You are on page 1of 34

Kalabuku adalah sebentuk gerakan literasi teater dan budaya

pertunjukan yang dilakukan oleh Kalanari Theatre Movement.


Tujuannya menciptakan media untuk memproduksi sekaligus
mengonsumsi pengetahuan teater dan budaya pertunjukan; di samping
guna membantu para penulis menerbitkan dan menyebarkan karya
lakon, kritik, hasil penelitian, terjemahan dan sebagainya.
Penerjemah:
Trisa Triandesa

YOGYAKARTA, 2018
D A F T A R I S I

vi | Catatan Penerbit
viii | Wacana Editor: Mengintip Chekhov di Dapur
Stanislavski

1 | Tiga Saudari
2 | Tokoh-Tokoh
3 | Babak I
36 | Babak II
68 | Babak III
93 | Babak IV
122 | Catatan

136 | Epilog: “Tiga Saudari” – Konstantin Stanislavski


147 | Kronologi: Lakon-Lakon Anton Chekhov
155 | Biografi

TIGA SAUDARI v
C A T A T A N P E N E R B I T

Penerbitan lakon-lakon terjemahan oleh Kalabuku teruta-


ma bertujuan untuk menyajikan sumber wacana dan pe-
ngetahuan. Karena itulah berbagai wacana dan catatan
tambahan kami usahakan selalu hadir mendampingi nas-
kah lakon. Hasil penerjemahan juga diusahakan sedekat
mungkin dengan sumbernya—walaupun beberapa sumber
merupakan terjemahan ke bahasa Inggris dari bahasa asli-
nya. Pengadaptasian dan penyaduran sebisa mungkin kami
hindari. Kebijakan ini kadang menimbulkan risiko kekaku-
an bahasa di beberapa bagian.
Lakon-lakon terjemahan kami hadirkan bukan untuk
menyajikan naskah lakon yang benar-benar siap untuk di-
angkut ke atas panggung menjadi pertunjukan—terutama
dalam konteks Indonesia. Untuk mementaskannya, sutra-
dara atau dramaturg disarankan untuk mengadaptasi, me-
nyadur, menafsir, menyesuaikan dan/atau menyuntingnya
terlebih dahulu ke dalam konteks yang dicita-citakan per-
tunjukan.

vi CATATAN PENERBIT
Penerbitan Tiga Saudari ini kebetulan menemukan mo-
mentum yang pas, sehingga dengan sengaja kami luncur-
kan ke publik pada 31 Januari 2018. Tepat 117 tahun se-
belumnya, pada 31 Januari 1901, Tiga Saudari dipentas-
perdanakan oleh Moscow Art Theatre. Peluncuran untuk
memperingati momentum ini semoga bisa menambah se-
dap wacana yang ditulis editor, yang mencoba menilik
lakon ini dari dapur Stanislavski.
Kalabuku menyampaikan terima kasih kepada Trisa Tri-
andesa yang telah menyerahkan karya terjemahannya dan
menerima berbagai kebijakan editorial. Terima kasih juga
kepada Teri Vereb, pelukis ilustrasi sampul yang dengan
sangat beruntung kami temui via dunia maya. Teri dengan
sukarela mengizinkan lukisannya jadi ilustrasi sampul ter-
bitan ini, dan dengan gembira mendukung gerakan literasi
yang dilakukan Kalabuku.

TIGA SAUDARI vii


W A C A N A E D I T O R

Mengintip Chekhov
di Dapur Stanislavski

Pada 31 Januari 1901, di usianya yang belum genap tiga


tahun, Moscow Art Theatre (Moskovskiy Hudojestvenny
Akademicheskiy Teatr) menggelar pentas perdana lakon
empat babak Tiga Saudari (Three Sisters / Три сестры). Saat
Babak I selesai, tepuk tangan penonton bergemuruh begitu
lamanya hingga mencapai dua belas kali curtain call. Ba-
rangkali ketika itu ada sunggingan senyum puas di bibir
Konstantin Stanislavski, yang menyutradarai pertunjukan
itu bersama koleganya, Vladimir Nemirovich-Danchenko.
Stanislavski, yang beberapa kali mengalami keputusasaan
saat proses penggarapan lakon ini, mungkin ingin segera
memberitahukan tanggapan luar biasa dari penonton itu
kepada Anton Chekhov, si penulis lakon, yang tidak hadir
saat pentas perdana itu. Namun Stanislavski mesti menu-
runkan sunggingan senyum itu saat babak terakhir usai,
ketika penonton hanya bertepuk tangan dengan setengah
hati.
Konon tanggapan terhadap pertunjukan itu beragam.
Ada yang mencemooh bahwa pertunjukan Tiga Saudari tak
seberhasil garapan Moscow Art Theatre (MAT) terhadap

viii WACANA EDITOR


dua lakon karya Chekhov sebelumnya: The Seagull (pentas
perdana pada 17 Desember 1898) dan Uncle Vanya (26
Oktober 1899). Namun di sisi lain ia ternyata diminati pe-
nonton, dengan segera menjadi populer, dan pertunjukan-
nya sendiri mencapai 169 kali. Chekhov sendiri menilai
kedua sutradara mengarahkan lakon pada keriangan, se-
hingga mengaburkan berbagai kepelikan lakon. Sedang
Stanislavski dan Nemirovich-Danchenko berkilah bahwa
penyutradaraan mereka lebih menitikberatkan pada penya-
jian mimpi, cita-cita dan harapan dari tokoh-tokohnya.
Dari sini terlihat jelas adanya tegangan antara penulis la-
kon dengan sutradara.
Sebagai teater profesional, MAT membeli atau meme-
san lakon-lakon yang hendak digarapnya. Tiga Saudari
menjadi lakon ketiga karya Chekhov yang digarap oleh
MAT. Sebagaimana yang ditulis Stanislavski dalam Epilog
buku ini—yang diambil dari otobiografi kesenimanannya,
My Life in Art—agaknya MAT ingin mengulang kesukses-
an dua lakon Chekhov sebelumnya. The Seagull sering di-
sebut-sebut sebagai yang tersukses; bukan hanya popular-
itasnya, namun juga pencapaian artistiknya. The Seagull
menurut beberapa kritik diklaim sebagai capaian genial ga-
ya naturalistik garapan Stanislavski, bahkan dengan bom-
bastis dipuji sebagai salah satu peristiwa terbesar dalam
sejarah teater Rusia, dan salah satu perkembangan baru
terhebat dalam sejarah teater dunia ketika itu. Keberhasilan
ini dinilai dari keakuratan merepresentasikan kehidupan
sehari-hari hingga ke detail-detail yang halus, dengan per-

TIGA SAUDARI ix
mainan yang sangat intim. Secara sosial, pertunjukan ini ju-
ga dinilai menggemakan kondisi psikologis kaum terpelajar
Rusia ketika itu.
Chekhov menulis Tiga Saudari saat musim panas 1900
di rumahnya di Yalta, lalu menulisnya kembali di Moskow
pada musim gugur, dan rampung pada bulan Oktober.
Chekhov tinggal di Yalta pada 1898-1902 bersama ibu dan
saudarinya. Yalta adalah kota pesisir yang terletak Crimea,
sebuah republik otonomi yang kini sebagian di bawah ke-
kuasaan dari Rusia dan sebagian lagi Ukraina. Di rumah-
nya di Yalta ini pula Chekhov kerap menerima kunjungan
dari Leo Tolstoy dan Maxim Gorky. Kepindahan Chekhov
ke Yalta dilakukan setelah kematian ayahnya. Perhatikan
bahwa kepindahan ke kota lain dan kematian ayah adalah
juga kata kunci penting dalam Tiga Saudari. Walaupun ke-
pindahan ke Yalta berbeda dengan kepindahan keluarga
Prozorov dari Moskow, dan hubungan emosional dengan
ayah dalam kasus Chekhov dan keluarga Prozorov juga tak
sama, namun bukan hal yang mustahil bahwa ada relasi ide
di antara peristiwa-peristiwa itu.
Ada pula catatan bahwa ide penulisan Tiga Saudari
muncul sekitar lima belas tahun sebelum Chekhov pindah
ke Yalta. Pada 1883 Chekhov menghabiskan liburan di
Vosmressensk, di mana saudara laki-lakinya bertugas me-
ngajar tiga anak perempuan Kolonel B.I. Maevsky. Amatan
Chekhov terhadap ketiga bersaudari itu disinyalir sebagai
ide awal dari Tiga Saudari. Lima tahun kemudian, Che-
khov menyewa tanah keluarga Lintvarev di Sungai Pysol,

x WACANA EDITOR
Chekhov di rumahnya di Yalta, di mana ia menulis Tiga Saudari.

dekat Sumy. Lokasi ini dianggap mirip dengan latar lakon


Tiga Saudari. Di sana pula ia terpesona pada tiga saudari
Lintvarev yang menurutnya intelektual, menawan, dan ber-
jiwa besar. Pengalaman ini dikatakan semakin mengem-
bangkan ide-ide yang nantinya tertulis dalam Tiga Saudari.
Ada kisah cinta di balik proses penulisan Tiga Saudari.
Masa penulisan lakon ini adalah masa pacaran Chekhov
dengan Olga Knipper, seorang aktris MAT. Olga kemudian
dinikahi Chekhov pada 25 Mei 1901, hanya berjarak seki-
tar empat bulan setelah pentas perdana Tiga Saudari. Se-
pertinya Olga sering menemani Chekhov saat masa penu-
lisan lakon ini di Yalta; selain alasan asmara, barangkali
juga karena kondisi kesehatan Chekhov yang mulai mem-
buruk. Hal ini terbukti dari kecurigaan Stanislavski di awal

TIGA SAUDARI xi
catatannya, tentang Olga yang mengetahui banyak hal
tentang Yalta: kesehatan Chekhov, cuaca di Crimea, per-
kembangan penulisan lakon, dan rencana kedatangan Che-
khov ke Moskow. Berbagai catatan kemudian menyebut-
kan bahwa Chekhov khusus menulis karakter Masha untuk
diperankan oleh Olga.
Pilihan Chekhov disetujui oleh Stanislavski, barangkali
sebagai bentuk dukungan atas hubungan cinta mereka ber-
dua. Walaupun dalam proses Olga sempat mengalami ke-
sulitan mendalami karakter Masha, beberapa resensi
pertunjukan perdana Tiga Saudari justru memuji permain-
an Olga Knipper. Selain menyutradarai, Stanislavski juga
berperan sebagai Vershinin, sedang istrinya—Mariia Lilina
—memerankan Natasha. Aktris MAT lainnya, Margarita
Savitskaya memerankan Olga, serta Mariia Andreyeva se-
bagai Irina. Vsevolod Meyerhold, aktor MAT yang kemu-
dian dikenal lewat sistem biomekaniknya, memerankan
Tusenbach. Sedangkan Chebutykin dimainkan oleh
Aleksandr Artem, seorang aktor senior MAT, aktor favorit
Chekhov. Sepanjang musim pementasannya, Tiga Saudari
mengalami perubahan formasi pemain. Hingga pada per-
tunjukan ke-150, hanya Olga Knipper dan Aleksandr Vish-
nevski (pemeran Kuligin) yang masih memainkan peran
yang sama. Sisanya, ada pergantian dan pertukaran peran.
Chekhov yang menulis karakter Masha khusus untuk
Knipper menjadi salah satu bentuk campur tangannya ke
ranah pertunjukan. Di lakon lain yang ditulis untuk MAT,
The Cherry Orchard, ia juga merancang karakter Firs

xii WACANA EDITOR


khusus untuk dimainkan aktor favoritnya, Artem. Dalam
Tiga Saudari, campur tangan Chekhov bahkan terkesan
cerewet dan tak percaya kepada sutradara, sampai-sampai
—sebagaimana ditulis Stanislavski—ia mesti “mengutus
seorang kolonel untuk memastikan tidak ada yang salah
dengan tata cara kehidupan militer, cara bersikap, detail
seragam dan lain sebagainya.” Lebih jauh lagi, ketika
mendengar berbagai kritik muncul tentang pertunjukan di
musim pertama, Chekhov kembali ke Moskow dan meng-
ikuti secara intens latihan untuk pertunjukan musim selan-
jutnya, dan banyak ikut campur tangan dalam penggarapan
Babak III. Ketika pertunjukan musim selanjutnya digelar,
setelah pertunjukan ia tepuk tangan hingga dua kali cur-
tain call, dan berkomentar bahwa untuk pertama kali da-
lam hidupnya ia merasa puas dengan garapan salah satu
lakon karyanya.
Bagi Stanislavski sendiri, Chekhov adalah penulis yang
enggan menjelas-jelaskan apa yang telah ditulisnya dalam
lakon. Jawaban Chekhov hampir selalu, “Semua sudah di-
tulis di sana.” Banyak sekali tulisan yang mencatat tentang
keengganan Chekhov ini. Namun keengganan Chekhov
adalah titik awal pencarian bagi Stanislavski. Karena sang
penulis tak mau berbicara di luar apa yang telah ditulisnya,
maka sang sutradaralah yang mencari apa yang ada di se-
baliknya. Penggarapan lakon-lakon Chekhov adalah masa-
masa pencarian Stanislavski pada pendekatan inner action
yang kemudian berkembang ke arah psychological realism.
Selain itu, secara khusus, penggarapan Tiga Saudari oleh

TIGA SAUDARI xiii


Beberapa karakter dalam Tiga Saudari produksi MAT. Berurutan dari atas, kiri
ke kanan: Ferapont (diperankan Vladimir Gribunin), Andrey (Vasili Luzhski),
Solyony (Leonid Leonidov), Tchebutykin (Aleksandr Artem), Tusenbach (Vasili
Kachalov), Kuligin (Aleksandr Vishnevski), Irina (Vera Baranovskaia), Roddey
(Ivan Moskvin), Natasha (Mariia Lilina) dan Anfisa (Mariia Samarova).

MAT disebut-sebut sebagai titik awal eksplorasi Stanislav-


ski terhadap salah satu metodenya yang kini dikenal seba-
gai Method of Physical Action.
Bukan tanpa alasan penerbitan Tiga Saudari oleh Kala-
buku ini menyertakan tulisan Stanislavski sebagai epilog.
Adalah menarik (kalau tak ingin menyebut penting) untuk
melihat kembali bagaimana proses penulisan Tiga Saudari,
serta bagaimana untuk pertama kalinya ia digodok oleh
Stanislavski dan MAT. Jika kita ingin menilik dapur pen-
ciptaan dan penggarapan sebuah lakon, untuk memahami
bahan dan bumbu apa saja yang digunakan untuk mema-
saknya, dan dari mana bahan dan bumbu itu berasal, jejak-

xiv WACANA EDITOR


jejaknya yang tersisa mesti ditengok kembali. Adalah sah
membunuh seorang penulis setelah karyanya dilepas ke
publik; tapi “membangkitkan mayatnya dari kubur” juga
bukan sebuah tabu. Memosisikan kembali Tiga Saudari
sebagai sebuah lakon “pesanan” MAT menjadi sebuah cara
memahami dan mengintip jeroan lakon ini.
Selamat membaca—dan wacana dari editor ini tak mesti
mempengaruhi pembacaan!

Ibed Surgana Yuga

Referensi
“Anton Chekhov”. en.wikipedia.org/wiki/Anton_Chekhov.
Diakses 30 Juni 2017.
Gottlieb, Vera (ed.). 2005. Anton Chekhov at the Moscow Art
Theatre: Illustrations of the Original Productions. London:
Routledge.
“Konstantin Stanislavski”. en.wikipedia.org/wiki/Konstantin_
Stanislavski. Diakses 30 Juni 2017.
“Moscow Art Theatre”. en.wikipedia.org/wiki/Moscow_Art_
Theatre. Diakses 30 Juni 2017.
Mulrine, Stephen. 2014. “Introduction”, dalam Anton Chekhov,
Three Sisters. London: Nick Hern Books Limited.
Stanislavski, Constantin. 1956. My Life in Art, penerj. J.J.
Robbins. New York: Meridian Books.
Tchekov, Anton. 1929. The Plays of Anton Tchekov, penerj.
Constance Garnett. New York: Modern Library.

TIGA SAUDARI xv
TOKOH-TOKOH1

1. Andrey Sergeyevitch Prozorov


2. Natalya Ivanovna, atau Natasha (tunangan Andrey
yang kemudian menjadi istrinya)
3. Olga
4. Masha (tiga suadari Prozorov)
5. Irina
6. Fyodor Ilyitch Kuligin (guru sekolah menengah, suami
dari Masha)
7. Letnan-Kolonel Alexandr Ignatyevitch Vershinin
(komandan pasukan2)
8. Baron Nikolay Lvovitch Tusenbach (letnan)
9. Vassily Vassilyevitch Solyony (kapten)
10. Ivan Romanitch Tchebutykin (dokter militer)
11. Alexey Petrovitch Fedotik (letnan dua)
12. Vladimir Karlovitch Roddey (letnan dua)
13. Ferapont (portir tua dari Dewan Daerah3)
14. Anfisa (pengasuh, wanita tua berusia 80 tahun)

Kisah terjadi di kota provinsi.4

2 ANTON CHEKHOV
babak i

Di dalam rumah keluarga PROZOROV. Sebuah ruang


tamu dengan ruang yang besar1 tampak di belakangnya. Si-
ang hari2; terang dan cerah. Makan siang tersaji di atas me-
ja di ruang makan.

OLGA, mengenakan seragam guru sekolah menengah


berwarna biru tua, sedang memeriksa buku latihan murid-
nya, sesekali dia berdiri dan berjalan; MASHA, mengenakan
gaun hitam, meletakkan topinya di lutut sambil membaca
buku; IRINA, mengenakan gaun putih, berdiri merenung.

OLGA: Hari ini, tepat satu tahun Ayah meninggal. Lima


Mei3, tepat pada hari pesta namamu4, Irina. Hari itu sa-
ngat dingin, salju pun turun. Aku merasa seharusnya
aku mati saja; kau berbaring terengah-engah seolah

TIGA SAUDARI 3
babak Ii

Latar tempat yang sama dengan Babak I. Pukul delapan


malam.1 Dari belakang, dari jalanan, samar terdengar suara
akordion dimainkan. Tidak ada lampu. NATALYA IVANOV-
NA masuk mengenakan gaun tidur, membawa lilin; ia ber-
henti di depan pintu yang menuju kamar ANDREY.

NATASHA: Apa yang sedang kaulakukan, Andryusha?


Membaca? Ah, lupakan, aku hanya basa-basi... (pergi,
membuka pintu lain, mengintip ke dalamnya, lalu me-
nutupnya). Ada cahaya di sana?

ANDREY: (Masuk sambil membawa buku di tangannya)


Ada apa, Natasha?

NATASHA: Aku hanya memeriksa apakah ada lilin yang

36 ANTON CHEKHOV
2
masih menyala.... Sedang ada karnaval , para pelayan
suka teledor; kita harus waspada. Semalam tepat jam
dua belas aku melewati ruang makan, dan kulihat masih
ada lilin yang menyala. Aku tak tahu siapa yang menya-
lakannya (meletakkan lilinnya). Jam berapa sekarang?

ANDREY: (Melihat jam) Jam delapan lebih lima belas me-


nit.

NATASHA: Olga dan Irina belum pulang juga. Mereka


masih bekerja. Kasihan.... Olga sedang rapat fakultas,
sedangkan Irina ada di kantor telegraf... (mengembus-
kan napas). Tadi pagi aku bilang pada adikmu itu, “Jaga
dirimu baik-baik, Irina sayang.” Tapi dia tidak mau
mendengarkanku. Jam delapan lebih lima belas menit,
katamu? Aku cemas dengan keadaan Bobik3 kesayangan
kita. Mengapa badannya dingin sekali? Kemarin dia
agak demam dan hari ini dia begitu dingin..., aku sangat
khawatir!

ANDREY: Jangan cemas, Natasha. Anak kita baik-baik


saja.

NATASHA: Kita perlu lebih hati-hati dengan makanannya.


Aku khawatir. Dan aku dengar jam sembilan malam ini
mummers4 akan datang untuk karnaval. Sebaiknya me-
reka tidak usah datang, Andryusha.

ANDREY: Bagaimana ya.... Mereka sudah diundang, kau


tahu itu.

TIGA SAUDARI 37
babak IiI

Dalam kamar OLGA dan IRINA. Ada ranjang di sisi


kanan dan kiri, keduanya dilengkapi kelambu. Sudah lewat
jam dua malam.1 Terdengar bel2 dibunyikan karena ada
kebakaran yang sudah cukup lama di kota itu. Tidak ada
seorang pun yang sudah tidur di rumah itu. MASHA ber-
baring di atas sofa, mengenakan pakaian hitam seperti
biasanya. OLGA dan ANFISA memasuki ruangan.

ANFISA: Mereka duduk di bawah, di bawah tangga.... Sa-


ya bilang pada mereka, “Ayo naik; tidak sepantasnya
kalian di sini”—dan mereka hanya menangis. “Kami
tidak tahu Ayah3 ada di mana,” kata mereka. “Jangan-
jangan ia terbakar!” Pikiran yang menyeramkan! Jiwa-
jiwa malang di halaman rumah... dan mereka telanjang.

68 ANTON CHEKHOV
OLGA: (Mengambil pakaian dari lemari) Pengasuh, ambil
gaun abu-abu ini... dan ini... blus ini juga... dan rok
itu.... Oh, mengerikan sekali! Jalan Kirsanov kelihatan-
nya terbakar habis.... Ambil ini... ini juga... (menaruh
pakaian di tangannya). Keluarga Vershinin ketakutan,
kasihan.... Rumah mereka hampir terbakar. Biarkan
mereka menginap di sini... kita tidak bisa membiarkan
mereka kembali ke rumahnya.... Fedotik yang malang,
semua miliknya habis terbakar, tak ada yang tersisa....

ANFISA: Sebaiknya kita panggil Ferapont, Olyushka4 sa-


yang, aku tidak bisa membawanya sendirian.

OLGA: (Membunyikan bel) Tidak akan ada yang menja-


wab (di pintu). Tolong kemari, siapa pun di sana! (Me-
lalui pintu yang terbuka, terlihat sebuah jendela menya-
la merah oleh api; pemadam kebakaran terdengar melin-
tasi rumah.) Menyeramkan sekali! Aku jadi merinding.

FERAPONT masuk.

OLGA: Ambil ini, bawa ke bawah. Anak-anak gadis Kolo-


tilin ada di bawah... berikan pada mereka... kasih ini
juga.

FERAPONT: Baik, Nona. Moskow juga pernah terbakar


pada tahun 1812.... Puji Tuhan! Orang Prancis ter-
kejut.5

OLGA: Kau bisa pergi sekarang.

TIGA SAUDARI 69
FERAPONT: Baik, Nona (pergi).

OLGA: Pengasuhku sayang, beri apa pun yang mereka bu-


tuhkan. Aku tidak mau apa pun, berikan saja semua-
nya.... Aku lelah, aku hampir tak bisa berdiri... Jangan
biarkan keluarga Vershinin pulang.... Anak-anak gadis-
nya bisa tidur di ruang tamu, dan Alexandr Ignatyevitch
bisa di bawah, di kamar Baron... Fedotik juga bisa tidur
di kamar Baron, atau tidur di ruang makan.... Sayang
sekali, dokter sedang mabuk, mabuk berat, tidak mung-
kin ada yang bisa tidur di kamarnya. Istrinya Vershinin
bisa tinggal di ruang tamu juga.

ANFISA: (Sedih) Olyushka sayang, jangan mengusirku; ja-


ngan usir aku!

OLGA: Kau bicara apa? Tidak ada yang mengusirmu.

ANFISA: (Meletakkan kepalanya di pundak OLGA) Sa-


yangku, aku bekerja sebaik mungkin.... Aku sudah se-
makin lemah, semua orang akan bilang, “Biarkan ia
pergi!” Lalu ke mana aku akan pergi? Ke mana? Aku
sudah delapan puluh tahun. Bahkan delapan puluh satu
tahun.

OLGA: Duduklah, pengasuhku sayang.... Kau lelah, kasih-


an kau... (mendudukkannya). Isitirahat saja... Kau pucat
sekali!

NATASHA masuk.

70 ANTON CHEKHOV
babak IV

Taman tua rumah keluarga PROZOROV. Jalanan pan-


jang dihiasi pohon cemara, dengan pemandangan sungai di
ujung jalan. Hutan terbentang di sisi lain sungai. Di sisi
kanan beranda rumah; di atas meja terdapat botol-botol
dan gelas-gelas; mereka baru minum sampanye. Pukul dua
belas siang.1 Kadangkala ada orang lewat dari seberang ja-
lan melintasi kebun menuju sungai; lima prajurit melintas
dengan cepat.

TCHEBUTYKIN, dalam suasana hati yang ramah sela-


ma babak ini, sedang duduk santai di kursi malas di taman,
menunggu untuk dipanggil; ia mengenakan topi militer dan
memegang sebuah tongkat. IRINA, KULIGIN dengan perhi-
asan di dadanya dan tampak tanpa kumis, dan TUSEN-

TIGA SAUDARI 93
BACH, berdiri di beranda, mengucap perpisahan pada
FEDOTIK dan RODDEY, yang sedang menuruni tangga;
keduanya mengenakan seragam militer untuk baris-ber-
baris.

TUSENBACH: (Mencium FEDOTIK) Kau orang yang ba-


ik; kami senang bisa bersamamu. (Mencium RODDEY.)
Sekali lagi.... Selamat tinggal, sobat....

IRINA: Sampai jumpa lagi!

FEDOTIK: Tidak, ini selamat tinggal untuk perpisahan se-


lamanya; kita tidak akan berjumpa lagi.

KULIGIN: Siapa tahu! (Mengusap matanya, senyum.) Aku


juga menangis.

IRINA: Kita akan jumpa suatu hari nanti.

FEDOTIK: Mungkin sepuluh atau lima belas tahun lagi?


Tapi mungkin akan sulit mengenal satu sama lain—kita
akan saling sapa dengan dingin.... (Memotret) Diam du-
lu.... Sekali lagi, untuk terakhir kalinya.

RODDEY: (Memeluk TUSENBACH) Kita tidak akan berte-


mu lagi.... (Mencium tangan IRINA.) Terima kasih ba-
nyak atas semuanya, segalanya....

FEDOTIK: (Dengan jengkel) Oh, tidak bisakah kau diam


sebentar saja?

TUSENBACH: Demi Tuhan, kita akan bertemu lagi. Ka-

94 ANTON CHEKHOV
bari kami. Jangan lupa kirim surat.

RODDEY: (Menatap panjang ke taman) Selamat tinggal,


pepohonan! (Berteriak) Halooo! (Jeda.) Selamat tinggal,
gema!

KULIGIN: Seharusnya aku tidak heran jika kau menikah di


Polandia.... Istri Polandiamu akan mendekapmu dalam
pelukannya dan memanggilmu kochany2! (Tertawa.)

FEDOTIK: (Melihat jam tangannya) Kita punya waktu ku-


rang dari satu jam. Di antara pasukan hanya Solyony
yang akan pergi naik tongkang; kami akan pergi ber-
sama pangkat dan arsip-arsip. Tiga divisi pasukan be-
rangkat hari ini dan tiga lagi menyusul besok—lalu
ketenangan dan kedamaian akan datang ke kota ini.

TUSENBACH: Juga kebosanan yang mengerikan.

RODDEY: Mana Marya Sergeyevna?

KULIGIN: Masha sedang di taman.

FEDOTIK: Kami harus pamitan padanya.

RODDEY: Selamat tinggal. Sebaiknya kami pergi sekarang,


sebelum aku menangis.... (Buru-buru memeluk TUSEN-
BACH dan KULIGIN dan mencium tangan IRINA.) Ba-
nyak kenangan indah di sini.

FEDOTIK: (Kepada KULIGIN) Ini kenang-kenangan kecil


untukmu.... buku catatan dengan pensil.... Kami pergi

TIGA SAUDARI 95
E P I L O G

“tiga saudari”
Konstantin Stanislavski

Setelah sukses mementaskan dua karya Chekhov, rasanya


tidak mungkin teater kami tidak mementaskan lakon buah
penanya yang baru. Kami menagih janji yang pernah di-
buatnya ketika di Cri-
mea untuk membuatkan
kami lakon baru. Anton
kami buat lelah dengan
berbagai pertanyaan dan
isyarat yang bertubi-tu-
bi. Memang berat bagi-
nya menghadapi kami
yang terus-menerus
mengusik ketenangan
jiwanya, tentu berat pu-
la bagi kami yang me-
ngetahui bahwa kami
telah melanggar kehen-
daknya. Tapi memang
tidak ada acara lain. Na- Stanislavski saat berperan sebagai
sib teater kami berada Vershinin dalam Tiga Saudari.

136 EPILOG
B I O G R A F I

Anton Chekhov
Anton Pavlovich Chekhov lahir di Taganrog, Rusia bagian
selatan, pada 1860. Ayahnya seorang tiran rumah tangga
dan pemeluk agama yang fanatik. Chekhov dan saudara-
saudaranya dipaksa bangun sebelum fajar, ikut paduan su-
ara di gereja, lalu bekerja sepanjang lepas jam sekolah di
toko kelontong milik keluarganya.
Tak ada yang istimewa ketika Chekhov menjalani masa
sekolah di Taganrog. Pada usia 16 tahun, ia ikut keluarga-
nya melarikan diri ke Moskow, untuk menghindari berba-
gai akibat dari kebangkrutan usaha ayahnya. Chekhov
masuk fakultas kedokteran di Universitas Moskow pada
usia 19 tahun, lalu menulis komik pendek untuk menam-
bah uang saku kuliahnya.
Chekhov lulus kuliah kedokteran pada 1884, lalu mem-
buka praktik pengobatan dengan layanan cuma-cuma.
Namun kesehatannya sendiri justru buruk. Ia didiagnosis
terinfeksi tuberkulosis sejak kecil, dan ia baru mengamini
diagnosis itu ketika penyakitnya sudah mencapai stadium

TIGA SAUDARI 155


akhir. Selain sering mengalami pendarahan paru-paru,
Chekhov juga menderita beberapa penyakit lain yang kian
melemahkan tubuhnya dan berpengaruh pada kerja kepe-
nulisannya.
Substansi karya-karya Chekhov terletak pada relasi an-
tarinsan. Namun relasi dengan kaum perempuan dalam
kehidupannya justru sangat sulit dipahami. Banyak perem-
puan yang mengejarnya, namun Chekhov justru mundur
ketika perempuan-perempuan itu maju. Pernikahan baha-
gianya dengan Olga Knipper pun sangat singkat, di sela-
sela kesehatannya yang kian rapuh dan kesibukan karir
Olga sebagai aktris. Chekhov akhirnya menyerah dan mau
menjalani perawatan medis di Jerman, ditemani Olga. Juli
1904, saat usianya 44 tahun, setelah sebuah serangan jan-
tung, Chekhov meninggal di Badenweiler, Jerman.

PenULIS EPILOG
Konstantin Stanislavski lahir dengan nama Konstantin
Sergeevich Alekseev di Moskow, 1863. Ayahnya seorang
saudagar kaya raya di Moskow. Alekseev sempat belajar
bisnis dan bahasa di sebuah sekolah bergengsi di Moskow,
namun tak tamat. Ia bergabung dengan perusahaan ayah-
nya, hingga mengepalai bisnis dan aset-asetnya, dan tak
pelak ia pun jadi pengusaha kaya raya dengan jangkauan
perdagangan internasional. Di saat yang sama ia juga seo-
rang patron seni dan teater Rusia. Pada 1885 ia malah

156 BIOGRAFI
belajar akting dan penyutradaraan di Maly Theatre, Mos-
kow, lalu memakai nama panggung Stanislavski. Ia menjadi
aktor dan sutradara amatir sampai usia 33 tahun. Pada
1898, bersama Vladimir Nemirovich-Danchenko, Stanis-
lavski mendirikan Moscow Art Theatre (MAT), sebuah
theatre company yang melambungkan namanya hingga
kancah teater dunia.

Penerjemah
Trisa Triandesa adalah seorang pelakon teater dan film,
penari, penulis serta aktivis sosial, dengan latar belakang
pendidikan psikologi. Perkenalannya dengan dunia seni di-
mulai ketika masih duduk di bangku SD, di mana ia mem-
pelajari angklung dan tari tradisi Sunda. Selain seni peran,
saat ini Trisa juga mendalami seni tari di Dedy Luthan
Dance Company.

Pelukis Ilustrasi Sampul


Teri Vereb adalah perupa lulusan The University of North
Carolina, Chapel Hill. Lukisan-lukisannya merepresentasi-
kan kondisi kemanusiaan, terutama nuansa emosional per-
empuan yang kompleks melalui ekspresi wajah yang subtil.
Perempuan dalam lukisan Teri di satu sisi merefleksikan
kerentanan dan ketidakamanan, namun di sisi lain juga
berusaha keras mengungkap kekuatan yang dalam. Teri
kini tinggal di Novato, California, dan karya-karyanya bisa
dipirsa lewat designsbyteri.com.

TIGA SAUDARI 157

You might also like