You are on page 1of 6

A.

Pengertian
1. Tekanan Darah

Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan oleh arus darah pada dinding
arteri. Tekanan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti curah jantung,
ketegangan arteri, dan volume, laju serta kekentalan (viskositas) darah. Tekanan
darah terjadi akibat fenomena siklis. Tekanan puncak terjadi saat ventrikel
berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah,
yang terjadi saat jantung beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai
rasio tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa normalnya
berkisar dari 100/60 sampai 140/90 mmHg. Rata-rata tekanan darah normal biasanya
120/80 mmHg.

2. Tekanan Nadi

Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik dinamakan tekanan nadi. Nilai
normalnya sekitar 40 mmHg. Peningkatan tekanan darah dinamakan hipertensi;
penurunan disebut hipotensi. Bila hanya tekan sistolik saja yang meningkat
(hipertensi sistolik), terjadilah pelebaran tekanan nadi. Hal ini terjadi pada
aterosklerosis (pergeseran arteri) dan pada tiroksikosis. Peningkatan tekanan diastolik
selalu diikuti dengan tekanan sistolik. Peningkatan tekanan diastolik sampai 95
mmHg menunjukkan hipertensi yang sebenarnya dan memerlukan penelitian dan
pengontrolan.

(Smeltzer & Bare, 2001)

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tekanan Darah

1.Usia
Tekanan darah dewasa meningkat seiring dengan pertambahan usia.

2.Stress
Ansietas, takut, nyeri dan stress emosi mengakibatkan stimulasi simpatik sehingga
efek stimulasi simpatik meningkatkan tekanan darah.

6
3.Ras
Sebagai contoh : Frekuensi tekanan darah tinggi pada orang Afrika Amerika lebih
tinggi dari pada Eropa Amerika.
4.Medikasi
Banyak medikasi yang secara langsung maupun tidak langsung mempengaruhi
tekanan darah.
5.Variasi Diurnal
Tekanan darah biasanya rendah pada pagi-pagi sekali, secara berangsur-angsur naik
menjelang siang sore, dan puncaknya pada senja hari atau malam.
6.jenis Kelamin
Setelah pubertas, pria cenderung memiliki tekanan darah lebih tinggi dari wanita,
namun pada wanita setelah menopause, cenderung memiliki tekanan darah yang lebih
tinggi daripada pria pada usia tersebut.
(Potter & Perry, 2002).

C. Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dapat diukur secara langsung atau tidak langsung. Pada
metode langsung, kateter arteri dimasukkan kedalam arteri. Pengukuran tidak langsung
dilakukan dengan sphygmomanometer dan stetoskop. Alat ini dikalibrasi sedemikian
rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai tekanan dengan tekanan
dalam millimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brachialis. Manset dibalut dengan
kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan pada dengan pompa. Tekanan
dalam manset dinaikkan sampai denyut radial dan brachial menghilang. Hilangnya
denyutan menunjukkan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri brachialis
telah tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mm Hg di atas titik
hilangnya denyut radial. Manset kemudian dikempiskan perlahan, dan dilakukan
pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan auskultasi kita dapat mengukur
tekanan sistolik maupun diastolik dengan lebih akurat.

Pengukuran tekanan darah dengan asukultasi:

7
Untuk meng-auskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk corong atau
diafragma diletakkan pada arteri brachialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga
antekubital), yang merupakan titik dimana arteri brachialis muncul di antara kedua kaput
otot bisep. Manset dikempeskan dengan kecepatan 2 sampai 3 mmHg perdetik, sementara
kita mendengarkan awitan bunyi berdetak, yang menunjukan tekanan darah sistolik.
Bunyi tersebut, yang dikenal sebagai bunyi korotkoff, terjadi bersamaan dengan detak
jantung, akan terus terdengar dari arteri brachialis sampai tekanan dalam manset turun di
bawah tekanan sistolik. Pada titik tersebut bunyi akan menghilang. Dalam praktik
sebenarnya, bunyi menjadi lebih sember (karakternya berubah) saat diastolik tercapai dan
kemudian menghilang sekitar 10 mmHg di bawah tekanan diastolik.
Hilangnya bunyi sangat dekat dengan tekanan diastolik yang sebenarnya. Bila
terdapat lebih dari 10 mmHg antara bunyi sember dan saat hilangnya, maka tekanan
darah dicatat sebagai tekanan tripartite, misalnya 120/80/60, yang menunjukkan bahwa
bunyi menjadi sember pada 80 mmHg dan menghilang pada 60 mmHg.

Gap auskulatori:

Kadang-kadang, terjadi penghilangan sementara saat meng-auskultasi tekanan


darah. Penghilangan ini dinamakan gap auskulatori. Misalnya, bunyi korotkoff terdengar
pada 170 mmHg, menghilang pada 150 mmHg, kembali pada 130, dan menghilang lagi
pada 90. Pasien tersebut menderita gap auskulatori sebanyak 20 poin. Hal ini biasanya
terjadi pada pasien dengan tekanan darah tinggi atau stenosis aorta berat (penyempitan
muara katup antara ventrikel kiri dan aorta, menurunkan aliran darah ke aorta).

Pengukuran tekanan darah dengan palpasi:

Palpasi tekanan darah sama saja dengan prosedur yang diterangkan di atas. Ketika
manset dikempiskan, arteri brachialis atau radialis diraba. Pembacaan dimana teraba lagi
denyutan adalah tekanan sistolik. Palpasi dilakukan bila tekanan darah sulit didengarkan.
Tetapi, dengan palpasi, tekanan diastolik tidak dapat ditentukan dengan akurat.

Ukuran manset:

8
Pengukuran tekanan darah yang akurat tergantung pada pemakaian manset yang
sesuai ukurannya bagi pasien. Bila manset terlalu besar untuk lengan pasien, seperti anak-
anak, maka pembacaan tekanan akan lebih rendah dari tekanan sebenarnya. Bila manset
terlalu kecil, misalnya pada penggunaan manset ukuran standar pada pasien obesitas,
maka pembacaan tekanan akan lebih tinggi dibandingkan tekanan yang sebenarnya.
Pasien akan diduga menderita hipertensi padahal sebenarnya tekanannya normal. Maka
diproduksi berbagai ukuran manset untuk berbagai ukuran lingkar lengan.

Pembacaan bilateral:

Mula-mula, tekanan darah diukur pada kedua lengan kanan dan kiri. Bila terdapat
perbedaan, hasilnya harus dilaporkan kepada dokter dan dicatat. Pengukuran selanjutnya
dilakukan pada lengan yang tekanannya lebih tinggi. Bila ada kesulitan mengukur
tekanan darah pada ekstremitas bawah dengan manset berukuran besar.

Hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam pengukuran tekanan darah agar
akurat:

1) Ukuran manset harus sesuai untuk pasien


2) Manset dipasang dengan benar pada lengan, dan balon manset harus berada di tengah,
di atas arteri brachialis
3) Lengan pasien harus setinggi jantung
4) Pencatatan awal harus dilakukan pada kedua lengan, pengukuran selanjutnya
dilakukan pada lengan yang tekanannya lebih tinggi. Normalnya, bila tidak ada
penyakit pada system pembuluh darah, tidak mungkin terdapat perbedaan tekanan
lebih dari 15 mmHg antara kedua lengan.
5) Posisi pasien dan letak pengukuran tekanan darah (misalnya RS untuk lengan kanan)
dicatat.
6) Palpasi tekanan sistolik sebelum auskultasi dapat membantu mengetahui dengan
segera adanya gap auskulatori.
7) Pasien diminta tidak berbicara selama pengukuran tekanan darah. Banyak peneliti
menemukan bahwa tekanan darah dan frekuensi jantung akan meningkat secara
bermakna saat pasien berbicara.

9
Perbedaan antara tekanan sistolik dan diastolik mencerminkan volume sekuncup,
laju ejeksi, dan tahanan vaskular sistemik. Tekanan nadi dapat dijadikan sebagai
indikator non invasive kemampuan pasien mempertahankan curah jantung. Bila tekanan
nadi pada pasien jantung turun sampai di bawah 30 mmHg maka pasien perlu dikaji
status kardiovaskular-nya lebih lanjut.

D. Perubahan Tekanan Darah Postural


Hipotensi postural (ortotatik) terjadi bila tekanan darah turun secara bermakna saat
pasien berdiri biasanya disertai pusing, kepala melayang, atau sinkop. Meskipun ada
banyak penyebab hipotensi postural, namun ada tiga yang saling sering ditemukan pada
pasien jantung yaitu berkurangnya jumlah cairan atau darah dalam system peredaran
darah ( kehilangan cairan intravascular) mekanisme vasokonstriktor yang tidak adekuat
dan efek otonomik yang tidak cukup pada konstriksi vaskuler. Perubahan postural pada
tekanan darah, disertai dengan riwayat yang sesuai, dapat membantu klinisi membedakan
antara penyebab tadi. Tahap-tahap berikut penting dalam pengkajian perubahan tekanan
darah postural:
 Posisikan pasien telentang dan sedatar mungkin sampai gejala menghilang paling
tidak 10 menit sebelum pengukuran tekanan darah dan frekuensi jantung awal.
 Selalu melakukan pengukuran dengan telentang sebelum pengukuran dengan posisi
tegak
 Selalu mencatat baik frekuensi jantung maupun tekanan darah dan catat pula
posisinya.
 Jangan lepaskan manset pada saat perubahan posisi, melainkan harus dicek apakah
posisi manset masih benar.
 Kajilah perubahan tekanan darah postural pada saat pasien duduk di tepi tempat tidur
dengan kaki bergantung dan bila perlu pada saat pasien berdiri di tepi tempat tidur.
 Tunggu 1 sampai 3 menit setelah setiap perubahan postural sebelum pemeriksaan
tekanan darah dan frekuensi jantung.
 Perhatikan setiap gejala pasien mengalami gangguan dan bila perlu kembalikan
pasien ke tempat tidur meskipun pemeriksaan belum selesai.
 Catat setiap tanda dan gejala yang menyertai perubahan posisi.

10
Respon postural normal yang terjadi pada saat pasien berdiri atau bangkit dari tidur
ke posisi duduk meliputi (1) frekuensi jantung 15 sampai 20 denyut di atas kecepatan
istirahat (untuk kompensasi penurunan volume sekuncup dan mempertahankan curah
jantung), (2) penurunan tekanan sistolik sampai 15 mm Hg dan (3) tekanan diastolik
sedikit meningkat atau meningkat 5 sampai 10 mm Hg.

Penurunan jumlah darah atau cairan dalam system peredaran darah harus
diwaspadai setelah pemberian diuretic atau perdarahan, jika perubahan postural
mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung dan penurunan tekanan sistolik sebesar 15
mm Hg atau penurunan tekanan diastolik sebesar 10 mm Hg. Tanda vital saja tidak dapat
membantu membedakan antara penurunan volume intravaskular atau kontriksi pembuluh
darah yang tidak adekuat sebagai penyebab hipertensi postural. Dengan adanya
kehilangan volume intravascular, maka refleks yang mempertahankan curah jantung
(peningkatan frekuensi jantung dan vasokontriksi perifer) akan berfungsi dengan baik;
frekuensi jantung akan meningkat dan pembuluh darah perifer akan berkontraksi. Namun
karena terjadi kehilangan volume, maka tekanan darah akan menurun. Dengan
mekanisme vasokontriksi yang tidak adekuat, frekuensi jantung akan berespon lagi
seperlunya, karena berkurangnya vasokontriksi perifer, maka tekanan darah akan
menurun. Berikut adalah contoh pencatatan tekanan darah postural yang memperlihatkan
kehilangan volume intravaskular maupun mekanisme vasokonstriktor yang tidak adekuat:

Tekanan darah Frekuensi jantung


Berbaring 150/90 60
Duduk 100/60 60

Pada insufisiensi otonom, frekuensi jantung tidak mampu meningkat untuk


mengkompensasi efek gravitasi pada posisi tegak. Vasokonstriksi perifer tidak ada atau
berkurang.

Tekanan darah Frekuensi jantung


Berbaring 150/90 60
Duduk 100/60 60
(Smeltzer & Bare, 2001)

11

You might also like