You are on page 1of 31

MODAL SOSIAL DALAM PENCIPTAAN

MODAL MANUSIA

MAKALAH MATAKULIAH MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH

DOSEN: DR. YURNI HARRI JALIL

OLEH:

VINSENSIUS C. LEMBA ( 7616090443)

PRORAM MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN


UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA
2009

Page 1 of 31
KATA PENGANTAR

Salah satu unsur penting yang menentukan kemajuan dunia pendidikan adalah
peranan pelbagai sumberdaya sebagai investasi, yang lebih dikenal dengan sebutan
modal. Dari pelbagai jenis modal, yang umum dikenal adalah modal sosial, modal
kapital, dan modal manusia. Dalam makalah ini, kelompok kami mengemukakan
pandangan-pandangan inovatif dari James S. Coleman tentang penggunaan modal
sosial dan modal manusia dalam hubungan dengan pendidikan. Hemat kami,
pendidikan yang berkualitas layak mengakomodir secara tepat dan benar pelbagai
bentuk modal sosial dan modal manusia, yang terarah pada pembentukan dan
perkembangan jati diri para peserta didik.

Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini dapat diselesaikan karena


campur tangan dari pelbagai pihak. Karena itu, pertama-tama kami patut bersyukur
kepada Allah SWT, yang atas berkah-Nya telah menyertai kami dalam
menyelesaikan makalah ini. Kami juga patut mengucap terima kasih berlimpah
kepada Dosen Matakuliah Manajemen Berbasis Sekolah, Dr. Yurni Harri Jalil yang
telah mempercayakan kami untuk membuat dan menyelesaikan makalah ini. Lewat
kuliah tatap-muka, kami memperoleh masukan-masukan penting tentang
pendidikan, yang dapat kami kaitkan dengan materi makalah ini.

Makalah ini disusun untuk disajikan dalam diskusi bersama para mahasiswa-
mahasiswi program magister Manajemen Pendidikan, angkatan tahun 2009,
khususnya dari kelas D. Kami selalu berharap agar butir-butir pemikirian dalam
makalah ini berguna bagi kita semua. Karena itu, dengan hati terbuka kami berharap
agar gagasan-gagasan makalah ini dapat dipersoalkan, dikritik, didiskusikan, dan
disempurnakan agar selanjutnya semakin berguna bagi perkembangan pendidikan
kita.

Jakarta, Oktober 2009

Page 2 of 31
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………


i

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………... ii

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………………..

1.1. Latar Belakang ………………………………………………………………… 1


1.2. Permasalahan …………………………………………………………………
1.3. Tujuan dan Manfaat ……………………………………………………………

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................

2.1. Alur Pemikiran Penulis ……………………………………………………….. .


2.2. Pokok-Pokok Pikiran ……………………………………………………………
2.2.1. Kritikan dan Revisi Atas Pandangan Sosiologi dan Ekonomi
Tentang Aksi Sosial …………………………………………………………...
2.2.2. Modal Sosial ……………………………………………………………………
2.2.3. Modal Manusia dan Modal Sosial ……………………………………………
2.2.4. Bentuk-Bentuk Modal Sosial …………………………………………………
2.2.4.1. Kewajiban, Ekspetasi dan Kredibilitas Struktur-Struktur ………………..
2.2.4.2. Saluran Informasi ……………………………………………………………
2.2.4.3. Norma dan Sanksi Efektif …………………………………………………..
2.2.5. Struktur Sosial Yang Memfasilitasi Modal Sosial …………………………..
2.2.5.1. Penutupan Jaringan Sosial …………………………………………………
2.2.5.2. Organisasi Sosial Yang Dapat Disesuaikan ………………………………
2.2.6. Modal Sosial Dalam Penciptaan Modal Manusia …………………………..
2.2.6.1. Modal Sosial Dalam Keluarga ………………………………………………
2.2.6.2. Modal Sosial Di Luar Keluarga ……………………………………………..
2.2.7. Aspek-Aspek Kebaikan Publik Modal Sosial ………………………………..
2.2.8. Kesimpulan ……………………………………………………………………..

Page 3 of 31
BAB III PENUTUP ……………………………………………………………………..
3.1. Kesimpulan ………………………………………………………………………….
3.2. Implikasi ………………………………………………………………………………
3.3. Saran …………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………...

Page 4 of 31
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu ciri khas yang menandai perkembangan globalisasi adalah peralihan
yang signifikan peranan non-human capital ke human capital (modal manusia).
Misalnya, dalam sistem perekonomian semakin tampak bahwa modal tidak hanya
berwujud alat-alat produksi seperti tanah, pabrik, alat-alat, dan mesin-mesin, akan
tetapi juga berupa modal manusia. Demikian pun pelbagai bidang kehidupan
manusia dewasa ini mulai didominasi oleh peranan modal manusia, yaitu
‘pengetahuan’ dan ‘ketrampilan’ manusia.
Kandungan lain dari modal manusia, selain pengetahun dan ketrampilan adalah
‘kemampuan masyarakat untuk melakukan relasi satu sama lain’. Kemampuan ini
akan menjadi modal penting bagi kehidupan manusia dalam segala aspeknya.
Modal yang demikian disebut dengan ‘modal sosial’ (social capital), yaitu
kemampuan masyarakat untuk bekerja bersama demi mencapai tujuan bersama
dalam suatu kelompok dan organisasi. Modal sosial menekankan potensi kelompok
dan pola hubungan antarindividu dalam suatu kelompok dan antarkelompok dengan
ruang perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai, dan kepercayaan antarsesama
yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma kelompok.
Inti telaah modal sosial terletak pada bagaimana kemampuan masyarakat dalam
suatu entitas atau kelompok untuk bekerjasama membangun suatu jaringan untuk
mencapai tujuan bersama. Kerjasama tersebut diwarnai oleh suatu pola interelasi
yang timbal-balik dan saling menguntungkan, dan dibangun di atas kepercayaan
yang ditopang oleh norma dan nilai sosial yang positip dan kuat. Kekuatan tersebut
akan maksimal jika didukung oleh semangat proaktif membuat jalinan hubungan. 1

1
Jousairi Hasbullah, Social Capital – Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia (Jakarta: MR-United Press
Jakarta, 2006), hal. 9.

Page 5 of 31
Berkaitan dengan modal manusia dan modal sosial, dalam makalah ini, penulis
akan mengkaji tulisan salah seorang pemikir besar dalam bidang sosiologi modern,
yakni James S. Coleman. Dalam karyanya yang berjudul “Social Capital in the
Creation of Human Social”, Coleman memfokuskan perhatiannya pada korelasi yang
kuat antara modal sosial dan modal manusia. Menurutnya, modal sosial terwujud
dalam pelbagai aspek penting, seperti (1.) kewajiban, ekspektasi, dan kredibilitas
struktur sosial; (2.) saluran informasi; (3.) norma dan sanksi efektif. Modal sosial
seperti ini terjadi dalam suatu jariangan relasi antarpribadi. Modal sosial
memfasilitasi perwujudan modal manusia. Pada titik ini, Coleman memperlihatkan
bahwa modal manusia dapat berkembang efektif sejauh terjadi dalam sebuah relasi
sosial yang efektif. Secara khusus, Coleman membuktikan bahwa modal sosial
berperanan penting dalam penciptaan modal manusia, yang dalam beberapa
penelitiannya selalu dikaitkan dengan pendidikan. Menurut Coleman, struktur sosial
baik keluarga maupun organisasi-organisasi sosial di luar keluarga – yang memiliki
modal manusia, modal kapital, dan modal social – turut bertanggung jawab dalam
menentukan masa depan pendidikan seorang anak.

1.2. Permasalahan

Makalah ini membahas beberapa poin penting berkaitan dengan modal sosial
dalam upaya penciptaan modal manusia. Dari pelbagai hal yang dikemukakan
dalam makalah ini, yang menjadi fokus permasalahan makalah ini adalah
bagaimana modal sosial berperanan dalam penciptaan modal manusia, khususnya
berkaitan dengan pendidikan dalam keluarga maupun di luar keluarga (dalam
masyarakat umum maupun institusi/lembaga sosial lainnya)? Dengan kata lain,
bagaimana mengembangkan modal sosial di dalam keluarga maupun di luar
keluarga sebagai upaya penciptaan modal manusia anak yang adalah pelajar?

1.3. Tujuan dan Manfaat

Bertolak dari fokus permasalahan makalah ini, maka yang menjadi tujuan
penulisan makalah ini adalah:
a. Untuk menjelaskan pandangan James S. Coleman tentang modal sosial
b. Untuk menjelaskan bentuk-bentuk modal sosial
c. Untuk menjelaskan peranan modal sosial dalam penciptaan modal manusia

Page 6 of 31
d. Untuk mengkaji penerapan modal sosial dalam pendidikan anak-anak dan
orang muda, baik yang terjadi dalam keluarga maupun di luar keluarga
e. Untuk membuka kemungkinan kepada para peserta diskusi dalam
mempersoalkan dan mencari solusi yang tepat berkaitan dengan semua
tujuan terdahulu (a-d).

Sedangkan yang menjadi manfaat dari penulisan makalah ini adalah:

a. Agar para peserta diskusi mendapat pemahaman yang jelas tentang modal
sosial, bentuk-bentuk modal sosial, peranan modal sosial dalam penciptaan
manusia.
b. Agar para peserta didik dapat menggali lebih dalam penerapan modal sosial
dalam pendidikan anak-anak dan orang muda, baik yang terjadi dalam
keluarga maupun di luar keluarga.

Page 7 of 31
BAB II

PEMBAHASAN2

2.3. ALUR PEMIKIRAN PENULIS

Karya James S. Coleman yang berjudul “Social Capital In The Creation of


Human Social” merupakan hasil sintesis antara dua pandangan besar yang
mempengaruhinya, yakni pandangan sosiologi dan ekonomi. Term-term kunci yang
selalu digunakannya, antara lain aktor/pelaku, aksi/tindakan, modal sosial, modal
financial, modal manusia.. Hasil sintesis ini mengerucut dalam suatu pandangan
sosiologi yang lebih spesifik, yang terarah pada dan diperkaya dengan orientasi baru
dalam dunia pendidikan.
Alur pemikiran penulis dalam karya ini dapat dipetakan dalam beberapa bagian,
yakni pertama-tama penulis membuat kritikan dan memberikan pemahaman baru
yang lebih up to date berkaitan dengan pandangan sosiologi dan ekonomi tentang
aktor, aksi, dan nilai prinsipiil setiap pandangan tersebut. Kemudian penulis beranjak
menuju satu pandangan yang berorientasi teoretis dengan penekanan pada prinsip
rasional atau aksi yang purposif. Orientasi ini digunakan untuk memperkenalkan
konsep tentang modal sosial.
Konsep modal sosial mewarnai seluruh hasil karya Coleman ini, di mana pada
dua bagian selanjutnya, dia mempertalikan modal manusia dan modal sosial serta
mengemukakan beberapa bentuk modal sosial. Berkaitan dengan bentuk modal
sosial, Coleman secara khusus menyodorkan kepada pembaca hasil telaahnya yang
menonjolkan aspek kewajiban, ekspetasi dan kredibilitas struktur-struktur yang
menyokong pendayagunaan modal sosial. Selain itu, Coleman melihat pentingnya
mendiskusikan tentang saluran-saluran informasi sebagai salah satu bentuk modal
sosial. Coleman juga mempertimbangkan urgensitas norma dan sanksi yang efektif
dalam membangun interaksi yang resiprokal sebagai salah satu bentuk
pemanfaatan modal sosial.

2
Seluruh makalah ini merupakan hasil telaah atas karya James S. Coleman, “Sosial Capital In The Creation of
Human Capital”, dalam A.H. Hasley, Haugh Lauder, Phillip Brown, Amy Stuart Wells (ed.), Education Culture,
Economy, and Society (New York: Oxford University Press, 2003), hal. 80-94.

Page 8 of 31
Berpijak pada beberapa hal di atas, Coleman menyadari bahwa modal sosial
memenuhi fungsi dan mencapai maknanya bila difasilitiasi oleh suatu struktur sosial,
yang ditandai oleh keterikatan semua pelaku dalam sebuah jaringan sosial. Untuk
memperkuat pandangannya tersebut, Coleman mengemukakan model organisasi
sosial yang memungkinkan terealisasinya modal sosial secara eksklusif.
Bagian utama dari seluruh karya ini terdapat pada pokok tentang modal sosial
dalam penciptaan modal manusia. Menurutnya, institusi sosial yang ada telah
menyediakan modal sosial dan memungkinkannya untuk berdaya guna dalam
rangka penciptaan modal manusia. Secara khusus, Coleman melihat modal sosial
yang tersedia dalam keluarga dan di luar keluarga. Kedua-duanya memungkinkan
penciptaan modal manusia dalam diri peserta didik. Coleman berkeyakinan bahwa
modal sosial penting bagi terealisasinya modal manusia, karena dalam modal sosial
ada aspek-aspek kebaikan publik (aspects of public-good).

2.4. POKOK-POKOK PIKIRAN

2.4.1. Kritikan dan Revisi Atas Pandangan Sosiologi dan Ekonomi Tentang Aksi
Sosial

Ada dua aliran pemikiran besar yang menggambarkan dan menjelaskan tentang
aksi sosial. Aliran pertama, yakni sosiologi, yang memandang pelaku/aktor sosial
sebagai pribadi yang dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial, dan tindakan sosial
sebagai sesuatu yang dipengaruhi oleh norma-norma sosial, aturan, dan kewajiban.
Nilai-nilai prinsipiil dari aliran ini terletak dalam kemampuan seseorang untuk
menggambarkan tindakan dalam konteks sosial dan menjelaskan cara aksi dibentuk,
didorong, dan diarahkan oleh konteks sosial. Sementara itu, aliran kedua, yakni
ekonomi, berpandangan bahwa pelaku adalah orang yang memiliki tujuan-tujuan
tertentu untuk dicapainya secara independen. Nilai prinsipiilnya terletak dalam
sebuah prinsip aksi, yakni memaksimalkan nilai kegunaan.
Berhadapan dengan dua pandangan ini, diperlukan pengembangan sebuah
orientasi teoretis dalam sosiologi yang memasukan komponen-komponen dari kedua
aliran pemikiran tersebut di atas. Orientasi ini menerima prinsip rasional atau aksi
yang purposif (memiliki tujuan) dan mencoba menunjukkan bagaimana prinsip itu,
bersama dengan konteks sosial yang partikular, dapat menerangkan tidak hanya
aksi-aksi individual dalam konteks-konteks yang partikular, tetapi juga untuk

Page 9 of 31
pengembangan organisasi sosial. Salah satu alat konseptual yang digunakan dalam
usaha teoretis ini adalah modal sosial. Sebagai latar belakang untuk
memperkenalkan konsep ini, perlu dilihat kritikan terhadap dua aliran pemikiran
tersebut dan upaya memodifikasinya.
Kelemahan utama aliran sosiologi adalah memandang aktor/pelaku sebagai
pribadi yang tidak mempunyai 'mesin aksi'. Aktor/pelaku dibentuk oleh lingkungan,
dan tidak ada sumber-sumber internal (dalam diri pelaku) dari aksi yang memberi
pelaku suatu tujuan. Sementara itu, aliran ekonomi menentang kenyataan empiris:
aksi-aksi manusia dibentuk, diarahkan, didorong oleh konteks sosial. Norma,
kepercayaan hubungan antarpribadi, jaringan sosial, dan organisasi sosial
dipandang penting tidak hanya dalam fungsi masyarakat tetapi juga ekonomi.
Upaya mereformasi pandangan di atas telah dilakukan oleh kedua pandangan
tersebut. Dalam hal ekonomi, Yoram Ben-Porath (1980) telah mengembangkan ide
tentang fungsi sistem pertukaran yang dinamakannya ‘relasi-F’, yang terdiri atas
keluarga (family), sahabat (friend), dan perusahaan (firm). Sementara itu, Oliver
Williamson mengkaji kondisi yang mengorganisir aktivitas ekonomi dalam bentuk-
bentuk kelembagaan yang berbeda, seperti perusahaan dan pasar.
Dalam hal sosiologi, ada kajian tentang cara organisasi sosial mempengaruhi
fungsi institusi ekonomi. Baker (1983) telah menunjukkan bagaimana relasi yang
berkembang di Pasar Chicago Options Exchange di antara pedagang lantai bursa
dan mempengaruhi aktivitas perdagangan. Secara lebih umum lagi, Granovetter
(1985) menyerang “konsep manusia yang kurang bersosialisasi”. Granovetter
mengkritik banyak ekonomi institusional baru sebagai fungsionalis secara kasar,
karena ekonomi institusional baru sering menjelaskan keberadaan institusi ekonomi
hanya berdasarkan fungsi yang dijalankan sistem ekonomi tersebut. Dia
mengatakan bahwa, ada pengabaian dalam ekonomi institusional baru untuk
mengakui kekonkretan relasi pribadi dan jaringan relasi – yang dinamakannya
penanaman transaksi ekonomi pada relasi sosial – untuk menghasilkan
kepercayaan, membangun harapan, dan menciptakan serta menjalankan norma-
norma. Gagasan Granovetter tentang penanaman (embeddedness) merupakan
suatu usaha memperkenalkan organisasi sosial dan relasi sosial ke dalam analisis
sistem ekonomi, tidak hanya sebagai struktur yang ditempatkan untuk memenuhi
fungsi ekonomis, tetapi sebagai struktur dengan sejarah dan kelanjutan/kontinuitas
yang mempengaruhi fungsi sistem ekonomis.
Page 10 of 31
Tampak bahwa semua pandangan di atas mempertahankan konsepsi aksi
rasional, dan menempatkan di atasnya organisasi sosial dan institusional. Penulis
(James S. Coleman) mengambil prinsip ekonomi aksi rasional untuk digunakan
dalam analisis sistem sosial yang tepat. Dalam hal ini, konsep modal sosial
merupakan alat bantu.

2.4.2. Modal Sosial

Modal sosial didefinisikan oleh fungsinya. Modal sosial bukan merupakan sebuah
entitas tunggal, tetapi terdiri atas sejumlah entitas yang berbeda, dengan dua
elemen pada umumnya, yakni semua entitas tersebut (1) terdiri atas banyak aspek
struktur sosial, dan (2) memudahkan/memfasilitasi tindakan-tindakan tertentu para
pelaku – baik pelaku individu ataupun aktor perusahaan – dalam struktur. Seperti
bentuk-bentuk modal lainnya, modal sosial bersifat produktif, memungkinkan bagi
pencapaian tujuan tertentu, yang tidak dapat dicapai tanpa keberadaannya. Tidak
seperti bentuk modal lainnya, modal sosial melekat pada struktur relasi-relasi di
antara para pelaku. Letak modal sosial bukan pada individu ataupun alat produksi
fisik.
Sebelum diuraikan secara tepat apa saja yang menjadi bagian dari modal sosial,
berikut ini dipaparkan beberapa contoh yang membantu pemahaman kita tentang
modal sosial:
1. Dalam proses negosiasi penjualan di sebuah pasar batu permata borongan di
New York City, seorang pedagang biasanya menyerahkan batu permata
kepada pedagang lainnya untuk diuji sendiri, tanpa jaminan resmi bahwa
pedagang tersebut tidak akan menggantikannya dengan batu bermutu rendah
atau tiruan. Ada sifat tertentu dari struktur sosial yang hidup di dalam pasar
ini. Sebuah kecenderungan komunitas pedagang adalah biasanya sangat
akrab, baik dalam frekuensi interaksi maupun dalam pertalian etnis dan
keluarga. Dalam penelitian penulis, pasar ini adalah milik orang Yahudi,
dengan tingkat perkawinan antarsuku/kawin campur yang tinggi, tinggal di
komunitas yang sama di Brooklyn, dan beribadat di sinagoga yang sama.
Pasar ini pada dasarnya merupakan sebuah komunitas yang tertutup.
Pengamatan lebih lanjut mengindikasikan bahwa pertalian yang dekat,
melalui keluarga, komunitas, dan hubungan agama, menyediakan jaminan

Page 11 of 31
yang perlu untuk memudahkan transaksi di pasar. Bila ada anggota
komunitas ini melanggar dengan cara menggantikan batu lain atau dengan
mencuri batu, dia akan kehilangan pertalian keluarga, agama, dan
komunitas. Kekuatan pertalian ini membuat transaksi menjadi mungkin dan
perdagangan dapat terjadi dengan mudah.

2. Dalam The International Herald Tribune, tanggal 21-22 juni 1986, dimuat
sebuah artikel tentang pelajar Korea Selatan sebagai aktivis radikal. Artikel ini
menjelaskan perkembangan aktivisme yang berpikir secara radikal dalam
‘lingkaran belajar’ tersembunyi. Lingkaran belajar ini terdiri atas para pelajar
yang berasal dari sekolah menengah, kota asal, dan Gereja yang sama.
Lingkaran belajar ini menjadi unit organisasi dasar untuk demonstrasi dan
protes lainnya. Agar tidak diketahui, para anggota kelompok tidak pernah
saling berjumpa langsung, tetapi berkomunikasi melalui wakil yang dipilih.

Deskripsi dasar organisasi aktivisme ini menggambarkan dua jenis modal


sosial. 'Sekolah menengah atau kota kediaman atau Gereja yang sama'
menyediakan relasi sosial yang kemudian dikembangkan 'lingkaran belajar'
tersebut. Lingkaran belajar itu sendiri merupakan sebuah bentuk modal sosial
– bentuk sel organisasi yang memudahkan perlawanan terhadap sistem
politik yang tidak menerima perbedaan pendapat. Beberapa organisasi
pendukung aktivitas oposisional semacam itu merupakan bentuk modal sosial
bagi individu-individu yang menjadi anggota organisasi tersebut.

3. Sepasang suami-istri bersama enam anaknya berpindah dari sub-urban


Detroit ke Yerusalem. Menurut sang istri, alasan kepindahan mereka adalah
agar anak-anaknya yang masih muda dapat memperoleh kebebasan yang
jauh lebih besar di Yerusalem. Dia merasa aman mengijinkan anaknya yang
berusia 6 tahun dan 8 tahun pergi ke sekolah di kota naik bus kota, dan
merasa anak-anaknya aman bermain tanpa pengawasan di taman kota,
bukan seperti yang dia rasakan ketika dia hidup pinggir kota Detroit.
Alasan perbedaan ini dapat digambarkan sebagai perbedaan modal sosial
yang tersedia di Yerusalem dan di sub-urban Detroit. Di Yerusalem, struktur
normatif menjamin bahwa anak-anak yang tidak diawasi akan dijaga oleh

Page 12 of 31
orang dewasa yang ada di sekitarnya, tetapi struktur normatif semacam itu
tidak ada dalam lingkungan yang berada di banyak wilayah metropolis di AS.

4. Di Pasar Kahn El Khalili Kairo, orang luar sulit menemukan batas-batas


antara para pedagang. Misalnya, pemilik sebuah toko yang khusus menjual
barang-barang kulit, ketika ditanya tentang di mana dapat ditemukan jenis
perhiasan tertentu, dia akan menghentikan penjualannya dan membantu
pembeli untuk mendapatkan barang yang dimaksud di tempat koleganya.
Lewat tindakan ini, dia mendapat komisi. Relasi keluarga penting dalam pasar
tersebut. Pasar tersebut dapat dilihat sebagai yang terdiri atas sekelompok
pedagang individual, setiap pedagang mempunyai modal sosial besar untuk
digunakan, berdasarkan relasi dalam pasar tersebut.

Contoh-contoh ini menunjukkkan organisasi sosial sebagai modal sosial. Modal


sosial ini memudahkan pencapaian tujuan yang tidak dapat dicapai tanpa
keberadaannya. Tentunya bermanfaat untuk membandingkan modal sosial dengan
modal manusia yang disertai dengan kajian tentang bentuk modal sosial yang
berbeda-beda, yang bermanfaat untuk memahami persoalan ini.

2.4.3. Modal Manusia dan Modal Sosial

Perkembangan dunia dalam tiga puluh tahun terakhir telah memunculkan ide
bahwa konsep modal fisik – yang diwujudkan dalam peralatan, mesin, dan alat
produktif lainnya, – dapat diperluas dengan memasukan modal manusia (Schultz
1961; Becker 1964). Sebagaimana modal fisik yang diciptakan dengan mengubah
materi untuk membentuk alat yang memudahkan produksi, modal manusia
diciptakan dengan mengubah manusia dengan memberi mereka keterampilan dan
kemampuan yang memungkinkan mereka bertindak dengan cara-cara baru.
Modal sosial, pada gilirannya, tercipta ketika relasi antara orang-orang
mengalami perubahan sesuai dengan cara-cara yang memudahkan tindakan. Modal
fisik dapat dilihat dalam bentuk materi yang jelas; modal manusia tidak dapat dilihat,
karena diwujudkan dalam keterampilan dan pengetahuan yang dipelajari oleh
individu; modal sosial juga tidak dapat dilihat, karena diwujudkan dalam relasi di
antara orang-orang. Baik modal fisik, modal manusia maupun modal sosial,
semuanya memudahkan aktivitas produktif.

Page 13 of 31
2.4.4. Bentuk-Bentuk Modal Sosial

Nilai konsep modal sosial, pertama-tama, terletak dalam kenyataan bahwa nilai
modal sosial mengidentifikasi beberapa aspek struktur sosial berdasarkan fungsinya.
Fungsi yang diidentifikasikan oleh konsep 'modal sosial' merupakan nilai aspek-
aspek struktur sosial bagi para pelaku, sebagai sumber yang dapat digunakan oleh
para pelaku untuk merealisasikan kepentingannya.
Dengan mengidentifikasikan fungsi tersebut, konsep modal sosial membantu
menjelaskan hasil-hasil berbeda di tingkat pelaku individual dan melakukan transisi
mikro ke makro tanpa menguraikan detail-detail struktur sosial yang melangsungkan
transisi tersebut. Misalnya, mengelompokkan “lingkaran belajar” yang tersembunyi
dari para pelajar Korea Selatan yang radikal sebagai penyusun modal sosial yang
dapat digunakan mahasiswa-mahasiswa tersebut dalam aktivitas revolusionernya
menegaskan bahwa kelompok tersebut merupakan sumber yang menggerakkan
mahasiswa dari protes individual menjadi pemberontakan yang terorganisir. Jika
sumber yang menyelesaikan tugas ini dipandang penting dalam teori
pemberontakan, maka lingkaran studi ini dapat dikelompokan dengan struktur
organisasi lain, sumber berbeda yang telah memenuhi kesamaan fungsi individual
dengan tujuan revolusioner dalam konteks yang lain.
Tentunya benar bahwa untuk maksud lain (misalnya: bentuk, penampilan dan
susunan organisasi) perlu diselidiki rincian sumber organisasi semacam itu,
dipahami elemen yang penting yang berguna sebagai sumber pencapaian tujuan
tertentu, dan dikaji bagaimana hal itu muncul dalam kasus tertentu. Tetapi konsep
modal sosial dapat menunjukkan bagaimana sumber tersebut dapat dikombinasikan
dengan sumber lain untuk menghasilkan perilaku di tingkat sistem yang berbeda.

2.4.4.1. Kewajiban, Ekspetasi dan Kredibilitas Struktur-Struktur

Hubungan antara kewajiban, ekspetasi dan kredibilitas struktur-struktur dapat


dijelaskan dengan mendalami contoh berikut ini. Bila A melakukan sesuatu untuk B
dan percaya bahwa B akan membalasnya, hal ini telah menciptakan sebuah
harapan/ekspetasi di pihak A dan kewajiban pihak B untuk memelihara kepercayaan
tersebut.
Bentuk modal sosial ini bergantung pada dua elemen: (1) tingkat kredibilitas
lingkungan sosial, yang berkaitan dengan kewajiban yang akan dipenuhi, dan (2)

Page 14 of 31
tingkat kewajiban yang melekat dalam diri seseorang. Struktur-struktur sosial
berbeda pada dua dimensi ini dan para pelaku dalam struktur tertentu berbeda
dengan pelaku dalam struktur yang lain. Kasus yang menggambarkan nilai
kredibilitas adalah asosiasi kredit-berputar yang dijumpai di Asia Tenggara dan di
tempat lain. Asosiasi ini merupakan kelompok para sahabat dan tetangga yang
bertemu setiap bulan, di mana setiap orang memberikan kontribusi sejumlah uang
yang sama pada bendahara asosiasi, yang kemudian diberikan kepada salah
seorang anggota asosiasi tersebut (melalui tawar-menawar atau dengan undian).
Setelah n bulan, setiap n orang memberikan kontribusi n dan menerima
pembayaran uang. Tetapi tanpa tingkat kredibilitas tinggi di antara anggota-anggota
kelompok tersebut, asosiasi kredit semacam ini tidak akan ada – karena orang yang
menerima pembayaran pada awal pertemuan dapat melarikan diri dan membiarkan
anggota lainnya rugi. Asosiasi kredit berputar semacam itu tidak dapat beroperasi
dengan sukses di daerah yang ditandai dengan tingkat kekacauan sosial yang tinggi
– atau, dengan kata lain, tidak memiliki modal sosial.
Perbedaan-perbedaan pada struktur sosial berkenaan dengan tingkat kewajiban
yang belum terpenuhi muncul karena pelbagai alasan. Alasan-alasan ini meliputi:
tingkat kredibilitas umum yang mendorong pemenuhan kewajiban, kebutuhan aktual
setiap pribadi – seperti bantuan dari pihak lain, tingkat kemakmuran –, perbedaan
budaya dalam bentuk memberikan dan meminta pertolongan (Banfield 1967), tingkat
eksklusivitas jaringan sosial, logistik relasi sosial (Festinger, Schachter, dan Back
1963), dan faktor-faktor lainnya. Dalam struktur sosial, individu-individu dengan
tingkat kewajiban belum dilunasi yang tinggi kadang-kadang memiliki modal sosial
lebih besar yang dapat mereka gunakan. Sebenarnya, kepadatan kewajiban yang
belum terpenuhi tersebut mengandung arti bahwa seluruh manfaat sumber-sumber
berwujud yang dimiliki oleh para pelaku dalam struktur sosial tersebut diperkuat
dengan ketersediaannya bagi pelaku lain yang memerlukan.

2.4.4.2. Saluran Informasi

Sebuah bentuk modal sosial yang penting adalah potensi informasi yang melekat
pada relasi-relasi sosial. Informasi penting untuk mendasari tindakan. Informasi
sekurang-kurangnya memerlukan perhatian, yang selalu cepat diberikan. Alat yang
dapat digunakan untuk mendapatkan informasi adalah penggunaan relasi sosial.

Page 15 of 31
Relasi sosial dapat menghasilkan modal sosial untuk penyediaan informasi yang
memudahkan tindakan.

2.4.4.3. Norma dan Sanksi Efektif

Norma efektif merupakan bentuk modal sosial yang kuat. Norma-norma efektif
yang mencegah kejahatan di sebuah kota memungkinkan masyarakat senantiasa
merasa aman. Demikian pun, norma-norma dalam sebuah komunitas yang
mendukung dan memberikan penghargaan efektif untuk prestasi yang tinggi di
sekolah sangat memudahkan pelaksanaan tugas-tugas sekolah.
Sebuah norma yang menentukan dalam sebuah kolektivitas yang merupakan
bentuk penting modal sosial adalah norma yang membuat seseorang melepaskan
kepentingan diri sendiri untuk bertindak demi kepentingan kolektivitas. Norma
tersebut, yang diperkuat dengan dukungan sosial, status, kehormatan, dan
penghargaan lain, adalah modal sosial yang membentuk dan menguatkan keluarga
untuk mendorong anggota keluarga bertindak tanpa pamrih demi kepentingan
keluarga, memudahkan perkembangan gerakan sosial yang lahir dari sebuah
kelompok kecil orang-orang yang berdedikasi, dan menguntungkan semua pihak,
dan umumnya mendorong orang-orang untuk bekerja demi kebaikan publik. Norma
efektif dapat menghasilkan bentuk modal sosial yang kuat. Namun, modal sosial ini,
tidak hanya memudahkan beberapa tindakan tetapi juga membatasi tindakan lain.

2.4.5. Struktur Sosial Yang Memfasilitasi Modal Sosial

Semua relasi sosial dan struktur sosial memfasilitasi banyak bentuk modal sosial;
para aktor mengadakan relasi dengan maksud tertentu dan melanjutkannya bila hal
tersebut memberikan manfaat. Jenis-jenis tertentu dari struktur sosial sangat penting
dalam memudahkan beberapa bentuk modal sosial.

2.4.5.1. Penutupan Jaringan Sosial

Salah satu sifat/properti dari relasi-relasi sosial di mana norma-norma efektif


bergantung adalah yang disebut sebagai penutupan (closure). Norma-norma timbul
sebagai upaya untuk membatasi efek-efek eksternal yang negatif atau mendorong
tindakan positip sebuah organisasi. Tetapi, dalam banyak struktur sosial di mana

Page 16 of 31
kondisi ini ada, norma-norma justru tidak ada. Alasannya dapat digambarkan
sebagai kekurangan ketertutupan struktur sosial. Gambar 1 menunjukkan alasan
tersebut. Dalam sebuah struktur yang terbuka seperti yang ada dalam gambar 1a,
aktor A, yang mempunyai relasi dengan aktor B dan C, dapat melakukan tindakan
yang mengganggu B dan atau C. Bila mereka (B dan C) tidak mempunyai hubungan
satu sama lain, tetapi dengan yang lain, yakni dengan D dan E, maka B dan C tidak
dapat menyatukan kekuatan untuk memberi hukuman terhadap tindakan A. Dalam
sebuah struktur dengan ketertutupan, seperti yang ada pada gambar 1b, B dan C
dapat bersatu untuk bersama-sama menghukum A, atau mendukung salah satunya
untuk menghukum A.
Gambar 1:
Jaringan tanpa (a) dan dengan (b) penutupan

D E

B C B C

A A
(a) (b)

Gambar 2:
Jaringan yang melibatkan orang tua (A, D) dan anak-anak (B,C)
tanpa (a) dan dengan (b) penutupan antargenerasi

F A D E A D

B C B C

(a) (b)

Berkaitan dengan norma-norma yang ditentukan oleh orang tua untuk anak-
anaknya, ketertutupan struktur membutuhkan suatu struktur yang agak lebih
kompleks, yang dinamakan ketertutupan antargenerasi. Ketertutupan antargenerasi
dijelaskan dalam sebuah diagram sederhana yang mewakili hubungan-hubungan
antara orang tua dan anak dan hubungan-hubungan di luar keluarga. Hubungan

Page 17 of 31
seperti ini dapat terlihat dalam gambar 2. Garis vertikal menunjukkan hubungan-
hubungan lintas generasi, antara orang tua dan anak, sementara garis horisontal
mewakili hubungan-hubungan dalam satu generasi. Titik A baik dalam gambar 2a
maupun 2b mewakili orang tua anak B, dan titik D mewakili orang tua anak C. Garis
antara B dan C mewaikili hubungan-hubungan antara anak-anak yang ada dalam
beberapa sekolah. Meskipun relasi-relasi lain antara anak-anak dalam sekolah tidak
ditunjukkan di sini, ada sebuah tingkatan ketertutupan yang tinggi antara teman-
teman sebaya, yang mereka jumpai setiap hari, yang mempunyai harapan-harapan
yang tertuju pada satu sama lain, dan mengembangkan norma-norma tentang
tingkah laku satu sama lain
Dua komunitas yang ditunjukkan dalam gambar 2a dan 2b, dapat dikaitkan
dengan aspek pendidikan anak, khusunya ada-tidaknya hubungan antara orang tua
anak-anak di sekolah. Untuk sekolah yang ditunjukkan oleh gambar 2b, ada
penutupan antargenerasi (closure intergenerational), sedangkan gambar 2a
menunjukkan hal sebaliknya. Dalam komunitas yang lebih kecil yang ditunjukkan
oleh gambar 2b, teman-teman orang tua adalah orang tua teman-teman anak-anak
mereka. Dalam yang lain, mereka tidak demikian.
Akibat ketertutupan ini adalah, adanya seperangkat sanksi efektif yang dapat
memonitor dan membimbing perilaku setiap pribadi. Dalam komunitas seperti pada
gambar 2b, orang tua A dan D dapat membicarakan aktivitas anak-anak mereka dan
sampai pada konsensus tentang norma-norma dan sanksi. Orang tua A dikuatkan
oleh orang tua D dalam mendukung atau menghukum aksi-aksi anaknya. Melampaui
hal itu, orang tua D menjadi seorang yang memonitar tidak hanya untuk anak-
anaknya sendiri, C, tetapi juga bagi anak lain, B. Jadi, keberadaan penutupan
antargenerasi memungkinkan tersedianya modal sosial untuk setiap orang tua
dalam membesarkan anak-anaknya – tidak hanya dalam hal-hal yang bertalian
dengan sekolah, tetapi juga dalam hal-hal lain yang baik.
Penutupan struktur sosial penting tidak hanya untuk keberadaan norma-norma
yang efektif tetapi juga untuk bentuk-bentuk lain dari modal sosial yang dapat
dipercayai dari struktur sosial yang memungkinkan perkembangan kewajiban dan
ekspektasi. Peralihan dari sebuah kewajiban adalah sebuah bentuk yang
mengganggu eksternalitas (hal-hal eksternal) negatif pada yang lain. Sekalipun
begitu, dalam sebuah struktur tanpa ketertutupan, peralihan ini dapat diberi sanksi
efektif atau didukung secara efektif hanya oleh orang untuk siapa perjanjian
Page 18 of 31
diberikan. Reputasi tidak bisa timbul dalam sebuah struktur yang terbuka, dan sanksi
bersama yang menjamin hal kepercayaani tidak dapat diterapkan. Jadi, kita dapat
mengatakan bahwa ketertutupan menciptakan hal yang dapat dipercayai dalam
sebuah struktur sosial.

2.4.5.2. Organisasi Sosial Yang Dapat Disesuaikan

Untuk memahami pelbagai hal positip yang terkandung dalam organisasi sosial
yang dapat memfasilitasi modal sosial, berikut ini dipaparkan beberapa contoh:
Pertama, dalam proyek perumahan yang dibangun selama Perang Dunia II di
sebuah Kota di Timur AS, ada banyak persoalan fisik yang disebabkan oleh
konstruksi yang buruk, seperti: pemipaan air yang salah, trotoar yang rapuh, dan
kerusakan-kerusakan lain. Penduduk diorganisir untuk bertemu para pembangun
tersebut dan menyatakan persoalan-persoalan tersebut. Persoalan-persoalan
tersebut dapat diselesaikan, dan organisasi penduduk tersebut tetap aktif, dan
merupakan modal sosial yang memperbaiki kualitas kehidupan berkaitan dengan
proyek tersebut. Modal sosial tersebut ada dalam relasi antarpenduduk.
Kedua, para anggota New York Typographical Union yang menjadi operator
monotip membentuk kelompok sosial bernama Monotype Club (Lipset, Trow, dan
Coleman, 1956). Selanjutnya sebagai pegawai yang dicari operator monotipe dan
sebagai operator monotipe yang mencari pekerjaan, keduanya menemukan
organisasi ini sebagai jasa pekerjaan yang efektif dan menggunakannya untuk
tujuan ini. Dalam perkembangan selanjutnya, Klub Monotype menjadi sumber modal
sosial penting bagi Partai Independen, yang mempertahankan partai mereka
sebagai oposisi terorganisir selama mereka tidak berkuasa.
Ketiga, lingkaran-belajar para pelajar Korea Selatan yang radikal merupakan
kelompok mahasiswa yang berasal dari sekolah menengah, kota asal dan Gereja
yang sama. Organisasi ini didirikan untuk satu tujuan, tetapi dapat digunakan untuk
tujuan yang lain, yang menjadi modal sosial yang penting bagi setiap individu yang
telah menyediakan sumber organisasi yang penting bagi perlawanan yang efektif.
Contoh-contoh ini menggambarkan poin umum bahwa organisasi yang didirikan
untuk satu rangkaian tujuan juga dapat membantu tercapainya tujuan lainnya.
Organisasi sosial yang tertutup seperti ini dapat menjadi modal sosial yang tertutup
yang dapat digunakan untuk pelbagai tujuan. Orang-orang yang terlibat di dalamnya

Page 19 of 31
dapat saling berhubungan dalam lebih dari satu konteks (tetangga, rekan sekerja,
rekan orang tua, sesama pemeluk agama, dan lain-lain.),

2.4.6. Modal Sosial Dalam Penciptaan Modal Manusia

Ada satu efek modal sosial yang penting, yakni penciptaan modal manusia. Baik
modal sosial dalam keluarga maupun komunitas berperan dalam penciptaan modal
manusia dalam generasi yang sedang muncul.

2.4.6.1. Modal Sosial Dalam Keluarga

Biasanya, dalam meneliti pengaruh pelbagai faktor dalam prestasi di sekolah,


'latar belakang keluarga' dipertimbangankan sebagai suatu entitas tunggal, yang
dibedakan dari pendidikan yang diterima di sekolah. Latar belakang keluarga dapat
dipisahkan secara analitis ke dalam sekurang-kurangnya tiga komponen yang
berbeda: modal finansial, modal manusia, dan modal sosial. Modal finansial
berkaitan dengan kekayaan keluarga atau penghasilan. Modal ini memberikan
sumber-sumber fisik yang dapat membantu meningkatkan prestasi anak, seperti
ruang belajar yang kondusif, sarana yang membantu anak dalam belajar, sumber
finansial yang melancarkan kehidupan keluarga. Modal manusia diukur dalam
bentuk pendidikan orang tua dan ketersediaan potensi untuk lingkungan
pengetahuan/kognitif anak yang membantu kegiatan belajarnya.
Berikut ini diberikan dua contoh ketersediaan modal sosial dalam keluarga yang
mendukung pendidikan anak.
Pertama, James Mill mengajarkan bahasa Latin dan bahasa Yunani kepada
anaknya, John Stuart Mill, ketika anak itu belum mencapai usia sekolah. Kemudian
di masa kecilnya, John Stuart Mill bersama ayahnya dan Jeremy Bentham
mendiskusikan secara kritis naskah-naskah manuskrip sang ayah. Barangkali John
memang tidak memiliki anugerah genetik yang luar biasa; pengetahuan ayahnya
mungkin tak lebih luas daripada pengetahuan orang lain di masa itu. Perbedaan
kritisnya adalah waktu dan upaya yang dicurahkan ayah itu pada kegiatan-kegiatan
intelektual bersama anaknya.
Kedua, dalam sebuah sekolah umum tingkat kabupaten di AS, sejumlah keluarga
imigran Asia biasanya memiliki dua salinan teks setiap buku yang dibutuhkan oleh
anak. Anak mendapat salinan pertama, dan keluarga mendapat salinan kedua, yang

Page 20 of 31
digunakan oleh orang tua untuk belajar supaya membantu anaknya memahami
materi pelajaran di sekolah. Orang tua menyediakan dan memberikan modal
manusianya untuk membantu perkembangan pendidikan formal anak.
Kedua contoh ini menggambarkan pentingnya modal sosial dalam keluarga bagi
perkembangan intelektual anak. Tentu saja, benar bahwa anak-anak kuat sekali
dipengaruhi oleh orang tua mereka. Tetapi modal manusia ini mungkin tidak relevan
bagi anak-anak jika orang tua tidak menjadi bagian penting dari kehidupan anak-
anak mereka, ketika modal manusia mereka dipakai semata-mata di tempat kerja
atau di tempat lain di luar rumah. Modal sosial keluarga adalah hubungan antara
anak-anak dan orang tua. Jika modal manusia dimiliki oleh orang tua tetapi tidak
dilengkapi dengan modal sosial yang diwujudkan dalam relasi keluarga, ini tidak
relevan untuk pertumbuhan pendidikan anak.
Modal sosial dalam keluarga yang memberikan anak akses untuk modal manusia
orang dewasa bergantung baik pada kehadiran fisik orang dewasa dalam keluarga
maupun perhatian yang diberikan oleh orang dewasa kepada anak. Ketidakhadiran
fisik orang dewasa dipandang sebagai sebuah kekurangan struktural dalam modal
sosial keluarga. Elemen yang sangat menonjol dari kekurangan struktural dalam
keluarga-keluarga modern adalah keluarga dengan orang tua tunggal (single-
parent). Bagaimana pun, keluarga inti itu sendiri, di mana satu atau kedua orang tua
bekerja di luar rumah, dapat dilihat sebagai hal yang kurang baik secara struktural,
sebuah kekurangan modal sosial.
Sekalipun orang dewasa hadir secara jasmani, ada suatu kekurangan modal
sosial dalam keluarga jika tidak ada relasi yang kuat antara anak dan orang tua.
Kurang adanya relasi yang kuat dapat diakibatkan oleh keterikatan anak dalam
komunitas orang muda, oleh keterikatan orang tua dalam relasi dengan orang
dewasa lainnya yang tidak melintasi generasi. Ini berarti bahwa apapun modal
manusia yang ada dalam diri orang tua, anak tidak mendapat manfaat bila tidak
difasilitasi oleh modal sosial yang baik dan benar.
Kekurangan modal sosial dalam keluarga berdampak negatip pada hasil
pendidikan anak. Salah satu dampak yang penting adalah pelajar yang putus
sekolah (drop-out). Tabel 1 menunjukkan angka drop-out para pelajar Sekolah
Menengah kelas 10 dan 12 yang berasal dari keluarga-keluarga dengan pelbagai
tipe yang berbeda, dengan menggunakan bermacam ukuran modal sosial dan
modal manusia dalam keluarga yang dikontrol secara statistik.
Page 21 of 31
Tabel 1. angka drop-out antara Tahun Pelajaran Musim Semi dari Pelajar Tingkat 10 dan Tingkat 12,
yang berasal dari keluarga-keluarga dengan pelbagai tipe yang berbeda, dengan menggunakan
bermacam ukuran modal sosial dan modal manusia dalam keluarga yang dikontrol secara statistik.

No. Indikator Persentase Selisih


Drop Out Persentase
1. Kehadiran orang tua:
- Dua orang tua 13,1
6,0
- Satu orang tua 19,1

2. Anak tambahan dalam keluarga:


- Satu saudara kandung 10,8
6,4
- Empat saudara kandung 17,2

3. Rasio orang tua terhadap anak-anak:


- Dua orang tua, satu saudara kandung 10,1
12,5
- Satu orang tua, empat saudara kandung 22,6

4. Ekspektasi ibu terhadap pendidikan anak:


- Ekspektasi perguruan tinggi 11,6
8,6
- Tidak ada ekspektasi perguruan tinggi 20,2

5. Semua ukuran digabungkan:


- Dua orang tua, satu saudara kandung, ibu 8,1
mengharapkan perguruan tinggi 22,5
- Satu orang tua, empat saudara kandung, tidak ada 30,6
pengharapan tentang perguruan tinggi

Ada beberapa hal yang dapat dikemukakan berkaitan dengan hasil penelitian J.
Coleman yang terbaca dari tabel 1, yakni:
(1.) Persentase pelajar yang drop-out dari keluarga dengan dua orang tua (ayah
dan ibu) lebih rendah 6 poin persentase dibandingkan dengan anak-anak dari
keluarga single-parent.
(2.) Ada 6.4 poin persentase lebih tinggi para pelajar yang drop-out dari keluarga
dengan empat saudara kandung dibandingkan dengan keluarga yang anaknya
mempunyai satu saudara kandung. Rasio jumlah orang tua dan anak menjadi
ukuran modal sosial dalam keluarga yang berpengaruh pada pendidikan anak.
(3.) Keluarga yang memiliki seorang pelajar dengan empat saudara kandung dan
satu orang tua, angka drop-out-nya adalah 22.6%. Sedangkan keluarga yang
memiliki seorang pelajar dengan seorang saudara kandung dan dua orang tua,

Page 22 of 31
angka drop-out-nya adalah 10.1%. Itu berarti ada perbedaan 12.5 poin antara
keduanya.
(4.) Dalam hubungan dengan ekspetasi seorang ibu terhadap pendidikan anak,
untuk pelajar yang ibunya tidak mempunya harapan akan pendidikannya,
angka drop-out-nya adalah 8.6 poin persentase lebih tinggi daripada pelajar
yang ibunya memiliki harapan terhadap pendidikannya.
(5.) Bila semua ukuran diambil bersama, sama, pelajar dengan satu saudara
kandung, dua orang tua, dan adanya harapan ibu akan pendidikan anak,
angka drop-out-nya adalah 8.1%, sedangkan untuk pelajar dengan dengan
empat saudara kandung, satu orang tua, dan tidak adanya harapan ibu untuk
pendidikan anak, angka drop-out-nya adalah 30.6% . Perbedaan angkanya
adalah 22.5 poin

Dengan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa:


(1.) Kehadiran kedua orang tua dalam keluarga (no.1): Relasi orang tua dan anak
akan lebih kuat jika kedua orang tua sama-sama hadir diibandingkan kalau
hanya satu orang tua yang hadir.
(2.) Jumlah saudara kandung dan rasio orang tua terhadap anak (no. 2 dan 3):
Perhatian dan kepentingan orang tua pada masing-masing anak umumnya
berbanding terbalik dengan jumlah anak. Semakin banyak anak di dalam
keluarga, semakin berkurang modal sosial yang tersedia bagi setiap anak.
(3.) Harapan orangtua: Harapan positip bagi pendidikan anak biasanya berakibat
lanjut pada semakin besarnya perhatian dan semakin kuatnya relasi yang
terbangun antara orang tua dan anak. Harapan merupakan unsur penting yang
memfasilitasi penerapan modal manusia orang tua terhadap anak.

2.4.6.2. Modal Sosial Di Luar Keluarga

Modal sosial yang mempunyai nilai bagi perkembangan pribadi orang muda tidak
terletak semata-mata dalam keluarga. Hal ini dapat juga ditemukan di luar keluarga,
dalam komunitas yang terdiri atas hubungan-hubungan sosial yang ada di antara
orang tua dan anak-anak dari keluarga yang satu dengan orang tua dan anak-anak
dari keluarga yang lain, dan juga dalam relasi mereka dengan institusi sosial lainnya.
Pengaruh modal sosial di luar keluarga pada hasil pendididikan dapat dilihat
dengan menguji hasil pendidikan pada anak-anak yang orang tuanya berbeda dalam
Page 23 of 31
sumber modal sosial yang partikular. Salah satu hal penting dalam hal ini adalah
dengan meneliti sejauh mana orang tua yang sering berpindah-pindah tempat
tinggalnya berpengaruh pada prestasi belajar anak. Dalam beberapa penelitian yang
telah dibuat, tampak jelas bahwa untuk keluarga yang sering berpindah, relasi sosial
yang merupakan modal sosial terputus pada saat setiap kali berpindah.
Selain keseringan orang tua yang berpindah tempat domisili, ada hal-hal lain
yang dapat dijadikan sebagai indikator yang berpengaruh pada hasil pendidikan
anak. Penulis menggunakan seperangkat data dari hasil penelitian terhadap
beberapa sekolah menengah dan sesudahnya. Penulis hendak menunjukkan
tingkatan hasil pendidikan yang berbeda-beda untuk sekolah-sekolah menengah
negeri, sekolah-sekolah menengah swasta yang berlandaskan pada agama, dan
sekolah-sekolah menengah swasta yang tidak berlandaskan bukan pada agama.
Dalam sekolah-sekolah menengah swasta yang berlandaskan pada agama,
hubungan antar-keluarga didasarkan pada sebuah relasi yang multipleks (terdiri atas
banyak bagian). Maksudnya, dalam sekolah ini, relasi yang dibangun lebih
disebabkan oleh karena mereka adalah anggota perkumpulan religius yang sama
dan orang tua anak dalam sekolah yang sama. Sedangkan dalam sekolah-sekolah
swasta yang independen, yang tidak didasarkan pada agama, relasi antarkeluarga
kurang ditemukan. Meski demikian, kesamaan dari dua tipe sekolah swasta ini
adalah bahwa pilihan sekolah swasta bagi kebanyakan orang tua merupakan
sesuatu yang bersifat individual. Para orang tua menyokong anak-anak mereka
dengan modal manusia yang besar, yang tetap menuntut adanya modal sosial.
Untuk mendalami hal di atas, penulis menunjukkan hasil penelitian terhadap para
pelajar dari sekolah menengah, khususnya pada tingkat 10 dan 12. Tabel 2
menunjukkan hasil penelitian terhadap 893 sekolah negeri, 84 sekolah Katolik, dan
27 sekolah swasta lainnya.

Tabel 2: Angka Drop-out antara para pelajar tingkat 10 dan 12 dari sekolah-sekolah dengan
membedakan sejumlah modal sosial dalam komunitas yang mengelilinginya.

No. Indikator Sekolah Sekolah Sekolah-Sekolah

Page 24 of 31
Negeri Katolik Swasta Lain
1. Angka dropout 14.4 3.4 11.9
2. Angka dropout yang berpatokan 14.4 3.2 11.6
pada rata-rata mahasiswa
tahun kedua
Sekolah Bukan Independen
Katolik
3. Rata-rata dropout untuk pelajar 3.7 10.0
dari sekolah swasta independen
dan sekolah bukan Katolik

Pokok 1 tabel ini menunjukkan bahwa angka drop-out antara pelajar tahun kedua
dan pelajar senior adalah 14,4 persen dalam sekolah-sekolah negeri, 3.4 persen
dalam sekolah Katolik, dan 11.9 persen dalam sekolah-sekolah swasta lainnya.
Yang sangat mencolok adalah angka drop-out yang rendah dalam sekolah-sekolah
Katolik. Angkanya adalah hampir seperempat dari persentase drop-out pada sekolah
negeri dan sepertiga dari sekolah swasta lainnya. Perbedaan angka drop-out ini
dikaitan dengan perbedaan modal finansial perkumpulan pelajar, modal manusia
dan modal sosial antara tiga set sekolah.
Dalam penelitian lain yang dibuat Coleman bersama Hoffer, diperlihatkan bahwa
perbedaan angka dropout tidak berkaitan dengan agama pelajar atau tingkat
ketaatan pada agama. Para pelajar Katolik di sekolah umum mungkin hanya agak
kurang sedikit yang drop-out dibandingkan dengan yang non-Katolik. Frekwensi
kehadiran pada kegiatan-kegiatan agama, yang adalah sebuah ukuran modal sosial,
kuat sekali dikaitkan dengan angka drop-out, dengan 19,5 persen pelajar sekolah
umum yang jarang atau bahkan tidak pernah hadir yang drop-out dibandingkan
dengan 9,1 persen mereka yang sering hadir. Tetapi efek ini ada terlepas darie
pengaruh afiliasi aspek religious sebuah sekolah. Angka-angka yang dapat
dibandingkan untuk para pelajar sekolah Katolik secara berturut-turut adalah 5,9
persen dan 2,6 persen. (Coleman dan Hoffer 1987: 138).
Angka drop-out sekolah katolik yang rendah, kekurangan/ketiadaan angka drop-
out yang rendah dalam sekolah swasta yang lain, dan pengaruh independen
frekswensi kehadiran agama semuanya memberikan bukti penting modal sosial di
luar sekolah dalam komunitas orang dewasa yang mengelilinginya, untuk hasil
pendidikan ini.

Page 25 of 31
Percobaan yang lebih jauh adalah mungkin, karena ada 8 sekolah dalam contoh
sekolah swasta non-Katolik (‘swasta lain’ dalam analisis di atas) yang mempunyai
dasar religius dan lebih dari 50 persen perkumpulan pelajar dari agama itu. Tiganya
adalah sekolah-sekolah Baptis, dua sekolah Yahudi, dan 3 dari 3 sekolah agama
yang lain. Bila kesimpulannya benar tentang komunitas religius yang membuktikan
ketertutupan intergenerasi dan hingga/demikian modal sosial dan tentang
pentingnya modal sosial dalam menekan kesempatan drop-out sekolah menengah,
sekolah-sekolah ini juga harus menunjukkan suatu angka dropout yang lebih kecil
daripada sekolah-sekolah swasta independen. Pokok 3 Tabel 2 menunjukkan bahwa
angka dropout-nya leih kecil, 3.7 persen, yang pada dasarnya sama seperti yang di
sekolah-sekolah Katolik.
Data yang disajikan di atas mengindkasikan pentingnya modal sosial bagi
pendidikan kaum muda, atau sebagaimana hal itu diuraikan, pentingya modal sosial
dalam penciptaan modal manusia. Masih ada perbedaan mendasar antara modal
sosial dan hampir semua bentuk modal yang lain yang mempunyai implikasi yang
kuat bagi perkembangan kaum muda.

2.4.7. Aspek-Aspek Kebaikan Publik Modal Sosial

Biasanya orang yang menginvestasi modal fisik akan memperoleh keuntungan


dari hasil investasi tersebut. Demikian pun dengan modal manusia – sekurang-
kurangnya jenis modal manusia yang dihasilkan di sekolah – orang-orang yang
menginvestasikan waktu dan sumber untuk membangun modal ini mendapat
keuntungan yang diharapkan dari pendidikan di sekolah dalam bentuk, misalnya
pekerjaan dengan upah yang tinggi, status pekerjaan yang lebih terhormat, bahkan
kegembiraan karena luasnya horizon tentang dunia sekitar.
Tetapi kebanyakan bentuk modal sosial tidak seperti ini. Sebagai contoh, norma
dan sanksi sosial yang ada dalam sebuah struktur sosial sebenarnya tidak hanya
berguna bagi orang-orang yang menciptakan norma dan sanksi tersebut, tetapi juga
bagi semua orang yang menjadi bagian dari struktur tersebut. Misalnya, sebuah
asosiasi/perkumpulan orang tua anak-anak yang bersekolah di sekolah tertentu.
Asosiasi ini terdiri atas para ibu yang tidak memiliki pekerjaan purna-waktu di luar
rumah. Dari asosiasi ini, para ibu hanya memperoleh sub-bagian keuntungan dari
modal sosial yang dihasilkan untuk sekolah tersebut. Bila seorang ibu dari asosiasi

Page 26 of 31
tersebut memutuskan untuk meninggalkan aktivitas ini – misalnya, karena mendapat
pekerjaan purna-waktu – maka keputusan ini di satu sisi sepenuhnya masuk akal
dari sudut pandang pribadi, dan bahkan dari sudut pandang rumah tangga dan
anak-anaknya. Namun di lain sisi, pengunduran diri tersebut merupakan kerugian
bagi semua orang tua lainnya dalam asosiasi ini.
Sebagai contoh lain, perpindahan sebuah keluarga dari suatu komunitas
tersebab, misalnya karena mendapat kesempatan kerja di tempat lain, sepenuhnya
benar dari sudut pandang keluarga tersebut. Tetapi karena modal sosial terdiri atas
relasi di antara pribadi-pribadi, perpindahan tersebut merupakan kerugian bagi orang
lain, karena terputusnya relasi sosial yang telah dibangun. Kerugian semacam ini
melemahkan norma dan sanksi yang membantu pelaksanaan hukum dan
melemahkan norma yang membantu orang tua dan sekolah dalam mendidik anak-
anak. Kerugian dialami setiap keluarga sebagai konsekuensi dari keputusan
keluarga untuk berpindah.
Kekurangan investasi semacam ini juga dapat terjadi dalam bentuk modal sosial
lainnya. Modal sosial dicirikan oleh relasi antarpribadi. Relasi itu timbul didasari oleh
kesadaran bahwa pertumbuhan dan perkembangan setiap pribadi turut dipengaruhi
oleh pribadi yang lain. Dalam pernyataan ini tampak kenyataan bahwa setiap pribadi
saling membutuhkan pribadi yang lain. Berkaitan dengan modal sosial, kesadaran
saling membutuhkan ini senantiasa melahirkan dua hal mendasar, yakni kewajiban
dan ekspektasi, yang kedua-duanya berandil dalam membangun relasi sosial yang
kredibel. Karena itu, bila seorang individu meminta bantuan (dalam arti umum) dari
orang lain, di satu pihak bantuan itu mendatangkan keuntungan baginya, namun di
lain pihak menimbulkan kewajiban dalam dirinya dan ekspektasi dalam diri orang
yang memberikan bantuan. Modal sosial justru terjadi dalam dua kutub tersebut.
Berlainan dengan hal itu, misalnya, bila seorang individu memandang dan
merasakan bahwa segala kebutuhannya telah terpenuhi secara mandiri, tanpa
melibatkan pribadi lain, maka di satu sisi tampak bahwa orang tersebut tidak
memiliki kewajiban terhadap siapa pun, namun di lain sisi tidak dapat memperbesar
modal sosial yang terdapat dalam komunitas hidupnya.
Hal yang sama dapat terjadi pula dalam saluran-saluran informasi. Seorang
individu memerlukan pelbagai informasi yang digunakannya untuk memenuhi
pelbagai kebutuhannya. Individu tersebut dapat menjadi sumber informasi bagi
orang lain, meskipun maksud utama dari upayanya mendapatkan informasi semata-
Page 27 of 31
mata untuk digunakan sendiri. Aspek-aspek kebaikan public tersalurkan melalui
modal sosial ketika sumber-sumber modal sosial tersebut digunakan tidak hanya
untuk diri sendiri, tetapi juga terlebih untuk pribadi-pribadi yang ada dalam sebuah
struktur sosial.
Beberapa bentuk modal sosial memberikan keuntungan bagi orang-orang yang
menginvestasikan modal sosial tersebut. Aspek kebaikan publik kebanyakan modal
sosial menunjukkan bahwa pada dasarnya modal sosial merupakan sumber penting
bagi individu dan mempengaruhi baik kemampuan individu untuk bertindak maupun
kualitas kehidupan yang mereka rasakan. Mereka memiliki kemampuan untuk
menghasilkan modal semacam itu. Di dalamnya, keuntungan tindakan yang
menghasilkan modal sosial tidak hanya diperoleh orang-orang yang memiliki
tindakan tersebut, tetapi juga untuk orang lain.
Lantas, apa peran aspek kebaikan publik dari modal sosial bagi perkembangan
anak-anak dan kaum muda? Ada implikasi-implikasi penting dari aspek-aspek
kebaikan public dari modal sosial yang berperan dalam perkembangan anak-anak
dan kaum muda. Karena kondisi struktur sosial yang mengatasi masalah-masalah
menyediakan kebaikan publik ini – yang adalah, keluarga-keluarga dan komunitas-
komunitas yang kuat – sangat sedikit sering disajikan untuk masa sekarang bila
dibandingkan dengan masa lalu, dan ada kemungkinan tidak muncul di masa depan,
kita dapat mengharapkan bahwa kita mempertemukan kuantitas modal manusia
yang merosot yang diwujudkan dalam setiap generasi berturut-turut. Solusi yang
tepat tampak sebagai usaha untuk menemukan jalan menanggulangi permasalahan
dalam menyediakan kebaikan publik ini, yang adalah modal sosial yang dapat
digunakan bagi anak-anak dan orang muda.

BAB III
KESIMPULAN

Page 28 of 31
3.1. Kesimpulan

Ada beberapa kesimpulan yang dapat dikemukakan bertolak dari pembahasan


di atas, yakni:
a. Modal sosial merupakan varian entitas, yang terdiri dari beberapa struktur
social yang memfasilitasi tindakan para pelakunya, entah dalam bentuk
personal maupun korporasi dalam suatu struktur sosial.
b. Modal sosial inheren dalam struktur relasi antarindividu. Struktur relasi dan
jaringan inilah yang menciptakan pelbagai ragam kewajiban sosial,
menciptakan iklim saling percaya, membawa saluran informasi, dan
menetapkan norma-norma dan sanksi sosial bagi para anggotanya.
c. Modal sosial berkaitan erat dengan modal manusia. Modal manusia
merupakan investasi individu dalam hal pengetahuan dan keterampilan.
Modal sosial memungkinkan peningkatan dan pengembangan modal
manusia.
d. Berkaitan dengan pendidikan, modal sosial memberikan ruang positip bagi
perkembangan modal manusia, yaitu pribadi para peserta didik. Dalam hal
ini, keluarga dan organisasi-organisasi di luar keluarga merupakan struktur
sosial yang memungkinkan pemberdayaan modal manusia para peserta
didik.

3.2. Implikasi
Implikasi konkret penggunaan modal sosial secara efektif dalam pendidikan
adalah terciptanya para pelajar yang berkualitas, sebagai salah satu bentuk
penciptaan modal manusia.

3.3. Saran
Kami memandang perlu untuk memberikan beberapa saran terkait dengan
pembahasan makalah ini, yakni:
a. Keluarga-keluarga perlu mendukung pencapaian prestasi pendidikan anak-
anaknya (pelajar) dengan memberdayakan secara efektif modal sosial dan
modal manusia yang dimiliki keluarga. Kehadiran dan perhatian orangtua
serta relasi yang intens dengan anak-anak harus dibuat seoptimal mungkin.

Page 29 of 31
b. Organisasi-organisasi di luar keluarga pun perlu memperkuat jaringan relasi
antaranggotanya, yang mendukung pendidikan para pelajar. Dalam hal ini,
orang tua perlu terbuka untuk menjadi anggota organisasi-organisasi sosial
yang menjadi peluang berharga untuk membantu perkembangan
pendidikan anak.
c. Sekolah perlu mengupayakan terbangunnya hubungan yang harmonis, baik
dengan para pelajar maupun dengan para orang tua siswa dan masyarakat
luas, yang mendukung pengelolaan pendidikan ke arah peningkatan mutu
pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA

Page 30 of 31
Sumber Utama:

Coleman, James S, “Sosial Capital In The Creation of Human Capital”, dalam A.H.
Hasley, Haugh Lauder, Phillip Brown, Amy Stuart Wells (ed.). Education Culture,
Economy, and Society. New York: Oxford University Press, 2003

Sumber Pendukung:

Hasbullah, Jousairi. Social Capital – Menuju Keunggulan Budaya Manusia


Indonesia. Jakarta: MR-United Press Jakarta, 2006

Page 31 of 31

You might also like