You are on page 1of 16

c  

  adalah bagian hukum yang mengatur aktivitas entitas berskala internasional. Pada awalnya,
Hukum Internasional hanya diartikan sebagai perilaku dan hubungan antarnegara namun dalam perkembangan pola
hubungan internasional yang semakin kompleks pengertian ini kemudian meluas sehingga hukum internasional
juga mengurusi struktur dan perilaku organisasi internasional dan pada batas tertentu, perusahaan multinasional
dan individu.

Hukum internasional adalah hukum bangsa-bangsa, hukum antarbangsa atau hukum antarnegara. Hukum bangsa-
bangsa dipergunakan untuk menunjukkan pada kebiasaan dan aturan hukum yang berlaku dalam hubungan antara
raja-raja zaman dahulu. Hukum antarbangsa atau hukum antarnegara menunjukkan pada kompleks kaedah dan asas
yang mengatur hubungan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa atau negara.

Hukum Internasional merupakan keseluruhan kaedah dan asas yang mengatur hubungan atau persoalan yang
melintasi batas negara antara:

(i) negara dengan negara


(ii) negara dengan subyek hukum lain bukan negara atau subyek hukum bukan negara satu sama lain.

   


 
Hukum Internasional publik berbeda dengan Hukum Perdata Internasional. Hukum Perdata Internasional ialah
keseluruhan kaedah dan asas hukum yang mengatur hubungan perdata yang melintasi batas negara atau hukum
yang mengatur hubungan hukum perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum
perdata (nasional) yang berlainan. Sedangkan Hukum Internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum
yang mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat
perdata.

Persamaannya adalah bahwa keduanya mengatur hubungan atau persoalan yang melintasi batas
negara(internasional). Perbedaannya adalah sifat hukum atau persoalan yang diaturnya (obyeknya).

 c  


  
Hukum Internasional terdapat beberapa bentuk perwujudan atau pola perkembangan yang khusus berlaku di suatu
bagian dunia (region) tertentu :

Hukum Internasional Regional


Hukum Internasional yang berlaku/terbatas daerah lingkungan berlakunya, seperti Hukum Internasional
Amerika / Amerika Latin, seperti konsep landasan kontinen (Continental Shelf) dan konsep perlindungan
kekayaan hayati laut (conservation of the living resources of the sea) yang mula-mula tumbuh di Benua
Amerika sehingga menjadi hukum Internasional Umum.
Hukum Internasional Khusus
Hukum Internasional dalam bentuk kaedah yang khusus berlaku bagi negara-negara tertentu seperti
Konvensi Eropa mengenai HAM sebagai cerminan keadaan, kebutuhan, taraf perkembangan dan tingkat
integritas yang berbeda-beda dari bagian masyarakat yang berlainan. Berbeda dengan regional yang tumbuh
melalui proses hukum kebiasaan.

c  
   c    
Hukum Internasional didasarkan atas pikiran adanya masyarakat internasional yang terdiri atas sejumlah negara
yang berdaulat dan merdeka dalam arti masing-masing berdiri sendiri yang satu tidak dibawah kekuasaan lain
sehingga merupakan suatu tertib hukum koordinasi antara anggota masyarakat internasional yang sederajat.

Hukum Dunia berpangkal pada dasar pikiran lain. Dipengaruhi analogi dengan Hukum Tata Negara (constitusional
law), hukum dunia merupakan semacam negara (federasi) dunia yang meliputi semua negara di dunia ini. Negara
dunia secara hirarki berdiri di atas negara-negara nasional. Tertib hukum dunia menurut konsep ini merupakan
suatu tertib hukum subordinasi.


    c  
  
u Adanya masyarakat-masyarakat Internasional sebagai landasan sosiologis hukum internasional.
Œ. Adanya suatu masyarakat Internasional. Adanya masyarakat internasional ditunjukkan adanya hubungan
yang terdapat antara anggota masyarakat internasional, karena adanya kebutuhan yang disebabkan antara
lain oleh pembagian kekayaan dan perkembangan industri yang tidak merata di dunia seperti adanya
perniagaan atau pula hubungan di lapangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, keagamaan, sosial dan olah
raga mengakibatkan timbulnya kepentingan untuk memelihara dan mengatur hubungan bersama merupakan
suatu kepentingan bersama. Untuk menertibkan, mengatur dan memelihara hubungan Internasional inilah
dibutuhkan hukum dunia menjamin unsur kepastian yang diperlukan dalam setiap hubungan yang teratur.
Masyarakat Internasional pada hakekatnya adalah hubungan kehidupan antar manusia dan merupakan suatu
kompleks kehidupan bersama yang terdiri dari aneka ragam masyarakat yang menjalin dengan erat.
2. Asas hukum yang bersamaan sebagai unsur masyarakat hukum internasional. Suatu kumpulan bangsa untuk
dapat benar-benar dikatakan suatu masyarakat Hukum Internasional harus ada unsur pengikat yaitu adanya
asas kesamaan hukum antara bangsa-bangsa di dunia ini. Betapapun berlainan wujudnya hukum positif
yang berlaku di tiap-tiap negara tanpa adanya suatu masyarakat hukum bangsa-bangsa merupakan hukum
alam (naturerech) yang mengharuskan bangsa-bangsa di dunia hidup berdampingan secara damai dapat
dikembalikan pada akal manusia (ratio) dan naluri untuk mempertahankan jenisnya.

u Kedaulatan Negara : Hakekat dan Fungsinya Dalam Masyarakat Internasional.

Negara dikatakan berdaulat (sovereian) karena kedaulatan merupakan suatu sifat atau ciri hakiki negara. Negara
berdaulat berarti negara itu mempunyai kekuasaan tertentu. Negara itu tidak mengakui suatu kekuasaan yang lebih
tinggi daripada kekuasaannya sendiri dan mengandung 2 (dua) pembatasan penting dalam dirinya:

Œ. Kekuasaan itu berakhir dimana kekuasaan suatu negara lain mulai.


2. Kekuasaan itu terbatas pada batas wilayah negara yang memiliki kekuasaan itu.

Konsep kedaulatan, kemerdekaan dan kesamaan derajat tidak bertentangan satu dengan lain bahkan merupakan
perwujudan dan pelaksanaan pengertian kedaulatan dalam arti wajar dan sebagai syarat mutlak bagi terciptanya
suatu masyarakat Internasional yang teratur.

u Masyarakat Internasional dalam peralihan: perubahan-perubahan dalam peta bumi politik, kemajuan
teknologi dan struktur masyarakat internasional.

Masyarakat Internasional mengalami berbagai perubahan yang besar dan pokok ialah perbaikan peta bumi politik
yang terjadi terutama setelah Perang Dunia II. Proses ini sudah dimulai pada permulaan abad XX mengubah pola
kekuasaan politik di dunia. Timbulnya negara-negara baru yang merdeka, berdaulat dan sama derajatnya satu
dengan yang lain terutama sesudah Perang Dunia

u Perubahan Kedua ialah kemajuan teknologi.

Kemajuan teknologi berbagai alat perhubungan menambah mudahnya perhubungan yang melintasi batas negara.

Perkembangan golongan ialah timbulnya berbagai organisasi atau lembaga internasional yang mempunyai
eksistensi terlepas dari negara-negara dan adanya perkembangan yang memberikan kompetensi hukum kepada para
individu. Kedua gejala ini menunjukkan bahwa disamping mulai terlaksananya suatu masyarakat internasional
dalam arti yang benar dan efektif berdasarkan asas kedaulatan, kemerdekaan dan persamaan derajat antar negara
sehingga dengan demikian terjelma Hukum Internasional sebagai hukum koordinasi, timbul suatu komplek kaedah
yang lebih memperlihatkan ciri-ciri hukum subordinasi.

       


Hukum Internasional modern sebagai suatu sistem hukum yang mengatur hubungan antara negara-negara, lahir
dengan kelahiran masyarakat Internasional yang didasarkan atas negara-negara nasional. Sebagai titik saat lahirnya
negara-negara nasional yang modern biasanya diambil saat ditandatanganinya Perjanjian Perdamaian Westphalia
yang mengakhiri Perang Tiga Puluh Tahun di Eropa.

Zaman dahulu kala sudah terdapat ketentuan yang mengatur, hubungan antara raja-raja atau bangsa-bangsa:

Dalam lingkungan kebudayaan India Kuno telah terdapat kaedah dan lembaga hukum yang mengatur hubungan
antar kasta, suku-suku bangsa dan raja-raja yang diatur oleh adat kebiasaan. Menurut Bannerjce, adat kebiasaan
yang mengatur hubungan antara raja-raja dinamakan Desa Dharma. Pujangga yang terkenal pada saat itu Kautilya
atau Chanakya.Penulis buku Artha Sastra Gautamasutra salah satu karya abad VI SM di bidang hukum.
     

Dalam hukum kuno mereka antara lain Kitab Perjanjian Lama, mengenal ketentuan mengenai perjanjian,
diperlakukan terhadap orang asing dan cara melakukan perang.Dalam hukum perang masih dibedakan (dalam
hukum perang Yahudi ini) perlakuan terhadap mereka yang dianggap musuh bebuyutan, sehingga diperbolehkan
diadakan penyimpangan ketentuan perang.

Lingkungan kebudayaan Yunani.Hidup dalam negara-negara kita.Menurut hukum negara kota penduduk
digolongkan dalam 2 golongan yaitu orang Yunani dan orang luar yang dianggap sebagai orang biadab (barbar).
Masyarakat Yunani sudah mengenal ketentuan mengenai perwasitan (arbitration) dan diplomasi yang tinggi tingkat
perkembangannya.

Sumbangan yang berharga untuk Hukum Internasional waktu itu ialah konsep hukum alam yaitu hukum yang
berlaku secara mutlak dimanapun juga dan yang berasal dari rasion atau akal manusia.

Hukum Internasional sebagai hukum yang mengatur hubungan antara kerajaan-kerajaan tidak mengalami
perkembangan yang pesat pada zaman Romawi. Karena masyarakat dunia merupakan satu imperium yaitu
imperium roma yang menguasai seluruh wilayah dalam lingkungan kebudayaan Romawi. Sehingga tidak ada
tempat bagi kerajaan-kerajaan yang terpisah dan dengan sendirinya tidak ada pula tempat bagi hukum bangsa-
bangsa yang mengatur hubungan antara kerajaan-kerajaan. Hukum Romawi telah menyumbangkan banyak sekali
asas atau konsep yang kemudian diterima dalam hukum Internasional ialah konsep seperti occupatio servitut dan
bona fides. Juga asas ³pacta sunt servanda´ merupakan warisan kebudayaan Romawi yang berharga.

   

Selama abad pertengahan dunia Barat dikuasai oleh satu sistem feodal yang berpuncak pada kaisar sedangkan
kehidupan gereja berpuncak pada Paus sebagai Kepala Gereja Katolik Roma. Masyarakat Eropa waktu itu
merupakan satu masyarakat Kristen yang terdiri dari beberapa negara yang berdaulat dan Tahta Suci, kemudian
sebagai pewaris kebudayaan Romawi dan Yunani.

Di samping masyarakat Eropa Barat, pada waktu itu terdapat 2 masyarakat besar lain yang termasuk lingkungan
kebudayaan yang berlaianan yaitu Kekaisaran Byzantium dan Dunia Islam. Kekaisaran Byzantium sedang
menurun mempraktekan diplomasi untuk mempertahankan supremasinya. Oleh karenanya praktek Diplomasi
sebagai sumbangan yang terpenting dalam perkembangan Hukum Internasional dan Dunia Islam terletak di bidang
Hukum Perang.

  


  

Perjanjian Damai Westphalia terdiri dari dua perjanjian yang ditandatangani di dua kota di wilayah Westphalia,
yaitu di Osnabrück (Œ Mei Œ) dan di Münster (2 Oktober Œ). Kedua perjanjian ini mengakhiri Perang 30
Tahun (ŒŒ-Œ) yang berlangsung di Kekaisaran Suci Romawi dan Perang 0 Tahun (Œ -Œ) antara
Spanyol dan Belanda.

Perdamaian Westphalia dianggap sebagai peristiwa penting dalam sejarah Hukum Internasional modern, bahkan
dianggap sebagai suatu peristiwa Hukum Internasional modern yang didasarkan atas negara-negara nasional.
Sebabnya adalah :

Œ. Selain mengakhiri perang 30 tahun, Perjanjian Westphalia telah meneguhkan perubahan dalam peta bumi
politik yang telah terjadi karena perang itu di Eropa .
2. Perjanjian perdamaian mengakhiri untuk selama-lamanya usaha Kaisar Romawi yang suci.
3. Hubungan antara negara-negara dilepaskan dari persoalan hubungan kegerejaan dan didasarkan atas
kepentingan nasional negara itu masing-masing.
. Kemerdekaan negara Belanda, Swiss dan negara-negara kecil di Jerman diakui dalam Perjanjian
Westphalia.

Perjanjian Westphalia meletakkan dasar bagi susunan masyarakat Internasional yang baru, baik mengenai
bentuknya yaitu didasarkan atas negara-negara nasional (tidak lagi didasarkan atas kerajaan-kerajaan) maupun
mengenai hakekat negara itu dan pemerintahannya yakni pemisahan kekuasaan negara dan pemerintahan dari
pengaruh gereja.

Dasar-dasar yang diletakkan dalam Perjanjian Westphalia diperteguh dalam Perjanjian Utrech yang penting artinya
dilihat dari sudut politik Internasional, karena menerima asas keseimbangan kekuatan sebagai asas politik
internasional.
 
   
  

Œ. Negara merupakan satuan teritorial yang berdaulat.


2. Hubungan nasional yang satu dengan yang lainnya didasarkan atas kemerdekaan dan persamaan derajat.
3. Masyarakat negara-negara tidak mengakui kekuasaan di atas mereka seperti seorang kaisar pada zaman
abad pertengahan dan Paus sebagai Kepala Gereja.
. Hubungan antara negara-negara berdasarkan atas hukum yang banyak mengambil alih pengertian lembaga
Hukum Perdata, Hukum Romawi.
. Negara mengakui adanya Hukum Internasional sebagai hukum yang mengatur hubungan antar negara tetapi
menekankan peranan yang besar yang dimainkan negara dalam kepatuhan terhadap hukum ini.
. Tidak adanya Mahkamah (Internasional) dan kekuatan polisi internasional untuk memaksakan ditaatinya
ketentuan hukum Internasional.
7. Anggapan terhadap perang yang dengan lunturnya segi-segi keagamaan beralih dari anggapan mengenai
doktrin bellum justum (ajaran perang suci) kearah ajaran yang menganggap perang sebagai salah satu cara
penggunaan kekerasan.

!  c  
  
u Hugo Grotius mendasarkan sistem hukum Internasional atas berlakunya hukum alam. Hukum alam telah
dilepaskan dari pengaruh keagamaan dan kegerejaan. Banyak didasarkan atas praktek negara dan perjanjian
negara sebagai sumber Hukum Internasional disamping hukum alam yang diilhami oleh akal manusia,
sehingga disebut Bapak Hukum Internasional.
u Fransisco Vittoria (biarawan Dominikan ± berkebangsaan Spanyol Abad XIV menulis buku Relectio de
Indis mengenai hubungan Spanyol dan Portugis dengan orang Indian di AS. Bahwa negara dalam tingkah
lakunya tidak bisa bertindak sekehendak hatinya. Maka hukum bangsa-bangsa ia namakan ius intergentes.
u Fransisco Suarez (Yesuit) menulis De legibius ae Deo legislatore (on laws and God as legislator)
mengemukakan adanya suatu hukum atau kaedah obyektif yang harus dituruti oleh negara-negara dalam
hubungan antara mereka.
u Balthazer Ayala (Π-Π) dan Alberico Gentilis mendasarkan ajaran mereka atas falsafah keagamaan
atau tidak ada pemisahan antara hukum, etika dan teologi.

Hugo Grotius mendasarkan sistem hukum Internasional atas berlakunya hukum alam. Hukum alam telah
dilepaskan dari pengaruh keagamaan dan kegerejaan. Banyak didasarkan atas praktek negara dan perjanjian negara
sebagai sumber Hukum Internasional disamping hukum alam yang diilhami oleh akal manusia, sehingga disebut
Bapak Hukum Internasional.

u Fransisco Vittoria (biarawan Dominikan ± berkebangsaan Spanyol Abad XIV menulis buku Relectio de
Indis mengenai hubungan Spanyol dan Portugis dengan orang Indian di AS. Bahwa negara dalam tingkah
lakunya tidak bisa bertindak sekehendak hatinya. Maka hukum bangsa-bangsa ia namakan ius intergentes.
u Fransisco Suarez (Yesuit) menulis De legibius ae Deo legislatore (on laws and God as legislator)
mengemukakan adanya suatu hukum atau kaedah obyektif yang harus dituruti oleh negara-negara dalam
hubungan antara mereka.
u Balthazer Ayala (Π-Π) dan Alberico Gentilis mendasarkan ajaran mereka atas falsafah keagamaan
atau tidak ada pemisahan antara hukum, etika dan teologi.


"  c  
  

Pada dasarnya yang dimaksud hukum internasional dalam pembahasan ini adalah hukum internasional
publik, karena dalam penerapannya, hukum internasional terbagi menjadi dua, yaitu: hukum internasional
publik dan hukum perdata internasional.

Hukum internasional publik adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas negara, yang bukan bersifat perdata.

Sedangkan hukum perdata internasional adalah keseluruhan kaidah dan asas hukum yang mengatur
hubungan perdata yang melintasi batas negara, dengan perkataan lain, hukum yang mengatur hubungan hukum
perdata antara para pelaku hukum yang masing-masing tunduk pada hukum perdata yang berbeda.
(Kusumaatmadja, Œ Œ)

Awalnya, beberapa sarjana mengemukakan pendapatnya mengenai #


 dari    
  $
antara lain yang      % 
 dalam bukunya 4       
  (Perihal Perang dan
Damai).    ³         
   
       
  

       
    "  ditujukan demi kepentingan bersama dari mereka yang
menyatakan diri di dalamnya ´.

    


 : ³hukum internasional adalah sistem hukum yang di bentuk dari hubungan
antara negara-negara´

Definisi hukum internasional yang diberikan oleh pakar-pakar hukum terkenal di masa lalu, termasuk
Grotius atau Akehurst, terbatas pada negara sebagai satu-satunya pelaku hukum dan tidak memasukkan subjek-
subjek hukum lainnya.

Salah satu definisi yang lebih lengkap yang dikemukakan oleh para sarjana mengenai hukum
internasional adalah #
     
c :

³ hukum internasional dapat didefinisikan sebagai sekumpulan hukum yang sebagian besar terdiri
atas prinsip-prinsip dan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh negara-negara, dan oleh karena itu
juga harus ditaati dalam hubungan-hubungan antara mereka satu dengan lainnya, serta yang juga
mencakup :

a. organisasi internasional, hubungan antara organisasi internasional satu dengan lainnya, hubungan
peraturan-peraturan hukum yang berkenaan dengan fungsi-fungsi lembaga atau antara organisasi
internasional dengan negara atau negara-negara  dan hubungan antara organisasi internasional dengan
individu atau individu-individu 

b. peraturan-peraturan hukum tertentu yang berkenaan dengan individu-individu dan subyek-subyek


hukum bukan negara j       sepanjang hak-hak dan kewajiban-kewajiban individu dan
subyek hukum bukan negara tersebut bersangkut paut dengan masalah masyarakat internasional´
(Phartiana, 2003 )

Sejalan dengan definisi yang dikeluarkan Hyde,    


       ¶¶hukum
internasional sebagai keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur hubungan atau persoalan
yang melintasi batas-batas negara, antara negara dengan negara dan negara dengan subjek hukum lain bukan
negara atau subyek hukum bukan negara satu sama lain¶¶. (Kusumaatmadja, Œ 2)

Berdasarkan pada definisi-definisi di atas, secara sepintas sudah diperoleh gambaran umum tentang ruang
lingkup dan substansi dari hukum internasional, yang di dalamnya terkandung unsur subyek atau pelaku,
hubungan-hubungan hukum antar subyek atau pelaku, serta hal-hal atau obyek yang tercakup dalam
pengaturannya, serta prinsip-prinsip dan kaidah atau peraturan-peraturan hukumnya.

Sedangkan mengenai subyek hukumnya, tampak bahwa negara tidak lagi menjadi satu-satunya subyek
hukum internasional, sebagaimana pernah jadi pandangan yang berlaku umum di kalangan para sarjana
sebelumnya.

"       c  


 

Hukum internasional sebenarnya sudah sejak lama dikenal eksisitensinya, yaitu pada zaman Romawi
Kuno. Orang-orang Romawi Kuno mengenal dua jenis hukum, yaitu R   dan R  , R  
adalah hukum nasional yang berlaku bagi masyarakat Romawi, dimanapun mereka berada, sedangkan R 
  adalah hukum yang diterapkan bagi orang asing, yang bukan berkebangsaan Romawi.

Dalam perkembangannya, R    berubah menjadi R  R    yang lebih dikenal juga
dengan - &' (, 4 

 &   
( dan kemudian juga dikenal sebagai ï 

  
&
(" (Kusumaatmadja, Π )

Sesungguhnya,    
         
      )*, yaitu sejak
ditandatanganinya Perjanjian Westphalia Œ, yang mengakhiri perang 30 tahun (    ) di Eropa.
Sejak saat itulah, mulai muncul negara-negara yang bercirikan kebangsaan, kewilayahan atau territorial,
kedaulatan, kemerdekaan dan persamaan derajat. Dalam kondisi semacam inilah sangat dimungkinkan tumbuh
dan berkembangnya prinsip-prinsip dan kaidah-kaidah hukum internasional. (Phartiana, 2003  Œ)

Perkembangan hukum internasional modern ini, juga dipengaruhi oleh karya-karya tokoh kenamaan
Eropa, yang terbagi menjadi dua aliran utama, yaitu golongan Naturalis dan golongan Positivis.

      +   
, prinsip-prinsip hukum dalam semua sistem hukum bukan berasal dari
buatan manusia, tetapi berasal dari prinsip-prinsip yang berlaku secara universal, sepanjang masa dan yang
dapat ditemui oleh akal sehat. Hukum harus dicari, dan bukan dibuat. Golongan Naturalis mendasarkan prinsip-
prinsip atas dasar hukum alam yang bersumber dari ajaran Tuhan. !           
  c    %    % 
$ , 

  *  $ , 

  -      % 
"
(Mauna, 2003  )

    $      
.
, hukum yang mengatur hubungan antar negara adalah
prinsip-prinsip yang dibuat oleh negara-negara dan atas kemauan mereka sendiri. Dasar hukum internasional
adalah kesepakatan bersama antara negara-negara yang diwujudkan dalam perjanjian-perjanjian dan kebiasaan-
kebiasaan internasional. Seperti yang dinyatakan oleh Jean-Jacques Rousseau dalam bukunya 4   
ë          , bahwa hukum adalah pernyataan kehendak bersama.
Tokoh lain yang menganut aliran Positivis ini, antara lain Cornelius van Bynkershoek, Prof. Ricard Zouche dan
Emerich de Vattel

Pada abad XIX, hukum internasional berkembang dengan cepat, karena adanya faktor-faktor penunjang,
antara lain : (Œ) Setelah Kongres Wina ŒŒ , negara-negara Eropa berjanji untuk selalu menggunakan prinsip-
prinsip hukum internasional dalam hubungannya satu sama lain, (2). Banyak dibuatnya perjanjian-perjanjian
(     ) di bidang perang, netralitas, peradilan dan arbitrase, (3). Berkembangnya perundingan-
perundingan multilateral yang juga melahirkan ketentuan-ketentuan hukum baru.

Di abad XX, hukum internasional mengalami perkembangan yang sangat pesat, karena dipengaruhi
faktor-faktor sebagai berikut: (Œ). Banyaknya negara-negara baru yang lahir sebagai akibat dekolonisasi dan
meningkatnya hubungan antar negara, (2). Kemajuan pesat teknologi dan ilmu pengetahuan yang
mengharuskan dibuatnya ketentuan-ketentuan baru yang mengatur kerjasama antar negara di berbagai bidang,
(3). Banyaknya perjanjian-perjanjian internasional yang dibuat, baik bersifat bilateral, regional maupun bersifat
global, (). Bermunculannya organisasi-organisasi internasional, seperti Perserikatan Bangsa Bangsa dan
berbagai organ subsidernya, serta Badan-badan Khusus dalam kerangka Perserikatan Bangsa-Bangsa yang
menyiapkan ketentuan-ketentuan baru dalam berbagai bidang. (Mauna, 2003 7)

"  
c  
 

Pada azasnya, sumber hukum terbagi menjadi dua, yaitu: sumber hukum dalam arti materiil dan sumber
hukum dalam arti formal. Sumber hukum dalam arti materiil adalah sumber hukum yang membahas materi
dasar yang menjadi substansi dari pembuatan hukum itu sendiri.

Sumber hukum dalam arti formal adalah sumber hukum yang membahas bentuk atau wujud nyata dari
hukum itu sendiri. Dalam bentuk atau wujud apa sajakah hukum itu tampak dan berlaku. Dalam bentuk atau
wujud inilah dapat ditemukan hukum yang mengatur suatu masalah tertentu.

Sumber hukum internasional dapat diartikan sebagai:

Œ. dasar kekuatan mengikatnya hukum internasional

2. metode penciptaan hukum internasional

3. tempat diketemukannya ketentuan-ketentuan hukum internasional yang dapat diterapkan pada suatu
persoalan konkrit. (Burhan Tsani, Œ0 Œ)

Menurut Pasal 3 ayat (Œ) Statuta Mahkamah Internasional, sumber-sumber hukum internasional yang
dipakai oleh Mahkamah dalam mengadili perkara, adalah:

Œ. Perjanjian internasional (        ), baik yang bersifat umum, maupun khusus

2. Kebiasaan internasional (      )

3. Prinsip-prinsip hukum umum (   ) yang diakui oleh negara-negara beradab
. Keputusan pengadilan (—     ) dan pendapat para ahli yang telah diakui kepakarannya, yang
merupakan sumber hukum internasional tambahan. (Phartiana, 2003 Œ7)

"  c  


 

Subyek hukum internasional diartikan sebagai pemilik, pemegang atau pendukung hak dan pemikul
kewajiban berdasarkan hukum internasional. Pada awal mula, dari kelahiran dan pertumbuhan hukum
internasional, hanya negaralah yang dipandang sebagai subjek hukum internasional

Dewasa ini subjek-subjek hukum internasional yang diakui oleh masyarakat internasional, adalah:

Œ. Negara

Menurut Konvensi Montevideo Œ, mengenai Hak dan Kewajiban Negara, kualifikasi suatu
negara untuk disebut sebagai pribadi dalam hukum internasional adalah:

a. penduduk yang tetap

b. wilayah tertentu

c. pemerintahan

d. kemampuan untuk mengadakan hubungan dengan negara lain

Œ. Organisasi Internasional

Klasifikasi organisasi internasional menurut Theodore A Couloumbis dan James H. Wolfe :

a. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan secara global dengan maksud dan tujuan yang
bersifat umum, contohnya adalah Perserikatan Bangsa Bangsa 

b. Organisasi internasional yang memiliki keanggotaan global dengan maksud dan tujuan yang bersifat
spesifik, contohnya adalah è , UNESCO, R      R    
 !  , dan lain-lain

" Organisasi internasional dengan keanggotaan regional dengan maksud dan tujuan global, antara lain:
#    ë $ #  %  (ASEAN), $ &  "

Œ.  
 

Sebenarnya Palang Merah Internasional, hanyalah merupakan salah satu jenis organisasi
internasional. Namun karena faktor sejarah, keberadaan Palang Merah Internasional di dalam hubungan dan
hukum internasional menjadi sangat unik dan di samping itu juga menjadi sangat strategis. Pada awal
mulanya, Palang Merah Internasional merupakan organisasi dalam ruang lingkup nasional, yaitu Swiss,
didirikan oleh lima orang berkewarganegaraan Swiss, yang dipimpin oleh Henry Dunant dan bergerak di
bidang kemanusiaan. Kegiatan kemanusiaan yang dilakukan oleh Palang Merah Internasional mendapatkan
simpati dan meluas di banyak negara, yang kemudian membentuk Palang Merah Nasional di masing-
masing wilayahnya. Palang Merah Nasional dari negar-negara itu kemudian dihimpun menjadi Palang
Merah Internasional (R       '  /ICRC) dan berkedudukan di Jenewa, Swiss.
(Phartiana, 2003 Œ23)

Œ. !   *  

Tahta Suci Vatikan di akui sebagai subyek hukum internasional berdasarkan Traktat Lateran tanggal
ŒŒ Februari Œ2, antara pemerintah Italia dan Tahta Suci Vatikan mengenai penyerahan sebidang tanah di
Roma. Perjanjian Lateran tersebut pada sisi lain dapat dipandang sebagai pengakuan Italia atas eksistensi
Tahta Suci sebagai pribadi hukum internasional yang berdiri sendiri, walaupun tugas dan kewenangannya,
tidak seluas tugas dan kewenangan negara, sebab hanya terbatas pada bidang kerohanian dan kemanusiaan,
sehingga hanya memiliki kekuatan moral saja, namun wibawa Paus sebagai pemimpin tertinggi Tahta Suci
dan umat Katholik sedunia, sudah diakui secara luas di seluruh dunia. Oleh karena itu, banyak negara
membuka hubungan diplomatik dengan Tahta Suci, dengan cara menempatkan kedutaan besarnya di
Vatikan dan demikian juga sebaliknya Tahta Suci juga menempatkan kedutaan besarnya di berbagai negara.
(Phartiana, 2003, Œ2 )

Œ.     / 


&Ô (

Kaum belligerensi pada awalnya muncul sebagai akibat dari masalah dalam negeri suatu negara
berdaulat. Oleh karena itu, penyelesaian sepenuhnya merupakan urusan negara yang bersangkutan. Namun
apabila pemberontakan tersebut bersenjata dan terus berkembang, seperti perang saudara dengan akibat-
akibat di luar kemanusiaan, bahkan meluas ke negara-negara lain, maka salah satu sikap yang dapat diambil
oleh adalah mengakui eksistensi atau menerima kaum pemberontak sebagai pribadi yang berdiri sendiri,
walaupun sikap ini akan dipandang sebagai tindakan tidak bersahabat oleh pemerintah negara tempat
pemberontakan terjadi. Dengan pengakuan tersebut, berarti bahwa dari sudut pandang negara yang
mengakuinya, kaum pemberontak menempati status sebagai pribadi atau subyek hukum internasional

Œ. .

Pertumbuhan dan perkembangan kaidah-kaidah hukum internasional yang memberikan hak dan
membebani kewajiban serta tanggungjawab secara langsung kepada individu semakin bertambah pesat,
terutama setelah Perang Dunia II. Lahirnya Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia (&   
4   ( ' ) pada tanggal Œ0 Desember Œ diikuti dengan lahirnya beberapa konvensi-
konvensi hak asasi manusia di berbagai kawasan, dan hal ini semakin mengukuhkan eksistensi individu
sebagai subyek hukum internasional yang mandiri.

7. 
  
 

Perusahaan multinasional memang merupakan fenomena baru dalam hukum dan hubungan
internasional. Eksistensinya dewasa ini, memang merupakan suatu fakta yang tidak bisa disangkal lagi. Di
beberapa tempat, negara-negara dan organisasi internasional mengadakan hubungan dengan perusahaan-
perusahaan multinasional yang kemudian melahirkan hak-hak dan kewajiban internasional, yang tentu saja
berpengaruh terhadap eksistensi, struktur substansi dan ruang lingkup hukum internasional itu sendiri.

h" c   c  


   c  +
 

Ada dua teori yang dapat menjelaskan bagaimana hubungan antara hukum internasional dan hukum
nasional, yaitu: teori Dualisme dan teori Monisme.

Menurut teori Dualisme, hukum internasional dan hukum nasional, merupakan dua sistem hukum yang
secara keseluruhan berbeda. Hukum internasional dan hukum nasional merupakan dua sistem hukum yang
terpisah, tidak saling mempunyai hubungan superioritas atau subordinasi. Berlakunya hukum internasional
dalam lingkungan hukum nasional memerlukan ratifikasi menjadi hukum nasional. Kalau ada pertentangan
antar keduanya, maka yang diutamakan adalah hukum nasional suatu negara.

Sedangkan menurut teori Monisme, hukum internasional dan hukum nasional saling berkaitan satu sama
lainnya. Menurut teori Monisme, hukum internasional itu adalah lanjutan dari hukum nasional, yaitu hukum
nasional untuk urusan luar negeri. Menurut teori ini, hukum nasional kedudukannya lebih rendah dibanding
dengan hukum internasional. Hukum nasional tunduk dan harus sesuai dengan hukum internasional. (Burhan
Tsani, Œ0 2)

,"  
  
      "

Ketentuan hukum internasional telah melarang penggunaan kekerasan dalam hubungan antar negara.
Keharusan ini seperti tercantum pada Pasal ΠKonvensi mengenai Penyelesaian Sengketa-Sengketa Secara
Damai yang ditandatangani di Den Haag pada tanggal Œ Oktober Œ07, yang kemudian dikukuhkan oleh pasal
2 ayat (3) Piagan Perserikatan bangsa-Bangsa dan selanjutnya oleh Deklarasi Prinsip-Prinsip Hukum
Internasional mengenai Hubungan Bersahabat dan Kerjasama antar Negara. Deklarasi tersebut meminta agar
³semua negara menyelesaikan sengketa mereka dengan cara damai sedemikian rupa agar perdamaian,
keamanan internasional dan keadilan tidak sampai terganggu´.

Penyelesaian sengketa secara damai dibedakan menjadi: penyelesaian melalui pengadilan dan di luar
pengadilan. Yang akan dibahas pada kesemapatan kali ini hanyalah penyelesaian perkara melalui pengadilan.
Penyelesaian melalui pengadilan dapat ditempuh melalui:

Œ. 

 

Penyelesaian sengketa internasional melalui arbitrase internasional adalah pengajuan sengketa


internasional kepada arbitrator yang dipilih secara bebas oleh para pihak, yang memberi keputusan dengan
tidak harus terlalu terpaku pada pertimbangan-pertimbangan hukum. Arbitrase adalah merupakan suatu cara
penerapan prinsip hukum terhadap suatu sengketa dalam batas-batas yang telah disetujui sebelumnya oleh
para pihak yang bersengketa. Hal-hal yang penting dalam arbitrase adalah :

(Œ). Perlunya persetujuan para pihak dalam setiap tahap proses arbitrase, dan
(2). Sengketa diselesaikan atas dasar menghormati hukum. (Burhan Tsani, Œ0 2ŒŒ)

Secara esensial, arbitrase merupakan prosedur konsensus, karenanya persetujuan para pihaklah yang
mengatur pengadilan arbitrase.

Arbitrase terdiri dari seorang arbitrator atau komisi bersama antar anggota-anggota yang ditunjuk
oleh para pihak atau dan komisi campuran, yang terdiri dari orang-orang yang diajukan oleh para pihak dan
anggota tambahan yang dipilih dengan cara lain.

Pengadilan arbitrase dilaksanakan oleh suatu ³panel hakim´ atau arbitrator yang dibentuk atas dasar
persetujuan khusus para pihak, atau dengan perjanjian arbitrase yang telah ada. Persetujuan arbitrase
tersebut dikenal dengan  (kompromi) yang memuat:

Œ. persetujuan para pihak untuk terikat pada keputusan arbitrase

2. metode pemilihan panel arbitrase

3. waktu dan tempat    (dengar pendapat)

. batas-batas fakta yang harus dipertimbangkan, dan

. prinsip-prinsip hukum atau keadilan yang harus diterapkan untuk mencapai suatu kesepakatan. (Burhan
Tsani, Œ0, 2Œ)

Masyarakat internasional sudah menyediakan beberapa institusi arbitrase internasional, antara lain:

Œ. Pengadilan Arbitrase Kamar Dagang Internasional ( #     R     
  ) yang didirikan di Paris, tahun ŒŒ

2. Pusat Penyelesaian Sengketa Penanaman Modal Internasional (R         ë    


R   4  ) yang berkedudukan di Washington DC

3. Pusat Arbitrase Dagang Regional untuk Asia ('          #   ),
berkedudukan di Kuala Lumpur, Malaysia

. Pusat Arbitrase Dagang Regional untuk Afrika ('          #   ),
berkedudukan di Kairo, Mesir. (Burhan Tsani 2Œ)

Œ.   
  

Pada permulaan abad XX, Liga Bangsa-Bangsa mendorong masyarakat internasional untuk
membentuk suatu badan peradilan yang bersifat permanent, yaitu mulai dari komposisi, organisasi,
wewenang dan tata kerjanya sudah dibuat sebelumnya dan bebas dari kehendak negara-negara yang
bersengketa.

Pasal ΠLiga Bangsa-Bangsa menugaskan Dewan untuk menyiapkan sebuah institusi Mahkamah
Permanen Internasional. Namun, walaupun didirikan oleh Liga Bangsa-Bangsa, Mahkamah Permanen
Internasional, bukanlah organ dari Organisasi Internasional tersebut. Hingga pada tahun Π, setelah
berakhirnya Perang Dunia II, maka negara-negara di dunia mengadakan konferensi di San Fransisco untuk
membentuk Mahkamah Internasional yang baru. Di San Fransisco inilah, kemudian dirumuskan Piagam
Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Statuta Mahkamah Internasional.

Menurut Pasal 2 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa disebutkan bahwa Mahkamah Internasional


merupakan organ hukum utama dari Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Namun sesungguhnya, pendirian Mahkamah Internasional yang baru ini, pada dasarnya hanyalah
merupakan kelanjutan dari Mahkamah Internasional yang lama, karena banyak nomor-nomor dan pasal-
pasal yang tidak mengalami perubahan secara signifikan

Secara umum, Mahkamah Internasional mempunyai kewenangan untuk:

Œ. melaksanakan ³      ´, yaitu yurisdiksi atas perkara biasa, yang didasarkan pada
persetujuan para pihak yang bersengketa

2. memberikan ³#    ´, yaitu pendapat mahkamah yang bersifat nasehat. #   
tidaklah memiliki sifat mengikat bagi yang meminta, namun biasanya diberlakukan sebagai
³  ' ´, yaitu keputusan wajib yang mempunyai kuasa persuasive kuat (Burhan Tsani,
Œ0 2Œ7)

Sedangkan, menurut Pasal 3 ayat (Œ) Statuta Mahkamah Internasional, sumber-sumber hukum
internasional yang dipakai oleh Mahkamah dalam mengadili perkara, adalah:

Œ. Perjanjian internasional (        ), baik yang bersifat umum, maupun khusus

2. Kebiasaan internasional (      )

3. Prinsip-prinsip hukum umum (   ) yang diakui oleh negara-negara beradab

. Keputusan pengadilan (—    ) dan pendapat para ahli yang telah diakui kepakarannya, yang
merupakan sumber hukum internasional tambahan.

Mahkamah Internasional juga sebenarnya bisa mengajukan keputusan   )   , yaitu


didasarkan pada keadilan dan kebaikan, dan bukan berdasarkan hukum, namun hal ini bisa dilakukan jika
ada kesepakatan antar negara-negara yang bersengketa. Keputusan Mahkamah Internasional sifatnya final,
tidak dapat banding dan hanya mengikat para pihak. Keputusan juga diambil atas dasar suara mayoritas.

Yang dapat menjadi pihak hanyalah negara, namun semua jenis sengketa dapat diajukan ke
Mahkamah Internasional.

Masalah pengajuan sengketa bisa dilakukan oleh salah satu pihak secara unilateral, namun
kemudian harus ada persetujuan dari pihak yang lain. Jika tidak ada persetujuan, maka perkara akan di
hapus dari daftar Mahkamah Internasional, karena Mahkamah Internasional tidak akan memutus perkara
secara    (tidak hadirnya para pihak).

%"      0   1    


   
 

Œ"       
  &R   
 

  '(

Perserikatan Bangsa-Bangsa sejak pembentukannya telah memainkan peranan penting dalam bidang
hukum inetrnasional sebagai upaya untuk menciptakan perdamaian dunia.

Selain Mahkamah Internasional (R       /ICJ) yang berkedudukan di Den Haag,
Belanda, saat ini Perserikatan Bangsa-bangsa juga sedang berupaya untuk menyelesaikan ³hukum acara´
bagi berfungsinya Mahkamah Pidana Internasional (R        /ICC), yang statuta
pembentukannya telah disahkan melalui Konferensi Internasional di Roma, Italia, pada bulan Juni Œ.
Statuta tersebut akan berlaku, jika telah disahkan oleh 0 negara.

Berbeda dengan Mahkamah Internasional, yurisdiksi (kewenangan hukum) Mahkamah Pidana


Internasional ini, adalah di bidang hukum pidana internasional yang akan mengadili individu yang
melanggar Hak Asasi Manusia dan kejahatan perang, genosida (pemusnahan ras), kejahatan humaniter
(kemanusiaan) serta agresi.

Negara-negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak secara otomatis terikat dengan yurisdiksi
Mahkamah ini, tetapi harus melalui pernyataan mengikatkan diri dan menjadi pihak pada Statuta
Mahkamah Pidana Internasional. (Mauna, 2003 23)

£"     


    
 
. &K
R   
   
K Ô 
 


 
   /!(

Melalui Resolusi Dewan Keamanan Nomor 27, tanggal 2 Mei Œ3, Perserikatan Bangsa-Bangsa
membentuk K R     K    * , yang bertempat di Den Haag,
Belanda. Tugas Mahkamah ini adalah untuk mengadili orang-orang yang bertanggungjawab atas
pelanggaran-pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional yang terjadi di negara bekas
Yugoslavia. Semenjak Mahkamah ini dibentuk, sudah  orang yang dituduh melakukan pelanggaran berat
dan 20 diantaranya telah ditahan.

Pada tanggal 27 Mei Œ, tuduhan juga dikeluarkan terhadap pemimpin-pemimpin terkenal, seperti
Slobodan Milosevic (Presiden Republik Federal Yugoslavia), Milan Milutinovic (Presiden Serbia), yang
dituduh telah melakukan kejahatan terhadap kemanusiaan dan melanggar hukum perang. (Mauna, 2003
2)

*"       21  &R   


   
K Ô 
 
  

Mahkamah ini bertempat di Arusha, Tanzania dan didirikan berdasarkan Resolusi Dewan Keamanan
Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor  , tanggal  November Œ. tugas Mahkamah ini adalah untuk
meminta pertanggungjawaban para pelaku kejahatan pembunuhan missal sekitar 00.000 orang Rwanda,
terutama dari suku Tutsi. Mahkamah mulai menjatuhkan hukuman pada tahun Πterhadap Jean-Paul
Akayesu, mantan Walikota Taba, dan juga Clement Kayishema dan Obed Ruzindana yang telah dituduh
melakukan pemusnahan ras (genosida) . Mahkamah mengungkap bahwa bahwa pembunuhan massal
tersebut mempunyai tujuan khusus, yaitu pemusnahan orang-orang Tutsi, sebagai sebuah kelompok suku,
pada tahun Œ.

Walaupun tugas dari Mahkamah Kriminal Internasional untuk Bekas Yugoslavia dan Mahkamah
Kriminal untuk Rwanda belum selesai, namun Perserikatan Bangsa-Bangsa juga telah menyiapkan
pembentukan mahkamah- untuk Kamboja untuk mengadili para penjahat perang di zaman pemerintahan
Pol Pot dan Khmer Merah, antara tahun Œ7 sampai dengan Œ7 yang telah membunuh sekitar Œ.700.000
orang.

Jika diperkirakan bahwa tugas Mahkamah Peradilan Yugoslavia dan Rwanda telah menyelesaikan
tugas mereka, maka Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa akan mengeluarkan resolusi untuk
membubarkan kedua Mahkamah tersebut, yang sebagaimana diketahui memiliki sifat  (sementara).
(Mauna, 2003 2 )

2h,h2h+

Ardiwisastra Yudha Bhakti, 2003, (R    , Bunga Rampai, Alumni, Bandung

Brownlie Ian, Œ, Principles of Public International Law, Fourth Edition, Clarendon Press, Oxford

Burhantsani, Muhammad, Œ0 ( (  R    , Yogyakarta : Penerbit Liberty.

Kusamaatmadja Mochtar, Œ,


 (R    , Cetakan ke-, Putra Abardin

Mauna Boer, 2003, (R    +


   
    $4  Cetakan ke-
, PT. Alumni, Bandung

Phartiana I Wayan, 2003,


 (R    , Penerbit Mandar maju, Bandung

Situni F. A. Whisnu, Œ, R     '   ë ë  ( R    , Penerbit Mandar
Maju, Bandung


`  
   

By Dadot on Jul Œ, 20Œ0 in Kewarganegaraan

Hubungan kerjasama yang terjadi antarnegara didorong kebutuhan satu sama lain. Adanya
perkembangan globalisasi menuntut setiap negara untuk menyesuaikan diri. Setiap negara harus menjalin
hubungan dengan negara lain untuk dapat saling melengkapi. Dalam melaksanakan hubungan kerjasama tersebut
tentunya diperlukan sebuah aturan yang tegas yang mengikat semua pihak yang terkait dalam hubungan tersebut.

Adanya aturan dalam sebuah hubungan dimaksudkan untuk mewujudkan kelancaran dan keberhasilan dalam
mencapai tujuan bersama. Selain itu, juga untuk menghindari kerugian yang diderita suatu negara akibat tindakan
dari negara lain. Oleh karena itu, diperlukan suatu hukum internasional. Hukum internasional bertujuan untuk
mengatur masalah-masalah bersama dalam suatu hubungan antara subjek-subjek hukum internaional. Selain itu,
hukum internasional berperan penting untuk mengatur dan menjaga tatanan hukum dunia yang aman, tertib, dan
damai.

Beberapa tokoh dibawah ini memberikan definisi mengenai hukum internasional, antara lain sebagai berikut :

Œ"3, membedakan hukum internasional menjadi dua bagian sebagai berikut.

"c    


  j   
R   
ï 

Yaitu hukum internasional yang mengatur hubungan hukum antara warga negara suatu negara dengan warga
negara dari negara lain (hukum antar bangsa).

Misalnya, hukum yang mengatur tentang tata cara memeiliki rumah di negara lain, sewa-menyewa, mengurus
kekayaan yang terdapat di negara lain, dan sebagainya.

"c    
  j Ô 
R  
ï 

Yaitu hukum internasional yang mengatur negar ayang satu dengan engara yang lain dalam hubungan internasional
(hukum antar negara).

Misalnya, hukum tentang tata cara diplomatik, konsul, penerimaan tamu negara asing, hukum perang, dan hukum
damai. Hukum publik internasional ini sering disebut sebagai hukum internasional dalam arti sempit.

£"  #""  


   $"c"

Hukum internasional adalah keseluruhan kaidah-kaidah dan asas-asas hukum yang mengatur hubungan atau
persoalan yang melintasi batas-batas negara (hubungan internasional) yang bukan bersifat perdata. Meliputi antara
negara dengan negara, negara dengan subjek hukum lain bukan negara, dan antara ubjek hukum bukan negara satu
sama lain.

*"  #""'"%" 

Hukum internasional adalah sekumpulan hukum (body of law) yang sebagian besar terdiri dari asas-asas dan
karena itu biasanya ditaati dalam hubungan antarnegara.

4"      

Hukum internasional adalah hukum yang mengatur hubungan hukum antarberbagai bangsa di berbagai negara.

Dari beberapa pendapat tersebut maka dapat disimpulkan satu definisi tentang hukum internasiona, yakni
keseluruhan peraturan hukum yang mengatur kedudukan hukum dan hubungan hukum dalam pergaulan
internasional yang mempunyai akibat hukum.


  


c  
   
Hugo Grotius dikenal oleh umum terutama karena pelariannya dari Kastil Loevestein dengan menggunakan peti
buku pada tanggal 22 Maret Œ2Œ. Beliau ditahan di kastil itu pada tahun ŒŒ dengan tuduhan pengkhianatan.
Sebagai purnakaryawan Rotterdam dan penasehat politis & hukum bagi jaksa agung Oldenbarneveldt, Grotius
merupakan salah seorang pemain utama dalam Perundingan Gencatan Senjata. Setelah kejatuhan Oldenbarneveldt,
Grotius hanya tinggal menghitung waktu. Walaupun beliau tidak dihukum mati (seperti pelindungnya), namun
Grotius dipenjarakan seumur hidup. Dengan tipu muslihat menggunakan peti buku beliau berhasil melarikan diri
dan tidak selamanya tinggal di penjara. Namun demikian, beliau harus menghabiskan sisa hidupnya dalam
pengasingan di luar negeri. Grotius wafat tahun Πdi Rostock.

Pada tahun Œ2Œ, Hugo Grotius tidak lagi tinggal di Belanda namun kegiatan intelektual dan reputasi akademiknya
terus berkembang. Beliau sudah mempunyai reputasi yang baik sejak masa mudanya. Dianggap sebagai seorang
anak yang ajaib, Grotius lahir tahun Π3 di Delft dan pada usia sebelas tahun terdaftar sebagai mahasiswa
Universitas Leiden. Di sini beliau dianggap sebagai penerus Erasmus. Grotius muda mempunyai kepandaian dalam
banyak bidang. Beliau dapat menulis syair dalam Bahasa Latin sebagaimana beliau dengan mudahnya menulis
anotasi tentang teks kuno Bahasa Yunani dan Romawi. Pada tahun Π raja Prancis menyebutnya sebagai
"keajaiban Belanda".

Hugo Grotius merupakan seseorang yang mempunyai begitu banyak keahlian sampai akhir hayatnya. Beliau
menulis karya-karya tentang teologi, sejarah, dan khususnya, topik-topik hukum. Pada awalnya, pengaruh akar
Belanda dapat terlihat jelas dalam tulisannya. Misalnya, menggunakan banyak contoh sejarah dan hukum untuk
membuktikan bahwa Belanda mempunyai bentuk pemerintahan yang ideal sejak masa kaum Batavia, atau bahwa
Belanda mempunyai kebebasan memanfaatkan laut karena dianggap wilayah perairan internasional ( 
 ). Cara yang digunakannya untuk mencapai kesimpulan tersebut sangat khas cendikiawan humanis seperti
Grotius. Menggunakan kepandaiannya yang mengagumkan, tujuan utama beliau adalah menciptakan keteraturan
dan struktur dari ilmu pengetahuan yang sudah ada sebagaimana dapat ditemukan dalam karya-karya penulis
klasik. Pendekatan ini menghasilkan cara pandang yang baru, khususnya melalui tulisan-tulisannya tentang hukum
seperti 4      ("Hukum tentang Perang dan Damai"). Ditulis pada tahun Œ2 , karya ini menjadi
prinsip-prinsip fundamental bagi hukum internasional.

Di Belanda, Grotius dikenal sebagai (  , dan secara luas masih diingat karena kisah pelariannya
menggunakan peti buku. Di luar negeri, nama Grotius diasosiasikan dengan seseorang yang mempunyai
kecerdasan luar biasa dalam bidang hukum. Bersama dengan para korban lainnya yang juga ë  (de Witt
bersaudara dan Oldenbarneveldt), Hugo Grotius dianggap sebagai simbol perlawanan terhadap para penentang
monarki (Oranje). Pada tahun Œ70-an, saat periode Patriot, beberapa barang peninggalan Grotius ditemukan,
termasuk dua buah peti buku.

You might also like