietnam
Jakarta. Coffee Export in Asean 5 Market.
Habitat, 26(3), 152–162.

You might also like