You are on page 1of 9

I.

PENDAHULUAN

1.Latar Belakang

Kata Higiene berasal dari Bahasa Yunani yaitu hygieine yang artinya
healthfull/sehat).Pengertian higiene menurut Depkes adalah upaya kesehatan
dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan individu subyeknya.
Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring
untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak
untuk melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.
Lingkungan produk pangan pada dasarnya rentan terhadap kemungkinan
terjadinya pencemaran baik pencemaran fisik, kimia, mikrobiologis dan biologi.
Kasus-kasus keracunan pangan pada umumnya akibat pencemaran pangan oleh
mikroba pathogen atau pembentuk racun.  Terjadinya kasus-kasus keracunan
sebagaian besar diakibatkan oleh kondisi sanitasi yang tidak memadai. Salah satu
cara untuk mencegah pencemaran pangan adalah dengan cara sanitasi. Menurut
Undang-Undang RI No.7 tahun 1996 tentang Pangan, sanitasi pengan didefinisikan
sebagai upaya pencegahan terhadap kemungkinan bertumbuh dan berkembang
biaknya jasad renik pembusuk dan pathogen dalam makanan, minuman, peralatan
dan bangunan yang dapat merusak pangan dan membahayakan manusia. Para pekerja
yang menangani makanan juga sering menyebabkan konyaminasi mikrobiologis
pada bahan pangan.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik
beratkan kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dan
minuman dari segala bahaya yang dapat menganggu atau memasak kesehatan, mulai dari
sebelum makanan diproduksi, selama dalam proses pengolahan,
penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat dimana makanan dan minuman
tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau konsumen. Sanitasi
makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan kemurnian makanan,
mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan makanan yang akan
merugikan pembeli. mengurangi kerusakan / pemborosan makanan.
Sanitasi pangan didefinisikan sebagai suatu kondisi yang bebas dari zat-zat
yang menjadi penyebab penyakit dan juga bebas dari benda asing yang tidak bisa
diterima. Kondisi tersebut meliputi kegiatan-kegiatan secara aseptik dalam
penyimpanan, pengolahan dan pengemasan produk makanan, pembersih dan sanitasi
pabrik serta lingkungan pabrik dan kesehatan pekerja. Sanitasi yang baik dalam
industri bukan hanya terletak pada kebersihan bahan baku, peralatan, ruangan dan
pekerja, tetapi juga dalam penanganan dan pembuangan limbah.
Higiene dan sanitasi pada dasarnya adalah menjaga kebersihan dan
melakukan upaya-upaya untuk menghindarkan pangan dari bahaya (fisik, kimia,
biologis) yang dapat menganggu kesehatan. Mengabaikan penerapan higiene dan
sanitasi menyebabkan makanan beresiko menjadi tidak aman dikonsumsi.
Sumber kontaminasi produk yang paling utama berasal dari peralatan,
pekerja, sampah, serangga, tikus, dan factor lingkungan seperti udara dan air. Dari
seluruh sumber kontaminasi tersebut, pekerja adalah paling besar pengaruh
kontaminasinya. Kesehatan dan kebersihan pekerja mempunyai pengaruh besar pada
mutu produk yang dihasilkannya, sehingga perlu mendapatkan perhatian yang
sungguh-sungguh.  Sebanyak 2,5 % penyebaran penyakit melalui makanan
diakibatkan oleh pekerja yang menderita infeksi dan hygiene perorangan yang buruk.
Beberapa mikroba berbahaya seperti Stapylococcus aureus, Salmonella, Clostridium
perfringens, dan Streptococcus dapat ditularkan melalui kulit, hidung, mulut, dan
tenggorokan seta dapat dengan mudah dipindahkan ke makanan.

b.Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Mengetahui jumlah populasi mikrobia yang terkandung pada tangan (tangan kiri
dan tangan kanan) sebagai bagian dari tubuh manusia yang umumnya berhubungan
langsung dengan proses pengolahan industri pangan.
2. Mengetahui bahan pencuci tangan yang efektif yang dapat mengurangi kandungan
mikrobia pada tangan.
II.TINJAUAN PUSTAKA

Mencuci tangan adalah salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan


tangan dan jari jemari dengan menggunakan air ataupun cairan lainnya oleh manusia
dengan tujuan untuk menjadi bersih, sebagai bagian dari ritual keagamaan, ataupun
tujuan-tujuan lainnya(Misnani, 2010)
Tangan yang bersih sangat penting untuk menjamin keamanan pangan.
Karena tangan yang terlihat bersih tidak selalu berarti bebas dari mikroba, maka
pekerja harus mencuci tangan. Cuci tangan harus dilakukan secara benar dengan
menggunakan sabun dan air mengalir. Akan lebih baik jika menggunakan air hangat.
Harus diingat bahwa sarung tangan bukan pengganti cuci tangan. Sehingga, aturan
mencuci tangan ini juga harus dipatuhi oleh pekerja yang menggunakan sarung
tangan (Syamsir, 2010)
Pada akhir tahun 1990an dan awal abad ke 21, diperkenalkan cairan alkohol
untuk mencuci tangan (juga dikenal sebagai cairan pencuci tangan, antiseptik, atau
sanitasi tangan) dan menjadi populer. Banyak dari cairan ini berasal dari kandungan
alkohol atau etanol yang dicampurkan bersama dengan kandungan pengental seperti
karbomer, gliserin, dan menjadikannya serupa jelly, cairan, atau busa untuk
memudahkan penggunaan dan menghindari perasaan kering karena penggunaan
alkohol. Cairan ini mulai populer digunakan karena penggunaannya yang mudah,
praktis karena tidak membutuhkan air dan sabun serta bisa membersihkan tangan
dari kuman hanya dalam 20 detik (Anonim,2010)
Sesuai perkembangan zaman, dikembangkan juga cairan pembersih tangan
non alkohol. Namun apabila tangan benar-benar dalam keadaan kotor, baik oleh
tanah, darah, ataupun lainnya, maka penggunaan air dan sabun untuk mencuci tangan
lebih disarankan karena cairan pencuci tangan baik yang berbahan dasar alkohol
maupun non alkohol walaupun efektif membunuh kuman cairan ini tidak
membersihkan tangan, ataupun membersihkan material organik lainnya.
Oleh organisasi kesehatan dunia WHO, antiseptik dijadikan standar di rumah
sakit dan pusat-pusat layanan kesehatan. Cairan ini mudah ditemukan di samping bed
pasien dan dinding-dinding ruang perawatan, bahkan bisa dikantongi oleh dokter
atau perawat.Kombinasi antara sabun dengan antiseptik akan lebih efektif
mengangkat kotoran dan kuman-kuman yang berada di permukaan kulit (transient
microorganism). Caranya, bersihkan dulu tangan pakai sabun selama 40-60 detik lalu
bilas dengan antiseptik selama 20 detik.
Untuk membersihkan kuman-kuman yang bersembunyi di lapisan kulit yang
lebih dalam (resident microorganism), butuh teknik tambahan selain
mengkombinasikan sabun dan antiseptik. Tekniknya adalah menggosok kulit saat
mencucinya pakai sabun dan antiseptik, dengan waktu yang lebih lama yakni 120
detik.
Mencuci tangan dengan sabun adalah praktek mencuci tangan yang paling
umum dilakukan setelah mencuci tangan dengan air saja. Cuci tangan pakai sabun
butuh waktu lebih lama yakni 40-60 detik. Perilaku mencuci tangan dengan sabun
diperkenalkan pada abad 19 dengan tujuan untuk memutus mata rantai kuman
(Paramita, 2010).
Mencuci tangan saja adalah salah satu tindakan pencegahan yang menjadi
perilaku sehat dan baru dikenal pada akhir abad ke 19. Perilaku sehat dan pelayanan
jasa sanitasi menjadi penyebab penurunan tajam angka kematian dari penyakit
menular yang terdapat pada negara-negara maju pada akhir abad 19 ini. Hal ini
dilakukan bersamaan dengan isolasi dan pemberlakuan teknik membuang kotoran
yang aman dan penyediaan air bersih dalam jumlah yang mencukupi.
Mencuci tangan dengan air saja lebih umum dilakukan, namun hal ini
terbukti tidak efektif dalam menjaga kesehatan dibandingkan dengan mencuci tangan
dengan sabun. Menggunakan sabun dalam mencuci tangan sebenarnya menyebabkan
orang harus mengalokasikan waktunya lebih banyak saat mencuci tangan, namun
penggunaan sabun menjadi efektif karena lemak dan kotoran yang menempel akan
terlepas saat tangan digosok dan bergesek dalam upaya melepasnya. Didalam lemak
dan kotoran yang menempel inilah kuman penyakit hidup. Efek lainnya adalah,
tangan menjadi harum setelah dicuci dengan menggunakan sabun dan dalam
beberapa kasus, tangan yang menjadi wangilah yang membuat mencuci tangan
dengan sabun menjadi menarik untuk dilakukan (Anonim, 2010).
b.Pembahasan

Praktikum Higiene,Sanitasi, dan Keamanan Pangan untuk yang pertama ini


adalah membahas tentang higiene pekerja. Pekerja pada suatu perusahaan maupun
pabrik yang yang berhubungan dengan makanan,maka pekerja-pekerja harus selalu
memperhatikan kebersihan. Manusia adalah sumber utama kontaminasi.Bagian-
bagian pada manusia sangat rentan terjadi kontaminasi seperti jari,kuku,mulut,leher,
hidung, rambut, dan keringat.
Berdasarkan hasil percobaan praktikum yang telah dilakukan, mikrobia yang
terdapat pada tangan yang dicuci menggunakan air sirih, air biasa,air hangat,sabun
biasa,sabun cair, ,antiseptik, dan alkohol 70 %. Mikrobia yang terdapat pada tangan
kiri yang diberi dengan sabun biasa menunjukkan angka yang paling sedikit
dibandingkan dengan tangan kanan yang diberi dengan antiseptik.Sedangkan
mikrobia yang terdapat pada tangan kanan jumlah mikrobia yang paling sedikit
terdapat pada tangan kanan yang diberi dengan alkohol 70 %. Dalam teori bahwa
pembersih alkohol lebih efektif dibandingkan sabun dan air dalam membunuh
bakteri dan virus penyebab penyakit.
Warna koloni dari setiap mikrobia yang terdapat pada tangan kanan maupun
tangan kiri yang diberikan dengan jenis setiap pencuci tangan memiliki warna yang
berbeda-beda yaitu putih transparan,putih kekuning-kuningan, putih susu.Sedangkan
bentuk-bentuk koloni dari mikrobia adalah bentuk bulat. Sabun paling ampuh untuk
menghilangkan minyak, lumpur dan pengotor organik yang menempel pada kulit
tangan.
Sebagian besar mikroba juga bisa dibasuh dengan sabun, namun tidak
sebanyak antiseptik. Sabun dan air mengalir paling bagus untuk cuci tangan, namun
butuh fasilitas khusus seperti wastafel dan sebagainya, Selain butuh fasilitas khusus
yang tentu harganya tidak murah, cuci tangan pakai sabun juga butuh waktu lebih
lama yakni 40-60 detik.
V.KESIMPULAN DAN SARAN

a.Kesimpulan
Berdasarkan dari praktikum yang telah dilakukan maka didapatkan
kesimpulan sebagai berikut:
1.Higiene pekerja sangat diperlukan,karena manusia merupakan sumber kontaminan.
2.Jumlah mikrobia pada tangan kangan lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah
mikrobia yang terdapat pada tangan kiri.
3.Warna koloni mikrobia yang terbentuk yaitu : putih transparan,putih kekuning-
kuningan, dan putih susu.
4.Bahan pencuci yang paling sedikit meninggalkan mikrobia pada tangan kanan
adalah alkohol 70 %.
5.Bentuk koloni mikrobia yang terdapat pada tangan yaitu bulat.

b.Saran
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan
yaitu :
1.Hendaklah selalu menjaga kebersihan tangan dengan mencucinya dengan cairan
pencuci atau antiseptik lainnya,karena tangan merupakan bagian yang kontaminan.
2.Perhitungan jumlah mikrobia yang terdapat pada cawan petri harus dilakukan
dengan teliti agar tidak menghasilkan data yang salah.
DAFTAR PUSTAKA

Masnani, 2010, LAPORAN FIELTRIP


HIGIENE DAN SANITASI SERTA KEAMANAN INDUSTRI PANGAN.
http://laporan-fieltrip-higiene-dan-sanitasi.html

Paramita Listya, 2010, Mencuci Tangan, Perlindungan terhadap Infeksi.


http://manossa.com/blog/?m=201012

Syamsir Elvira, 2010, Higiene dan Sanitasi di Industri Jasa Boga.


http://ilmupangan.blogspot.com/2010/08/higiene-dan-sanitasi-di-industri-jasa.html

Wikipedia, 2010, Mencuci Tangan dengan Sabun,


http://id.wikipedia.org/wiki/Mencuci_tangan_dengan_sabun

Wikipedia, 2010, Mencuci Tangan, http://id.wikipedia.org/wiki/Mencuci_tangan_


LAPORAN SEMENTARA

PRAKTIKUM HIGIENE & SANITASI INDUSTRI


Nama : Eva Anggraini Tgl : 17 Maret 2011

NIM : 05091003022 Asst : 1. Fitriani

Judul Prak : Higiene Alat (05071007006)

2. Trubus Airlangga

(05081007010)

Paraf :

A. Tujuan

1. Mengetahui jumlah populasi mikrobia yang terkandung pada tangan (tangan


kanan dan tangan kiri) sebagai bagian dari tubuh manusia yang umumnya
berhubungan langsung dengan proses pengolahan di industri pangan.
2. Mengetahui bahan pencuci tangan yang efektif yang dapat mengurangi
kandungan mikrobia pada tangan.

B. Hasil

You might also like