You are on page 1of 73

MATERI

PROGRAM
KERJA KKN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU
2008
KONSEP KULIAH KERJA NYATA (KKN)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU

A. LATAR BELAKANG
Tri Dharma perguruan tinggi yang mencakup aspek pengabdian masyarakat,
dibeberapa perguruan tinggi diwujudkan dengan adanya kegiatan Kuliah Kerja Nyata
atau yang lebih dikenal KKN. Begitu juga dengan Universitas Riau melalui unit
Lembaga Pengabdian Masyarakat (LPM) setiap tahunnya memfasilitasi kegiatan
KKN tersebut.
Pengabdian masyarakat dimaksudkan untuk mengaplikasikan Ilmu Pengetahuan
Teknologi dan Seni dengan harapan pengembangan terhadap ilmu yang diperoleh di
bangku perkuliahan. Selain itu, KKN dapat juga membantu mahasiswa dalam
mensosialisasikan setiap ilmu kepada masyarakat, dimana mahasiswa merupakan
sebagai fasilitator dan motivator bagi masyarakat di setiap desa binaan mereka, yang
nantinya ikut serta bekerja sama dalam upaya mensukseskan pembangunan dan
pengembangan masyarakat Indonesia.
Barometer suksesnya pembangunan nasional dapat diukur dari derajat kesehatan
masyarakat. Dalam upaya peningkatan kesehatan ini serta melihat kesempatan yang
ada, kami dari Program Studi Ilmu Keperawatan mengajukan sebuah konsep KKN
yang berorientasi pada peningkatan derajat kesehatan tersebut, dengan harapan
selama KKN kita memiliki satu daerah binaan yang nantinya bekerja sama dengan
Puskesmas setempat untuk melaksanakan berbagai kegiatan yang berkaitan dengan
peningkatan kesadaran dan mutu kesehatan masyarakat.
Selama ini persepsi masyarakat tentang tanggung jawab terhadap derajat
kesehatan dibebankan kepada medis, perawat, ahli gizi, bidan atau berbagai macam
cabang ilmu kesehatan, tetapi pada prinsipnya adalah tanggung jawab setiap
kalangan dan hirarki masyarakat. Derajat kesehatan akan tercapai jika seluruh lapisan
masyarakat ikut serta mensukseskan, memahami dan melakukan berbagai upaya
tersebut. Begitu juga dengan konsep yang kami ajukan mencakup seluruh aspek
Holistik dan Universal yang nantinya mampu dilaksanakan bersama-sama dengan
teman-teman mahasiswa yang berlatar belakang disiplin ilmu berbeda atau berasal
dari fakultas lain yang ada di Universitas Riau.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
a. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Riau yang mengacu
kepada visi Riau sehat 2010
b. Membantu mahasiswa dalam menjalankan kegiatan KKN agar lebih
terarah dan sistematis.
2. Tujuan Khusus
a. Masyarakat mampu
mengenali status kesehatan
b. Masyarakat mampu
mengenali tanda dan gejala dari penyakit
c. Masyarakat mampu
merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan
d. Masyarakat mampu
memodifikasi lingkungan
e. Masyarakat mampu
memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.
C. MANFAAT
a. Ikut serta mensukseskan program pemerintah yaitu Indonesia sehat 2010
b. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang dapat dilihat dari
peningkatan kesadaran dan perubahan pola perilaku ke arah pola hidup
sehat.
c. Membantu mensukseskan program kesehatan yang telah dibuat institusi
terkait.
d. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mahasiswa.
D. MATERI DAN DAFTAR KEGIATAN
Tabel 1.Jadwal kegiatan per Minggu
No Minggu Sasaran Kegiatan Tujuan Bentuk Media
ke kegiatan
1 Pertama Orientasi - - - -
/Survey
2 Dua/ Balita & • Pemeriksaan • Mengetah • TTV Alat-alat
lima Anak- fisik ui status • Inspeksi Lembar
anak Penyuluhan kesehatan • Ceramah, balik
• Meningkat Diskusi
kan
pengetahuan
masyarakat
3 Tiga/ Remaja • Pemeri Mengetahui status • TTV Alat-alat
enam & ksaan kesehatan • Cera Lembaran
Dewasa • Penyul mah, balik
uhan Diskusi Poster
4 Empat/ Lansia • Pemeri Mengetahui status • TTV Alat-alat
tujuh ksaan kesehatan • Cera Lembaran
• Penyul mah, balik
uhan Diskusi Poster

Tabel 2. Jadwal kegiatan per materi


No Kegiatan Sasaran Tujuan Bentuk Media
Kegiatan
1 Penyuluhan Masyarakat - - - Poster
kesehatan : Mengetahui Pelayanan - Lembar balik
- defenisi kesehatan
Diare, DBD, - -
Hipertensi, Mengetahu Demonstrasi
Kulit tanda &
- gejala
Lingkungan -
- Mengetahui
Sanitasi, penanganan
limbah, MCK -
Obat tradisional
2 Pemeriksaan fisik Masyarakat Mengetahui - Spygmomanometer
Tekanan darah status kesehatan Pelayanan Poster
Gula darah kesehatan Lembar balik
- Demonstrasi
3 Senam kesehatan Masyarakat Meningkatkan Senam sehat Disesuaikan
kesehatan
jasmani
4 Gotong royong Masyarakat Meningkatkan Gotong royong Disesuaikan
derajat sanitasi
Mencegah
transmisi
penyakit melalui
vektor

E. Penutup
Demikian konsep ini kami buat untuk dapat dipertimbangkan. Atas
pertimbangan bapak/ibu kami ucapkan terima kasih.
PEMERIKSAAN FISIK HEAD TO TOE

A. Pendahuluan
Pengkajian fisik keperawatan pada klien dalam kondisi sehat-sakit penting
dilakukan oleh perawat untuk menentukan data subjektif dan data objektif yang akan
dipergunakan dalam merumuskan Diagnosa dan Rencana Asuhan Keperawatan.
Proses pengkajian fisik keperawatan meliputi tiga tahap :
1. Wawancara (Interview)
Tujuan dari wawancara adalah untuk merumuskan database yang lengkap yang
nantinya berhubungan dengan data sekarang dan masa lalu status kesehatan klien,
yang nantinya membantu perawat menyusun asuhan keperawatan dan membina
hubungan saling percaya (trust relationship) dengan klien. Hasil wawancara ini juga
akan mampu menggali informasi tentang persepsi pasien terhadap kesehatan,
perhatian tentang sehat-sakit dan kebutuhan penyuluhan kesehatan. Keberhasilan
dalam wawancara sangat bergantung terhadap ketrampilan komunikasi keperawatan
si perawat yang bersangkutan dan penerimaan klien, serta kondisi dan situasi
lingkungan. Faktor yang mempengaruhi hasil suatu wawancara adalah : keterbatasan
privacy, stress emosional dan fisik, hambatan bahasa dan adanya interupsi dari pihak
lain.
Apabila tidak memungkinkan melakukan wawancara dengan klien, maka
sumber data dapat diperoleh dari file atau rekam medik, catatan keperawatan, dan
riwayat pengobatan penyakit, dan dari keluarga.
Beberapa kriteria penting dalam wawancara meliputi : status kesehatan saat ini,
keluhatan utama dan gejala yang dirasakan, riwayat penyakit masa lalu, riwayat
sosial dan keluarga, manajemen pengobatan dan perawatan saat ini, persepsi tentang
penyakit yang diderita dan pemahaman akan penatalaksanaan medis dan rencana
keperawatan.
Wawancara yang dilakukan hendaknya mengarahkan perawat untuk
memudahkan dalam pengkajian fisik terkait dengan keluhan klien, sehingga terfokus
kepada satu sistem tubuh yang terkena penyakit.
2. Pemeriksaan fisik
Dari hasil wawancara maka perawat akan dapat lebih terfokus kepada satu
sistem tubuh yang terkait dengan penyakit yang diderita klien. Ada 2 metode
pendekatan dalam pemeriksaan fisik yaitu pendekatan sistem tubuh dan pendekatan
head to toe (ujung kepala – ke kaki). Sangat direkomendasikan kita
mengkombinasikan kedua pendekatan tersebut. Sangat baik jika kita sebagai perawat
memulai pemeriksaan fisik dari kepala dan leher, kemudian ke dada, dan abdomen,
daerah pelvis, genital area, dan terakhir di ekstremitas (tangan dan kaki). Dalam hal
ini dapat saja beberapa sistem tubuh dapat dievaluasi sekaligus, sehingga
pendokumentasiannya dapat dilakukan melalui pendekatan sistem tubuh.
Tehnik yang dilakukan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Umumnya semua berurutan, kecuali pengkajian fisik di abdomen yang auskultasi
dilakukan setelah inspeksi. Inspeksi dilakukan melalui pengamatan langsung,
termasuk dengan pendengaran dan penciuman. Sedangkan palpasi dengan
menggunakan tangan kita untuk merasakan tekstur kulit, meraba adanya massa di
bawah kulit, suhu tubuh dan vibrasi/getaran juga dapat dipalpasi. Berbeda dengan
perkusi yang digunakan untuk mendengar suara yang dipantulkan jaringan tubuh di
bawah kulit atau struktur organ. Suara yang dihasilkan dari ketukan tangan kita dapat
dinilai dari timpani atau resonan dan dull atau flat . Sedangkan auskultasi dengan
menggunakan stetoskop untuk mendengarkan suara organ tubuh, dan penting untuk
mengkaji sistem pernapasan, jantung dan sistem pencernaan.
3. Pendokumentasian
Meliputi tahapan perumusan diagnosa keperawatan, tujuan dan rencana
intervensi keperawatan.
B. Persiapan Pemeriksaan Fisik
Keterampilan dasar yang digunakan dalam pemeriksaan fisik adalah inspeksi,
palpasi, perkusi dan auskultasi.
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, perlu dilakukan persiapan-persiapan
untuk pemeriksaan, antara lain :
1. Persiapan lingkungan
Yang harus dilakukan dalam persiapan lingkungan adalah:
a. Pemeriksaan fisik klien dilakukan dalam ruangan dan peralatan yang
lengkap. Jika di rumah sakit dan terdapat beberapa pasien, gunakan tirai
atau sampiran untuk menjaga privasi klien.
b. Pencahayaan yang cukup
c. Ruang yang kedap suara, sehingga mengurangi keributan yang berasal
dari luar ruangan
d. Beri pemberitahuan untuk menghindari interupsi dari tim kesehatan lain
e. Pastikan klien dalam keadaan yang nyaman
f. Jika klien dalam posisi terlentang, usahakan kepala tempat tidur klien
berada pada sudut 300
g. Bantu klien bergerak naik dan turun dari tempat tidur
h. Jangan meninggalkan klien yang bingung, mengamuk atau tidak bisa
bekerja sama tanpa penjagaan pada tempat pemeriksaan
i. Jika klien berada pada tempat tidur, tinggikan tempat tidur untuk
mempermudah mencapai bagian-bagian tubuh
2. Pesiapan alat
Alat-alat yang digunakan adalah:
• Aplikator berujung kapas
• Bantalan sekali pakai
• Kain penutup/duk
• Kartu Snellen
• Senter
• Sarung tangan
• Kertas kamar mandi
• Palu perkusi
• Timbangan dan alat pengukur tinggi badan
• Spigmomanometer
• Stetoskop
• Termometer
• Penekan lidah
• Garputala
3. Persiapan fisik klien
• Pastikan klien dalam keadaan nyaman (tanyakan
kepada klien secara periodik)
• Pastikan klien berpakaian dengan baik
• Hati-hati ketika memberi posisi kepada klien
selama pemeriksaan
4. Persiapan psikologis klien
• Menjelaskan prosedur kepada klien
• Monitor respon emosional klien selama pemeriksaan
• Observasi adanya ketakutan atau kecemasan pada ekspresi wajah
• Observasi gerakan tubuh, seperti penegangan saat disentuh
• Jangan memaksakan klien untuk pemeriksaan
Yang perlu dilakukan dalam pemeriksaan fisik antara lain:
1. Inspeksi
Inspeksi merupakan penggunaan penglihatan, pendengaran dan
penciuman untuk mendeteksi karakteristik normal atau tanda fisik tertentu
dari bagian tubuh dan fungsi tubuh.
• Untuk mengenali variasi normal klien, seperti
rentang normal individual
• Dilakukan dengan seksama dan sistematis
• Inspeksi dilakukan dengan cermat dan pencahayaan
yang cukup
• Setiap bagian tubuh dilihat mengenai ukuran,
bentuk, warna, posisi, kesimetrisan dengan bagian tubuh berlawanan dan
adanya suatu abnormalitas
• Gunakan cahaya tambahan untuk menginspeksi
rongga tubuh
2. Palpasi
Palpasi adalah suatu pemeriksaan seluruh bagian tubuh yang dapat teraba
dengan menggunakan bagian tangan yang berbeda untuk mendeteksi jaringan,
bentuk, suhu, persepsi getaran atau pergerakan dan konsisten.
• Palpasi dilakukan dengan menggunakan kedua
tangan untuk menyentuh bagian tubuh untuk membuat suatu pengukuran
sensitif terhadap tanda khusus fisik
• Pastikan klien rileks dan pada posisi yang nyaman
untuk menghindari tegangan otot yang dapat merubah hasil palpasi
• Minta klien menarik napas dalam untuk
meningkatkan relaksasi otot
• Palpasi daerah yang dicurigai ada nyeri tekan
• Setiap daerah nyeri tekan harus diperiksa lebih
lanjut karena nyeri tekan dapat menandakan suatu abnormalitas yang
serius
a. Metode-metode palpasi:
• Palpasi ringan : jari-jari diletakkan diatas
permukaan kulit dan ditekan sedalam ± 1 cm
• Palpasi dalam : digunakan untuk memeriksa
keadaan organ dan massa, kulit ditekan sedalam ± 2,5 cm
• Palpasi bimanual : kedua tangan digunakan
untuk mempalpasi dalam. Tangan yang satu (meraba) direlaksasi dan
diletakkan dengan ringan diatas kulit klien. Tangan yang satu lagi
menekan tangan yang meraba. Tangan yang dibawah tetap relaksasi
untuk mendeteksi kerakteristik organ
• Teknik palpasi tergantung pada bagian tubuh
dan kondisi klien
3. Perkusi
Perkusi adalah mengetuk permukaan tubuh dengan jari untuk
menghasilkan getaran yang menjalar melalui jaringan tubuh. Karakter bunyi
menentukan lokasi, ukuran, bentuk dan kepadatan struktur di bawah kulit
untuk memastikan keabnormalan yang terkaji melalui palpasi dan auskultasi.
Pengetahuan tentang kepadatan berbagai organ normal memungkinkan
pemeriksa untuk memastikan letak organ atau massa dan menentukan
besarnya dengan memperkirakan batas-batas organ tersebut melalui
perubahan suara.
a. Metode perkusi:
• Metode perkusi langsung: permukaan tubuh diketuk langsung dengan
menggunakan satu atau dua jari
• Metode perkusi tak langsung: dengan menggunakan kedua tangan.
Tangan yang satu diletakkan diatas permukaan tubuh, sedangkan
tangan yang satunya lagi (ujung jari tengah) memukul dasar
persendian distal pleksimeter
b. Perkusi dilakukan dengan cepat dan tajam dengan lengan tetap
dan pergelangan tangan rileks
c. Berikan tenaga pukulan yang sama pada setiap area tubuh
membentuk perbandingan bunyi perkusi akurat
4. Auskultasi
Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam organ tubuh untuk
mendeteksi perbedaan normal dan abnormalitas
a. Pastikan bagian telinga stetoskop terpasang dengan baik dan
nyaman
b. Selang karet atau plastik stetoskop harus lentur dan
panjangnya 30 cm sampai 40 cm
c. Bagian bel stetoskop baik digunakan untuk bunyi bernapas
rendah seperti bunyi abnormal jantung dan bunya vaskuler. Sedangkan
bagian diafragma paling baik digunakan untuk bunyi bernada tinggi
seperti bunyi usus besar, paru dan bunyi jantung normal
d. Semua bunyi mempunyai empat karakteristik yang harus
dikaji:
Frekuensi, adalah jumlah siklus gelombang suara dihitung per detik
dengan obyek bergetar, berkisar dari tinggi ke rendah
• Kepekakkan, adalah amplitudo dari gelombang
suara, berkisar dari lembut ke keras
• Kualitas, adalah suatu karakteristik yang
membedakan bunyi dari frekuensi dan kepekakkan yang serupa,
digambarkan dengan istilah tiupan, desiran dan berdengung
• Durasi, adalah lamanya waktu suatu bunyi berakhir
sebagai bunyi yang terus menerus, berkisar dari pendek, menengah
sampai panjang
• Dengan auskultasi pada setiap sisi, perawat harus
memperhitungkan sumber dan penyebab, sisi yang pasti dimana bunyi
terdengar sebaik-baiknya dan kualitas normal yang diharapkan untuk
mengkaji penyimpangan dari normal
C. Kriteria pemeriksaan fisik yang penting adalah meliputi :
1. Tanda-tanda vital / vital sign (suhu, nadi, pernapasan dan
tekanan darah)
2. Observasi keaadaan umum pasien dan perilakunya
3. Kaji adanya perubahan penglihatan dan pendengaran
4. Pengkajian head to toe seluruh sistem tubuh dengan
memaksimalkan tehnik inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi
D. Pengkajian Fisik sistem "head to toe" meliputi:
1. Sistem Syaraf Pusat
2. Sistem Jantung dan pembuluh darah
3. Sistem Pernafasan
4. Sistem Pencernaan
5. Sistem Perkemihan
6. Sistem Integumen
7. Sistem Muskuloskeletal
8. Sistem Psikososial
Berikut ini merupakan detail pemeriksaan fisik, yang meliputi head to toe dan
pendekatan sistem tubuh adalah :
1. Sistem Syaraf Pusat
• Kaji LOC (Level Of Consiousness) atau tingkat kesadaran : dengan
melakukan pertanyaan tentang kesadaran pasien terhadap waktu, tempat
dan orang.
• Kaji status mental
• Kaji tingkat kenyamanan, adanya nyeri dan termasuk lokasi, durasi,
tipe dan pengobatannya.
• Kaji fungsi sensoris dan tentukan apakah normal atau mengalami
gangguan.
• Kaji adanya hilang rasa, rasa terbakar/panas.
• Kaji fungsi motorik seperti : genggaman tangan, kekuatan otot,
pergerakan dan postur.
• Kaji adanya kejang atau tremor.
• Kaji catatan penggunaan obat dan diagnostik tes yang mempengaruhi
SSP.
2. Sistem Kardiovaskular
• Kaji nadi : frekuensi, irama, kualitas (keras dan lemah) serta tanda
penurunan kekuatan/pulse deficit.
• Periksa tekanan darah : kesamaan antara tangan kanan dan kiri atau
postural hipotensi.
• Inspeksi vena jugular seperti distensi, dengan membuat posisi semi
fowler.
• Cek suhu tubuh dengan metode yang tepat, atau palpasi kulit.
• Palpasi dada untuk menentukan lokasi titik maksimal denyut jantung.
• Auskultasi bunyi jantung S1- S2 di titik tersebut, adanya bunyi
jantung tambahan, murmur dan bising.
• Inspeksi membran mukosa dan warna kulit, lihat tanda sianosis
(pucat) atau kemerahan.
• Palpasi adanya edema di ekstremitas dan wajah.
• Periksa adanya jari-jari tabuh dan pemeriksaan pengisian kapiler di
kuku.
• Kaji adanya tanda-tanda perdarahan (epistaksis, perdarahan saluran
cerna, flebitis, kemerahan di mata atau kulit.
• Kaji obat-obatan yang mempengaruhi sistem kardiovaskular dan test
diagnostik.
3. Sistem Respirasi (Pernapasan)
• Kaji keadaan umum dan pemenuhan kebutuhan respirasi.
• Kaji Respiratory Rate (RR), irama dan kualitasnya.
• Inspeksi fungsi otot bantu napas, ukuran rongga dada, termasuk
diameter anterior dan posterior thorax, dan adanya gangguan spinal.
• Palpasi posisi trakea dan adanya subkutan emphysema.
• Auskultasi seluruh area paru dan kaji suara paru normal (vesikular,
bronkovesikular, atau bronkial) dan kaji juga adanya bunyi paru patologis
(wheezing, cracles atau ronkhi).
• Kaji adanya keluhan batuk, durasi, frekuensi dan adanya
sputum/dahak, cek warna, konsistensi dan jumlahnya dan apakah disertai
darah.
• Kaji adanya keluhan SOB (Shortness Of Breath)/sesak napas, dyspnea
dan orthopnea.
• Inspeksi membran mukosa dan warna kulit.
• Tentukan posisi yang tepat dan nyaman untuk meningkatkan fungsi
pernapasan pasien.
• Kaji apakah klien memiliki riwayat merokok (jumlah per hari) dan
berapa lama telah merokok.
• Kaji catatan obat terkait dengan sistem pernapasan dan test
diagnostik.
4. Sistem Pencernaan
• Inspeksi keadaan umum abdomen : ukuran, kontur, warna
kulit dan pola pembuluh vena (venous pattern).
• Auskultasi abdomen untuk mendengarkan bising usus.
• Palpasi abdomen untuk menentukan : lemah, keras atau
distensi, adanya nyeri tekan, adanya massa atau asites.
• Kaji adanya nausea dan vomitus.
• Kaji tipe diet, jumlah, pembatasan diet dan toleransi terhadap
diet.
• Kaji adanya perubahan selera makan, dan kemampuan klien
untuk menelan.
• Kaji adanya perubahan berat badan.
• Kaji pola eliminasi : BAB dan adanya flatus.
• Inspeksi adanya ileostomy atau kolostomi, yang nantinya
dikaitkan dengan fungsi (permanen atau temporal), kondisi stoma dan
kulit disekitarnya, dan kesediaan alat.
• Kaji kembali obat dan pengkajian diagnostik yang pasien
miliki terkait sistem GI.
5. Sistem Perkemihan
• Kaji kebiasaan pola BAK, output/jumlah urine 24 jam, warna,
kekeruhan dan ada/tidaknya sedimen.
• Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dIsuria dan hematuria,
serta riwayat infeksi saluran kemih.
• Palpasi adanya distensi bladder (kandung kemih).
• Inspeksi penggunaan condom catheter, folleys catheter, silikon kateter
atau urostomy atau supra pubik kateter.
• Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik yang
terkait dengan sistem perkemihan.
6. Sistem Integumen
• Kaji integritas kulit dan membran mukosa, turgor, dan
keadaan umum kulit (jaundice, kering).
• Kaji warna kulit, pruritus, kering, odor.
• Kaji adanya luka, bekas operasi/skar, drain, dekubitus, dsb.
• Kaji resiko terjadinya luka tekan dan ulkus.
• Palpasi adanya nyeri, edema, dan penurunan suhu
• Kaji riwayat pengobatan dan test diagnostik terkait sistem
integument

7. Sistem Muskuloskeletal
• Kaji adanya nyeri otot, kram atau spasme.
• Kaji adanya kekakuan sendi dan nyeri sendi.
• Kaji pergerakan ekstremitas tangan dan kaki, ROM (Range Of
Motion), kekuatan otot.
• Kaji kemampuan pasien duduk, berjalan, berdiri, cek postur tubuh.
• Kaji adanya tanda-tanda fraktur atau dislokasi.
• Kaji ulang pengobatan dan test diagnostik yang terkait sistem
muskuloskeletal.
8. Sistem Psikososial
• Kaji perasaan pasien tentang kondisinya dan penyakitnya.
• Kaji tingkat kecemasan, mood klien dan tanda depresi.
• Kaji pemenuhan support system.
• Kaji pola dan gaya hidup klien yang mempengaruhi status
kesehatan.
• Kaji riwayat penyalahgunaan obat, narkotika, alkohol, sexual
abuse, emosional dan mekanisme koping.
• Kaji kebutuhan pembelajaran dan penyuluhan kesehatan.
Urutan pemeriksan fisik:
1. Cuci tangan
2. Kumpulkan peralatan
3. Dekati pasien dengan sikap ramah dan perhatian
4. Jelaskan prosedur pengkajian pada pasien
5. Ukur berat badan dan tinggi badan, tanda-tanda vital
6. Lakukan pencatatan riwayat pasien
7. Lakukan sistem pengkajian
8. Pemeriksaan ekspresi wajah dan pergerakan yang tidak lazim
9. Inspeksi mata terhadap PERRLA
10. Periksa refleks berkedip kornea
11. Inspeksi telinga
12. Periksa mulut dan refleks menelan
13. Periksa ROM leher
14. Palpasi leher, periksa kelenjar limfe
15. Palpasi tiroid
16. Palpasi nadi karotis dan radial
17. Inspeksi simetri dada
18. Tentukan pola pernapasan
19. Inspeksi spinal
20. Auskultasi paru posterior
21. Inspeksi dada anterior
22. Inspeksi payudara dan aksila
23. Perkusi dan auskultasi paru anterior
24. Inspeksi tangan dan lengan
25. Periksa ROM lengan, siku dan pergelangan tangan
26. Auskultasi bunyi jantung
27. Minta pasien untuk berbaring terlentang
28. Inspeksi dan palpasi abdomen dan panggul
29. Auskultasi bunyi usus
30. Perkusi hepar
31. Inspeksi daerah inguinal
32. Palpasi, auskultasi arteri femoralis
33. Periksa ROM kaki dan kekuatan otot kaki
34. Palpasi nadi poplitea
35. Inspeksi dan palpasi genetalia
36. Periksa refleks tendon dalam dan tanda babinski

PEMERIKSAAN TANDA-TANDA VITAL

Pengukuran yang paling sering dilakukan oleh praktisi kesehatan adalah


pengukuran suhu, nadi, tekanan darah, frekuensi pernapasan dan saturasi oksigen.
Banyak faktor seperti suhu lingkungan, latihan fisik, dan efek sakit yang
menyebabkan perubahan tanda vital, kadang-kadang di luar batas normal.
Pengukuran tanda vital memberi data untuk menentukan status kesehatan klien yang
lazim (data dasar), seperti respon terhadap stres dan psikologis, terapi medis dan
perawatan, perubahan tanda vital, dan menandakan perubahan fungsi fisiologis.
Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi
klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap
intervensi. Teknik dasar inspeksi, palpasi dan auskultasi digunakan untuk
menentukan tanda vital. Kemudian teknik pengukuran yang cermat menjamin
temuan yang akurat.

Tanda Vital: batas normal untuk dewasa

Batas suhu: 36-38 ºC


Oral rata-rata: 37 ºC
Rektal rata-rata: 37,5 ºC
Aksila rata-rata: 36,5 ºC

Nadi: 60-100 denyut/menit

Pernafasan: 12-20 X/menit

Tekanan darah rata-rata 120/80 mmHg


Hypertensi: sistolik di atas 140 mmHg
diastolik diatas 90 mmHg
Hypotensi : sistolik di bawah 90 mmHg dengan tanda-tanda pusing dan
peningkatan nadi.
Tandadarah
Hypotensi ortostatik: tekanan Vital:sistolik
batas normal untuk
turun dari anak dan
25 mmHg
diastolik 10 mmHg disertai dengan tanda dan gejala perfusi
0
Batas suhu:
serebral yang36,5 - 37,5
tidak C dari ketika berubah posisi dari
adekuat
berbaring ke duduk atau berdiri.
Nadi :
Bayi : 120 – 160x/mnt
Todler: 90 -140x/mnt
Prasekolah: 80 – 110x/mnt
Usia sekolah: 75 – 100x/mnt
Remaja: 60 – 90x/mnt

Pernapasan:
Bayi baru lahir: 35 – 40x/mnt
Bayi 6 bulan: 30 – 50x/mnt
Todler (2 tahun): 25 – 32x/mnt
Anak-anak: 20 – 30x/mnt
Remaja: 16 – 19x/mnt

Tekanan darah:
Bayi baru lahir (300 gr): 40 mmHg (rerata)
1 bulan: 85/54 mmHg
1 tahun: 95/65 mmHg
6 tahun: 105/65 mmHg
10-13 tahun: 110/65 mmHg
14-17 tahun: 120/75 mmHg
SUHU TUBUH
Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh :
• Usia
• Olahraga
• Kadar hormon
• Stres
• Irama sirkadian
• Lingkungan

Klasifikasi Hipotermi

Ringan : 33-36 ºC
Sedang : 30-33 ºC
Berat : 27-30 ºC
Sangat berat : < 30 ºC

Prosedur pengukuran
Persiapan
1. Kaji tanda dan gejala perubahan suhu dan faktor yang secara normal
mempengaruhi suhu tubuh
2. Jelaskan bagaimana cara mengukur suhu tubuh tersebut dan pentingnya
menjaga posisi yang tepat sampai pembacaan lengkap.
3. Ketika mengukur suhu tubuh oral, tunggu 20-30 menit sebelum mengukur
suhu, jika klien merokok atau makan atau minum yang panas atau dingin.
4. Siapkan peralatan dan bahan yang dibutuhkan
a. Termometer yang tepat
b. Tisu lembut
c. Pelumas (untuk termometer kaca rektal)
d. Pena, lembar pencatatan
e. Sarung tangan sekali pakai
f. Pembungkus plastik atau pembungkus probe sekali pakai.
5. Cuci tangan
Suhu aksila-termometer kaca
1. Lakukan langkah persiapan 1-5
2. Pasang gorden disekeliling tempat tidur dan atau tutup pintu kamar.
3. Tempatkan klien pada posisi telentang atau duduk.
4. Singkirkan pakaian atau gown dari bahu dan lengan.
5. Siapkan termometer kaca.
6. Letakkan termometer di tengah aksila, turunkan lengan menjepit termometer
dan taruh lengan menyilang di dada klien
7. Biarkan selama 5-10 menit atau sampai ketentuan.
8. Ambil termometer dan seka area basah dengan tisue. Seka dengan cara
memutar dari jari ke arah pentolan. Buang tisue
9. Baca termometer sejajar mata.
10. Beritahu klien berapa suhunya
11. Cuci termometer dalam air hangat bersabun, cuci di air dingin, keringkan,
dan taruh kembali di tempat penyimpanan.
12. Bantu klien memasang gown atau baju kembali
13. Cuci tangan
Penyelesaian untuk mengukur suhu tubuh
1. Bandingkan pembacaan suhu dengan data dasar dan rentang suhu normal
untuk kelompok usia klien
2. Bila suhu abnormal ulangi pengukuran. Bila diindikasikan pilih tempat atau
alat alternatif.
3. Catat suhu pada lembar alur tanda vital atau catatan perawat dan laporkan
temuan abnormal.
NADI
Persiapan
1. Pertimbangkan faktor yang mempengaruhi secara normal karakter nadi
(misalnya usia, latihan dan perubahan postur)
2. Jelaskan bahwa frekuensi nadi dan jantung akan dikaji. Anjurkan klien untuk
rileks dan tidak bicara. (jika klien baru melakukan kegiatan aktif tunggu 5-10
menit).
3. Siapkan peralatan dan bahan:
- Stetoskop, kapas alkohol
- Pena, pensil, formulir pencatatan tanda vital
- Jam tangan
- Cuci tangan
Nadi Radialis
Cara memeriksa denyut nadi adalah dengan meletakkan tiga jari (biasanya
digunakan jari telunjuk, tengah dan jari manis) di atas pergelangan tangan tepatnya di
arteri radialis yang sejajar ibu jari, kemudian hitung denyutannya, jika ritmenya
teratur hitung dalam15 detik kali 4 dan jika lebih akuratnya hitung dalam 60 detik.
Nadi Apikal
1. Lakukan langkah persiapan 1-4
2. Bersihkan epis dan diafragma dengan kapas alkohol jika diperlukan
3. Klien dengan posisi telentang atau duduk.
4. Letakkan diafragma stetoskop di telapak tangan selama 5-10 detik.
5. Letakkan diafragma di atas titik impuls maksimal dan auskultasi bunyi
jantung S1 dan S2 (terdengar lub dub)
6. Setelah S1 dan S2 yang teratur dapat didengar, gunakan detik jam tangan
untuk menghitung frekuensi; pada saat jarum panjang sampai pada suatu
angka segera mulai dengan 0, kemudian 1 dan seterusnya. Setiap lub dub
sama dengan 1 denyut jantung.
7. Jika frekuensi jantung teratur, hitung 30 detik dan kalikan 2.
8. Jika frekuensi jantung tidak teratur hitung selama 60 detik. Kaji frekuensi dan
pola ketidakteraturan
9. Cuci tangan, bersihkan diafragma dengan kapas alkohol.
Penyelesaian
1. Bandingkan frekuensi nadi perifer dengan nadi apikal dan catat
perbedaannya.
2. Catat karakteristik nadi pada lembar catatan tanda vital atau catatan perawat
dan laporkan temuan yang tidak normal.
PERNAPASAN
Faktor yang mempengaruhi
Karakter pernapasan
1. Olahraga
2. Nyeri akut
3. Ansietas
4. Merokok
5. Anemia
6. Posisi tubuh
7. Medikasi
8. Cedera batang otak
Prosedur pengkajian
1. Kaji faktor yang secara normal mempengaruhi karakter pernapasan
2. Jika klien sedang aktif tunggu 5-10 menit
3. Pastikan klien pada posisi yang nyaman
4. Siapkan peralatan dan bahan
5. Cuci tangan
6. Letakkan tangan klien pada posisi rileks yang tidak menghalangi pandangan
terhadap dada klien, atau letakkan tangan perawat langsung di atas abdomen
klien.
7. Observasi siklus pernapasan komplit (satu inspirasi dan satu ekspirasi)
8. Setelah mengobservasi siklus, lihat detik jam tangan dan hitung frekuensi:
mulai menghitung satu pada satu siklus penuh pernapasan.
9. Jika irama teratur pada orang dewasa, hitung jumlah pernapasan dalam 30
detik dan kalikan 2. pada bayi dan anak kecil, hitung pernapasan 1 menit
penuh.
10. Pada orang dewasa, jika irama tidak teratur atau < 12 atau > 20, hitung dalam
60 detik.
11. Catat kedalaman, kaji secara subjektif dengan mengobservasi derajat
pergerakan dinding dada saat menghitung frekuensi. Secara objektif kaji
kedalaman dengan mempalpasi penyimpangan dinding dada setelah frekuensi
dihitung
12. Perhatikan irama dari siklus pernapasan.
13. Cuci tangan
Penyelesaian
1. Bandingkan pernapasan pada nilai dasar dan atau frekuensi pernapasan
normal terhadap kelompok umur.
2. Catat frekuensi pernapasan dan karakter pernapasan pada lembar pencatatan
tanda vital dan laporkan temuan abnormal.

Gangguan dalam pola pernapasan

1. bradipnea: pernapasan lambat (< 12x/menit)


2. takipnea: pernapasan cepat (>20/menit)
3. hiperpnea: pernapasan sulit, peningkatan kedalaman, peningkatan
frekuensi. Terjadi setelah olahraga.
4. pernapasan kussmaul: pernapasan dalam secara tidak normal dalam,
dan frekusnsi meningkat.
5. pernapasan biot: pernapasan dangkal secara tidak normal untuk dua
atau tiga napas diikuti periode apnea yang tidak teratur.

TEKANAN DARAH
Faktor yang mempengaruhi tekanan darah
1. Usia
2. Stres
3. Ras
4. Medikasi
5. Variasi diurnal
6. Jenis kelamin
Prosedur pengkajian
1. Kaji faktor yang mempengaruhi tekanan darah
2. Kaji tempat paling baik untuk melakukan pengukuran tekanan darah.
3. Siapkan alat dan bahan
4. Anjurkan klien untuk menghindari kafein dan merokok 30 menit sebelum
pengkajian.
5. Bantu klien untuk mengambil posisi duduk atau berbaring. Pastikan ruangan
hangat dan tenang.
6. Jelaskan prosedur kepada klien dan bantu klien istirahat paling sedikit 5
menit sebelum pengukuran.
7. Cuci tangan.
8. Dengan klien duduk atau berbaring, posisikan beban lengan atas (sokongan
bila diperlukan) setinggi jantung dengan telapak menghadap atas.
9. Gulung lengan baju pada bagian atas lengan.
10. Palpasi arteri brakhialis. Letakkan manset 2,5 cm diatas nadi brakhialis
(ruang antekubital). Tempatkan di tengah-tengah kantung manset atas arteri.
11. Dengan manset masih kempis, pasang maset dengan rata dan pas sekeliling
lengan atas.
12. Pastikan bahwa manometer diposisikan secara vertikal sejajar mata.
Pengamat tidak boleh lebih jauh dari 1 m.
13. Palpasi arteri radialis atau brakialis dengan ujung jari dari satu tangan sambil
menggembungkan manset dengan cepat sampai tekanan 30 mmHg diatas titik
dimana denyut tidak teraba. Dengan perlahan kempiskan manset dan catat
titik dimana denyut muncul lagi.
14. Kempiskan manset dan tunggu 30 detik.
15. Letakkan earpieces stetostop pada telinga dan pastikan bunyi jelas, tidak
muffled.
16. Ketahui lokasi arteri brakialis dan letakkan bel atau diafragma chestpiece.
Jangan biarkan shestpiece menyentuh manset atau baju klien.
17. Tutup katup balon tekanan searah jarum jam sampai kencang.
18. Gembungkan manset 30 mmHg diatas tekanan sistolik yang dipalpasi.
19. Dengan perlahan lepaskan dan biarkan air raksa turun dengan kecepatan 2-3
mmHg perdetik.
20. Catat titik pada manometer saat bunyi jelas yang pertama terdengar.
21. Lanjutkan mengempiskan manset, catat titik dimana bunyi muffled atau
dumpened timbul.
22. Lanjutkan mengempiskan manset, catat titik pada manometer sampai 2
mmHg terdekat dimana bunyi tersebut hilang.
23. Kempiskan manset dengan cepat dan sempurna.
24. Buka manset dari lengan kecuali jika ada rencana untuk mengulang.
25. Jika ini adalah pengkajian yang pertama dari klien, ulangi prosedur pada
lengn yang lain.
26. Bantu klien untuk kembali ke posisi yang nyaman dan tutup kembali lengan
atas.
27. Beri tahu bacaan pada klien.
28. Cuci tangan.
29. Bandingkan bacaan dengan nilai dasar sebelumnya dan atau tekanan rerata
normal untuk usia klien.
30. Beritahu klien nilai dan kebutuhan pengkajian ulang yang periodik
31. Catat tekanan darah pada catatan perawat atau lembar catatan tanda vital dan
laporkan temuan yang abnormal.

DHF

A. Pengertian
Demam berdarah dengue adalah suatu infeksi arbovirus (arthropod-borne virus)
akut, ditularkan oleh nyamuk spesies Aedes (Ilmu Kesehatan Anak, Universitas
Indonesia).

Demam berdarah dengue adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah
tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria.

Demam berdarah dengue adalah suatu penyakit demam berat yang sering
mematikan, disebabkan oleh virus, ditandai oleh permeabilitas kapiler, selain
hemostasis dan pada kasus berat, sindrom syok kehilangan protein (Nelson).

Demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus
dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (Dr. Nursalam dkk,
2005)

B. Etiologi

Virus dengue termasuk dalam kelompok arbovirus B. Dikenal 4 serotipe virus


dengue yang saling tidak mempunyai imunitas silang..

Virus Dengue serotype 1,2,3 dan 4. sedangkan yang tebanyak adalah tipe 2 dan
3. Penyakit yang disebabkan oleh Virus Dengue sejenis virus yang tergolong
arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui sistem nyamuk aides aegypti
(betina),

C. Tanda dan Gejala

1. Pada saluran pernapasan

 Batuk

 Pilek

2. Saluran pencernaan

 Mual

 Muntah

 Sakit waktu menelan


 Anoreksia

 Diare

3. Pada sistem tubuh yang lain

 Sakit kepala

 Nyeri pada otot, tulang dan sendi

 Nyeri otot abdomen

 Nyeri ulu hati

D. Obat Tradisional

Sehubungan dengan merebaknya penyakit Demam Berdarah, ini ada ramuan


tradisional yang katanya dapat menyembuhkan demam berdarah karena tidak ada
efek samping yang negatif.

Bahan :

1 buah Daun Pepaya

2 1 genggam pohon meniran (kurang lebih 5 - 6 pohon) banyak tumbuh


ditempat yang lembab, daunnya mirip daun duri yang ketika tersentuh
kemudian menutup, tapi dibalik daun itu ada bintik bintik sebesar menir
(beras)

3 1 ruas (ibu jari) temu ireng

4 1 ruas (ibu jari) kunyit kuning

5 1 ujung sendok teh garam dapur

6 air matang 500 ml

Fungsi masing masing ramuan.


1. Daun pepaya, untuk membunuh virus
2. Kunyit sebagai anti biotik
3. Temu ireng menyembuhkan luka lambung, sekaligus menaikkan nafsu makan
4. Daun meniran untuk menaikkan trombosit.
5. Garam untuk menaikkan tekanan darah.

Cara pembuatan :

Semua bahan dicuci bersih, lalu ditumbuk, Air matang dituang kedalam hasil
tumbukan. Hasil tumbukan diperas. Sarinya ditampung di tempat yang bersih dan
diberi garam dapur. Aduk garam dapur sampai larut. Ramuan ini diminum sehari 3
kali sesudah makan. 500 ml ramuan cukup untuk 3 kali minum, jangan lupa sediakan
segelas air putih yang langsung diminum setelah meminum ramuan ini, karena
ramuan ini rasanya pahit sekali dan asin juga agak berbau.

Efek samping dari ramuan diatas :


Penderita sakit akan merasa haus sekali dan lapar sekali sesaat setelah meminum
ramuan ini. Bila anda hanya ingin menambah jumlah trombosit di dalam tubuh anda,
anda juga bisa membuat ramuan berikut ini :

2 sendok makan angkak (seperti beras atau ketan yang berwarna merah dan biasanya
tersedia di pasar atau di supermarket deretan bumbu-bumbu Cina)

• 2 gelas air Rebus sampai mendidih dan menjadi hanya 1 gelas.


• Dinginkan lalu minum

Atau ramuan diatas tanpa pohon meniran : daun pepaya, kunyit kuning, kunyit hitam,
garam dan air

E. Penanganan

1. Tirah baring

2. Diet makan lunak

3. Minum banyak (2-2,5/24 jam)

4. Pemberian cairan intra vena

5. Monitor tanda-tanda Vital


6. Periksa Hb, Trombosit setiap hari

7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat antipiuretik

8. Kompres dingin

F. Komplikasi

- Dehidrasi

- Perdarahan

- Penurunan kesadaran

- Kematian

DIARE

A. Defenisi

Diare adalah kumpulan gejala seperti nyeri, mulas, mual, kembung, dan
sejenisnya, secara medis disebut sindrom atau kumpulan gejala dispepsi. Mendeteksi
penyakit dengan sindrom dispepsi tidaklah mudah karena sumbernya bisa intra
(gangguan saluran cerna) atau ekstra luminer (gangguan organ di luar saluran cerna),
walaupun cetusannya mirip.
Diare juga merupakan salah satu cetusan gangguan perut. Diare akut umumnya
disebabkan oleh makanan atau minuman yang terkontaminasi. Diare ringan akan
berakhir dalam 1 - 3 hari setelah diobati dengan obat diare yang banyak dijual di
pasaran. Diare adalah peningkatan dalam frekuensi buang air besar (kotoran), dan
pada kandungan air dan besar kotoran itu. Diare adalah buang air besar encer dengan
frekuensi lebih dari 3 kali sehari dan juga sering disebut mencret. Diare adalah
sebuah penyakit dimana penderita mengalami buang air besar yang sering dan masih
memiliki kandungan air berlebihan. Di dunia, diare adalah penyebab kematian ke-3
paling umum kematian balita, membunuh lebih dari 1,5 juta orang per tahun. Diare
adalah buang air besar dalam bentuk cairan lebih dari tiga kali dalam satu hari dan
biasanya berlangsung selama dua hari atau lebih. Orang yang mengalami diare akan
kehilangan cairan tubuh sehingga menyebabkan dehidrasi tubuh. Hal ini membuat
tubuh tidak dapat berfungsi dengan baik dan dapat membahayakan jiwa, khususnya
pada anak dan orang.
B. Klasifikasi diare
1. Diare akut
Diare akut bisa disebabkan oleh kuman maupun virus. Menurut Dadang, ada
yang sifatnya berair (watery) seperti yang terjadi pada kolera atau karena virus
tertentu. Pada kolera, kadang-kadang disertai dengan muntah. Perlu penanganan
cepat karena bisa mengancam nyawa akibat kehilangan cairan.
Diare juga bisa bersifat berdarah (bloody), bahkan berlendir. Ia mencontohkan,
diare yang disebabkan oleh kelompok amuba bisa menyebabkan diare luar biasa
dengan rasa sakit atau mules, disertai darah, dan kadang-kadang lendir. ''Yang ini
kita sebut sindrom disentri,'' jelasnya.
Bentuk diare akut lain adalah yang terjadi pada keracunan makanan (food
poisoning). ''Gejala diare umumnya muncul setelah mengonsumsi makanan yang
terkontaminasi oleh kuman, bisa juga oleh virus atau zat kimia tertentu,'' katanya.
Kadang disertai muntah, pusing atau demam.
Jenis diare akut lain yang sering ditemukan adalah traveller's diarrhea, yang
menjadi momok bagi para turis. Diare jenis ini terjadi paling sering karena
kontaminasi makanan yang dia makan. Tapi, bisa juga disebabkan oleh stres atau
karena obat-obatan yang dikonsumsi.
2. Diare kronik
Apabila diare terjadi lebih dari dua minggu dan tidak berhenti setelah minum
obat, patut dicurigai sebagai diare kronik. ''Apalagi kalau keluhan diare berulang,
disertai dengan darah atau lendir dan penurunan berat badan,'' tegas Dadang. Diare
kronik yang sering terjadi adalah yang disebut inflammatory bowel disease atau
penyakit inflamasi usus. Biasanya ini terjadi di usus besar. ''Penyebabnya diduga
karena gangguan pada sistem imun, infeksi virus tertentu atau bahkan semacam
kuman mikrobakterium,'' paparnya.
Pasien sering mengeluhkan diare berulang, kadang-kadang berdarah dan sering
berlendir, bisa juga disertai dengan mules. Dadang meminta pasien mewaspadai
diare yang tidak sembuh meski sudah ke dokter. Penyakit ini bisa dipastikan dengan
pemeriksaan endoskopi saluran cerna bagian bawah.
Diare kronik yang juga sering ditemui adalah semacam ketidakmampuan
seseorang menyerap kelompok makanan tertentu. Dadang mencontohkan diare
karena mengonsumsi makanan dari gandum, karbohidrat, atau susu. ''Diare bisa
dihentikan jika dia tidak mengonsumsinya''.
Diare kronik lain adalah sindrom usus iritatif (irritable bowel syndrome). Diare
kronik jenis ini kadang-kadang disertai produksi lendir. Penyebab utamanya adalah
stres. ''Biasanya setelah dilakukan pemeriksaan seksama sampai endoskopi, tidak
ditemukan kelainan''. Pada jenis ini, semakin stres seseorang, semakin sering ia diare.
Karena itu, pengobatannya seringkali melibatkan dokter ahli jiwa. Dokter hanya
memberikan obat-obatan yang bersifat simptomatik. Diare kronik bisa juga
disebabkan oleh radiasi. Dadang mencontohkan, pasien yang menderita tumor rahim,
akan memperoleh pengobatan radioterapi. ''Salah satu efek sampingnya adalah
kerusakan pada dinding usus besar terutama sebelah kiri''.
Diare bisa muncul enam bulan hingga puluhan tahun setelah radiasi. ''Muncul
berupa diare terus-menerus, kadang-kadang sampai berdarah''. Namun, tidak mudah
mengobati keluhan diare akibat radiasi.
Diare kronik yang saat ini tengah menjadi perhatian adalah tumor ganas di
saluran cerna bagian bawah. Disebut juga kanker kolon atau kanker usus besar.
Meski belum ada prevalensinya di Indonesia, Dadang melihat angka kejadian yang
meningkat dan pergeseran usia penderita. ''Kalau dulu umumnya berusia di atas 40
tahun, sekarang ini sudah mulai ada penderita usia 20-30 tahun,'' kata dia. Gejalanya
adalah diare berulang, disertai darah dan lendir serta berlangsung lama. Juga, disertai
penurunan berat badan. Sebagian kecil bergejala sulit BAB. Penyebabnya antara lain
diet kurang serat. Menurut Dadang, kanker kolon lebih mudah ditangani jika
diketahui sejak dini. Sayang, banyak penderita datang dalam keadaan lanjut. Bentuk
penanganan biasanya berupa operasi.
Diare kronik juga bisa disebabkan oleh tumor yang memproduksi zat yang
menyebabkan usus bergerak lebih cepat. Akibatnya, makanan tidak bisa terserap
dengan baik. Tumor ini relatif jarang.
C. Etiologi.
Diare bukanlah Virus (penyebab diare tersering – dan umumnya karena
Rotavirus) gejala : Berak-berak air (watery), berbusa, Tidak ada darah lendir, berbau
asam. GE ( flu perut) terbanyak karena virus. Bakteri, berak-berak dengan
darah/lendir. Parasite (Giardiasis) - Berak darah+/- dan lendir, sakit perut perlu
antiparasite
Secara umum, berikut ini beberapa penyebab diare, yaitu:
1. Infeksi oleh bakteri, virus atau parasit.
2. Alergi terhadap makanan atau obat tertentu.
3. Infeksi oleh bakteri atau virus yang menyertai penyakit lain seperti: Campak,
Infeksi telinga, Infeksi tenggorokan, Malaria, dll.
4. Pemanis buatan
D. Tanda dan Gejala Diare
Gejala diare adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam
sehari, yang kadang disertai: Muntah, badan lesu atau lemah, panas, tidak nafsu
makan, darah dan lendir dalam kotoran. Rasa mual dan muntah-muntah dapat
mendahului diare yang disebabkan oleh infeksi virus. Infeksi bisa secara tiba-tiba
menyebabkan diare, muntah, tinja berdarah, BAB encer lebih dari 3 kali perhari,
badan lemas, nyeri perut, perut kembung, nafsu makan berkurang dan mual.
E. Akibat Lanjut Diare
Dampak dari diare antara lain: Penurunan berat badan, badan lemas dan mata
cekung, penurunan kesadaran bahkan dapat Menimbulkan kematian jika kehilangan
cairan dan garam dibiarkan
F. Pencegahan Diare
Hal-hal yang dapat dilakukan untuk mencegah diare adalah: pemberian ASI
ekslusif selama 6 bulan, Sumber air bersih dan sanitasi yang baik, mencuci tangan,
terutama sebelum menyentuh makanan, gunakan produk terbuat dari susu yang telah
dipasteurisasi untuk membunuh bakteri. Jangan biarkan makanan pada suhu kamar
karena dapat merangsang pertumbuhan bakteri. Masaklah makanan dan minuman
sampai matang. Buang air besar pada tempatnya. Makanan bersih atau tidak
tercemar. Menggunakan alat makan yang bersih. Mencuci bahan makanan dengan
benar.
G. Penanganan Diare
1. Diare tanpa dehidrasi
a) Cairan ekstra (minum lebih banyak dari biasanya)
b) ASI eksklusif: lebih sering, lebih lama, tambahkan Cairan
Rehidrasi Oral (CRO) = 1 sendok teh garam + 8 sendok teh gula +1 L air
matang /cairan elektrolit seperti Pedyalite
c) Tidak ASI eksklusif: CRO (Bayi dengan susu formula boleh
diberikan CRO selama 12 jam pertama, setelah itu dilanjutkan dengan
pemberian susu formula lebih sedikit dari jumlah yang biasa diberikan,
namun diberikan lebih sering), makanan berair (sup, air tajin, yoghurt).
Pemberian cairan setiap habis BAB cair: 0-2th = 50-100 ml, >2th = 100-
200 ml
d) Cara pemberian: sering dan sedikit-sedikit, bila muntah, tunggu 10
menit, lanjutkan perlahan. Cairan ekstra dilanjutkan sampai diare berhenti
e) Makan dan minum seperti biasa, jumlah lebih sedikit, frekuensi
lebih sering
f) Tindak lanjuti bila dalam 5 hari tidak ada perbaikan
g) Teruskan pemberian ASI
2. Diare dengan dehidrasi ringan-sedang:
a) CRO jangka waktu 4 jam Usia 4-12 bulan 12 bl-2 th 2-5th BB 6 kg 6-10
kg 10-12 kg 12-19 kg ml 200-400 400-700 700-900 900-1400 Caranya:
minum sering dan sedikit-sedikit dari cangkir Bila muntah, tunggu 10
menit, lanjutkan, lebih perlahan
b) Lanjutkan ASI on demand
c) Setelah 4 jam: Evaluasi ulang, Mulai pemberian makan, Cairan ekstra,
makan dan minum seperti biasa, tindak lanjuti bila dalam 5 hari tidak ada
perbaikan
3. Diare dengan dehidrasi berat:
a) Cairan pengganti diberikan melalui selang infus di ruang gawat darurat
(UGD) selama beberapa jam, biasanya tidak diperlukan perwatan di RS
b) Bayi <6 bulan dengan diare perlu diperiksa oleh dokter setelah 6-12jam
penanganan diare
c) Jangan sampai anak tidak mendapat asupan makanan sama sekali dalam
24 jam.
d) Bayi atau anak anda sangat infeksius, jadi cuci tangan sampai bersih
dengan sabun dan air hangat, khususnya sebelum memberi makan dan
sesudah mengganti popok atau celana.
e) Pisahkan anak atau bayi yang terkena diare dari anak atau bayi lain
sebisa mungkin, sampai diare berhenti.
f) Antibiotika (AB) tidak diperlukan untuk mengobati diare yang
disebabkan oleh virus (diperlukan AB jika tinja berdarah)
g) Obat anti diare tidak diperlukan karena hanya bersifat penyembuhan
semu (diare berhenti sementara virus penyebab masih ada di dalam
tubuh, sehingga perjalanan penyakit berlangsung lebih lama dan
penderita menjadi karier yang dapat menularkan ke orang lain)
4. Kapan harus menghubungi dokter?
a) Diare > 1 minggu
b) Terdapat darah pada fesesnya
c) Muntah yang sering
d) Nyeri perut
e) Demam tinggi
f) Terlihat sangat lemah
g) Tanda-tanda dehidrasi
H. Obat Tradisional atau BaTra
• Membuat larutan gula garam
larutkan satu sendok gula pasir dan ¼ sendok garam gelas berisi air matang
(hangat atau dingin), kemudian aduk hingga merata dan diminum setiap kali
setelah BAB/ mencret.
Kesehatan Lingkungan

A. Lingkungan Sehat

1. Definisi Lingkungan Sehat


Suatu lingkungan hidup yang terencana, terorganisasi dinilai dari semua
faktor yang ada pada lingkungan fisik manusia, dikelola sedemikian rupa
sehingga derajat kesehatan dapat ditingkatkan.
2. Manfaat Lingkungan dan Rumah Sehat
a. Perumahan dan lingkungan permukiman sehat akan menjadikan hidup
manusia nyaman, aman, tertib, teratur dan tentram.
b. Perumahan dan lingkungan permukiman sehat akan memberi berbagai
kemudahan bagi kehidupan manusia untuk dapat bekerja dan berusaha
secara layak.
c. Perumahan dan lingkungan permukiman yang sehat akan
mempengaruhi kualitas kehidupan manusia menjadi lebih sehat dan
produktif dalam suasana kebersamaan dan kesetiakawanan.
3. Kriteria Lingkungan Sehat
a. Perkarangan dan lingkungan
Kriteria perkarangan dan lingkungan:
- Rumah berpagar
- Penjemuran pakaian dilaksanakan disamping maupun dibelakang
rumah
- Kandang ternak terpisah dari rumah
- Membersihkan parit disekitar rumah minimal 1 x seminggu
b. Pembuangan Sampah
- Setiap rumah memiliki tempat pembuangan sampah
- Memenuhi jadwal pengangkutan sampah
c. Sarana Pembuangan Kotoran (Jamban)
- Masyarakat memiliki jamban yang memenuhi persyaratan kesehatan
antara lain mempergunakan jamban leher angsa dan mempunyai
septic tenk.
d. Sarana Pembuangan Air Limbah
- Masyarakat memiliki sarana pembuangan limbah rumah tangga
e. Jalan dan Gang
- Jalan-jalan diaspal
- Mempunyai penerangan yang cukup
- Ditanami pohon untuk penghijauan
B. Rumah Sehat
1. Defenisi Rumah sehat
Rumah Sehat adalah rumah sebagai tempat tinggal yang memenuhi ketetapan
atau ketentuan teknis kesehatan yang wajib dipenuhi dalam rangka melindungi
penghuni rumah dari bahaya atau gangguan kesehatan, sehingga
memungkinkan penghuni memperoleh derajat kesehatan yang optimal.
2. Persyaratan atau kriteria rumah sehat
a. Bangunan fisik rumah
• Bahan bangunan tidak terbuat dari bahan yang dapat melepaskan zat-zat
yang dapat membahayakan kesehatan. Bahan bangunan tidak terbuat dari
bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme
patogen.
• Atap: atap berfungsi untuk menahan panas, debu, dan air hujan.
• Langit-langit: langit-langit berfungsi agar sinar matahari tidak dirasakan
langsung. Tinggi langit-langit sekurang-kurangnya 2,4 M, langit-langit
harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan.
• Dinding berfungsi untuk menahan angin dan debu serta dibuat tidak
tembus pandang. Dinding harus dilengkapai dengan ventilasi untuk
pengaturan sirkulasi udara.
• Jendela dan pintu berfungsi sebagai lubang angin, jalan udara segar dan
sinar matahari serta sirkulasi. Letak lubang angin yang baik adalah searah
dengan tiupan angin.
• Lantai harus dalam keadaan kering, tidak lembab. Bahan lantai harus
kedap air dan mudah dibersihkan
• Fondasi harus kuat dan kokoh untuk mencegah bangunan agar tidak
runtuh.
b. Fasilitas kelengkapan bangunan rumah
• Sarana Air Bersih. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas 120
liter/hari/orang. Kualitas air bersih harus memenuhi persyaratan kesehatan.
Sekeliling sumur dangkal (gali) diberikan pengerasan dan selokan air agar
tempat sekitarnya tidak tergenang air (becek). Jarak sumur terhadap resapan
atau septik tank harus mencukupi syarat kesehatan.
• Limbah dan selokan Air, air kotor atau air buangan dari kamar mandi, cuci
dan dapur disalurkan melalui selokan terbuka atau tertutup di dalam
pekarangan rumah ke selokan air di pinggir jalan. Limbah cair yang berasal
dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau dan tidak
mencemari permukaan tanah. Limbah padat harus dikelola agar tidak
menimbulkan bau, pencemaran terhadap permukaan tanah serta air tanah.
• Tempat Pembuangan Sampah disediakan berupa tong atau bak sampah
diberi penutup agar lalat dan binatang tidak dapat masuk.
• Fasilitas Penerangan Ruangan. Letak rumah yang baik adalah sesuai arah
matahari agar sinar matahari dapat dimanfaatkan untuk penerangan alami.
c. Penataan bangunan rumah
• Perancangan Ruang, Ruang di dalam rumah harus ditata agar
berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur,
ruang dapur, ruang mandi/cuci/WC, ruang bermain anak yang letaknya
terpisah satu sama lain. Luas ruang sekurang–kurangnya 9 m2 per orang ;
bukaan ventilasi 1/9 luas lantai atau minimal 1 m2 ; atau lebih dari 11%
luas ruang. Lebih lanjut, parameter yang harus diperhatikan dalam
perancangan rumah adalah : kepadatan hunian terutama kamar tidur,
pencahayaan terutama dari sinar matahari, penghawaan, jenis lantai, jenis
dinding serta jenis bahan bakar yang digunakan dalam rumah tangga.
• Kepadatan hunian. Satu keluarga yang terdiri dari 5 orang, minimum
luas rumah adalah 50 m2. Untuk kamar tidur diperlukan luas lantai
minimum 3 m2 / orang dan untuk mencegah penularan penyakit (misalnya
penyakit pernapasan) jarak antara tepi tempat tidur yang satu dengan yang
lain minimum 90 cm. Apabila ada anggota yang menderita penyakit
pernapasan sebaiknya tidak tidur sekamar dengan anggota yang lain.
• Pencahayaan. Untuk memperoleh cahaya yang cukup pada siang hari,
diperlukan luas jendela kaca minimum 20 % luas lantai. Kamar tidur
sebaiknya diletakkan di sebelah timur untuk memberi kesempatan
masuknya sinar ultraviolet yang ada dalam sinar matahari pagi. Jika
perletakan jendela kurang leluasa, dapat dipasang genteng kaca karena
semua jenis cahaya dapat mematikan kuman, hanya berbeda satu sama lain
dari segi lamanya proses mematikan kuman. Agar cahaya matahari tidak
terhalang masuk ke dalam rumah, maka jarak rumah yang satu dengan yang
lain paling sedikit sama dengan tinggi rumahnya.
• Penghawaan. Untuk memungkinkan pergantian udara secara lancar
diperlukan minimum luas lubang ventilasi tetap 5% luas lantai, dan jika
ditambah dengan luas lubang yang dapat memasukkan udara lainnya (celah,
pintu,jendela, lubang anyaman bambu dan sebagainya) menjadi berjumlah
10% luas lantai. Udara yang masuk sebaiknya udara yang bersih dan bukan
udara yang mengandung debu atau bau.
• Jenis Bahan Bakar. Di beberapa rumah masih sering dijumpai rumah
tangga yang menggunakan kayu sebagai bahan bakar. Apabila penghawaan
rumah tidak baik dan tidak ada cerobong asap, maka asap akan memenuhi
seluruh ruangan. Apalagi ibu – ibu sering masak sambil menggendong
anaknya, asap akan memperparah penderita sakit pernapasan terutama pada
balita dan lansia. Sedapat mungkin digunakan bahan bakar yang tidak
menimbulkan masalah pencemaran. Yang terbaik tentu saja listrik, tetapi
harganya mahal.
• Konstruksi Bangunan Rumah : Bagian atap, dinding dan fondasi
rumah harus kokoh, kaku dan kuat menahan beban sendiri, beban angin dan
beban gempa. Fondasi harus terletak di atas tanah yang keras. Dinding
harus cukup kaku, tahan terhadap goyangan gerakan gempa.
• Binatang Penular Penyakit. Tidak ada tikus, kecoa atau binatang
pembawa / vektor penyakit bersarang di dalam rumah
d. Kebiasaan dan perilaku penghuni
• Harus rajin membersihkan rumah.
• Penderita penyakit tidak boleh meludah, bersin atau batuk sembarangan.
• Meludah harus pada tempatnya, bersin dan batuk harus ditutup.
• Harus rajin menjemur bantal, guling dan kasur.
• Tidak tidur bersama – sama penderita.
• Kesehatan perseorangan harus dijaga.
• Jika pagi hari bukalah jendela agar sinar matahari dapat masuk terutama
ke kamar tidur.
• Sedapat mungkin tidak memakai tempat tidur bertingkat.
C. Penyakit yang di timbulkan oleh rumah yang tidak sehat
1. ISPA
• Pengertian ISPA
Infeksi Saluran Pernapasan Akut adalah penyakit infeksi yang menyerang
salah satu bagian dan atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung
(saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan
adneksanya, seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura.
• Etiologi
Etiologi ISPA terdiri dari lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia.
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus streptokokus.
Stafilokokus, Pnemokokus, Hemofilus, Bordetella dan Korinebakterium.
Virus Penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus,
Adenovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus dan
lain-lain.
• Penyakit ISPA yang sering timbul akibat lingkungan yang
relevan seperti
1. Polusi udara dalam rumah
2. Kepadatan.
• Pencegahannya adalah
1. Peningkatan ventilasi rumah.
2. Peningkatan dapur dan alat masak
3. Penyediaan listrik Pada Penduduk desa dan Penduduk miskin kota.
4. Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.
5. Immunisasi.
6. Menjaga kebersihan prorangan dan lingkungan.
7. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.
• Perawatan dirumah
Beberapa hal yang perlu dikerjakan seorang ibu untuk mengatasi anaknya
yang menderita ISPA.
• Mengatasi panas (demam)
Untuk anak usia 2 bulan samapi 5 tahun demam diatasi dengan
memberikan parasetamol atau dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan
dengan demam harus segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap
6 jam untuk waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai
dengan dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan
kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air (tidak
perlu air es).
• Mengatasi batuk
Dianjurkan memberi obat batuk yang aman yaitu ramuan tradisional
yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur dengan kecap atau madu ½
sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
• Pemberian makanan
Berikan makanan yang cukup gizi, sedikit-sedikit tetapi berulang-
ulang yaitu lebih sering dari biasanya, lebih-lebih jika muntah.
Pemberian ASI pada bayi yang menyusu tetap diteruskan.
• Pemberian minuman
Usahakan pemberian cairan (air putih, air buah dan sebagainya) lebih
banyak dari biasanya. Ini akan membantu mengencerkan dahak,
kekurangan cairan akan menambah parah sakit yang diderita.
• Lain-lain
Tidak dianjurkan mengenakan pakaian atau selimut yang terlalu tebal
dan rapat, lebih-lebih pada anak dengan demam. Jika pilek, bersihkan
hidung yang berguna untuk mempercepat kesembuhan dan
menghindari komplikasi yang lebih parah. Usahakan lingkungan
tempat tinggal yang sehat yaitu yang berventilasi cukup dan tidak
berasap. Apabila selama perawatan dirumah keadaan anak memburuk
maka dianjurkan untuk membawa kedokter atau petugas kesehatan.
Untuk penderita yang mendapat obat antibiotik, selain tindakan diatas
usahakan agar obat yang diperoleh tersebut diberikan dengan benar
selama 5 hari penuh. Dan untuk penderita yang mendapatkan
antibiotik, usahakan agar setelah 2 hari anak dibawa kembali
kepetugas kesehatan untuk pemeriksaan ulang (4,5) .
2. Malaria
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata
lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa
dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin
menggigil) serta demam berkepanjangan.
Malaria adalah penyakit yang menyerang manusia, burung, kera dan primata
lainnya, hewan melata dan hewan pengerat, yang disebabkan oleh infeksi protozoa
dari genus Plasmodium dan mudah dikenali dari gejala meriang (panas dingin
menggigil) serta demam berkepanjangan.
• Kuman penyebab.
Penyakit ini disebabkan oleh protozoa yang disebut Plasmodium, yang
dalam salah satu tahap perkembangbiakannya akan memasuki dan
menghancurkan sel-sel darah merah. Vektor yang berperan dalam
penularan penyakit ini adalah nyamuk Anopheles.
• Manifestasi penyakit
Masa tunas / inkubasi penyakit ini dapat beberapa hari sampai beberapa
bulan. Setelah masa tunas, orang yang tertular akan mengalami demam
tinggi dan menggigil selama beberapa jam, disertai pengeluaran
keringat yang banyak, pusing, mual, kemudian diikuti dengan masa
bebas gejala, dimana penderita merasa sehat seperti sediakala, namun
setelah beberapa hari gejala-gejala seperti di atas akan berulang
kembali, demikian seterusnya berulang-ulang.
Penghancuran sel-sel darah merah mengakibatkan penderita menjadi
anemis, hati dan limpa membesar, sumbatan-sumbatan pada pembuluh
kapiler darah dapat menyebabkan kerusakan pada organ yang sangat
sensitif terhadap kekurangan suplai darah, seperti otak dan sebagainya.
Ada beberapa bentuk manifestasi penyakit malaria, antara lain :
• Malaria tertiana, disebabkan oleh Plasmodium vivax, demam
muncul setiap hari ketiga.
• Malaria quartana, disebabkan oleh Plasmodium malariae, demam
setiap hari keempat.
• Malaria serebral, disebabkan oleh Plasmodium falciparum, demam
tidak teratur, disertai gejala terkenanya otak, koma dan kematian yang
mendadak.
• Malaria pernisiosa, disebabkan oleh Plasmodium vivax, gejala dapat
timbul sangat mendadak, mirip Stroke, koma disertai gejala malaria
yang berat.
• Pengobatan.
Tergantung sensitifitas dan jenis penyebabnya, dapat dipilih obat
antimalaria yang paling tepat untuk setiap kasus.
Demam diusahakan diturunkan dengan kompres dingin, atau pemberian
antipiretika
• Pencegahan.
Pencegahan dilakukan dengan Pembersihan Sarang Nyamuk (PSN),
menghindarkan diri dari gigitan nyamuk, atau pemberian khlorokuin
bila mengunjungi daerah endemik malaria. Peningkatan manajemen air
permukaan menghilangkan tempat berkembangbiak nyamuk.
3. Cacing usus
Infeksi Cacing Usus
Penyakit cacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya infeksi
cacing usus (soil transmitted helmithes) di dalam tubuh manusia. Ada empat
macam cacing yang bisa menginfeksi manusia, yaitu :
• Cacing gelang (Acaris lumbricoides)
• Cacing cambuk (Trichuris trichiura)
• Cacing tambang (Hookworm, Necator americanus, Ankylostoma)
• Cacing kremi
Penyebab Orang Menderita Cacingan.
• Mengonsumsi makanan/minuman yang tercemar (terinfeksi) oleh telur
cacing
• Kebiasaan buruk; tidak mencuci tangan sebelum makan dengan sabun
• Kebiasaan mengemut jempol atau memasukkan jari ke mulut
• Tidak mengenakan alas kaki saat bermain atau beraktivitas di tempat kotor
yang tercemar oleh telur cacing.
• Sanitasi, Penyediaan air dan hygiene.

Pencegahan Pada cacing tambang adalah


1. Peningkatan kualitas air
2. Peningkatan sanitasi dan kebersihan (perilaku mencuci tangan,
memasak air, mencegah sumber yang tidak nyaman).
4. TBC
• Pengertian
Tuberkulosis (TBC atau TB) adalah suatu penyakit infeksi yang
disebabkan oleh bakteri Micobacterium tuberculosa. Bakteri ini
merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan waktu
lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ
paru-paru dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
• Pencegahan
Peningkatan kualitas air, dan kuantitas rumah
5. Penyakit Tropik Filariasis (Kaki Gajah)
• Pengertian
Filariasis adalah penyakit menular ( Penyakit Kaki Gajah ) yang
disebabkan oleh cacing Filaria yang ditularkan oleh berbagai jenis
nyamuk. Penyakit ini bersifat menahun ( kronis ) dan bila tidak
mendapatkan pengobatan dapat menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan dan alat kelamin baik perempuan maupun laki-
laki. Akibatnya penderita tidak dapat bekerja secara optimal bahkan
hidupnya tergantung kepada orang lain sehingga memnjadi beban
keluarga, masyarakat dan negara.
setahun sekali selama 5 tahun dilokasi yang endemis dan perawatan kasus
klinis baik yang akut maupun kronis untuk mencegah kecacatan dan
mengurangi penderitanya. Indonesia akan melaksanakan eliminasi
penyakit kaki gajah secara bertahap dimulai pada tahun 2002 di 5
kabupaten percontohan. Perluasan wilayah akan dilaksanakan setiap
tahun. Penyebab penyakit kaki gajah adalah tiga spesies cacing filarial
yaitu; Wucheria bancrofti, Brugia malayi dan Brugia timori. Vektor
penular : Di Indonesia hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies
nyamuk dari genus Anopheles, Culex, Mansonia, Aedes & Armigeres
yang dapat berperan sebagai vektor penular penyakit kaki gajah.
• Cara Penularan :
Seseorang dapat tertular atau terinfeksi penyakit kaki gajah apabila orang
tersebut digigit nyamuk yang infektif yaitu nyamuk yang mengandung
larva stadium III ( L3 ). Nyamuk tersebut mendapat cacing filarial kecil
(mikrofilaria) sewaktu menghisap darah penderita mengandung
mikrofilaria atau binatang reservoir yang mengandung mikrofilaria.
Siklus Penularan penyakit kaki gajah ini melalui dua tahap, yaitu
perkembangan dalam tubuh nyamuk (vektor) dan tahap kedua
perkembangan dalam tubuh manusia (hospes) dan reservoir.
Gejala klinis Filariais Akut adalah berupa ; Demam berulang-ulang
selama 3-5 hari, Demam dapat hilang bila istirahat dan muncul lagi
setelah bekerja berat ; pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada
luka) didaerah lipatan paha, ketiak (lymphadenitis) yang tampak
kemerahan, panas dan sakit ; radang saluran kelenjar getah bening yang
terasa panas dan sakit yang menjalar dari pangkal kaki atau pangkal
lengan kearah ujung (retrograde lymphangitis) ; filarial abses akibat
seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah bening, dapat pecah
dan mengeluarkan nanah serta darah ; pembesaran tungkai, lengan, buah
dada, buah zakar yang terlihat agak kemerahan dan terasa panas (early
lymphodema). Gejal klinis yang kronis ; berupa pembesaran yang
menetap (elephantiasis) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar
(elephantiasis skroti).
• Pencegahan ; adalah dengan berusaha menghindarkan diri dari
gigitan nyamuk vektor ( mengurangi kontak dengan vektor) misalnya
dengan menggunakan kelambu sewaktu tidur, menutup ventilasi rumah
dengan kasa nyamuk, menggunakan obat nyamuk semprot atau obat
nyamuk bakar, mengoles kulit dengan obat anti nyamuk, atau dengan cara
memberantas nyamuk ; dengan membersihkan tanaman air pada rawa-
rawa yang merupakan tempat perindukan nyamuk, menimbun,
mengeringkan atau mengalirkan genangan air sebagai tempat perindukan
nyamuk ; membersihkan semak-semak disekitar rumah. Mengurangi
kontak dengan air yang terinfeksi , mengontrol populasi keong, filter air.
• Pengobatan :
Secara massal dilakukan didaerah endemis dengan menggunakan obat
Diethyl Carbamazine Citrate (DEC) dikombinasikan dengan Albenzol
sekali setahun selama 5 atau10 tahun, untuk mencegah reaksi samping
seperti demam, diberikan Parasetamol ; dosis obat untuk sekali minum
adalah, DEC 6 mg/kg/berat badan, Albenzol 400 mg albenzol (1 tablet ) ;
pengobatan missal dihentikan apabila Mf rate sudah mencapai < 1 % ;
secara individual / selektif; dilakukan pada kasus klinis, baik stadium dini
maupun stadium lanjut, jenis dan obat tergantung dari keadaan kasus.
HIPERTENSI

A. Pengertian

Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang menetap di atas batas normal
140/90 mmHg.
Penyebab Hipertensi
1) Hipertensi Primer/ Esensial
Hipertensi esensial biasanya dimulai sebagai proses labil (intermiten) pada
individu pada akhir 30-an dan awal 50-an dan secara bertahap ”menetap”.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko timbulnya hipertensi antara
lain :
a) Faktor Keturunan : diduga faktor genetik berperan dalam
kejadian hipertensi di mana apabila ada riwayat hipertensi pada kedua
orang tua, maka risiko kemungkinan hipertensi di masa yang akan datang
lebih besar.
b) Faktor Lingkungan : faktor lingkungan seperti stress,
kegemukan (obesitas), merokok, dan kurangnya olahraga berpengaruh
terhadap timbulnya hipertensi.
2) Hipertensi Sekunder Atau berasal dari kelainan fungsi tubuh
Hipertensi yang diketahui penyebabnya. Sekitar 5-10% penderita hipertensi
masuk dalam kategori ini. Hipertensi sekunder antara lain disebabkan oleh penyakit
pembuluh darah ginjal, akibat pemakaian obat, kelainan endokrin, dan lain-lain
(CBN, 2005).
Klasifikasi Tekanan Darah
Menurut Joint National Commitee(JNC) VII, 2003 mengklasifikasikan tingkatan
hipertensi untuk orang dewasa yang berusia 18 tahun keatas. Normal 120/80 mmHg,
resiko tinggi 120-139/ 80-90 mmHg, Hipertensi 140-160/ 90-100 mmHg.
D. Tanda dan Gejala
Gejala yang timbul pada penderita hipertensi adalah tekanan darah meningkat,
sakit kepala, rasa berat ditengkuk/ kaku kuduk, mudah marah, epistaksis, telinga
berdengung (tinitis), sukar tidur, pusing, mudah lelah, mata berkunang-kunang
(Smeltzer & Bare, 2002).

E. Akibat Lanjut
Tekanan darah yang terus-menerus tinggi dapat menimbulkan komplikasi pada
organ tubuh penderita. Organ yang selalu menjadi target kerusakan akibat hipertensi
antara lain:
1) Otak
Hipertensi yang tak terkontrol dapat mengakibatkan penyumbatan atau
terputusnya pembuluh darah pada otak. Hal ini dapat menyebabkan stroke
ataupun kematian.
2) Jantung
Ketika arteri menyempit dan menjadi kurang lentur sebagai akibat hipertensi,
jantung semakin sulit untuk memompakan darah secara efisien ke seluruh
tubuh, sehingga beban kerja yang meningkat ini akhirnya merusak jantung
dan menghambat kerjanya. Keadaan ini dapat mengakibatkan gagal jantung
atau dapat juga terjadi serangan jantung. Hal Ini terjadi jika arteri koronaria
menyempit, kemudian darah menggumpal sehingga bagian otot jantung yang
bergantung pada arteri koronaria mati.
3) Ginjal
Hipertensi tak terkontrol juga dapat memperlemah dan mempersempit
pembuluh darah yang menyuplai darah ke ginjal. Hal ini dapat menghambat
ginjal untuk berfungsi secara normal, dan sebagai akibatnya dapat terjadi
gagal ginjal.
4) Mata
Pembuluh darah pada mata terjadi penebalan, penyempitan atau robeknya
pembuluh darah pada mata. Kondisi dapat menyebabkan gangguan
penglihatan.
5) Kaki
Pembuluh darah di kaki juga dapat rusak akibat hipertensi yang tak
terkontrol, sehingga darah yang menuju kaki menjadi berkurang dan
menimbulkan berbagai keluhan. (Republika, 2007).
6) Penyakit Penyerta
Penyakit penyerta kadang timbul bersamaan dengan hipertensi dan hal ini dapat
memperburuk kerusakan organ. Penyakit penyerta yang bisa muncul antara lain:
Kencing manis, rematik, gout, dll.
F. Penanganan dan perawatan
Pengobatan tradisional
a) Mengatasi obesitas/ menurunkan kelebihan berat badan.
b) Mengurangi asupan garam ke dalam tubuh.
Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan
penderita. Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit
dilaksanakan. Cara pengobatan ini hendaknya tidak dipakai sebagai
pengobatan tunggal, tetapi lebih baik digunakan sebagai pelengkap pada
pengobatan farmakologis.
c) Ciptakan keadaan rileks.
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnotis dapat
mengontrol sistem saraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
d) Melakukan olah raga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama
30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu
e) Berhenti merokok dan mengurangi konsumsi alkohol.
f) Penggunaan obat-obat tradisional, seperti:
- Bawang putih:
Cara: 2 siung bawang putih dikupas kulitnya dan di cuci selanjutnya
kunyah halus lalu ditelan dan minumlah secangkir air hangat.
Lakukan 3 kali sehari.
- Kunyit:
Cara: ½ jari kunyit cuci bersih lalu di parut. Remas dengan 1 sendok
makan madu. Peras dan saring, lalu diminum. Lakukan 2 – 3 kali
sehari.
- Daun seledri
Cara: 1 genggam daun seledri dicuci bersih lalu di tumbuk sampai
halus. Tambahkan 1 cangkir air, peras dan saring airnya. Minum pagi
dan siang hari.
- Mentimun
Cara: 2 buah mentimun dicuci bersih lalu diparut. Selanjutnya diperas
dan disaring lalu airnya diminum. Lakukan 2-3 kali sehari.

IMUNISASI

Imunisasi adalah suatu prosedur rutin yang akan menjaga kesehatan anak anda.
Kebanyakan dari imunisasi ini adalah untuk memberi perlindungan menyeluruh
terhadap penyakit-penyakit yang berbahaya dan sering terjadi pada tahun-tahun awal
kehidupan seorang anak. Imunisasi (vaksinasi) diberikan mulai dari lahir sampai
awal masa kanak-kanak. Imunisasi biasanya diberikan selama waktu pemeriksaan
rutin ke dokter atau klinik. Harus diperhatikan, tanyakan dahulu dengan dokter
sebelum imunisasi jika bayi sedang sakit yang disertai panas; menderita kejang-
kejang sebelumnya; atau menderita penyakit sistem saraf.
Tanpa imunisasi, kira-kira 3 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena
penyakit campak. 2 dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena batuk rejan. 1
dari 100 kelahiran anak akan meninggal karena penyakit tetanus. Dan dari setiap
200.000 anak, 1 akan menderita penyakit polio. Imunisasi yang dilakukan dengan
memberikan vaksin tertentu akan melindungi anak terhadap penyakir-penyakit
tertentu. Walaupun pada saat ini fasilitas pelayanan untuk vaksinasi ini telah tersedia
di masyarakat, tetapi tidak semua bayi telah dibawa untuk mendapatkan imunisasi
yang lengkap. Bilamana fasilitas pelayanan kesehatan tidak dapat memberikan
imunisasi dengan pertimbangan tertentu, orang tua dapat menghubungi seseorang
dokter (Dokter Spesialis Anak) untuk mendapatkannya.
Kelompok yang paling penting untuk mendapatkan imunisasi adalah bayi dan
balita karena meraka yang paling peka terhadap penyakit dan ibu-ibu hamil serta
wanita usia subur.
Imunisasi perlu diulang untuk mempertahankan agar kekebalan dapat tetap
melindungi terhadap paparan bibit penyakit. Imunisasi DPT dan polio dapat
diberikan bersamaan waktunya.
1. Tujuan Imunisasi
Untuk memberikan kekebalan kepada bayi agar dapat mencegah penyakit dan
kematian bayi serta anak yang disebabkan oleh penyakit yang sering berjangkit.
2. Manfaat Imunisasi
1). Untuk Anak: mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan
kemungkinan cacat atau kematian.
2). Untuk Keluarga: menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila
anak sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa
anaknya akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
3). Untuk Negara: memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang
kuat dan berakal untuk melanjutkan pembangunan negara.
3. Tempat imunisasi
1). Di Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu).
2). Di Puskesmas, Rumah Sakit Bersalin, BKIA atau Rumah Sakit Pemerintah.
3). Di Praktek Dokter/Bidan atau Rumah Sakit Swasta.
Imunisasi dasar diberikan untuk mendapat kekebalan awal secara aktif.
Kekebalan imunisasi dasar perlu diulang pada DPT, Polio, Hepatitis agar dapat
melindungi dari paparan penyakit.
Pemberian imunisasi dasar pada Campak, BCG, tidak perlu diulang karena
kekebalan yang diperoleh dapat melindungi dari paparan bibit penyakit dalam waktu
cukup lama.

Imunisasi yang diwajibkan

Vaksinasi Jadwal pemberian- Ulangan Imunisasi untuk


usia melawan
BCG Waktu lahir -- Tuberkulosis
Hepatitis B Waktulahir-dosis I 1 tahun pada bayi Hepatitis B
1 bulan-dosis 2 yang lahir dari ibu
6 bulan-dosis 3 dengan hep B.
DPT dan Polio 3 bulan-dosis1 18 bulan-booster1 Dipteria, pertusis,
4 bulan-dosis2 6 tahun- booster 2 tetanus, dan polio
5 bulan-dosis3 12 tahun-booster3
Campak 9 bulan - Campak

Imunisasi yang dianjurkan

Vaksinasi Jadwal pemberian- Ulangan Imunisasi untuk


usia melawan
MMR 1-2 tahun 12 tahun Measles, meningitis,
rubella
Hib 3 bulan-dosis 1 18 bulan Hemophilus influenza
4 bulan-dosis 2 tipe B
5 bulan-dosis 3
Hepatitis A 12-18 bulan - Hepatitis A
Cacar air 12-18 bulan - Cacar air

4. Efek samping Imunisasi:


Pemberian imunisasi kadang menimbukan efek samping. Demam tinggi pasca-
imunisasi DPT, misalnya, kerap membuat orang tua was-was. Padahal, efek samping
ini sebenarnya pertanda baik, karena membuktikan vaksin yang dimasukkan ke
dalam tubuh tengah bekerja. Namun, kita pun tidak boleh menutup mata terhadap
fakta ada kalanya efek imunisasi ini bisa sangat berat, bahkan berujung kematian.
Realita ini, menurut Departemen Kesehatan RI disebut "Kejadian Ikutan Pasca
Imunisasi"(KIPI). Menurut Komite Nasional Pengkajian dan Penanggulangan (KN
PP) KIPI, KIPI adalah semua kejadian sakit dan kematian yang terjadi dalam masa
satu bulan setelah imunisasi.
Menurut Komite KIPI, sebenarnya tidak ada satu pun jenis vaksin imunisasi
yang aman tanpa efek samping. Oleh karena itu, setelah seorang bayi diimunisasi, ia
harus diobservasi terlebih dahulu setidaknya 15 menit, sampai dipastikan tidak
terjadi adanya KIPI (reaksi cepat).
Selain itu, menurut Prof. DR. Dr. Sri Rejeki Hadinegoro SpA.(K), untuk
menghindari adanya kerancuan antara penyakit akibat imunisasi dengan yang bukan,
maka gejala klinis yang dianggap sebagai KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu.
"Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat maupun lambat. Dilihat dari gejalanya
pun, dapat dibagi menjadi gejala lokal, sistemik, reaksi susunan saraf pusat, serta
reaksi lainnya," terang Ketua Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI)
ini.
Pada umumnya, semakin cepat KIPI terjadi, semakin cepat gejalanya. Pada
keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42 hari (pasca-
vaksinasi rubella), bahkan 42 hari (pasca-vaksinasi campak dan polio). Reaksi juga
bisa diakibatkan reaksi simpang (adverse events) terhadap obat atau vaksin, atau
kejadian lain yang bukan akibat efek langsung vaksin, misalnya alergi. "Pengamatan
juga ditujukan untuk efek samping yang timbul akibat kesalahan teknik pembuatan,
pengadaan, distribusi serta penyimpanan vaksin. Kesalahan prosedur dan teknik
pelaksanaan imunisasi, atau semata-mata kejadian yang timbul kebetulan," demikian
Sri.
Penelitian Vaccine Safety Committee, Institute of Medicine (IOM), AS,
melaporkan, sebagian besar KIPI terjadi karena faktor kebetulan. "Kejadian yang
memang akibat imunisasi tersering adalah akibat kesalahan prosedur dan teknik
pelaksanaan (Pragmatic Errors)," tukas dokter yang berpraktek di RSUPN Cipto
Mangunkusumo ini.
Secara garis besar, tidak semua KIPI disebabkan oleh imunisasi. Sebagian besar
ternyata tidak ada hubungannya dengan imunisasi. Untuk lebih jelasnya, berikut ini
beberapa faktor KIPI yang bisa terjadi pasca-imunisasi.
1. Reaksi Suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusukan jarum suntik, baik
langsung maupun tidak langsung harus dicatat sebagai reaksi KIPI. Reaksi suntikan
langsung misalnya rasa sakit, bengkak dan kemerahan pada tempat suntikan.
Sedangkan reaksi suntikan tidak langsung misalnya rasa takut, pusing, mual, sampai
sinkope atau pingsan.
2. Reaksi Vaksin
Gejala KIPI yang disebabkan masuknya vaksin ke dalam tubuh umumnya sudah
diprediksi terlebih dahulu karena umumnya "ringan". Misal, demam pasca-imunisasi
DPT yang dapat diantisipasi dengan obat penurun panas. Meski demikian, bisa juga
reaksi induksi vaksin berakibat parah karena adanya reaksi simpang di dalam tubuh
(misal, keracunan), yang mungkin menyebabkan masalah persarafan, kesulitan
memusatkan perhatian, masalah perilaku seperti autisme, hingga resiko kematian.
3. Faktor Kebetulan
Seperti disebut di atas, ada juga kejadian yang timbul secara kebetulan setelah
bayi diimunisasi. Petunjuk "faktor kebetulan" ditandai dengan ditemukannya
kejadian sama di saat bersamaan pada kelompok populasi setempat, dengan
karakterisitik serupa tetapi tidak mendapatkan imunisasi

4. Penyebab Tidak Diketahui


Bila kejadian atau masalah yang dilaporkan belum dapat dikelompokkan ke
dalam salah satu penyebab, maka untuk sementara dimasukkan ke kelompok
"penyebab tidak diketahui" sambil menunggu informasi lebih lanjut. Biasanya,
dengan kelengkapan informasi akan dapat ditentukan kelompok penyebab KIPI.
Imunisasi kadang dapat mengakibatkan efek samping. Ini adalah tanda baik yang
membuktikan bahwa vaksin betuk-betul bekerja secara tepat. Efek samping yang
biasa terjadi adalah sebagai berikut:
BCG
Setelah 2 minggu akan terjadi pembengkakan kecil dan merah ditempat
suntikan. Setelah 2 – 3 minggu kemudian pembengkakan menjadi abses kecil dan
kemudian menjadi luka dengan garis tengah ± 10 mm. Luka akan sembuh sendiri
dengan meninggalkan luka parut yang kecil.
2. DPT
Kebanyakan bayi menderita panas pada waktu sore hari setelah mendapatkan
imunisasi DPT, tetapi panas akan turun dan hilang dalam waktu 2 hari. Sebagian
besar merasa nyeri, sakit, merah atau bengkak di tempat suntikan. Keadaan ini tidak
berbahaya dan tidak perlu mendapatkan pengobatan khusus, akan sembuh sendiri.
Bila gejala tersebut tidak timbul tidak perlu diragukan bahwa imunisasi tersebut tidak
memberikan perlindungan dan imunisasi tidak perlu diulang.
3. POLIO
Jarang timbuk efek samping.
4. CAMPAK
Anak mungkin panas, kadang disertai dengan kemerahan 4 – 10 hari sesudah
penyuntikan.
5. HEPATITIS
Belum pernah dilaporkan adanya efek samping. Perlukah pemerikasaan darah
sebelum pemberian Imunisasi Hepatitis? Untuk bayi berumur lebih dari 1 tahun
seyogyanya dilakukan pemerikasaan darah.
6. TETANUS TOXOID
Efek samping TT untuk ibu hamil tidak ada. Perlu diingat efek samping
imunisasi jauh lebih ringan dari pada efek penyakit bila bayi tidak diimunisasi.

GIZI

A. Defenisi

Gizi adalah suatu proses organism menggunakan makanan yang dikonsumsi


secara normal melalui proses pencernaan, penyerapan, transportasi, penyimpanan,
metabolisme, dan pengeluaran zat gizi untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal organ tubuh serta untuk menghasilkan tenaga.

B. Bahan makanan & Kandungan Gizi

Kandungan Gizi Bahan Makanan


Karbohidrat Beras, jagung, kentang, sagu,
Protein Ikan, tempe, telur, daging, kacang-
kacangan, ayam, tahu, susu
Lemak Mentega, keju, jeroan, pokat, susu
Vitamin dan mineral Buah-buahan, sayur, susu
air Air mineral

C. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengolahan bahan makanan

Pengolahan bahan makanan terdiri dari menyiangi, mengiris atau memotong-


motong, mencuci dan mengolahnya dengan menggunakan panas. Pada buah-buahan
bagian kulit yang tidak dimakan, jika dibuang berarti juga dapat membuang sebagian
kandungan vitamin yang ada dalam buah tersebut, kecuali mengupas kulit buah
dengan tipis. Oleh karena itu, buah-buahan seperti jambu air, jambu bolt, jambu biji,
anggur, apel, sebaiknya dimakan mentah dengan kulitnya. Pada biji-bijian seperti
padi, dan kacang-kacangan biasanya hanya dibuang kulit luarnya saja.
Pemotongan dan pengirisan bahan makanan mentah, sebagian dari sel-sel
makanan itu akan terpotong, sehingga isinya termasuk vitamin-vitamin didalamnya
menjadi keluar dan rusak, karena sinar matahari. Semakin halus diiris maka akan
semakin banyak vitamin yang rusak. Kerusakan vitamin semakin banyak pula jika
setelah diiris dibiarkan beberapa lama baru dimasak.
Pencucian sayuran mentah yang telah diiris, vitamin yang larut didalam air
terutama vitamin B dan C akan larut sebagian dan ikut terbuang dengan air pencuci.
Demikian juga mencuci beras dengan air yang banyak dan dilakukan lebih dari 2 kali
dapat mengurangi kadar vitamin dalam jumlah yang cukup besar. Oleh karena itu,
pada beras yang berkualitas baik sudah cukup bersih sehingga pencucian tidak perlu
dengan air yang banyak dan diaduk-aduk lama untuk menghilangkan debu yang
tercampur seperti pada jaman dahulu, karena hal ini dapat membuang vitamin B
dalam jumlah yang banyak.
Pengolahan makanan dengan air panas misalnya direbus, lebih banyak vitamin-
vitamin yang larut dalam air terbuang dalam air rebusan. Pemanasan, misalnya pada
sayur dapat merusak berbagai vitamin seperti vitamin A dan C terutama jika
pemanasan dalam panci terbuka tanpa tutup, karena dapat dioksidasi oleh udara
bebas. Memasak sayur yang baik adalah dengan mendidihkan air terlebih dahulu,
baru kemudian sayur tadi dimasukkan ke dalam panci dan tidak terlalu lama
dimasak.
Makanan yang berkuah sebaiknya dimakan bersama kuahnya, agar vitamin yang
larut didalam kuahnya tidak terbuang. Kebiasaan memanaskan makanan berkali-kali
menyebabkan kerusakan berbagai vitamin yang lebih banyak, oleh karena itu
dianjurkan untuk memasak sayur segera sebelum dikonsumsi.
• Pengolahan makanan yang sehat dapat dilakukan dengan:
Pemilihan bahan baku yang sehat, segar, tidak busuk.
• Penyimpanan bahan baku jangan sampai terkena serangga,
tikus,lalat, debu, udara kotor atau jaringan sampai membusuk.
• Pengolahan makanan yang sehat dan higienis serta prosesnya
dapat mematikan penyebab penyakit dengan peralatan yang bersih.
• Teknik pengolahan makanan juga mempengaruhi mutu makanan.
Pilih makanan dengan metode memasak dikukus, direbus atau ditumis
dengan sedikit minyak. Kurangi metode menggoreng, memanggang dan
dibakar selain mengandung banyak lemak, metode memasak ini juga merusak
nilai gizi makanan karena panas tinggi.
• Penyimpanan makanan matang jangan sampai terkontaminasi dan
membusuk.
• Dalam pengolahan, jangan asal menggunakan peralatan masak.
Pastikan peralatan masak yang digunakan tidak dilapisi bahan kimia.
• Sajikan makanan sesegar mungkin agar nutrisi dalam makanan
tetap terjaga bukan hanya tekstur dan warnanya yang tetap terjaga.
KARIES GIGI

A. Pengertian

(Kavitasi) adalah daerah yang membusuk di dalam gigi yang terjadi akibat suatu
proses yang secara bertahap melarutkan email (permukaan gigi sebelah luar yang
keras) dan terus berkembang ke bagian dalam gigi.
Pembusukan gigi dibedakan menjadi:
1. Pembusukan permukaan yang licin/rata.
Merupakan jenis pembusukan yang paling bisa dicegah dan diperbaiki,
tumbuhnya paling lambat. Sebuah karies dimulai sebagai bintik putih dimana
bakteri melarutkan kalsium dari email. Pembusukan jenis ini biasanya mulai
terjadi pada usia 20-30 tahun.
2. Pembusukan lubang dan lekukan.
Biasanya mulai timbul pada usia belasan, mengenai gigi tetap dan tumbuhnya
cepat. Terbentuk pada gigi belakang, yaitu di dalam lekukan yang sempit
pada permukaan gigi untuk mengunyah dan pada bagian gigi yang
berhadapan dengan pipi. Daerah ini sulit dibersihkan karena lekukannya lebih
sempit daripada bulu-bulu pada sikat gigi.
3. Pembusukan akar gigi.
Berawal sebagai jaringan yang menyerupai tulang, yang membungkus
permukaan akar (sementum). Biasanya terjadi pada usia pertengahan akhir.
Pembusukan ini sering terjadi karena penderita mengalami kesulitan dalam
membersihkan daerah akar gigi dan karena makanan yang kaya akan gula.
Pembusukan akar merupakan jenis pembusukan yang paling sulit dicegah.
4. Pembusukan dalam email.
Pembusukan terjadi di dalam lapisan gigi yang paling luar dan keras, tumbuh
secara perlahan. setelah menembus ke dalam lapisan kedua (dentin, lebih
lunak), pembusukan akan menyebar lebih cepat dan masuk ke dalam pulpa
(lapisan gigi paling dalam yang mengandung saraf dan pembuluh darah).
Dibutuhkan waktu 2-3 tahun untuk menembus email, tetapi perjalanannya
dari dentin ke pulpa hanya memerlukan waktu 1 tahun. Karena itu
pembusukan akar yang berasal dari dalam dentin bisa merusak berbagai
struktur gigi dalam waktu yang singkat.
B. Etiologi
 Perkembangannya tergantung pada hubungan yang kritis antara permukaan
gigi, diet karbohidrat, dan bakteri mulut spesifik.
 Proses pembusukan dimulai dengan demineralisasi permukaan luar gigi,
karena pembentukan asam organik selama fermentasi bakteri diet
karbohidrat.
 Lesi tampak seperti titik putih yang buram, dengan hilangnya jaringan gigi
secara progresif, maka terjadilah rongga.
 Karies gigi mempunyai spesifik bakteri yaitu streptokokus mulut atau
streptococcus mutans.
 Frekuensi konsumsi karbohidrat merupakan penentu terpenting dalam
pembentukan karies gigi.
 Awal terjadinya karies gigi sebagian besar dipermukaan email.
 Apabila permukaan email berlubang, bakteri mulut lainnya (terutama
laktobasilus) menerobos ke dentin di bawahnya dan menyebabkan
penghancuran struktur gigi yang lebih lanjut melalui infeksi bakteri
campuran.
 Partikel makanan yang tidak dibersihkan bertumpuk menjadi plak.
 Di dalam plak hidup berbagai bakteri, terutama jenis streptokokus mutans,
atau laktobasilus.
 Bila anak sering makan mengandung gula atau sukrosa, bakteri akan
menggunakan sukrosa dan membentuk asam organik.
 Bila suasana sekitar gigi menjadi asam, mineral kalsium dan fosfor akan
lepas dari gigi.
 Karena hilangnya mineral, gigi menjadi rapuh dan akhirnya berlubang.

C. Tanda & Gejala

1. Dimulai dari ceruk dan fisura permukaan okulasi (gigitan) gigi molar.
2. Karies gigi yang paling sering terjadi di permukaan kontak antar gigi,
tempat ini sulit diperiksa walaupun dengan dokter gigi dan biasanya
diperiksa dengan menggunakan radiografi mulut.

D. Komplikasi
Karies gigi biasanya menghancurkan sebagian besar gigi dan menyebar ke
jaringan sebelahnya, menyebabkan sakit dan infeksi.
E. Pengobatan
 Dapat diobati dengan cara pencabutan.
 Antibiotika biasanya tidak di indikasikan kecuali pada penderita dengan daya
tahan terganggu, penyembuhan terganggu, penyembuhan luka terganggu,
atau resiko endokarditis.
 Antibiotika dapat diberikan secara rutin pada infeksi gigi yang menyebar ke
struktur-struktur di luar dentoalveolar.
 Biakan darah harus diambil sebelum pemberian antibiotik parenteral.
 Pemberian penisillin.
 Kombinasi asetaminofen dengan kodein yang diberikan per oral biasanya
adekuat.
F. Pencegahan
 Pemberian flourida dalam persediaan air minum umum sampai sekitar 1,00
ppm.
 Flourida dapat juga diberikan pada makanan.
 Higiene mulut, pembersiahan atau penyikatan gigi setiap hari dapat
membantu mencegah karies gigi dan penyakit periodontal.
 Diet, mengurangi frekuensi karbohidrat mencegah terjadinya karies gigi.
 Tambalan gigi dan plastik.
 Mengidentifikasi penderita-penderita beresiko tinggi dengan menggunakan
kelenjar ludah, dan menghindari makanan yang mengandung fruktosa.
 Keadaan resiko tinggi karies gigi adalah refluks gastroesofagus, bulimia,
ruminasi, sindrom prader-willi, retardasi mental, dan distrofi-epidermolisis
bulosa.
 Menurunkan jumlah kuman, misalnya dengan berkumur antiseptik.
 Membersihkan plak secara periodik.
 Meningkatkan daya tahan gigi, misalnya dengan penggunaan pasta gigi yang
mengandung fluor atau mengkonsumsi tablet fluor dengan dosis yang tepat.
 Merubah pola makan: Membatasi makanan yang mengandung sukrosa,
jangan mengemil yang mengandung gula, menghindari konsumsi gula
sebelum tidur. Soft drink juga mengandung banyak gula.
 Berkumur dengan air bersih setelah makan
 Menyikat gigi dengan teratur. Belajar menyikat gigi dilakukan sedini
mungkin, mulai pada saat gigi baru tumbuh. Paling penting saat malam
sebelum tidur.
 Bila anak belum dapat menyikat gigi sendiri, bersihkan gigi dan mulut
dengan menggunakan kapas atau kain yang dibasahi air bersih.
 Secepat mungkin mengganti kebiasaan minum susu dari botol ke minum dari
gelas.
 Jangan biarkan anak minum susu botol sampai tertidur.

Tips menggosok gigi dengan Baik


1. Menggosok gigi secara benar dan teratur dua kali sehari dapat mengurangi
resiko terjadinya kerusakan gigi

2. Gosoklah seluruh permukaan gigi yang menghadap ke pipi


dan lidah. Pastikan seluruh permukaan telah tergosok. Untuk gigi atas
gerakan sikat dari atas ke bawah dan sebaliknya untuk gigi bawah gerakan
sikat dari bawah ke atas.
3. Gosoklah dengan lembut permukaan gusi dan lidah

4. Posisi sikat gigi kurang lebih 45 derajat di daerah perbatasan


antara gigi dan gusi sehingga gusi tidak terluka.
Diabetes Melitus

A. Definisi

Diabetes melitus atau kencing manis merupakan suatu kondisi, di mana kadar
gula di dalam darah lebih tinggi dari biasa/normal. (Normal: 60 mg/dl sampai dengan
145 mg/dl); ini disebabkan tidak dapatnya gula memasuki sel-sel.
Diabetes melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin,
atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan
kerusakan jangka panjang, dan disfungsi beberapa organ tubuh, terutama mata,
ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah, yang menimbulkan berbagai macam
komplikasi, antara lain aterosklerosis, neuropati, gagal ginjal, dan retinopati.
B. Penyebab
Diabetes mellitus disebabkan berkurangnya produksi dan ketersediaan insulin
dalam tubuh atau terjadinya gangguan fungsi insulin yang sebenarnya berjumlah
cukup. Kekurangan insulin disebabkan adanya kerusakan sebagian kecil atau
sebagian besar sel-sel beta pulau langerhans dalam kelenjar pankreas yang berfungsi
menghasilkan insulin. Namun, jika dirunut lebih lanjut, beberapa faktor yang
menyebabkan DM sebagai berikut.
• Genetik atau Faktor Keturunan
Diabetes mellitus cenderung diturunkan atau diawariskan, bukan ditularkan.
Anggota keluarga penderita DM (diabetisi) memiliki kemungkinan lebih besar
terserang penyakit ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita
DM. Para ahli kesehatan juga menyebutkan DM merupakan penyakit yang terpaut
kromosom seks atau kelamin. Biasanya kaum laki-laki menjadi penderita
sesungguhnya, sedangkan kaum perempuan sebagai pihak yang membawa gen untuk
diwariskan kepada anak-anaknya.
• Virus dan Bakteri
Virus penyebab DM adalah rubella, mumps, dan human coxsackievirus B4.
Melalui mekanisme infeksi sitolitik dalam sel beta, virus ini mengakibatkan destruksi
atau perusakan sel. Bisa juga, virus ini menyerang melalui reaksi otoimunitas yang
menyebabkan hilangnya otoimun dalam sel beta. Diabetes mellitus akibat bakteri
masih belum bisa dideteksi. Namun, para ahli kesehatan menduga bakteri cukup
berperan menyebabkan DM.
• Bahan Toksik atau Beracun
Bahan beracun yang mampu merusak sel beta secara langsung adalah alloxan,
pyrinuron (rodentisida), dan streptozoctin (produk dari sejenis jamur). Bahan lain
adalah sianida yang berasal dari singkong.
• Nutrisi
Nutrisi yang berlebihan (overnutrition) merupakan faktor resiko pertama
yang diketahui menyebabkan DM. Semakin berat badan berlebih atau obesitas akibat
nutrisi yang berlebihan, semakin besar kemungkinan seseorang terjangkit DM.
C. Tanda dan Gejala
Keluhan umum pada pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia (sering
BAK, banyak minum, banyak makan).
• Rasa haus yang berlebihan.
• Buang air kecil yang berlebihan (dengan volume besar)
• Selalu merasa lelah/kekurangan energi
• Infeksi di kulit. Kelainan kulit berupa gatal, biasanya terjadi di daerah genital
ataupun daerah lipatan kulit lain, seperti di ketiak dan di bawah payudara,
biasanya akibat tumbuhnya jamur. Sering pula dikeluhkan timbulnya bisul-
bisul atau luka lama yang tidak mau sembuh. Luka ini dapat timbul akibat hal
kecil seperti luka lecet karena sepatu, tertusuk peniti dan sebagainya.
• Penglihatan menjadi kabur (buta ayam), keluhan mata kabur yang disebabkan
oleh katarak ataupun gangguan-gangguan refraksi akibat perubahan-
perubahan pada lensa akibat hiperglikemia.
• Turunnya berat badan (pada sebagian penderita)
• Hyperglaisimia (peningkatan abnormal kandungan gula dalam darah)
• Glukosuria (glukosa dalam urine - air kencing)
D. Jenis-jenis Diabetes
Klasifikasi etiologis diabetes melitus menurut American Diabetes Association
(1997)
Diabetes melitus tipe I (tergantung insulin)
Destruksi sel beta, umumnya menjurus ke defisiensi insulin absolut baik melalui
proses imunologik maupun idiopatik.
• Biasanya terdapat pada orang yang masih muda
• Gejala-gejalanya terjadi dengan secara tiba-tiba
• Kadar glukosa (gula) darah yang tinggi

Diabetes melitus tipe II (tidak tergantung insulin)


Bervariasi mulai yang predominan resistensi insulin disertai defisiensi insulin
relatif sampai yang predominan gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
• Biasanya terdapat pada orang yang berusia lebih dari empat puluh (40) tahun
• Terjadi secara perlahan-lahan, dan kemungkinannya dengan tiada tanda-
tanda/gejala
• Biasanya terdapat pada orang yang gemuk dan usia lanjut, dan tidak aktif

E. Komplikasi

Komplikasi yang dapat timbul akibat kencing manis tidak ditangani dengan
benar sehingga gula darah tidak terkontrol adalah :
- Penyakit jantung koroner (PJK)
- Stroke
- Neuropati
- Penyakit mata
- Penyakit vaskluer
- Nefropati (komplikasi ke organ ginjal)
F. Penanganan
Untuk mencegah atau memperlambat timbulnya komplikasi-komplikasi
diabetes, adalah penting:
• Menjaga agar kadar glukosa (gula) dalam darah tetap normal
• Tidak merokok
• Berolahraga secara teratur
• Memakan makanan yang seimbang, kadar lemak yang rendah, kadar garam
yang rendah, dan kadar serat yang tinggi (kompleks karbohidrat)
a. Olahraga
Berolahraga secara teratur merupakan salah satu bagian terpenting dalam
pengelolaan (manajemen) diabetes. Ini akan membantu dalam usaha untuk:
• Menurunkan kadar glukosa dalam darah dengan terpakainya energi (olahraga
mungkin akan merendahkan kadar glukosa dalam darah selama 12 - 24 jam
kemudian)
• Menurunkan tekanan darah, kadar kolesterol dalam darah, jika sekiranya
tinggi
• Memperbaiki peredaran dalam tubuh
• Mengurangi stres
• Mengawasi berat badan

Sebaiknya olahraga ringan hendaknya dilakukan sekurang-kurangnya tiga sampai


empat kali seminggu. Jenis olahraga yang dipilih tergantung pada umur, minat dan
kemampuan masing-masing.Beberapa saran adalah sebagai berikut:

• Jalan kaki gerak cepat


• Berenang
• Bersepeda
• Menari
b. Makanan
Perencanaan makan merupakan salah satu pilar pengelolan diabetes
1) Makan Pagi
• Pilihlah dari Biji-bijian yang dapat dimakan - bubur gandum, Vita Brits,
All Bran, Weeties yang dibubuhi susu yang rendah kadar zat lemaknya
atau bubur ayam.
• Buah-buahan
• Roti atau roti panggang - diberi sedikit margarine yang mengandung zat
lemak kombinasi tidak jenuh.
• Teh atau kopi

2) Makan Siang atau Makan Malam


• Pilihlah dari Sup (dibuat sendiri, zat lemak yang rendah)
• Nasi - putih, lebih baik yang coklat atau jenis basmate
• Kentang, mie, kacang-kacangan, roti (sebaiknya tepung terigu yang
terdiri dari biji-biji yang utuh - wholemeal/wholegrain
• Sayur-sayuran - dimasak atau berupa salada
• Seporsi kecil daging sapi, babi, domba/kambing yang tidak berlemak,
ikan telor dan ayam yang telah dikuliti
• Buah-buahan
• Teh atau kopi

3) Makanan Kecil
Biasanya dimakan antara makan pagi, makan siang dengan makan malam,
dan sebelum istirahat malam.

• Biskuit wholemeal yang kering


• Buah-buahan
• Roti
c. Perawatan Kaki
Rawatan kaki yang baik bagi seseorang yang menderita diabetes diperlukan,
guna menghalangi terjadinya hal-hal yang serius. Kesehatan yang baik dan usaha
menghindari trauma (luka berat) akan dapat mencegah terjadinya komplikasi-
komplikasi.
Kaki penderita diabetes dapat mengalami sakit pembuluh darah kecil dan
kehilangan perasaan karena kerusakan-kerusakan pada saraf. Ini akan menyebabkan
lambatnya penyembuhan dan mudah kena luka berat (trauma) dan infeksi.
Kesehatan/Kebersihan
• Kaki harus dicuci setiap hari dengan air suam-suam kuku dengan memakai
sabun lembut dan keringkanlah dengan sempurna dan hati-hati - terutama
diantara jari-jari kaki.
• Jangan memakai bedak, sebab ini akan menyebabkan kulit menjadi kering
dan retak-retak.
• Periksalah dengan seksama kaki, termasuk telapak kaki, tumit dan di antara
jari-jari kaki setiap hari.

Periksalah agar jangan terjadi


• Pecahnya keutuhan kulit
• Kekeringan/retak-retak
• Pertukaran warna atau sensasi
• Tanda-tanda infeksi terutama di bawah kornus (corns) atau kalus-kalus
(calluses)
• Jika diperlukan, pergunakanlah cermin atau minta seseorang untuk
memeriksa keadaan tersebut di atas. Jika mungkin pergilah ke podiatris
(spesialis dalam bidang podiatri) atau yang dulu dikenal sebagai chiropodist.
• Gunting kuku hanya boleh digunakan untuk memotong kuku kaki secara
lurus dan kemudian kikirlah agar licin. Ini biasanya lebih mudah dilakukan
sesudah mandi, sewaktu kuku lembut.
• Pakailah krim kaki yang baik pada kulit yang kering atau tumit yang retak-
retak, supaya kulit tetap mulus, tetapi jangan digosok antara jari-jari kaki
(contoh: krim sorbolene).
• Pakailah kau kaki atau stoking yang bersih dan gantilah setiap hari.
Hendaklah kaus kaki itu pas, dan terbuat dari bahan wol atau katun.
Janganlah memakai bahan sintetis, karena bahan ini menyebabkan kaki
berkeringat.
• Sepatu harus terbuat dari kulit dan pas, kuat dan tidak dipakai tanpa kaus kaki
atau stoking.
• Sepatu baru harus dipakai secara berangsur-angsur dan dengan hati-hati.

Menghindari Trauma Pada Kaki


• Luka-luka yang mana saja, walaupun kecil, dapat mengakibatkan infeksi atau
bernanah. Kelemahan sensasi atau berkurangnya rasa terhadap panas dan
dingin adalah disebabkan kerusakan saraf dan sirkulasi yang buruk.
Pengobatan luka-luka dengan cepat adalah penting sekali.
• Sepatu atau alas kaki yang cocok, harus dipakai setiap waktu. Janganlah
berjalan kaki ayam di dalam atau di luar rumah.
• Sebelum memaki sepatu, periksalah sepatu, kalau-kalau ada kuku, batu dan
lain-lain. Ini dapat menyebabkan iritasi/gangguan dan luka terhadap kulit.
• Kuku kaki yang menusuk daging dan kalus, hendaklah diobati oleh podiatrist.
Janganlah sekali-kali menggunakan pisau cukur atau pisau biasa, yang bisa
tergelincir; dan ini dapat menyebabkan luka pada kaki. Jangan menggunakan
penutup kornus/corns. Kornus-kornus ini seharusnya diobati hanya oleh
podiatrist.
• Periksalah kaki secara teratur oleh dokter atau juru rawat untuk menentukan
sirkulasi yang tidak lancar atau yang tidak sempurna.
• Luka-luka kecil sekalipun, bagian-bagian kulit yang menjadi merah,
perubahan warna atau rasa sakit haruslah diperiksa oleh dokter atau juru
rawat dengan segera.
• Di daerah dingin atau jika kaki kedinginan di malam hari, janganlah memakai
botol air panas, kompres panas atau meletakkan kaki dekat alat pemanas
(heater). Kaus kaki tidur yang hangat dan menyenangkan, atau selimut
tambahan dapat dipergunakan.

Memperbaiki Sirkulasi
• Olahraga secara teratur - terutama jalan kaki atau olahraga untuk kaki.
• Hindarilah pemakaian pantihos atau kaus kaki yang berbelit-belit, dan ikat
kaus kaki yang terlalu erat.
• Hindarilah menyilangkan kaki pada lutut terlalu lama.
• Pakailah kaus kaki dan celana yang sesuai untuk udara dingin.

Jangan Merokok
Merokok menyebabkan kekejangan dan penyempitan pembuluh-pembuluh
darah.
Kontrol Kesehatan
Banyak pasien dengan Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang
asimptomatik dan baru diketahui adanya peningkatan kadar gula darah pada
pemeriksaan laboratorium rutin. Agar tekanan darah dan kadar kolesterol diperiksa
secara teratur oleh dokter.
Kriteria diagnostik diabetes mellitus dan gangguan toleransi glukosa menurut
WHO 1985:
a. Kadar glukosa darah sewaktu (plasma vena) ≥ 200mg/ dl, atau
b. Kadar glukosa darah puasa (plasma vena) ≥ 126 mg/dl, atau
c. Kadar glukosa plasma ≥ 200 mg / dl pada 2 jam sesudah beban glukosa 75 gram
pada TTGO
Menurut Kane et al (1989), diagnosis pasti DM pada lanjut usia ditegakkan
kalau didapatkan kadar glukosa darah puasa lebih dari 140 mg/dl. Apabila kadar
glukosa puasa kurang dari 140 mg/dl dan terdapat gejala atau keluhan diabetes
seperti di atas perlu dilanjutkan dengan pemeriksaan Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO). Apabila TTGO abnormal pada dua kali pemeriksaan dalam waktu berbeda
diagnosis DM dapat ditegakkan.
G.Cara Pelaksanaan TTGO (WHO, 1994):
a. Tiga hari sebelum pemeriksaan makan seperti biasa (karbohidrat cukup)
b. Kegiatan jasmani seperti yang biasa dilakukan
c. Puasa paling sedikit 8 jam mulai malam hari sebelum pemeriksaan, minum air
putih diperbolehkan
d. Diberikan glukosa 75 gram ( orang dewasa ) atau 1,75 gram/ kgBB (anak–
anak), dilarutkan dalam air 250 ml dan diminum dalam waktu 5 menit
e. Diperiksa kadar glukosa darah dua jam sesudah beban glukosa
f. Selama proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok.
Pemeriksaan penyaring dikerjakan pada kelompok dengan salah satu risiko DM
sebagai berikut:
1. Usia > 45 tahun
2. Berat badan lebih > 110% BB idaman atau IMT > 23 kg/m2
3. Hipertensi ( > 140 / 90 mmHg )
4. Riwayat DM dalam garis keturunan
5. Riwayat abortus berulang, melahirkan bayi cacat atau BB lahir bayi > 4000 gram
6. Kolesterol HDL ≤ 35 mg / dl dan atau trigliserida ≥ 250 mg / dl
Catatan:
Untuk kelompok risiko tinggi yang hasil pemeriksaan penyaringnya negatif,
pemeriksaan penyaring ulangan dilakukan tiap tahun, sedangkan bagi mereka yang
berusia > 45 tahun tanpa faktor resiko, pemeriksaan penyaring dapat dilakukan setiap
3 tahun.

H. Batra
Selama berabad-abad, lebih dari 400 tanaman berhasil dikenali sebagai "obat"
diabetes. Diantaranya yang dapat dijadikan gaya hidup sehat alami adalah sebagai
berikut:
1. Bawang merah
Bawang merah mentah sudah lama dijadikan makanan pilihan favorit untuk
mengendalikan gula darah. Bawang merah sudah lama menduduki tempat terhormat
dalam ilmu kedokteran sebagai "obat" diabetes. Penelitian-penelitian modern
memperlihatkan, bawang merah memiliki "kekuatan" menurunkan gula darah, dan
dayanya dimiliki pada kadar yang ditemukan dalam makanan. Para peneliti India
yang melakukan pemberian bawang merah, baik berupa jus maupun bawang merah
"bulat" alias masih utuh sebesar 25-200 gram pada subjek yang ditelitinya,
mendapatkan bahwa makin banyak bawang merah yang diberikan, makin besar gula
darah yang berkurang. Tak ada perbedaan antara bawang merah mentah dan bawang
merah yang telah direbus. Hasil penelitian lain menunjukkan, bawang merah
mempunyai efek menurunkan gula dan lemak darah. Oleh sebab itu, dianjurkan
untuk menambahkan bawang merah ke dalam setiap hidangan makanan. Bawang
merah dapat digunakan setelah makan dalam jumlah bebas.

2. Minuman Jus

Beberapa buah-buahan ternyata mengandung zat-zat yang dapat menggantikan


nutrisi dari makanan seperti daging. Minuman jus telah terbukti bermanfaat bagi
kesehatan. Beberapa fungsi dari jus antara lain:

• Meningkatkan daya tahan tubuh


• Menurunkan kadar kolesterol
• Melancarkan proses pencernaan
• Sebagai Anti Oksidan dan Anti Kanker
• Mempercepat Proses Penyembuhan
• Membuat awet muda
a. Semangka
Terlalu banyak mengkonsumsi daging-dagingan, manis-manisan, goreng-
gorengan, kopi dan minuman ringan sering membuat darah terlalu banyak kandungan
asamnya dan mengakibatkan bintik-bintik merah di kulit. Jus semangka akan
merontokkan asam tersebut dan memperbaiki kandungan darah. Bagi penderita
diabetes, mengkonsumsi secara teratur jus semangka dapat menjaga meningkatnya
gula darah. Kelebihan kandungan asam urik dalam tubuh yang menyebabkan
arthritis, encok dan keracunan urea dapat dihilangkan dengan meminum jus
semangka secara teratur dua kali sehari.
b. Kelapa
Air kelapa mengandung sukrosa, fruktosa, dan glukosa, sedangkan dagingnya
selain tiga hal di atas juga mengandung protein, lemak, vitamin dan tentunya minyak
kelapa. Meminum air kelapa muda dan memakan dagingnya dapat mengurangi
kegerahan, mulut kering, demam dengan kehausan serta diabetes. Selain itu, minum
air kelapa muda dipercaya membuang racun dalam darah. Perhatian, terlalu banyak
minum air kelapa muda menyebabkan sedikit rasa lemas sementara. Bagi yang
memiliki gangguan tulang jangan mengkonsumsi banyak air kelapa.
c. Jus Kundur pahit
Pasien harus meminum segelas jus kundur pahit paling kurang selama 3 sampai
4 bulan. Telah terbukti bahwa jus kundur pahit sangat efektif bagi pasien diabetes.
d. Apel
Kombinasi kandungan garam mineral dan pektin dalam apel, serta kandungan
asam oksalik pada bayam membentuk substansi unik yang memenuhi dinding-
dinding usus dan melalui gerakan kimia ang kuat tapi aman "melepaskan" kotoran
yang ada di usus besar yang telah mengendap berhari-hari, berbulan-bulan atau
bahkan bertahun-tahun.
Kandungan zat pektin dalam apel juga mampu menurunkan kadar kolesterol dan
triglycerides yang mengganggu fungsi jantung. Fungsi utamanya:
• Mengurangi nafsu makan
• Mengendalikan tekanan darah dan kadar gula darah
• Pembersihan racun dalam usus
e. Tomat
Jus tomat segar sangat membantu pembentukan glikogen dalam liver. Menurut
penelitian ditemukan bahwa jus tomat menyeimbangkan fungsi liver dengan cepat
dan dengan demikian berarti menjaga stamina tubuh dan menyehatkan badan. Garam
mineral yang kaya dalam tomat meningkatkan nafsu makan dan merangsang aliran
air liur sehingga memungkinkan makanan dicerna dengan baik. Konsumsi tomat
yang teratur membantu mengobati penyakit anoreksia (kehilangan nafsu makan).
Fungsi utamanya:
• Mengontrol kadar gula dan darah
• Menggiatkan fungsi empedu dan hati
• Memperbaiki stamina seks

You might also like