You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Kehamilan tidak diinginkan merupakan proses yang sehat dan jika kehamilan itu
tidak diinginkan, ia merupakan suatu penyakit.
Kehamilan merupakan proses faal yang secara normal terjadi pada manusia sebagai
insting untuk mempertahankan keturunannya di bumi. Oleh karenanya kehamilan sebagai
tanda akan hadirnya anggota baru dan penerus keturunan, pada umumnya akan disambut
dengan gembira. Kegembiraan itu sendiri yang sering menutupi resiko yang dihadapi
oleh perempuan hamil. Mereka pada umumnya tidak sadar bahwa kehamilan dapat
mempengaruhi kesehatan bahkan dapat mengancam jiwa si calon ibu. Dan ternyata tidak
semua kehamilan disambut dengan kegembiraan oleh orang tuanya. Beberapa kehamilan
justru tidak diinginkan.
Biasanya untuk mengatasi masalah kehamilan yang tidak diinginkan tersebut
mereka menempuh jalan aborsi. Meskipun arah ini penuh resiko dan mahal. Untuk itu
dalam makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai alasan yang membuat kehamilan
itu tidak diinginkan dan aborsi.
Unwanted Pregnancy yaitu kehamilan yang terjadi akibat perkosaan. Perkosaan
merupakan peristiwa yang traumatis dan meninggalkan aib pada perempuan yang
diperkosa. Dampak psikologis dalam perkosaan ini cukup dalam dan akan menetap
seumur hidup, jika perkosaan juga mengakibatkan kehamilan, aib itu tidak hanya akan
dialami si korban saja tetapi juga seluruh keluarganya. Seandainya kehamilan itu
diteruskan, maka anak yang dilahirkan kelak yang akan mengalami tekanan social baik
dari keluarga, orang tuanya sendiri maupun dari masyarakat sekitarnya. Bahkan ibunya
sendiri mungkin akan melihat anak itu sebagai penjelmaan laki-laki yang
memperkosanya atau mungkin juga menjadi sasaran balas dendam yang sebenarnya ia
tujukan kepada laki-laki yang memperkosanya.
Kehamilan datang pada saat yang belum diharapkan. Hal ini dapat terjadi pada
pekerjaan wanita yang sudah terlanjur menandatangani kontrak bahwa selama beberapa
waktu setelah bekerja ia tidak boleh hamil. Hal semacam itu dapat juga terjadi pada
mereka yang masih meneruskan sekolah atau mereka yang belum ingin hamil lagi atas
alasan-alasan yang sah, misalnya karena alasan anak yang terdahulu belum lagi berusia 1
tahun atau alasan tidak ingin punya anak lagi atau juga karena kesehatan ibu yang lemah.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa memahami tentang unwanted pregnancy (kehamilan yang tidak
diinginkan) dan aborsi
2. Tujuan Khusus
a. Agar mahasiswa memahami pengertian unwanted pregnancy dan aborsi
b. Agar mahasiswa dapat mengetahui penyebab atau alasan unwanted
pregnancy
c. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami secara jelas pengertian
aborsi
d. Agar mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis dan teknik aborsi
e. Agar mahasiswa dapat mengetahui alasan dilakukannya aborsi
f. Agar mahasiswa dapat mengetahui penanganan unwanted pregnancy dan
aborsi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. UNWANTED PREGNANCY
Unwanted pregnancy adalah kehamilan yang tidak diinginkan oleh orang tua
si janin baik ayah maupun ibu karena alasan psikologis maupun fisik (Doenges,
Marlynm, 2000)
Unwanted pregnancy yaitu kehamilan yang terjadi akibat perkosaan.
Perkosaan merupakan peristiwa yang traumatis dan meninggalkan aib pada
perempuan yang diperkosa (Kusmaryanto, 2002)

2. ABORSI
Aborsi adalah hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan
secara paksa (Doenges, Marlynm, 2000)
Aborsi adalah tindakan penghentian kehamilan dibawah 20 minggu atau saat
berat janin kurang dari 500 gram (William Obstetric, 1997)
Aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin bapat hidup diluar
kandungan atau biasa disebut keguguran, kehamilan yang tidak diinginkan
sebagian besar diselesaikan dengan aborsi. Meskipun ada sebagian besar yang
melanjutkan kehamilannya perdebatan tentang aborsi pada umumnya didasari
anggapan bahwa aborsi adalah identik dengan pembunuhan karena jininn
dianggap sebagai makhluk hidup yang bernyawa.
Menurut definisi, aborsi adalah pengeluaran buah kehamilan dimana buah
kehamilan itu tidak mempunyai kemungkinan hidup di luar kandungan.
Sedangkan dunia kedokteran berbendapat bahwa janin yang lahir dengan berat
badan yng sama atau kurang dari 500 gram tidak mungkin hidup diluar
kandungan, meskipun ada laporan kedokteran yang menyatakan bahwa ada janin
dibawah 500 gram yang dapat hidup. Karena janin dengan berat badan 500 gram
sama dengna usia kehamilan 20 minggu, maka kelahiran janin di bawah 20
mingggu tersebut sebagai aborsi.
B. Etiologi
1. Remaja
 Karena kurangnya pengetahuan yang lengkap dan benar mengenai proses
terjadinya kehamilan, dan metodt-metode pencegahan kehamilan. Disamping
itu kurangnya pengetahuan dan pengalaman agama yang konsisyen. Hal ini
bias terjafi pada remaja yang belum menikah. KTD akan semakin
memberikan remaja perempuan jika pasangannya tidak bertanggung jawab ats
kehamilan yang tejadi
 Kehamilan yang tidak diinginkan bias terjadi akibat tindak perkosaan
 Kehamilan yang tidak diinginkan bias terjadi pada remaja yang telah menikah
dan telah menggunakan cara pencegahan kehamilan tetap tidak berhasil
(kegagalan alat kontrasepsi)
2. Perempuan Usia Subur
 Akibat kegagalan kontrasepsi
Kegaglan KB dapat menyebabkan terjadinya kehamilan yang tidak
diinginkan (KTD). Menurut data yang ada di World Health Organization
(WHO) memperkirakan dari 200 juta kehamilan pertahun sekitar 3,8% 9 75
juta merupakan KTD. Dengan adanya pelayanan kehamilan yang lengkap,
selain itu mengurangi terjadinya ksus KTD hak-hak reproduksi perempuan
menjadi terlindungi.
Walaupun sudah memakai kontrasepsi bukan berarti dia aman 100% untuk
tidak bisa hamil. Kehamilam sewaktu – waktu dapat terjadi walaupun
memakai kontrasepsi, bahkan terkadang menimnulkan resiko kesehatan.
Khofifah indar parawangsa ketika menjabat sebagai mentri pemberdayaan
perempuan juga menyatakan bahwa salah satu sebab dilakukannya aborsi
adalah karena kegaglan KB ( http://www.serojasatu.com/news/gayahidup)
Sumbangan bagi peningkatan aborsi adalah gencarnya kampanye progam
keluarga berencana yang menganjurkan dua anak cukup. Dengan
meningkatnya jumlah perempuan yang menggunakan kontrasepsi, maka
kemungkinan kegagalan.
 Alasan kesehatan
Bagi ibu yang mempunyai masalah dengan kesehatan dan memiliki yang
akan kambuh jika ia mempunyai anak, maka seharusnya ia melakukan
pencegahan sebelum terpaksa harus melakukan sebuah aborsi.
 Telah memiliki cukup anak / sudah terlalu banyak anak
Berapa jumlah anak yang akan dimiliki setiap orang sangat tergantung
dengan perspektif social-kultural dan wawasan dari orang tua. Perempuan
yang sudah mempunyai lebih dari 4 anak dihadang bahaya kematian akibat
pendarahan hebat dan bermacam-macam kelainan lain bila terus saja hamil
dan bersalin lagi
 Takut janin cacat
Setiap pasangn suami istri senantiasa mendambakan akan memiliki
ketrunan yang kuat, sehat dan baik kondisinya secara fisik dan mental.
Apabila bayi dalam keadaan cacat, keadaan ini tidak lagi menjadi kabar yang
membahagiakan pada saat kelahiran. Menurut, ilmu kedokteran bayi lahir
mempunyai kelainan tertentu dan kira-kira separuhnya adalah kelainan serius.
Bayi-bayi tersebut mempunyai masa depan mempunyai masa depan sebagai
manusia, tetapi masa depan itu terbatas dan tidak sempurna.
 Pasangan tidak bertanggung jawab

C. Macam – Macam Aborsi


1. Abortus spontan
Yaitu abortus yang terjadi tanpa ada unsure tindakan dari luar dan kekuatan
sendiri (obstetric dan ginekologi: 1991)
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa intervensi
(buatan) untuk mengakhiri kehamilan (prawirohardjo, sarwono: 2002), yang
terdiri dari :
a. Abortus iminens
Terjadi oerdarahan bercak yang menunjukkan ancaman kelangsungan
kehamilan. Dalam kondisi ini, kehamilan masih mungkin dipertahankan.
b. Abortus insipient
Perdarahan ringan hingga sedang pada kehamilan muda dimana hasil konsepsi
masih berada di kavum uteri. Kondisi ini menunjukkan proses abortus sedang
berlangsung dan akan berlanjut menjadi abortus inkomplit atau komplit.
c. Abortus inkomplet
Perdarahan pada kehamilan muda dimana sebagian hasil konsepsi telah keluar
dari kavum uteri melalui kanalis servikalis.
d. Abortus komplit
Perdarahan pada kehamilan muda dimana seluruh hasil konsepsi telah
dikeluarkan dari kavum uteri.
e. Abortus infeksiosa
Adalah abortus yang disertai infeksi yang biasanya terjadi pada genitalia.
Sedangkan abortus septic adalah abortus yang disertai infeksi berat dengan
penyebaran kuman atau toksinya ke peredaran darah darah atau peritoneum.
f. Missed abortus
Perdarahan pada kehamilan muda yang disertai retensi hasil konsepsi yang
telah mati hingga 8 minggu atau lebih.
g. Abortus habitualis
Adalah keadaan dimana penderita mengalami abortus 3 kali berturut-turut.
2. Abortus Buatan
Yaitu aborsi yang sengaja dilakukan untuk mengakhiri kehamilan (obstertri dan
ginekology:1991)
Abortus provokatus / buatan
Adalah proses buatan yang terjadi akibat intervensi tertentu yang bertujuan
mengakhiri kehamilan.
Terdiri dari dua macam, yaitu :
a. Abortus Therapeutikus yaitu abortus yang dilakukan atas indikasi medis
dengan alasan bila kehamilan diteruskan dapat membahayakan jiwa ibu.
b. Abortus Kriminalis yaitu abortus yang terjadi karena tindakan-tindakan yang
tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis.
D. Teknik Aborsi
1. Menggunakan mesin penyedot
Petugas kesehatan biasanya menggunakan mesin oenyedot yang disebut MVA
(Manual Vakum Aspiration) untuk mengosongkan isi kandungan. Jika mesin
penyedot tidak dilakukan dengan benar, barulah proses aborsi jadi berbahaya.
2. Pengkuretan
Petugas kesehatan bias juga mengosongkan isi kandungan dengan mengeruknya
dengan alat pensteril yang disebut D dan C (dilation and curettage). Seorang
wanita yang sudah mengalami aborsi luka pada jaringan rahim yang dapat
menyulitkan kehamilan berikutnya.
3. Aborsi medis
Wanita dapat juga mengkonsumsi obat yang diresepkan untuk mengakhiri
kehamilannya. Obat – obatan yang terkenal aman dan efektif untuk tujuan ini
adlah Mifepristone yang 2 hari kemudian diikuti oleh Misoprostol.
Jika aborsi tidak legal, wanita berusaha mengakhiri kehamilan dapat
melukai dirinya atau menyerarahkan diri pada seseorang yang tidak melakukan
aborsi secara aman. Aborsi yang tidak aman bias menyebabkan perdarahan hebat,
infeksi serius, bahkan kematian. Wanita yang pernah sakit, terluka atau
mengalami perdarahan berat setelah jenis aborsi apapun bias memiliki luka
didalam kandungannya yang dapat menyebabkan masalah dalam kehamilan atau
persalinannya kali ini. Mungkin yang paling aman adalah membawanya
melahirkan di rumah sakit atau pusat medis terdekat.
Berikut ini berbagai cara melakukan aborsi yang sering dilakukan :
1. Manipulasi fisik, yaitu dengan cara melakukan pijatan pada rahim agar janin
terlepas dari rahim. Biasanya akan terasa akan tersa sakit karena pijatan yang
dilakukan dengan paksaan dan berbahaya bagi organ dalam tubuh.
2. Menggunakan berbagai ramuan dengan tujuan panas dalam rahim. Ramuan
tersebut seperti nanas muda yang dicampur dengan merica atau oba-obatan
keras lainnya.
3. Menggunakan alat bantu tradisional yang tidak steril yang dapat mengakibatkan
infeksi. Tindakan ini juga membahayakan organ dalam tubuh.
E. Komplikasi Unwanted Pregnancy
1. Keguguran atau aborsi
2. Kehamilan luar kandungan (kehamilan ektopik)
3. BBLR
4. Anemia pada ibu hamil
5. Gangguan psikologis

F. Penanganan Unwanted Preganancy


1. Menangani segera mungkin jika terjadi komplikai yang dapat mengancam jiwa
ibu dan janin
2. Memberikan bimbingan dan konseling pada ibu hamil
3. Memberikan pendidikan contohnya education sedini mungkin pada WUS
4. Memberikan penyuluhan pada orang tua untuk lebih memperhatikan pergaulan
putrid mereka.

G. Dampak Unwanted Pregnancy


1. Remaja
Salah satu risiko seks pranikah atau seks bebas terjadi kehamilan yang tidak
diharapkan (KTD). Ada dua hal yang bias dan biasa dilakukan remaja jika
mengalami KTD :
 Mempertahankan kehamilan atau
 Mengakhiri kehamilan (aborsi)
Semua tindakan tersebut dapat membawa resiko baik fisik, psikis maupun social.
a. Bila kehamilan dipertahankan
 Risiko fisik
Kehamilan pada usia dini bias menimbulkan kesulitan dalam
persalinan seperti perdarahan, bahkan bias sampia pada kematian
 Risiko psikis atau psikologi
Ada kemungkinan pihak perempuan menjadi ibu tunggal karena
pasangan tidak mau menikahinya atau tidak
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Kalau mereka menikah, hal
ini juga bias mengakibatkan perkawinan bermsalah dan penuh konflik
karena sama-sama belum dewasa dan siap memikul tanggung jawab
sebagi orang tua. Selain itu, pasangan muda terutama pihak
perempuan, akan dibebani berbagai perasaan yang tidak nyaman
seperti dihantui rasa malu terur-menerus, rendah diri, bersalah atau
berdosa, depresi atau tertekan, pesimis dan lain-lain. Bila tidak
ditangani dengan baik, maka perasaan –perasaan tersebut bias menjadi
gangguan kejiwaan yang lebih parah.
 Risiko sosial
Salah satu resiko social adalah berhenti atau putus sekolah atas
kemauan sendiri dikarenakan rasa malu atau cuti melahirkan.
Kemungkinan lain akan dikeluarkan dari sekolah. Hingga saat ini
masih banyak sekolah yang tidak mentolorir siswi yang hamil. Resiko
social lain : menjadi objek pembicaraan lain, kehilangan masa remaja
yang seharusnya dinikmati, dan terkena cap buruk karena melahirkan
anak “diluar nikah” . kenyataannya di Indonesia, kelahiran anak diluar
nikah masih sering menjadi beban orang tua maupun anak yang lahir.
 Risiko ekonomi
Merawat kehamilan, melahirkan dan membesarkan bayi atau anak
membutuhkan biaya besar.
b. Bila kehamilan diakhiri (aborsi)
Banyak remaja memilih untuk mengakhiri kehamilan (aborsi) bila
hamil. Aborsi bias dilakukan secara aman, bila dilakukan oleh dokter
ataupun bidan berpengalaman. Sebaliknya, aborsi tidak aman bila
dilakukan oleh dukun ataupun cara-cara yang tidak benar ataupun tidak
lazim. Aborsi bias mengakibatkan dampak negative secara fisik, psikis
dan social terutama bila dilakukan secara tidak aman.
 Risiko fisik
Perdarahan dan komplikasi merupakan salah satu resiko aborsi. Aborsi
yang berulang selain bias mengakibatkan komplikasi juga bias
menyebabkan kemandulan. Aborsi yang dilakukan secara tidak aman
bias berakibat fatal yaitu kematian.
 Risiko psikis
Pelaku aborsi sering kali mengalami perasaan – perasaan takut, panic,
tertekan, atau stress, trauma mengingat proses aborsi dan kesakitan.
Kecemasan karena rasa bersalah, atau dosa akibat aborsi bias
berlangsung lama. Selain itu pelaku aborsi juga sering kehilangan
kepercayaan diri
 Risiko social
Ketergantungan kepada pasangan sering kali menjafi lebih besar
karena perempuan merasa sudah tidak perawan, pernah mengalami
KTD dan aborsi. Selanjutnya remaja perempuan lebih sukar menolak
ajakan seksual pasangannya. Resiko lain adalah pendidikan terputus
atau masa depan terganggun
 Risiko ekonomi
Biaya aborsi cukup tinggi. Bila terjadi komplikasi maka biaya semakin
tinggi.

Angka aborsi di Indonesia diperkirakan 2,3 juta pertahun, sekitar


750.000 diantaranya dilakukan oleh remaja. Progam kesehatan
reproduksi yang dikembangkan oleh pemerintah hanya untuk mereka
yang sudah menikah dan tidak merujuk pada kebutuhan yang terkait
dengan informasi seksualitas, edukasi dan penyediaan pelayanan.
Diperlukan pelayanan yang lebih fleksibel agar pemerintah
memberikan keleluasaan pada lembaga-lembaga swadaya masyarakat
untuk menggarap bidang “abu-abu”, misalnya aborsi aman dan
penyediaan kontrasepsi bagi remaja dan dewasa muda yang belum
menikah.
2. Perempuan Usia Subur
 Risiko kesehatan dan keselamatan fisik
Pada saat melakukan aborsi dan setelah melakukan aborsi ada beberapa resiko
yang dihadapi seorang wanita, seperti yang dijelaskan dalam buku “Fact of
Life” yang diltulis oleh Brian Clowes, phd yaitu :
a. Kematian mendadak karena perdarahan hebat
b. Kematian mendadak karena pembiusan gagal
c. Kematian secara lambat akibat infeksi serius disekitar kandungan
d. Rahim yang sobek (uterine perforation)
e. Kerusakan leher rahim (cervical lacerations) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya
f. Kanker payudara (karena ketidak seimbangan hormone estrogen pada
wanita)
g. Kanker indung telur (ovarium cancer)
h. Kanker leher rahim (cervical cancer)
i. Kanker hati (Liver Cancer)
j. Kelainan pada plasenta / ari–ari (placenta previa) yang akan menyebabkan
cacat pada anak berikutnya dan pendarahan yang hebat pada saat
kehamilan berikutnya
k. Menjadi mandul / tidak mampu memilki keturunan lagi (Ectopic
Pregnancy)
l. Infeksi rongga panggul (Pelvic Inflammatory Disease)
m. Infeksi pada lapisan rahim (Endometriosis)
Aborsi sering terjadi pada pra nikah. Hal ini disebabkan beberapa factor.
Aborsi pra nikah dapat dicegah dengan tidak boleh melakukan hubungan seksual
di luar nikah. Jika kehamilannya, sebaiknya dipertahankan dan menjaga
kehamilannya. Hubungan antara unwanted pregnancy and aborsi
Sebagian orang berpikiran bahwa penyelesaian dari kehamilan yang tidak
diinginkan (unwanted pregnancy) hanyala dengan aborsi. Padahal kenyataannya,
kehamilan itu banyak juga yang diteruskan hingga dilahirkan meskipun
selanjutnya byi itu dibuang atau diserahkan kepada keluarga lain.
Adapun UU yang berhubungan dengan tindakan aborsi adalah UU no. 23
tahun 1992 yaitu tentang kesehatan, menyatakan bahwa : tindakan medis dalam
bentuk pengguguran kandungan dengan alas an apapun, dilarang karena
bertentangan dengan norma hukum, agama, kesusilaan, dan norma kesopanan.
Namun dalam keadaan daruruat.
Sebagai upaya menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang di kandungnya,
dapat diambil tindakan medis tertentu. Selain itu, pasal yang menerangkan
mengenai aborsi antara lain :
 Pasal 299 KUH Pidana
i. Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau
menyuruh seorang wanita supaya diobati dengan memberitahu atau
menerbitkan pengharapan bahwa oleh karena pengobatan itu dapat
gugur kendungannya. Dipidana dengan pidana penjara selama-
lamanya empat tahun atau dengan denda sebanyak-banyaknya
empat puluh lima juta rupiah
ii. Kalau yang bersalah berbuat karena mencari keuntungan, atau
melakukan kejahatan itu sebagai mata pencaharian atau kebiasaan
atau kalau ia seorang dokter, bidan atau juru obat pidanan dapat
ditambah sepertiganya
iii. Kalau yang bersalah melakukan kejahatan itu dalam pekerjaannya,
maka dapat dicabut haknya melakukan pekerjaan itu.

 Pasal 346 KUH Pidana


“wanita yang dengan menyebabkan gugur atau mati kandungannya, atau
menyuruh orang lain menyebabkan itu, dipidana penjara selam-lamanya
empat tahun”. Bagi beberapa orang, “tindakan medis tertentu” yang
tercantum dalam UU no. 23 tahun 1992 memang ditafsirkan sebagai
aborsi. Tetapa disisi Lin, pengadilan atau pemerintah dapat saja
menafsirkannya sebagai tindakan lain sebagai aborsi. Selain ini UU
memandang, bahwa aborsi merupakan tindakan pidana. Meskipun begitu,
praktek aborsi bukan merupakan barang baru lagi.
H. Pandangan Islam Terhadap Abortus
1. Sesudah berumur 4 bulan atau 120 hari (janin bernyawa)
Tidak ada perselisihan pendapat dikalangan ulama tentang pengguguran
kandungan sesudah bernyawa. Hukumnya haram dan merupakan tidakan pidana
(pembunuhan), terhadah makhluk yang sudah nyata bentuknya, dan dikenai
sanksi hokum berupa diyat (denda pembunhan) sepenuhnya, seperti dalam kasus
dengan orang dewasa. Janin itu jika menerima warisan. Pentingnya peraturan ini
adalah bahwa janin tersebut akan memberikan warisannya kepada kerabatnya.
Upacara penguburan dalam agama di ijinkan kalau yang mati adalah janin yang
sudah bernyawa, dan dilarang jika sebaliknya.
Al-Qur’an telah menjelaskan yang dilarang adalah membunauh aulad (jama’)
yaitu sesudah bernyawa (ditiup ruh)
2. Sebelum berumur 4 bulan (janin belum bernyawa)
Dalam masalah pengguguran kandungan sebelum bernyawa, terdapat
perbedaan pendapat di kalangan hukum islam. Maka dalam hal itu ada dua
pendapat.
a. Boleh
Madhab Hanafi membolehkan sebelun berumur 4 bulan bahkan wanita
yang tidak mendapat ijin suami. Tapi menyarankan agar wanita tidak
melakukan aborsi tanpa alas an. Salah satu alas an yang sering disebut adalah
adanya bayi yang masih disusui. Kehamilan baruakan membatasi masa
penyusuan dan bayi akan mati jika di diganti oleh penyusu yang lain.
Hukum islam bermadhab Syi’ah mengatakan bahwa :
3. Sebab janin yang belum terbentuk itu sepertiair mani tidak
bernyawa, maka abortus di izinkan tanpa syarat seperti halnya
pencegahan kehamilan.
4. Sementara dokter muslim imam Ibnu Sinadalam kitabnya Al Qanun
Fi-al-Thib berpendapat : boleh melakukan abortus dengan
memasukkan segulung kertas atau bulu-bulu yang diolesi dengan
cairan kedalam rahim wanita yang sedang hamil untuk
menggugurkan kandungannya. Demikian pila dokter muslim Ar
Rozidah Ibnu Junai.
b. Tidak Boleh
Pendapat ini dianut oleh mayoritas ulama maliki dan zaedi. Sebab mulai
sperma memasuki rahim bertemu dan bercampur dengan indung telur
wanita,lalu menjadi segumpal darah, lalu berubah menjadi segumpal daging,
sampai ditiupkan ruh sudah merupakan proses kejadian manusia yang siap
until memperoleh kehidupan, jadi meskipun pertemuan sperma dan ovum
tersebut baru berumur sehari dalam rahim ibu, maka hal itu sudahdisebut
kandungan. Oleh sebab itu alau dikeluarkan dari tempat tersebut, berarti
termasuk abortus walaupun bayi belum bernyawa.
Para ulama menggolongkan hukumnya dengan pertumbuhan yaitu haram
dan termasuk dosa besar. Imam Ghazali dan dalam kitabnya Ihya Ulumuddin
III berkata : permulaan wujud ialah sejak bertemmunya sel sperma dengan sel
ovum (konsepsi) di dalam rahim, dan tidak dari keluarnya sperma dari laki-
laki sebab terjadinya anak tidaklah dari sperma pria saja, tetapi dari suami
istri, yaitu air mani suami dan ovum istri. Dan sesudah sperma masuk kedalam
rahim dan berpadu dengan ovum wanita, janin siap menerima kehidupan,
maka pengguguran di tingkat ini merupakan kejahatan. Jika sudah menjadi
segumpal darah dan daging, maka tindak pidananya lebih tajam. Dan kalau
sudah bernyawa dan berbentuk makhluk, maka semakin keji tindak
kejahatannya

Untuk melengkapiuraian ini patutlah dicatat fatwa suatu lembaga


yang representative dikalangan umat islam di tanah air kita, yaitu :
 Keputusan pengurus besar NU di Jakarta tanggal 25 september
1969, yang antara lain berbunyi : “ …..Kb tidak boleh dilakukan
dengan pengguguran kandungan “.
 Keputusan musyawarah terbatas NU tentang metode KB di
Jakarta tanggal 12 – 20 Juli 1979 : “ pengguguran kandungan
sebagai salah satu metode KB dipandang dari hukum syara’
Islam sebagi suatu jinayah (tindak kejahatan) karena
memusnahkan sesuatu yang mempunyai kedudukuan yang
terhormat dan mendapat perlindungan hokum(mukhtara /
ma’sum). Ada qaul-qaul (pendapat) bahwa status hokum
kandungan diperbolehkan sejak dari uluq (pembuahan). Dan ada
pula qaul kedua yang dicatat dalam kitab I’anah IV / 130 yang
digambarkan sebagai qaul rajih (pendapat yang lebih kuat) ialah:
status tersebut diperoleh setelah kandungan berusia 120 hari 9
ba’da nafkhirrauh) dengan mengecualikan keadaan dharrurah
yang mengancam keselamatan jiwa sang ibu misalnya, maka
musyawarah memilih qaul yang pertama sesuai dengan sumpah
dokter itu sendiri, agar bersikap hati hati.
 Kepurusan Munas MUI dJakarta tanggal 17-20 oktober 1983,
yang antara lain berbunyi sebagai berikut : “ pengguguran
kandungan (abortus) termasuk Menstrual regulation (MR)
dengan cara apapun dilarang oleh jiwa dan semangat ajaran islam
(kharam), apalgi dikala janin sudah bernyawa (umur 4 bulan
dalam kandungan), sebab perbuatan tersebut merupakan
pembuahan terselubung yang dilarang oleh syariat islam, kecuali
intuk menyelamatkan jiwa si ibu.
Jadi dalam hukum Islam dengan tegas aborsi dilarang, dengan
pengecualian (keadaan darurat).

I. PENYELESAIAN
Di masyarakat, kehadiran bayi dari kehamilan yang tidakdiinginkan sebagian besar
diselesaikan dengan cara pengguguran, diteruskan kehamilan tetapi atau bahkan dengan
aborsi. Aborsi dilegalkan apabila dengan melihat alasan-alasan :
1. Kesehatan
2. Korban perkosaan
Tetapi sebenarnya dengan alasan apapun, aborsi tetap tidak dilegalkan menurut
hokum manapun norma yang ada
 FAKTA MENGENAI ABORSI TIDAK AMAN
WHO memperkirakan diseluruh dunia setiap tahun terjadi 20 juta kejadian aborsi yang
tidak aman (unsafe abortion), 95% (19 dari setiap 20 tindakan aborsi tidak aman) diantaranya
terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 78 ribu (13% dari total) perempuan melakukan
atau mendapatkan tindakan aborsi yang tidak aman berakhir dengan kematian (safe
motherhood 2000; 28 (1)).
 Di Asia Tenggara, WHO memperkirakan 4,2 juta aborsi dilakukan setiap tahunnya dan
sekitar 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia. Dimana 2500 di antaranya berakhir
dengan kematian. (Wijono 2000)
 Risiko kematian akibat aborsi yang tidak aman di wilayah Asia diperkirakan 1
berbanding 3700 (Wijono 2000)
 Data dari Departemen Kesehatan (Profil Kesehatan Indonesia tahun 1998) menunjukkan
tingkat keguguran Indonesia sekitar 17,8% di 27 propinsi (Gunawan 2000)
 Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1995 menyebutkan bahwa aborsi
berkontribusi 11,1% terhadap kematian ibu di Indonesia, sedangkan menurut Roshenfield
dan Fathalla (1990) sebesar 10% (Wijono 2000)
 Sebuah studi di Bali menemukan bahwa 71% perempuan yang melakukan aborsi adalah
perempuan menikah (Dewi 1997).
Hal yang hampir sama ditemukan pada studi yang dilakukan oleh Population Council,
98,9% perempuan yang melakukan aborsi di sebuah Klinik swasta di Jakarta telah menikah
dan rata-rata memiliki anak (Hendayanti 1998)
Di Indonesia bekerjasama Yayasan Kesehatan Perempuan, Lembaga Swadaya
Masyarakat (PKBI), Perkumpulan Obstetri gan Ginekologi Indonesia (POGI) dan The Ford
Foundation melakukan penelitian berkelanjutan tentang “Penghentian Kehamilan Tak
Diinginkan Yang Aman Berbasis Konseling” di 9 kota-kota besar di Indonesia (Medan,
Batam, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, Mataram dan Manado) yang hasilnya dapat
sebagai data pendukung Amandemen Pasal 15 Undang-Undang No. 23 Tahun 1992 tentang
Kesehatan ataupun Penyusunan RUU Kesehatan Reproduksi.
J. Pandangan Dalam Konteks Sosial
Mayoritas ulama masih menyatakan bahwa aborsi hanya diperbolehkan dengan alas
an tertentu, yakni ketika kandungan itu membahayakan nyawa si ibu. Untuk alasan
selain itu, masihmenjadi perdebatan controversial yang hamper tidak ada cela, bahkan
UU pidana Indonesia juga hanya memberikan ruang aborsi karena alasan medis.
Masalah aborsi karena alasan social itu dibahas oleh pengurus pusat fatayat NU lewat
lokakarya tentang aborsi menurut fiqih kontemporer pada tanggal 27-28 April 2001
hasilnya adalah memperbolehkan aborsi dalam situasi tertentu seperti karena indikasi
darurat. Darurat tidak hanya berkaitan dengan medis tetapi indikasi social ekonomi,
politik kekuasaan negara dan psikologi. Yang dimaksud dalam aborsi dalam konteks
social adalah dalam keadaan sulit ekonomi, suami tidak mendukung karena pergi jauh
atau jadi TKI,larangan atau aturan ditempat kerja dan konteks ingin menyelesaikan
sekolah atau kuliahnya dahulu.

K. Pandangan Dalam Konteks Kultural


Membicarakan tentang keadaan cultural sangat penting untuk memahami sebuah
lingkaran yang dikembangkan oleh pemikiran seseorang. Asumsinya bahwa tidak ada
sebuah pemikiran yang muncul dalam dimensi ruang kosong, tetapi sebuah pemikiran
yang sangat tergantung dengan situasi social mikro dan makro, latar belakang
pendidikan, social dan cultural seseorang. Secara sekilas disini akan disinggung tentang
sisi geografis, demografis dan sisi cultural. Pada penelitian aborsi dapat dilakukan
sendiri atau self abortion atau tanpa bantuan yang jumlahnya tidak tercatat. Angka
terseut menggambarkan jumlah yang cukup besar pada kehamilan yang tidak
dikehendaki dan yang digugurkan. Dapat diperkirakan bahwa sebagian besar akan
mencoba mencari jalan keluar sendiri atau meminta bantuan kedukun dengan segala
resikonya. Jumlah perempuan yang meninggal akibat keguguran secara diam-diam ini
selanjutnya akan menambah tingginya angka kematian maternal di Indonesia.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

 Unwanted pregnancy adalah kehamilan yang tidak diinginkan oleh orang tua si janin
baik ayah maupun ibu karena alasan psikologis maupun fisik. Aborsi adalah hasil
konsepsi janin dapat hidup diluar kandungan secara paksa.
 Aborsi selalu jadikan sebagau satu-satunya jalan penyelesaian dari kehamilan yang
tidak sebagai ibu dan si janin sangat besar. Baik secara psikologis (mereka telah
pembunuhan), maupun fisik (dapat menimbulkan kemandulan) dan norma
(masyarakat jadi tahu bahwa “dia” telah melakukan tindakan asusila.
 Batasan pelayanan aborsi yang aman yang diperjuangkan oleh Forum Kesehatan
Perempuan dan dilaksanakan dalam penelitian berkelanjutan tersebut adalah:
- Dilakukan di fasilitas Kesehatan yang ditunjuk
- Dilakukan oleh dokter ahli kebidanan dan kandungan atau dokter umum yang
disertifikasi
- Usia kehamilan dibawah 12 minggu
- Konseling sebelum dan setelah tindakan pada klien
- Standar Maya yang mudah dijangkau oleh masyarakat segala tingkatan
MAKALAH
UNWANTED PREGNANCY DAN ABORSI

Disusun Oleh:
1. Nyepi Oktavianingsih 993305336
2. Puji Hastutiningrum 993305338
3. Roikhatul Zahro 993305345

PRODI DIII KEBIDANAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG
2010

You might also like