You are on page 1of 12

PEMBAHASAN MUSYARAKAH

A. Definisi Musyarakah

Musyarakah (‫ )مش اركة‬merupakan istilah yang berkonotasi lebih terbatas


dari pada istilah syirkah yang lebih umum yang digunakan dalam fiqh islam. 1
Dalam fiqh islam musyarakah termasuk dalam syirkah al-aqd / syirkah ‘ukud /
syirkah akad yang berarti kemitraan yang terjadi karena adanya kontrak
bersama / usaha komersil bersama, tepatnya merupakan jenis syirkah amwal /
syirkah al-inan dari berbagai jenis syirkah akad yang ada telah disepakati oleh
semua ulama, yang mempunyai arti yaitu usaha komersial bersama ketika
semua mitra usaha ikut andil menyertakan modal dan kerja, yang tidak harus
sama porsinya kedalam perusahaan. Adapun dalil mengenai musyarakah yang
terdapat dalam al-Quran,

An-Nisa’ Ayat 12:

ِ ُ‫فَهُ ْم ُش َر َكا ُء فِى الثُّل‬...


‫ث‬
“… Maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu…”2

Dengan demikian pembiayaan musyarakah adalah pembiayaan investasi


usaha baru atau yang sudah berjalan dengan akad bagi hasil dari dua atau lebih
perusahaan pemilik dara/modal sebagai mitra usaha yang berhak pula ikut
dalam manajemen perusahaan.

B. Pembagian Proposi Keuntungan dan Kerugian

Proporsi keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang ditentukan


sebelumnya dalam akad sesuai dengan proporsi modal yang disertakan
(Pendapat Imam Malik dan Imam Syafi’i) 3. Dan rasio keuntungan untuk
1
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: PT Raya Grafindo Persada, 2008), 49
2
Sunarto Zulkifli, Panduan Praktis Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim, 2003), 51
3
Ibid, 51

1
masing-masing mitra usaha harus ditetapkan sesuai dengan keuntungan yang
nyatayang diperoleh dari usaha dan tidak ditentukan berdasarkan modal yang
disertakan. Sedangkan para ahli hukum islam sepakat bahwa setiap mitra setiap
mitra menanggung kerugian sesuai dengan porsi investasinya.

C. Sifat Modal

Sebagian ahli hukum islam berpendapat bahwamodal yang di investasikan


oleh setiap mitra harus dalam bentuk modal liquid dengan kata lain harus
berbentuk moneter(uang). Namun tidak menutup kemungkinan menggunakan
modal berbentuk natural / komoditas dengan ketentuan yang didasarkan
pendapat imam malikbahwa likuiditas modal bukan syarat sahnya musyarakah,
sehingga mitra diperbolehkan untuk berkontribusi dalam bentuk natural, tetapi
bagian modal tersebut harus dinilai dengan uang sesuai harga pasar pada saat
perjanjian. Dapat disimpulkan bahwa bagian modal dalam musyarakah dapat
berbentuk tunai maupun komoditas yang nilainya ditentukan dahulu dengan
harga pasar pada saat itu.

D. Bentuk-bentuk Musyarakah

1. Musyarakah Tetap
Musyarakah tetap ketika jumlah dan porsi modal yang disertakan oleh
masing – masing mitra selama periode kontrak.
2. Musyarakah Menurun
Musyarakah menurun ketikan jumlah modal secara berangsur – angsur
menurun karena dibeli oleh mitra musyarakah.
3. Musyarakah Mutanaqishah
Yaitu suatu penyertaan modal secara terbatas dari mitra usaha kepada
perusahaan lain untuk jangka waktu tertentu.

E. Produk Utama Pembiayaan Musyarakah Bank Syariah

2
Terdapat 3 produk pembiayaan utana yang berdominasi pembiayaan bank
syariah antara lain:

1. Pembiayaan Modal Kerja


Pembiayaan kebutuhan modal kerja seperti untuk membayar tenaga kerja,
rekening listrik dan air, bahan baku dsb. Dalam contoh, usaha rumah
makan, usaha bengkel, dsb. Dapat dipenuhi dengan pebiayaan dengan pola
bagi hasil dengan akad musyarakah. Agar bank syariah dapat berperan
aktif dalam usaha dan sekaligus mengurangi kemungkinan resiko seperti
moral hazard (perilaku kejahatan dalam perekonomian).
2. Pembiayaan Investasi
Kebutuhan investasi seperti, pembuatan pabrik baru, perluasan pabrik,
usaha baru, perluasan dsb. Dapat dipenuhi dengan pembiayaan berpola
bagi hasil dengan akad musyarakah.
3. Pembiayaan Aneka Barang, Perumahan dan Properti
Kebutuhan barang konsumsi, perumahan, atau properti dapat dipenuhi
dengan pembiayaan berpola bagi hasil dengan akad musyarakah
mutanaqisah, misalnya pembelian mobil, sepeda motor, rumah, apartemen
dsb.

Dalam cara ini bank syariah dan nasabah bermitra untuk membeli aset yang
di inginkan nasabah. Aset tersebut kemudian di sewakan kepada nasabah,
bagian sewa dari nasabah digunakan sebagai cicilan pembelian porsi aset yang
dimiliki bank syariah. Sehingga pada periode waktu tertentu (saat jatuh tempo),
aset tersebut sepenuhnya telah dimiliki oleh nasabah.
Selain produk pembiayaan diatas terdapat pembiayaan dengan prinsip
musyarakah lainnya yaitu, produk pembiayaan proyek dan pembiayaan
eksport.

F. Akad Khas Pembiayaan Bank Syariah di Indonesia

3
Akad khas dalam pembiayaan bank syariah yaitu pembiayaan musyarakah
wal murabahah adalah bentuk akad musyarakah dua pihak antara LKS (Bank
Syariah BUS/UUS) dengan LKS lainnya (BPRS) yang usahanya dilakukan
oleh LKS kedua (BPRS) untuk memberikan pembiayaan dengan akad
murabahah kepada nasabahnya4. Akad musyarakah wal murabahah dapat di
lihat pada skema dibawah ini:

100% Syirkah
BPRS BUS/UUS
Oleh BPRS
30% 70%

Murabahah Pembayaran

Nasabah BPRS

Pada umumnya BPRS memberikan pembiayaan dalam aneka cara seperti


pembiayaan sepeda motor dan perumahan.

Latar belakang munadnya akad ini, dikarenakan BUS/UUS tak memiliki


akses ke nasabah kecil dan mikro untuk menyalurkan pembiayaan tetapi
memiliki akses lebih besar dalam himpunan dana oleh sebab itu dibutuhkan
perantara untuk dapat memaksimalkan penyaluran pembiayaan yakni melalui
LKS mikro, seperti BMT dan koperasi syariah yang condong memiliki akses
yang besar ke nasabah kecil dan mikro dan kirang memiliki kemampuan dalam
menghimpun dana. Sehingga terjalin kerjasma yang saling menguntungkan
kedua belah pihak termasuk nasabah dapat memperoleh kemudahan dalam
pembiayaan yang diperlukannya.

G. Praktik Pembiayaan Musyarakah

4 Mtra Usaha/ Mtra Usaha/


Ibid, 213
Bank Syariah
Akad Musyarakah Nasabah

4
Modal & Skill Modal & Skill
Keuntungan
Bagian Keuntungan X Bagian Keuntungan Y

Bagian Modal X Bagian Modal Y


Modal

Bagan Proses Musyarakah

H. Manfaat dan Tujuan Musyarakah

1. Bagi Bank
Secara umum pembiayaan musyarakah member manfaat bagi bank dengan
kesempatan mendapatkan profit yaitu bagi hasil dari pembiayaan yang
dalam hal terjadi peningkatan pendapatan usaha, bank akan tidak terbatasi
dengan pendapatan yang meningkat seiring dengan peningkatan
pendapatan usaha yang dikelola nasabah. Disamping itu, bank akan
mendapatkan fee based income (administrasi, komisi asuransi dan komisi
notaris).
2. Bagi Nasabah
Kebutuhan nasabah untuk mendapatkan tambahan modal kerja dapat
terpenuhi setelah mendapatkan pembiayaan dari bank. Selain dipergunakan
untuk pembiayaan modal kerja, secara umum pembiayaan mudharabah
digunakan untuk pembelian barang investasi dan pembiayaan proyek.

PEMBAHASAN MURABAHAH

A. Pengertian Murabahah

5
Al-Qur’an tidak pernah secara langsung membicarakan tentang
murabahah, meski disana ada sejumlah acuan tentang jual beli, laba, rugi dan
perdagangan. Demikian pula tampaknya tidak ada hadist yang memiliki
rujukan langsung kepada murabahah. Para ulama generasi awal, semisal malik
dan syafi’i yang secara khusus mengatakan bahwa jual beli murabahah adalah
halal, tidak memperkuat pendapat mereka dengan satu hadist pun. Al-Kaff (tt),
seorang kritikus murabahah kontemporer, menyimpulkan bahwa murabahah
adalah “salah satu jual beli yang tidak dikenal pada zaman nabi atau para
sahabat”. Menurutnya, para tokoh ulama mulai mengatakan pendapat mereka
tentang murabahah pada seperempat pertama abad kedua hijriyah, atau bahkan
lebih akhir lagi. Mengingat tidak ada rujukan baik di dalam al-Quran maupun
hadist shahih yang diterima umum, para fuqaha harus membenarkan
murabahah dengan dasar yang lain. Malik membenarkan ke absahannya
dengan merujuk kepada praktik penduduk madinah: ada kesepakatan pendapat
disini (Madinah) tentang keabsahan seseorang yang membelikan pakaian kota ,
dan kemudian ia membawanya ke kota lain untuk menjualnya lagi dengan
suatu keuntungan yang disepakati:
Syafi’i tanpa menyandarkan pendapat pada suatu teks syariah, berkata:
jika seseorang menunjukkan suatu barang kepada seseorang dan berkata “
belikan barang (seperti) ini untukku dan aku akan memberimu kentungan
sekian.” Lalu orang itu pun membelinya, maka jual beli ini adalah sah.
Fikih madzhab Hanafi, marghinani (w593/1197) membenarkan keabsahan
murabahah berdasarkan bahwa “syarat-syarat yang penting bagi keabsahan
suatu jual beli dalam murabahah dan juga karena orang memerlukannya.”
Fikih dari madzhab syafi’i, nawawi cukup menyatakan “ murabahah adalah
boleh tanpa ada penolakan sedikit pun.”

B. Syarat Pembiayaan Murabahah

a. Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah.

6
b. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan.
c. Kontrak harus bebas dari riba.
d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang
sesudah pembelian.
e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian,
misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

C. Akad dalam Murabahah

Jual beli barang sebesar harga pokok barang ditambah dengan margin
keuntungan yang disepakati.

D. Praktik Murabahah dalam Perbankan Syariah

Murabahah, sebagaimana yang digunkan dalam perbankan syariah,


prinsipnya didasarkan pada dua elemen pokok:
1. Harga beli serta biaya yang terkait, dan
2. Kesepakatan atas laba.
Ciri dasar kontrak murabahah (sebagai jual beli dengan pembayaran tunda)
adalah sebagai berikut,
1. Si pembeli harus memiliki pengetahuan tentang biaya-biaya terkait dan
tentang harga asli barang dan laba barang harus ditetapkan dalam bentuk
presentasi dari total biaya-biayanya.
2. Apa yang dijual harus barang atau komoditas dari dibayar dengan uang.
3. Apa yang diperjual-belikan harus ada dari pemilik oleh si penjual harus
mampu menyerahkan barang itu kepada si pembeli.
4. Pembayaran ditangguhkan.
Murabahah seperti yang dipahami disini, digunakan dalam setiap
pembiayaan dimana ada barang yang bisi di indentifikasi untuk di jual.
Bank syariah pada umumnya telah menggunakan murabahah sebagai
metode pembiayaan mereka yang utama, meliputi kira-kira 75% dari total
kekayaan mereka. Angka presentasi ini kira-kira cocok dengan banyak bank-

7
bank islam begitu pula dengan system perbankan baik di Pakistan maupun Iran.
Di Pakistan, pembiayaan jenis murabahahmencapai sekitar 87% dari total
pembiayaan dalam investasi deposito PLS. dalam kasus Dubai Islamic Bank,
bank islam terawal disektor swasta, pembiayaan mudharabah mencapai 82%
dari total pembiayaan selama tahun 1989. Bahkan bagi Islamic Development
Bank (IDB), selama lebih dari 10 periode pembiayaan 73% seluruh
pembiayaan adalah murabahah, yaitu dalam pembiayaan dagang luar negeri.

E. Hubungan antara Bank dengan Nasabah Murabahah

Teori perbankan islam mengatakan bahwa ciri utama dalam hubungan


antara bank dengan nasabah adalah kemitraan berdasarkan PLS. Ciri ini,
katanya menghapus sifat debitur-kreditur dalam hubungan bank dengan
nasabah dalam bank konvensional. Mengingat pentingnya murabahah dalam
operasi perbankan islam, yang jumlahnya mencapai lebih dari 75% dari operasi
investasi bank-bank islam itu pada umumnya. Dalam murabahah, kontrak jual
beli membawa suatu hubungan debitor kreditor antara nasabah dan bank. Si
pembeli setuju untuk membayar harga barang plus laba secara angsuran yang
ditentukan di dalam kontrak. Begitu bank dan nasabah memasuki kontrak jual
beli ini, harga jual menjadi tanggungan hutang nasabah kepada bank. Jadi
hubungan antara nasabah dan bank menjadi debitur dan kreditur ini juga
merupakan hubungan yang dominan meski tidak berarti satu-satunya. Antara
bank tradisional dan para konsumenya.

F. Metode-metode penentuan Harga Jual dan Profit Margin.

Ada 4 metode penentuan profit margin yang ditetapkan pada bisnis / bank
konvensional yaitu:

1. Mark-up Pricing
Penentuan tingakat harga dengan me-mark up biaya produksi komoditas
yang bersangkutan.

8
2. Target Return Pricing
Penentuan harga jual produk yang bertujuan mendapat tingkat return atas
besarnya modal yang di investasikan. Dalam dalam bahasa keuangan
dikenal dengan return on investment (ROI). Dalam hal ini, perusahaan akan
menentukan berapa return yang diharapkan atas modal yang telah di
investasikan.
3. Perceived Value Pricing
Penentuan harga dengan tidak menggunakan variabel harga sebagai harga
jual. Harga jual didasarkan pada harga produk pesaing dimana perusahaan
melakukan penambahan atau perbaikan unit untuk meningkatkan kepuasan
pembeli.
4. Value Pricing
Kebijakan harga yang kompetitif atas barang yang berkualitas tinggi.
Artinya barang yang baik pasti harganya mahal. Namun perusahaan yang
sukses adalah perusahaan yang mampu menghasilkan barang yang
berkualitas dengan leluasa menentukan tingkat harga dibawah harga
competitor.

G. Metode Penentuan Harga Jual (Profit Margin) di Bank Syariah

1. Penerapan mark-up pricing untuk pembiayaan syariah


Jika bank syariah hendak menerapkan mark-up pricing, metode ini hanya
tepat jika digunakan untuk pembiayaan yang sumber dananya dari
mudharabah muqayyadah.
2. Penerapan target return pricing untuk pembiayaan syariah
Bank syariah beroperasi dengan tidak menggunakan bunga mekanisme
operasional dalam memperoleh pendapatan dapat dihasilkan berdasarkan
klasifikasi akad yaitu akad yang menghasilkan keuntungan secara pasti,
disebut natural certainty contract, dan akad yang menghasilkan keuntungan
yang tidak pasti, disebut natural uncertainty contract.

9
Jika pembiayaan dilakukan dengan akad natural certainty contract maka
metode yang digunakan adalah required profit rate (rpr).
rpr = n.v
n = tingkat keuntungan dalam transaksi tunai
v = jumlah transaksi dalam satu periode.
Jika pembiayaan dilakukan dengan akad natural uncertainty contract, maka
metode yang digunakan adalah expected profit rate (epr). Diperoleh
berdasarkan:
1. Tingkat keuntungan rata-rata pada industri sejenis
2. Pertumbuhan ekonomi
3. Dihitung dari nilai rpr yang berlaku di bank yang bersangkutan.

H. Tujuan dan Manfaat

1. Bagi Bank:
Secara prinsip merupakan saluran penyaluran dana dengan cepat dan
mudah. Bank mendapatkan profit yaitu margin dari pembiayaan serta
mendapatkan profit yaitu margin dari pembiayaan serta mendapatkan fee
based income (administrasi, komisi, asuransi, dan komisi notaris).
2. Bagi Nasabah:
Merupakan alternatif pendanaan yang memberikan keuntungan kepada
nasabah dalam bentuk membiayai kebutuhan nasabah dalam hal
pengadaan barang seperti pembelian dan renovasi bangunan, pembelian
kendaraan, pembelian barang produktif seperti mesin produksi, dan
pengadaan barang lainnya. Nasabah mendapat peluang mengangsur
pembayarannya dengan jumlah angsuran tidak akan berubah selama masa
perjanjian.

SIMPULAN

10
Dalam perbankan syariah terdapat banyak produk yang sangat bermanfaat,
diantaranya pembiayaan musyarakah dan murabahah. Pembiayaan musyarakah
merupakan akad untuk menyatukan bank dan nasabah yang sama-sama memiliki
kontribusi dana dalam usaha, yang mana pengembalian hasil usaha tergantung
pada nisbah bagi hasil nasabah dan bank. Sedangkan pembiayaan murabahah
merupakan jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang
disepakati antara pihak bank dan nasabah, dimana masing-masing produk tersebut
bertujuan untuk membiayai kebutuhan masyarakat yang sesuai dengan prinsip-
prinsip dasar transaksi ekonomi islam.

DAFTAR PUSTAKA

11
Ascarya. 2008. Akad & Produk Bank Syariah. Jakarta.: PT.Raja Grafindo Persada.

Muhammad. 2005. Manajemen Pembiayaan Bank Syari’ah : Yogyakarta :


Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.

Sunarto, Zulkifli. 2003. Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah. Jakarta:


Zikrul Hakim.

Kodifikasi Produk Perbankan Syariah

Syafii, Antonio, Muhammad. 2001. Bank Syariah dari Teori ke Praktik.


Jakarta:Gema Insani.

12

You might also like