Professional Documents
Culture Documents
DASAR TEORI
Table 3.1
Koefisien Traksi
3.1.6 Operator
Operator adalah manusia yang menjalankan alat dimana sulit ditentukan
effisiensinya karena perubahan dari hari kehari dan tergantung oleh kondisi operator
itu sendiri, cuaca, alat, suasana kerja.
Effisiensi pada operator alat mekanis dipengaruhi beberapa hal, seperti kemalasan
dan tingkat kesadaran. Secara umum effisiensi dipengaruhi oleh faktor hambatan yang
tidak bisa dihindari dan hambatan yang bisa dihindari.
Hambatan yang tidak bisa dihindari operator, seperti melumasi kendaraan,
mengganti bagian yang aus, ketidaksinkronan alat angkut dengan alat muat, dan
menunggu peledakan disuatu daerah yang akan dilakukan.
Sedangkan hambatan yang sering terjadi pada operator dan dapat dihindari:
Awal gilir adalah jam mulai kerja lebih lama dari
jadwal yang ditentukan.
Waktu istirahat adalah berhenti bekerja yang lebih lama dari waktu
yang ditentukan.
Akhir gilir adalah waktu mulai berhenti kerja yang lebih cepat dari
jadwal yang telah ditentukan.
Berhenti bekerja adalah waktu berhenti bekerja untuk sementara.
Waktu karena kerusakan mesin dari alat – alat mekanis.
b. Dump Truck
Bila alat muat yang dipakai berupa Dozershovel maka sangat perlu untuk memilih
alat angkut dengan kapasitas yang seimbang dengan out put dari Dozershovel itu.
Apabila penyesuaian pemilihan kapasitas alat angkut dengan out put Dozershovel
tidak seimbang maka tidak akan mencapai kondisi keserasian alat berat yang dipakai,
ini akan mempengaruihi dalam penanganan material dari pengupasan lapisan tanah
penutup itu. Adapun fungsi utama dari Dump Truck pada kegiatan pengupasan lapisan
tanah penutup yaitu sebagai pengangkut material yang telah digali dan dimuat oleh
Dozershovel tadi ke tempat penimbunan material yang telah direncanakan
sebelumnya.
Ada tiga macam cara Dump Truck mengosongkan muatannya, yaitu :
- End dump or rear dump, mengosongkan muatan ke belakang
- Side dump, mengosongkan muatan ke samping
- Bottom dump, mengosongkan muatan ke arah bawah.
3.2 Pola Pengupasan
Adapun pola pengupasan lapisan tanah penutup yaitu:
a. Back filling digging method
Pada cara ini tanah penutup di buang ke tempat yang bahan galiannya sudah
digali. Peralatan yang banyak digunakan adalah Power Shovel. Bila yang digunakan
hanya satu buah peralatan mekanis, Power Shovel disebut Single Stripping Shovel dan
bila menggunakan lebih dari satu buah Power Shovel disebut Tandem Stripping
Shovel. Cara Back Filling Digging Method cocok untuk tanah penutup yang bersifat :
- tidak diselangi oleh berlapis-lapis endapan bijih ( hanya ada satu lapis).
- material atau batuannya lunak.
- letaknya mendatar ( horizontal ).
b. Benching system
Cara pengupasan lapisan tanah penutup dengan sistem jenjang (Benching) ini
yaitu pada waktu pengupasan lapisan tanah penutup juga sekaligus membuat jenjang.
Sistem ini cocok untuk :
- tanah penutup yang tebal.
- bahan galian andesit yang juga tebal.
c. Cara Konvensional
Cara ini menggunakan kombinasi alat-alat pemindahan tanah mekanis (alat gali,
alat muat, dan alat angkut), seperti kombinasi antara Back Hoe dan Dump Truck.
Bila material tanah penutup lunak bisa langsung dengan menggunakan alat gali
muat, sedangkan bila materialnya keras mungkin menggunakan Ripper atau pemboran
dan peledakan untuk pembongkaran tanah penutup, dan kemudian dimuat dengan alat
muat ke alat angkut, dan selanjutnya diangkut ke tempat pembuangan dengan alat
angkut.
b. Metode bertahap
Keuntungan:- dapat segera berproduksi sehingga biaya pengupsan tanah penutup
dapat ditutupi oleh hasil penjualan bahan galian yang telah diproduksi
sehinga tidak memerlukan investasi yang besar.
Kerugian: - pengontrolan terhadap operasi penambangan menjadi sulit.
Untuk mempermudah proses pengupasan lapisan tanah penutup, maka area atau
lahan yang akan dikupas terlebih dahulu dilakukan pembuatan blok-blok pengupasan.
Blok pengupasan ini akan mempermudah pengontrolon terhadap kinerja alat mekanis
yang digunakan. Blok pengupasan ini juga akan menentukan urutan atau tahapan
daerah yang akan dikerjakan terlebih dahulu. Mengingat daerah yang akan dilakukan
pengupasan adalah dengan tofografi yang bergelombang maka alat akan mulai bekerja
dari daerah yang berkontur tinggi menuju daerah yang lebih rendah.
(3.7)
- Produksi secara teoritis (PT) = kapasitas bucket x jumlah trip per jam……(3.8)
- Faktor koreksi (FK) :
Faktor pengisian bucket
Effesiensi kerja
Operator
- Produksi nyata (PN) = PT x FK ……….…………………………....(3.9)
= ….. BCM / jam
(3.10)
- Produksi secara teoritis (PT) = kapasitas bak x jumlah trip per jam…..….(3.11)
- Faktor koreksi (FK) :
Operator
Effesiensi kerja
Tatalaksana dan kondisi pekerjaan
- Produksi nyata (PN) = PT x FK ………………………...…………….(3.12)
= ….. BCM / jam
b. Penampang vertikal
(i) buat beberapa penampang melintang dengan jarak yang sama melalui
timbunan.
(ii) ukur luas tiap penampang.
(iii) luas ini dianggap sama hingga separuh jalan ke penampang berikutnya pada
kedua sisi untuk memperoleh dimensi ke-tiga dan volume untuk setiap
penampang.
(iv) jumlahkan volume tiap–tiap penampang untuk memperoleh volume
total timbunan.
c. Rancangan timbunan adalah dengan cara coba-coba (trial and error).
(i) gambar rancangan timbunan secara coba-coba dan hitung volumenya. Bandingkan
dengan volume timbunan yang diperlukan.
(ii) sesuaikan rancangan dan ukur kembali sampai volume yang diinginkan
dicapai, umumnya 2–3 kali dicoba sudah cukup.
3.5.6 Cara Penimbunan
Timbunan akan dibawa ke lokasi penimbunan yang sudah ditentukan dan akan
ditangani oleh alat bantu untuk pemadatan dan penempatannya. Pada kegiatan ini
memanfaatkan bulldozer sebagai alat bantu. Bulldozer akan menggusur dan
menimbun waste dan material stockpile yang telah dibuang oleh alat angkut. Untuk
pelaksanaannya alat ini bekerja dengan beberapa cara sesuai kondisi yang ada, yaitu :
a. Down hill dozing
Dalam metode ini bulldozer selalu mendorong ke bawah, jadi mengambil
keuntungan dari bantuan gravitasi untuk menambah tenaga dan kecepatan.
Gambar 3.1
Down Hill Dozing
b. High wall or float dozing
Bulldozer menggali beberapa kali kemudian mengumpulkan galian menjadi satu
dan mendorong dengan hati-hati pada lereng yang curam. Sebelum seluruh tanah
habis meluncur ke lereng, bulldozer harus direm, agar tidak terjungkir.
Gambar 3.2
Float Dozing
c. Trench or sloat dozing
Bulldozer yang menggusur melalui satu jalan yang sama akan menyebabkan
terbentuk semacam dinding pada kiri kanan bilah yang disebut spillages, sehingga
pada pendorongan tanah berikutnya tidak ada tanah yang keluar dari samping
bilah.
Gambar 3.3
Trench Dozing