You are on page 1of 11

ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH KONSENTRASI DAN JENIS RAGI TERHADAP KUALITAS


FERMENTASI TAPAI SUKUN (Artocarpus communis Forst) SEBAGAI
MATERI PENGAYAAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI TERAPAN

OLEH :
Hessipa
A1C413009

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS JAMBI
JANUARI 2018

Hessipa (A1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 1


Hessipa (A1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 2
The Effect of Concentration and Types of Yeast on the Quality of Fermented
Tapai Breadfruit (Artocarpus communis Forst) as the Applied
Microbiology Enrichment Material

Hessipa1), Retni S. Budiarti2), Upik Yelianti2)


1)
Biology Student, e-mail: hessipa11@gmail.com
2)
Thesis Advisors

by:
Hessipa

Abstract. Breadfruit (Artocarpus communis Forst) has a high nutritional content.


Breadfruit texture containing fibers indicates the presence of high carbohydrate content
in the fruit that can be processed into tapai. This study aims to determine the effect of
yeast, good yeast, the influence of concentration, good concentration, and the influence
between yeast and yeast concentration in making breadfruit tapai. This type of research
is a type of experimental research using Completely Randomized Design (RAL) in
factorial pattern with 2 factors. The first factor is yeast type with 2 treatments ie market
yeast as control and mixed yeast from Amylomyces rouxii and Saccharomycopsis
fibuligera. The second factor is yeast concentration with 4 treatment that is 0.5%, 1.0%
(control), 1.5% and 2.0%. Data were analyzed with Analysis of Variant (ANOVA). If
there is a difference proceed with the Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) test
with a 5% confidence level. The results showed that the use of yeast type did not affect
the quality of fermentation of breadfruit tapai, while the yeast concentration had an
effect on the quality of fermentation of tapai breadfruit (Artocarpus communis Forst)
but there was no interaction of yeast and yeast concentration. Based on this research, it
can be concluded that yeast has no effect and no yeast type gives best result to
fermentation of breadfruit tapai, yeast concentration has effect and yeast concentration
1.5% gives best result to fermentation of breadfruit tapai. The resulting sugar content
was 10.8% and the alcohol content was 3.6%. It is suggested for the next researcher to
consider the time of steaming and fermentation time.
Keywords: Yeast, breadfruit (Artocarpus communis Forst), quality

Hessipa (A1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 3


PENDAHULUAN menjadi senyawa yang lebih sederhana
Sukun (Artocarpus communis dengan melibatkan bantuan
Forst) merupakan tumbuhan yang mikroorganisme yang mampu
mampu hidup di kawasan tropik serta menghasilkan atau mempunyai enzim
banyak dibudidayakan oleh masyarakat yang sesuai dengan proses tersebut
di Indonesia. Buah sukun memiliki (Rukmana dan Yuniarsih, 2001:20).
kandungan gizi yang tinggi. Sukun Beberapa jenis mikroorganisme yang
memiliki kandungan karbohidrat dan dapat digunakan seperti Saccharomyces
juga mengandung unsur mineral serta cerevisiae, Rhizopus oryzae,
vitamin yang diperlukan oleh tubuh Endomycopsis burtonii, dan spesies
seperti kalsium (Ca), fosfor (P), zat besi lainnya.
(Fe), natrium (Na), vitamin B1 dan Menurut Hidayat, dkk
vitamin C (Triwiyatno, 2003:7). (2006:117) terdapat beberapa jenis
Sukarsa (2010) menyebutkan mikroorganisme yang baik untuk proses
kandungan buah sukun per 100 gr fermentasi tapai yaitu Amylomyces
terdiri dari energi 302 kal, protein 3,6 g, rouxii dan Saccharomycopsis fibuligera.
lemak 0,8 g dan karbohidrat 78,9 g. Kombinasi dari kedua mikroorganisme
Awalnya tanaman ini tidak tersebut sangat baik untuk
banyak dikenal dan disukai orang. menghasilkan tapai. Amylomyces rouxii
Dahulu sukun sering dijadikan sebagai memiliki kemampuan untuk
cadangan makanan sumber karbohidrat menghidrolisis pati menjadi glukosa
jika terjadi musim kemarau panjang yang terkandung dalam bahan dasar
atau bila terjadi penurunan produksi pembuatan tapai. Sedangkan
padi, jagung dan umbi-umbian Saccharomycopsis fibuligera memiliki
(Soenardi dan Wulan, 2009:40). Namun kemampuan untuk merombak glukosa
sekarang tanaman ini sudah cukup menjadi alkohol. Saat ini banyak
populer karena dapat diolah menjadi ditemukan penelitian yang hanya
bahan makanan seperti goreng sukun, menggunakan ragi yang telah ada yaitu
keripik sukun, tepung sukun, mie sukun ragi yang beredar di pasaran yang
dan tapai sukun. Pengolahan buah belum diketahui mikroorganisme apa
sukun menjadi tapai merupakan salah saja yang terdapat didalamnya.
satu alternatif bahan pangan yang dapat Mikroorganisme yang berperan
meningkatkan nilai jual sukun. dalam pembuatan tapai ini merupakan
Selama ini tapai yang dikenal salah satu usaha pemanfaatan
oleh masyarakat sebatas tapai yang mikroorganisme sebagai komponen
berbahan dasar singkong yang disebut industri dan pangan. Kajian ini
tapai singkong dan tapai yang berbahan merupakan salah satu bahasan dalam
dasar ketan yang disebut tapai ketan. matakuliah Mikrobiologi Terapan.
Tekstur buah sukun yang mengandung Menurut Hidayat, dkk (2006:3) dalam
serat-serat menunjukkan adanya Mikrobiologi Terapan mencakup
kandungan karbohidrat yang tinggi di beberapa cabang ilmu lainnya seperti
dalam buah tersebut yang dapat diolah Mikrobiologi Pangan dan Mikrobiologi
menjadi tapai. Proses pengolahan sukun Industri. Mikrobiologi Industri memiliki
untuk menjadi tapai melibatkan proses pokok bahasan salah satunya adalah
fermentasi. Fermentasi merupakan suatu fermentasi. Industri fermentasi dalam
proses pemecahan senyawa kompleks pelaksanaan prosesnya dipengaruhi oleh

Hessipa (A1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 4


beberapa faktor, meliputi: fermentasi tapai sukun (Artocarpus
mikroorganisme, bahan dasar, sifat-sifat communis Forst), mengetahui pengaruh
proses, pilot-plant, dan faktor sosial konsentrasi ragi terhadap kualitas
ekonomi. Pemanfaatan mikroorganisme fermentasi tapai sukun (Artocarpus
Saccharomycopsis fibuligera dan communis Forst), mengetahui
Amylomyces rouxii dapat digunakan konsentrasi ragi yang memberikan hasil
dalam proses pembuatan tapai dengan optimal terhadap kualitas fermentasi
menggunakan bahan dasar sukun tapai sukun (Artocarpus communis
(Artocarpus communis Forst). Oleh Forst) dan untuk mengetahui interaksi
karena itu perlu dilakukan penelitian antara jenis ragi dan konsentrasi ragi
agar dapat menjadi alternatif pembuatan terhadap kualitas fermentasi tapai sukun
makanan dalam skala industri kecil (Artocarpus communis Forst).
khususnya tapai dari buah sukun.
Beberapa penelitian yang telah METODE PENELITIAN
dilakukan sebelumnya seperti yang Jenis penelitian ini adalah
dilakukan oleh Berlian, dkk. (2016:108) eksperimen yang menggunakan
yang menggunakan bahan dasar ketan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dalam
putih dan singkong. Pada penelitian ini, pola faktorial dengan 2 faktor. Faktor
dilakukan fermentasi dengan perlakuan pertama adalah jenis ragi dengan 2 taraf
dosis yang berbeda terhadap kadar perlakuan yaitu ragi pasar (kontrol) dan
alkohol yang dihasilkan. Dosis ragi ragi campuran Amylomyces rouxii dan
yang digunakan yaitu 0,5%, 1,0% dan Saccharomycopsis fibuligera dan faktor
1,5%. Dosis ragi 1,5% menghasilkan kedua yaitu konsentrasi ragi dengan 4
kadar alkohol tapai ketan yaitu 0,67% taraf perlakuan yaitu 0.5% (kontrol),
dan pada tapai singkong sebesar 0,55%. 1.0%, 1.5%, .0%. Sehingga total
Selain itu penelitian lainnya juga perlakuan dan 3 kali ulangan dan
dilakukan oleh Yulianti (2014:531) didapat 24 satuan unit percobaan.
yang menggunakan bahan dasar beras,
ketan hitam dan singkong. Pada hari ke- 1. Sterilisasi Alat dan Bahan
3 kadar alkohol tapai beras sebesar Alat dan bahan yang akan
10,93%, tapai ketan hitam sebesar digunakan disterilkan dengan
8,83% dan tapai singkong sebesar menggunakan autoklaf pada suhu 121°C
8,78%. pada tekanan 15 lbs selama 15 menit.
Berdasarkan uraian diatas, maka
perlu dilakukan penelitian dengan judul 2. Pembuatan Media PDA (Potato
“Pengaruh Konsentrasi Dan Jenis Dekstrosa Agar)
Ragi Terhadap Kualitas Fermentasi PDA (Potato Dekstrosa Agar)
Tapai Sukun (Artocarpus communis merupakan media tumbuh jamur dan
Forst) Sebagai Materi Pengayaan khamir yang meliputi beberapa tahap
Praktikum Mikrobiologi Terapan”. yaitu: penimbangan media PDA bubuk
Tujuan dari penelitian ini adalah sebanyak 7,8 g dan dilarutkan 200 ml
untuk mengetahui pengaruh jenis ragi aquadest di dalam erlenmeyer.
terhadap kualitas fermentasi tapai sukun Kemudian dipanaskan hingga media
(Artocarpus communis Forst), PDA larut, dan disterilisasi
mengetahui jenis ragi yang memberikan menggunakan autoklaf pada suhu 121ºC
hasil terbaik terhadap kualitas dan tekanan uap air 15 lbs selama 15

Hessipa (A1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 5


menit. Kemudian larutan dituang Campurkan bumbu yang telah
kedalam 10 tabung reaksi sebanyak 5 dihaluskan dengan 20 gr tepung beras
ml dan biarkan hingga membeku. ditambahkan 10 ml air tebu dan 6 ml air
kelapa, aduk hingga rata.
3. Pembuatan Kurva Pertumbuhan Kemudian timbang dan cetak
Jamur masing – masing adonan ragi menjadi
Pembuatan kurva pertumbuhan berbagai konsentrasi. Perhitungan
jamur yaitu dimulai dari pengenceran konsentrasi ragi yaitu dilakukan dengan
dengan mengambil 1 ml jamur cara sebagai berikut:
kemudian dimasukkan dalam tabung B0: 0,5% yaitu 0,5 g ragi dalam 100 g
reaksi pertama yang berisi 9 ml buah sukun
aquadest, lalu dihomogenkan dengan B1: 1,0% yaitu 1,0 g ragi dalam 100 g
cara dikocok. Diambil 1 ml dari tabung buah sukun
pertama dan dimasukkan ke dalam B2: 1,5% yaitu 1,5 g ragi dalam 100 g
tabung reaksi kedua. Demikian buah sukun
seterusnya sampai tabung ke-12, B3: 2,0% yaitu 2,0 g ragi dalam 100 g
pengenceran dihentikan. Inokulasi buah sukun
jamur dari pengenceran ke-12 dalam 5 Semua kegiatan dilakukan di
ml dalam media PDA di cawan petri. dalam incase dan saat penimbangan
Diinkubasi pada suhu kamar (±28ºC) adonan dilapisi dengan alumunium foil
dalam inkubator. Pengamatan agar tetap steril. Lalu diletakan di atas
pertumbuhan dilakukan setiap 4 jam nampan alumunium yang telah diberi
sekali dan dilakukan perhitungan kode masing-masing konsentrasi, dan
jumlah koloni jamur dengan seri ditutup menggunakan alumunium foil.
pengenceran sampai pertumbuhan sel Kemudian diinkubasi dalam inkubator
mencapai fase stasioner. dengan suhu 30ºC hingga
mikroorganisme tumbuh dan
4. Pembiakan Jamur berkembang biak.
Jamur dibiakkan pada media
PDA (Potato Dekstrosa Agar) miring 6. Pembuatan Tapai Sukun
sebanyak 5 ml yang telah steril, dengan Proses pembuatan tapai sukun
cara di streak dan ditutup rapat dengan diawali dengan membersihkan dan
kapas dan alumunium foil lalu mencuci buah sukun yang telah dikupas.
diinkubasi pada suhu 30ºC selama 48 Kemudian dikukus menggunakan
jam. dandang selama ±15 menit. Didinginkan
beberapa saat dan taburkan ragi dengan
5. Pembuatan Starter Ragi jenis jamur dan berbagai konsentrasi
Amylomyces rouxii dan yang telah disiapkan. Kemudian
Saccharomycopsis fibuligera dibiakkan dibungkus dengan daun pisang yang
dalam 5 ml biakan miring. Setelah itu steril dan diberi kode yang sesuai.
tambahkan 5 ml akuades dan Dilanjutkan dengan proses fermentasi
homogenkan menggunakan vortex. selama 3 hari.
Starter dibuat dengan cara menumbuk
0,2 g bawang putih, 1 g lengkuas, 0,1 g 7. Pengamatan
cabe merah, 0,2 g kayu manis, 0,3 g a. Perhitungan Kadar Alkohol
lada putih dan 1 g adas hingga halus.

Hessipa (A1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 6


Perhitungan kadar alkohol penilaian terhadap tekstur, rasa dan
dilakukan dengan cara menimbang 10 g aroma dengan menggunakan uji
sampel dimasukkan dalam Erlenmeyer hedonik (kesukaan).
ditambah indicator fenolftalein 3 tetes Skor untuk uji mutu hedonik terhadap
dan aquades 50 cc. Diaduk dan dititrasi tekstur adalah :
dengan larutan NaOH 0,1 M sampai 1 = Keras
larutan tapai berubah warna menjadi 2 = Kurang lembut
merah muda. Setelah berubah warna 3 = Lembut
titrasi dihentikan dan dilihat volume Skor untuk uji mutu hedonik terhadap
larutan NaOH yang digunakan rasa adalah:
selanjutnya jumlah tersebut digunakan 1 = Tidak manis
untuk menghitung besarnya kadar 2 = Kurang manis
alkohol dalam tapai. Menurut Yulianti 3 = Manis
(2014:533) kadar alkohol dapat dihitung Skor untuk uji mutu terhadap aroma
dengan rumus : adalah:
1 = Tidak harum
Kadar alkohol= 2 = Kurang harum
3 = Harum
Keterangan:
7. Analisis Data
a = volume titrasi NaOH
Data yang diperoleh dianalisis
yang digunakan (ml)
dengan Analisis of Varian (ANOVA).
Mol NaOH = molaritas NaOH
Jika terdapat pengaruh perlakuan, maka
(0,1N)
dilanjutkan dengan uji Duncan New
Mr = massa relatif C2H5OH
Multiple Range Test (DNMRT) dengan
(46)
taraf kepercayaan 5%, untuk
membandingkan hasil yang diperoleh
b. Perhitungan Kadar Gula
dari tiap-tiap perlakuan. Sedangkan
Pengukuran kadar glukosa
hasil yang diperoleh pada uji
dilakukan dengan menggunakan
organoleptik dianalisis dalam bentuk
refraktometer. Diawali dengan
persentase.
menimbang 1 g sampel dan dilakukan
pengenceran hingga pengenceran 10-9 .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nyalakan refraktometer dengan klik
Berdasarkan hasil sidik ragam
tombol on, kalibrasikan dengan
menunjukkan bahwa penggunaan jenis
menggunakan akuades hingga monitor
ragi tidak berpengaruh terhadap kualitas
menunjukkan skala 0. Teteskan sampel
fermentasi pada tapai sukun dan
pada permukaan refraktometer klik
konsentrasi ragi tidak berpengaruh
tombol read dan dicatat hasil yang
terhadap kadar glukosa, tetapi
tertera. Hasil yang didapat dikalikan
berpengaruh terhadap kadar alkohol
dengan faktor pengenceran.
tapai sukun. Tidak terjadi interaksi
antara jenis ragi dan konsentrasi ragi
c. Uji Organoleptik
pada proses fermentasi tapai sukun.
Uji organoleptik dilakukan
terhadap 15 orang panelis mahasiswa
Fakultas Teknologi Hasil Pertanian. Uji
organoleptik dilakukan dengan

Hessipa (A1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 7


1. Kadar Glukosa Tapai Sukun Tabel 4.1 Rata-rata kadar glukosa tapai
Hasil penelitian menunjukkan sukun berdasarkan konsentrasi ragi
No. Konsentrasi ragi Kadar glukosa
konsentrasi ragi yang diberikan tidak (%) (%)
berbeda nyata terhadap perlakuan 1. 0,5 10,3
lainnya. Hal ini dapat disebabkan 2. 1,0 10,6
karena konsentrasi ragi yang tinggi 3. 1,5 10,8
mengakibatkan aktivitas 4. 2,0 9,9
mikroorganisme semakin tinggi pula, Jenis ragi pasar memberikan
akibatnya tapai akan terasa sedikit pahit. kadar glukosa sebesar 10,6%,
Pada umunya kadar glukosa yang sedangkan jenis ragi dari
dihasilkan berhubungan dengan Saccharomycopsis fibuligera dan
aktivitas enzim, semakin tinggi aktivitas Amylomyces rouxii menghasilkan kadar
enzim maka akan semakin tinggi pula glukosa sebesar 10,2%. Hal ini
kadar glukosa yang dihasilkan selama disebabkan karena didalam ragi pasar
proses fermentasi. tidak diketahui jenis mikroorganisme
Semakin banyak konsentrasi apa saja yang ada didalamnya.
ragi yang diberikan menyebabkan Setyohadi (2006:27) menyatakan bahwa
semakin besar karbohidrat yang semakin banyak mikroorganisme yang
didegradasi menjadi glukosa. Tetapi, terdapat didalam ragi maka akan
pada konsentrasi 2,0% tidak mengalami semakin meningkat pula proses
hal demikian diduga jumlah perombakan pati menjadi glukosa. Rata-
mikroorganisme perombak karbohidrat rata kadar glukosa berdasarkan jenis ragi dapat
dilihat pada tabel 4.2 berikut.
menjadi glukosa tidak sebanding Tabel 4.2 Rata-rata kadar glukosa tapai
dengan nutrisi media yang ada, atau sukun berdasarkan jenis ragi
bahan baku yang tersedia. Jumlah No. Jenis ragi Kadar
nutrisi yang tersedia menjadikan glukosa (%)
mikroorganisme bekerja tidak optimal. 1. Ragi pasar (kontrol) 10,6
Kinerja mikroorganisme menurun 2. Saccharomycopsis 10,2
fibuligera +
sehingga glukosa yang dihasilkan Amylomyces rouxii
menurun. Penelitian serupa yang
dilakukan oleh Fahmi dan Nurrahman
(2011:27) konsentrasi ragi tertinggi 2. Kadar Alkohol Tapai Sukun
menurunkan kadar glukosa pada tapai Uji lanjut DNMRT pada taraf
onggok. Karbohidrat yang terkandung 5% perlakuan konsentrasi ragi 2,0%
dalam tapai onggok tidak terhidrolisis menghasilkan kadar alkohol tertinggi
sempurna oleh enzim. Sehingga yaitu 4,0% namun tidak berbeda nyata
menurunkan produksi glukosa pada terhadap perlakuan konsentrasi ragi
tapai onggok. Rata-rata hasil kadar 1,5%. Semakin tinggi konsentrasi ragi
glukosa tapai sukun berdasarkan maka semakin tinggi kadar alkohol
konsentrasi ragi dapat dilihat pada yang dihasilkan. Menurut Berlian, dkk
Tabel 4.1 berikut. (2016:108) bahwa semakin tinggi
konsentrasi ragi maka semakin tinggi
aktivitas mikroorganisme didalamnya.
Mikroorganisme inilah yang berperan
merombak glukosa menjadi alkohol.
Hasrudin dan Husna (2014:31)

Hessipa (A1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 8


menyatakan bahwa dalam penggunaan 3. Uji Organoleptik
jumlah ragi yang terlalu banyak akan a. Tekstur Tapai Sukun
mempercepat proses fermentasi dan Sebanyak 100% panelis
akan berdampak pada rasa. menyukai tapai sukun yang bertekstur
Meningkatnya kadar alkohol dapat lembut dengan perlakuan jenis ragi
dipengaruhi beberapa faktor diantaranya campuran Saccharomycopsis fibuligera
waktu fermentasi. Rata-rata kadar dan Amylomyces rouxii dengan
alcohol berdasarkan konsentrasi rai konsentrasi ragi 1,5% dan 2,0%. Hal ini
dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut. dikarenakan pemberian konsentrasi ragi
yang tinggi menyebabkan aktivitas
Tabel 4.3 Rata-rata kadar alkohol tapai
mikroorganisme didalamnya semakin
sukun berdasarkan konsentrasi ragi
No. Konsentrasi ragi Kadar alkohol tinggi pula sehingga tekstur yang
(%) (%) terbentuk pada tapai menjadi lunak dan
1. 0,5 1,8 a mudah hancur. Abdillah, dkk (2014:82)
2. 1,0 2,8 b menyatakan bahwa semakin tinggi
3. 1,5 3,6 c persentase ragi yang diberikan makan
4. 2,0 4,0 c
akan semakin banyak mikroorganisme
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh
huruf kecil yang sama tidak yang menyebabkan tapai menjadi
berbeda nyata menurut uji semakin lunak. Hal ini juga dinyatakan
DNMRT pada taraf 5% oleh Simbolon (2008:82) bahwa pati
yang terkandung dalam bahan
Sedangkan untuk jenis ragi hasil fermentasi telah dirombak oleh
menunjukkan bahwa tidak berbeda mikroorganisme perombak menjadi
nyata terhadap kadar alkohol dalam senyawa yang lebih sederhana.
tapai sukun. Perlakuan dengan ragi Tekstur suatu bahan dipengaruhi
pasar menghasilkan alkohol dengan oleh banyaknya air dalam bahan olahan.
jumlah yaitu 3,2%. Perlakuan dengan Bila dibandingkan dengan tekstur tapai
jenis ragi campuran dari Amylomyces singkong, tekstur tapai sukun lebih
rouxii dan Saccharomycopsis fibuligera lunak hal ini disebabkan sukun
menghasilkan kadar alkohol 2,8%. Hal kandungan seratnya lebih rendah,
ini dapat disebabkan karena jenis menurut Dirjen Hortikultura (2017)
mikroorganisme yang terdapat dalam kandungan serat sukun sebesar 2,2%
ragi pasar belum diketahui. Sehingga sedangkan singkong kandungan
tidak dapat diketahui mikroorganisme seratnya 2,56%. Selain itu, tekstur tapai
apa saja yang terlibat dalam proses juga dipengaruhi oleh lama waktu
fermentasi tapai sukun dengan ragi pengukusan bahan baku tapai, dan
pasar. Rata-rata kadar alcohol waktu fermentasi.
berdasarkan jenis ragi dapat dilihat pada
tabel 4.4 berikut. b. Rasa Tapai Sukun
Tabel 4.4 Rata-rata kadar alkohol tapai Sebanyak 97,8% panelis
sukun berdasarkan jenis ragi menyukai rasa manis pada tapai sukun
No. Jenis ragi Kadar dengan perlakuan jenis ragi pasar
alkohol (%) dengan konsentrasi ragi 0,5%. Hal ini
1. Ragi pasar (kontrol) 3,2 disebabkan bahwa semakin tinggi
2. Saccharomycopsis 2,9
fibuligera +
konsentrasi ragi yang digunakan maka
Amylomyces rouxii semakin tinggi kadar alkohol yang

Hessipa (A1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 9


dihasilkan. Akibatnya tapai akan terasa PENUTUP
pahit dan menurunnya kadar gula. Kesimpulan
Faktor lain yang menyebabkan rasa Jenis ragi tidak memberikan
tapai yang dihasilkan juga ditentukan pengaruh terhadap kualitas fermentasi
dari kombinasi atau campuran kultur tapai sukun (Artocarpus communis).
dari ragi tapai yang digunakan. Tidak terdapat jenis ragi yang
Menurut Santosa dan Prakosa memberikan hasil terbaik terhadap
(2010:53) rasa tapai merupakan kualitas fermentasi tapai sukun
kontribusi dari rasa asam organik, manis (Artocarpus communis). Konsentrasi
dari glukosa dan alkoholik sebagai hasil ragi memberikan pengaruh terhadap
proses fermentasi sukun yang pada kualitas fermentasi tapai sukun
umumnya mengandung karbohidrat (Artocarpus communis). Konsentrasi
tinggi. Peningkatan glukosa pada tapai ragi 1,5% memberikan hasil terbaik
disebabkan karena enzim yang terhadap kualitas fermentasi tapai sukun
dihasilkan oleh mikroorganisme pada (Artocarpus communis). Tidak terdapat
ragi telah mulai aktif dan merombak interaksi antara jenis ragi dan
pati yang terdapat pada sukun menjadi konsentrasi ragi terhadap kualitas
gula-gula sederhana. fermentasi tapai sukun (Artocarpus
communis).
c. Aroma Tapai Sukun .
Sebanyak 100% panelis Saran
menyukai aroma harum pada tapai Disarankan bahwa pembuatan
sukun dengan perlakuan jenis ragi pasar tapai sukun sebaiknya menggunakan
dengan konsentrasi ragi 1,5%. Hal ini ragi pasar dengan konsentrasi 1,5%, dan
dikarenakan pada proses fermentasi, lama fermentasi dilakukan selama 2 hari
karbohidrat yang terdapat pada tapai dengan waktu pengukusan 10 menit,
sukun dipecah oleh mikroorganisme dan perlu dilakukan penelitian lebih
yang terdapat pada ragi menjadi glukosa lanjut.
dan alkohol. Ragi yang beredar di pasar
merupakan salah satu mikroorganisme DAFTAR RUJUKAN
yang mempunyai kecepatan dan daya
tahan yang baik serta mampu Abdillah, J., Widyawati, N., Suprihati.
menghasilkan alkohol. Sehingga 2014. Pengaruh Konsentrasi dan
memiliki kemampuan untuk Penambahan Gula Terhadap
menghasilkan aroma yang baik dan Gizi dan Organoleptik Tape Biji
disukai oleh panelis. Abdillah Gandum. Agric.26(1&2).75-84.
menyatakan (2014:83) bahwa semakin
tinggi kadar alkohol dan asam asetat Berlian, Z., Aini, F., Ulandari. R. 2016.
yang terkandung dalam tapai maka Uji Kadar Alkohol pada Tapai
aroma yang dihasilkan akan semakin Ketan Putih dan Singkong
pekat dan disukai oleh panelis. Melalui Fermentasi dengan
Dosis Ragi yang Berbeda.Jurnal
Biota. 2(1). 106-111.

Direktorat Jendral Hortikultura


Kementrian Pertanian. 2017.
Manfaat Buah Sukun. Diakses

Hessipa (A1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 10


pada tanggal 28 Mei 2017. Triwiyatno. 2003. Bibit Sukun Cilacap.
http://hortikultura.pertanian.go. Yogyakarta: Kanisius.
d/?p351
Yulianti, C.H. 2014. Uji Beda Kadar
Fahmi, N., dan Nurrahman. 2011. Kadar Alkohol Pada Tape Beras, Ketan
Glukosa, Alkohol dan Citarasa Hitam dan Singkong. Jurnal
Tape Onggok Berdasarkan Teknika. 6(1). 531-536
Jumlah Ragi dan Lama
Fermentasi. Jurnal Pangan dan
gizi. 2 (3). 25-42.

Hasruddin dan Husna, R. 2014. Mini


Riset Mikrobiologi Terapan.
Yogyakarta: Graha Ilmu.

Hidayat, N., Padaga, M.C., Suhartini,


S. 2006. Mikrobiologi Industri.
Yogyakarta: CV Andi Offset

Rukmana, R., dan Yuniarsih, Y. 2001.


Aneka Olahan Ubi Kayu.
Yogyakarta: Kanisius.

Santosa, A., dan Prakosa, C. 2010.


karakteristik Tape Buah Sukun
Hasil Fermentasi Penggunaan
Konsentrasi Ragi Yang Berbeda.
Magistra. 73. 48-55.

Setyohadi. 2006. Proses Mikrobiologi


Pangan. Medan: USU Press.

Simbolon, K. 2008. Pengaruh


Persentase Ragi Tape dan
Lama Fermentasi Terhadap
Mutu Tape Ubi Jalar. Skripsi,
Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara.

Soenardi, T., dan Wulan, S. 2009.


Hidangan Nikmat Bergizi dari
Bumi Indonesia Aneka
Sajian Mie dan Olahan Lain.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka
Utama.

Hessipa (A1C413009) Pendidikan Biologi FKIP Universitas Jambi 11

You might also like