Disusun oleh:
……………………………………….
NIP. ……………………………
A. Pengkajian Keperawatan
a) Data Inti (Core)
1. Riwayat :
a. Usia penderita:
Anak : 15 – 20 tahun
Orang tua : 32 tahun
b. Jenis ganguan jiwa yang pernah diderita: gangguan konsep diri: harga diri
rendah, memandang dirinya tidak sebaik teman-temannya di sekolah.
c. Riwayat trauma : takut yang berlebihan
d. Konflik : penganiayaan
2. Demografi
a. Vital statistik:
Desa Imbanagara terletak di Kecamatan Ciamis, Kabupaten Ciamis. Desa
Imbanagara berbatasan langsung dengan 4 Desa:
Sebelah utara : Desa Cisadap
Sebelah Selatan : Desa Panyingkiran dan sungai Cireong
Sebelah Timur : Desa Sindangrasa dan Desa Panyingkiran
Sebelah Barat : Desa Imbanagara Raya.
Desa Imbanagara terdapat 5 Dusun:
1. Dusun Warung Wetan, terdiri dari : 4 RW dan 8 RT
2. Dusun Sukamanah, terdiri dari : 4 RW dan 8 RT
3. Dusun Ciwahangan, terdiri dari : 6 RW dan 12 RT
4. Dusun Lebaklipung, terdiri dari : 4 RW dan 9 RT
5. Dusun Karangtengah, terdiri dari : 2 RW dan 5 RT
b. Agama : Islam
c. Budaya : Sunda
3. Data Delapan subsistem
a. Lingkungan fisik
Kualitas udara di Desa Imbanagara cukup bersih tidak ada polusi udara,
karena Desa tersebut masih banyak terdapat pohon-pohon rindang. Di Desa
Imbanagara untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari memakai air sumur jadi
selama pohon-pohon itu masih mampu menampung air, ketersediaan air
bersih akan terpenuhi.
b. Keamanan & transportasi
Petugas keamanan di Desa Imbanagara sistemnya digilir. Jadi setiap malam
ronda yang terpusat di pos kamling kemudian keliling Desa, untuk
pembagian jadwalnya diatur oleh penanggung jawab keamanan di Desa
tersebut. Setiap malam ada 2 orang yang bertugas.
Sarana tranportasi yang biasa digunakan adalah menggunakan motor
sebagai alat transportasinya. Tidak jarang orang bepergian ke kota harus
jalan kaki dahulu keluar Desa, setelah itu naik angkot atau kendaraan umum
lainnya. Untuk keamanan transportasi sendiri masih terjaga, selain karena
ada jadwal pos kamling setiap malam, warga Desa Imbanagara orangnya
lebih bangga dengan barang-barangnya sendiri. Jadi untuk situasi keamanan
lingkungan masih terjaga. Tidak ada pencurian, perampokan, perkosaan
apalagi perkelahian antar warga. Desa Imbanagara walaupun sebagian besar
tingkat penghasilan warganya tergolong menengah kebawah, namun mereka
bangga dengan hasil yang halal, untuk pencurian atau perampokan jarang
terjadi.
Keamanan di jalan bisa dipastikan kurang terpenuhi, selain karena jalannya
apabila hujan licin, dan apabila musim kemarau berdebu. Jadi untuk
keamanan di jalan kurang terjaga, masih ada yang terjatuh gara-gara selip
ataupun senggolan karena sempitnya gang masuk di Desa tersebut.
c. Petugas di jalan raya
Petugas dijalan raya di dekat Desa Imbanagara sudah bekerja seoptimal
mungkin. Kecelakaan juga jarang terjadi, karena polisi yang bertugas di lalu
lintas mewajibkan setiap pengendara sepeda motor memakai helm, dan
untuk pengendara mobil wajib memakai sabuk pengaman. Jadi walaupun di
jalan raya ramai dengan kendaraan, kecelakaan bisa di minimalisir.
Antara Desa Imbanagara dengan Desa sebelah dihubungkan dengan
jembatan penyeberangan. Jembatan tersebut terbuat dari bahan bangunan.
Jadi untuk keamanan sudah terpenuhi. Tidak ikut hanyut terbawa sungai,
kalaupun itu hujan deras.
d. Politik & pemerintahan
Pemerintah daerah (Pemda) setempat kurang tanggap dengan kejadian
gangguan jiwa di masyarakat. Pemda masih fokus dengan masalah-masalah
yang sifatnya medis, misalnya demam berdarah, diare, kusta, terkait
program imunisasi lengkap. Gangguan jiwa masyarakat belum mendapatkan
perhatian khusus. Skrining warga dengan gangguan jiwa juga belum pernah
dilakukan. Aturan pemda tentang jiwa di masyarakat sudah ada, tetapi
dalam prakteknya keluarga pasien yang berinisiatif membawanya berobat ke
pelayanan pengobatan terkait. Perlindungan warga dari pasien jiwa juga
kurang optimal. Stigma negatif untuk orang dengan gangguan jiwa masih
melekat dalam kehidupan warga Desa Imbanagara.
Situasi politik di Desa Imbanagara juga kurang terlihat. Pemerintah
setempat lebih tertarik membiayai pemenuhan sarana dan prasarana di Desa
Imbanagara, bukan tertarik di kesehatannya, lebih-lebih tertarik dengan
kesehatan jiwa masyarakat. Jadi pengaruhnya dengan jiwa masyarakat tidak
terdeteksi lebih dini. Banyak orang stress dengan semakin meningkatnya
kebutuhan, tetapi tingkat penghasilan minimal. Yang seperti itu kurang
mendapatkan perhatian dari pemerintah setempat.
e. Pelayanan umum dan kesehatan
Akses pelayanan kesehatan jiwa terhadap masyarakat kurang terjangkau.
Ada puskesmas pembantu di Desa Imbanagara itupun melayani penyakit
yang umum dimasyarakat seperti flu, batuk, dan panas. Puskesmas di
Kecamatan harus menempuh jarak 10 km untuk mengakses pelayanan
kesehatan tersebut. Kalau mau ke RS harus menempuh jarak ±20 km.
Jenis pelayanan kesehatan jiwa yang diberikan adalah belum begitu
berpengaruh dengan masih tingginya tingkat stress warga di Desa
Imbanagara. Pelayanan yang biasanya dilakukan adalah memberikan
penyuluhan sederhana terkait stress dan dampaknya jangka panjang.
Dampak pelayanan kesehatan bagi kesehatan jiwa masyarakat bisa
diminimalisir untuk kejadian gannguan jiwa, apalagi yang sampai
mengamuk ataupun merusak prasarana Desa. Jadi deteksi dini jiwa
msyarakat perlu dioptimalkan lagi oleh petugas pelayanan kesehatan
terutama kita sebagai perawat. Tidak menungga ada kasus, tetapi kita harus
peka dengan kejadian walaupun itu baru stress masyarakat.
Jenis pelayanan umum untuk masyarakat adalah kesehatan ibu dan anak,
KB, imunisasi, pelayanan kesehatan untuk masyarakat yang sakit umum,
seperti flu, batuk, panas. Untuk penyakit serius akan di rujuk di RS terdekat.
f. Komunikasi
Komunikasi yang digunakan diwilayah tersebut adalah musyawarah yang
dilakukan antar warga dan pejabat Desa, serta setiap informasi yang ada
sering dilakukan melalui masjid yang ada. Media komunikasi yang ada di
masyarakat Patimuan cukup di mengerti oleh warga, namun terhadap
kesehatan jiwa belum begitu berdampak karena masih sedikit media yang
menjelaskan mengenai kesehatan jiwa.
g. Ekonomi
Kondisi ekonomi yang sedang sulit disebagian keluarga di Desa
Imbanagara, maka kesejahteraan masyarakatnya terbilang masih rendah.
Karena kesejahteraaan ekonomi yang rendah, maka ada sebagian keluarga
yang mengalami sedikit gangguan jiwa seperti seringnya marah-marah pada
anak sehingga anak mengalami gangguan konsep diri. Peluang penghasilan
tambahan masyarakat di Desa Imbanagara ke banyakan warganya adalah
petani, namun karena musim yang sedang mendukung ada juga sebagian
warga menggunakan kendaraan sepeda motornya untuk mengojeg, dan ada
ibu-ibu yang berdagang di depan rumahnya.
Kepadatan kerja masyarakat dan dampak terhadap kesehatan jiwa
masyarakat. Karena kebanyakan warga hanya petani, pada saat musim tidak
mendukung untuk bertani maka sebagian warga beralih ke pekerjaan yang
sama seperti mengojeg, sehingga menyebabkan saingan dan juga
pendapatan yang kurang maka para orang tua sering marah pada anaknya
sebagai pelampiasan kekesalannya terhaap kondisi ekonomi.
h. Rekreasi
Sarana rekreasi yang sering digunakan oleh warga yang ada di Desa
Imbanagara adalah bermain bersama di lapangan bola setiap sore, dan sering
berkumpul mengobrol di lingkungan rumah. Warga yang ada di Desa
Imbanagara biasanya melakukan rekreasi di lapangan pada sore hari dan
berkumpul di lingkungan rumah pada saat malam sehabis magrib.
Dampak rekreasi terhdap kesehatan jiwa masyarakat rekreasi yang ada
cukup memberikan dampak positif pada warga, karena semakin terjalinnya
kebersamaan dan rasa peduli antar warga dan sering berdiskusi untuk
mengatasi masalah ekonomi yang sulit sehinga kondisi emosional sebagian
warga yang sering marah dapat di kurangi dengan saling berdiskusi pada
saat berkumpul di lingkungan rumah.
B. Diagnosis Keperawatan
1. Harga diri rendah situasional pada remaja di Desa Imbanagara
berhubungan dengan Gangguan gambaran diri yang dimanifestasikan
dengan Akibat dimarahi dan diperlakukan kasar oleh orang tua.
2. Koping komunitas tidak efektif berhubungan dengan ketidakcukupan
sumber daya masyarakat(rekreasi,dukungan sosial)
C. Intervensi
Diagnosis Intervensi
1. Harga diri rendah situasional 1. Promosi Harga Diri
pada remaja di Desa Observasi
Imbanagara berhubungan i. Identifikasi budaya, agama,
dengan Gangguan gambaran ras, jenis kelamin, dan usia
diri yang dimanifestasikan terhadap harga diri
dengan Akibat dimarahi dan ii. Monitor verbalisasi yang
diperlakukan kasar oleh orang merendahkan diri
tua ditandai dengan: Terapeutik
a. Gejala dan tanda mayor i. Memotivasi trlibat dalam
Subektif verbalisassi positif untuk diri
i. Menilai diri negatif sendiri
ii. Merasa malu/bersalah ii. Diskusikan persepsi negatif
iii. Melebih-lebihkan diri
penilaian negatif tentang iii. Diskusikan bersama keluarga
diri sendiri untuk menetapkan harapan
iv. Menolak penlaian datasan yang jelas
ppositif tentang diri iv. Berikan umoan balik poitif
sendiri atas peningkatan mencapai
Objektif tujuan
i. Berbicara pelan dan lirih v. Fasilitasi lingkungan dan
ii. Menolak berinteraksi aktivitas yang meningkatkan
dengan orang lain harga diri
iii. Berjalan menunduk Edukasi
iv. Postur tubuh menunduk i. Jelaskan kepada keluarga
b. Gejala dan tanda minor pentingnya dukungan dalam
Subjektif perkembangan konsep positif
i. Sulit berkonsentrasi diri pasien
Objektif ii. Anjurkan mengidentifikasi
i. Kontak mata kurang kekuatan yang dimiliki
ii. Lesu dan tidak bergairah iii. Latih meningkatkan
iii. Pasif keercayaan pada kemampuan
iv. Tidak mampu membuat dalam menangani situasi
keputusan 2. Promosi koping
Observasi
i. Identifikasi kegiatan jangka
panjang dan jangka pendek
ii. Identifikasi sumber daya yang
tersedia untuk memahami
tujuan
iii. Identifikasi metode
penyelesaian masalah
iv. Identifiasi kebutuhan dan
keingnan terhadapa dukungan
sosial
Terapeutik
i. Motivasi untuk menentukan
harapan yang realistis
ii. Motivasi dalam kegiatan
sosial
iii. Motivasi mengidentifikasi
sistem pendukung yang
tersedia
iv. Kurangi rangsangan
lingkungan yang mengancam
v. Fasilitasi dalam memperoleh
informasi yang dibutuhkan
Edukasi
i. Anjurkan keluarga terlibat
ii. Anjurkan membuat ujuan
yang lebih spesifik
iii. Latih keterampilan sosial,
sesuai kebutuhan
iv. Latih mengembangkan
penilaian yang objektif
v. Anjurkan tekhnik relaksasi
2. Koping komunitas tidak 1. Edukasi kesehatan
efektif berhubungan dengan Observasi
ketidakcukupan sumber daya i. Identifikasi kesiapan dan
masyarakat(rekreasi, kemampuan menerima
dukungan sosial) informasi
a. Gejala dan tanda mayor Terapeutik
Subektif i. Sediakan materi dan
i. Mengungkapkan pendidikan kesehatan
ketidakberdayaan ii. Jadwalkan pendidikan
komunitas keehatan sesuai kesepakatan
Objektif iii. Berikan kesempatan bertanya
i. Komunitas tidak Edukasi
memenuhi harapan i. Jelaskan faktor resiko yang
anggotanya dapat mempengaruhi kesehatan
ii. Konflik masyarakkat 2. Manajemen lingkungan komunitas
meningkat Observasi
iii. Insiden masalah i. Identifikasi faktor resiko
masyarakat kesehatan yang diketahui
tinggi(pengangguran, Terapeutik
kemiskinan, penyakit i. Libatkan partiipasi masyarakat
mental) dalam memelihara keamanan
b. Gejala dan tanda minor lingkungan
Subjektif Edukasi
i. Mengungkapkan i. Promosikan kebjakan
kerentanan komunitas pemerintah untuk mengurangi
Objektif resiko penyakit
i. Partisipasi masyarakat ii. Berikan pendidikan kesehatan
kurang untuk mengurangi resiko
ii. Tingkat penyakit penyakit
masyarakat meningkat iii. Informasikan layanan
iii. Stres meningkat kesehatan ke individu,
keluarga, kelompok beresiko
dan masyarakat
Kolaborasi
i. Kolaborasi dengan tim
kesehatan lain dalam program
kesehatan komunitas
D. Jurnal Terkait
1. Judul: Pendidikan Kesehatan Jiwa Bagi Kader Kesehatan
Hasil: Pendidikan kesehatan jiwa merupakan upaya langsung untuk
meningkatkan pengetahuan kader. Penelitian ini bertujuan untuk
meningkatkan pengetahuan kader tentang pendidikan kesehatan jiwa di
Kecamatan Cikatomas Tasikmalaya. Penelitian ini merupakan penelitian
quasi eksperimental pre-post test. Populasinya adalah seluruh kader
kesehatan yang berada di Kecamatan Cikatomas Tasikmalaya sebanyak
32 kader. Pemilihan sampel menggunakan sampling jenuh, yang dibagi
menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol.
Lokasi penelitian di Kecamatan Cikatomas Tasikmalaya. Data
dikumpulkan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup
dan telah dilakukan uji validitas-reliabilitas. Data dianalisis
menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
pengetahuan kader meningkat, sebelum diberi pendidikan kesehatan jiwa
menunjukan rerata nilai sebesar 29,34 dan setelahnya menjadi 35,20
dengan selisih 5,86. Dapat disimpulkan bahwa pendidikan kesehatan
jiwa efektif dalam meningkatkan pengetahuan kader kesehatan
Kecamatan Cikatomas Tasikmalaya. Peningkatan tersebut berkaitan
dengan latar belakang pendidikan responden dan lamanya responden
menjadi kader kesehatan.(Hernawaty, Arifin, & Rafiyah, 2018)
2. Judul: Pengaruh Terapi Psikoedukasi Keluarga Terhadap Harga Diri
Rendah dan Beban Keluarga Dengan Anak Retradasi Mental
Hasil: Terdapat perbedaan beban keluarga dengan anak retardasi mental
antara sebelum dan sesudah terapi psikoedukasi keluarga. Terdapat
perbedaan harga diri rendah keluarga dengan anak retardasi mental
antara sebelum dan sesudah terapi psikoedukasi keluarga. Terapi
psikoedukasi keluarga berpengaruh terhadap harga diri rendah dan beban
keluarga dengan anak retardasi mental.
Dari hasil penelitian dapat disarankan adanya pengemabangan
kurikulum dan kegiatan di sekolah yang lebih melibatkan keluarga serta
adanya program khusus yang lebih sering menangani keluarga dengan
anak retardasi mental. Mengembangkan penelitian tentang pengaruh
terapi psikoedukasi keluarga terhadap beban dan harga diri rendah
keluarga dengan menganalisa lebih jauh pengaruh dari faktor budaya dan
agama.(Wulandari et al., 2016)
3. Judul: Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik Terhadap Depresi Pada
Lanjut Usia Di Balai Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay
Bandung
Hasil: Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh
terapi relaksasi autogenik terhadap depresi pada lansia di Balai
Perlindungan Sosial Tresna Werdha Ciparay Bandung dengan nilai p
Value 0,0001 (α 0,05). Dari hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa
setelah menyelesaikan seluruh proses terapi, para responden mengatakan
merasa lebih nyaman dengan diri mereka sendiri dan lingkungan
mereka. Sementara responden lainnya mengatakan bahwa mereka mulai
ikut berperan dan turut serta dalam aktivitas di panti. Disarankan untuk
perawat yang bekerja di panti jompo untuk mengembangkan dan
menerapkan terapi nonfarmakologi untuk mengurangi dan mencegah
depresi pada lansia.(Bandung & Kunci, 2015)
4. Judul: Efektifitas Latihan Kepercayaan diri dalam meningkatkan Harga
Diri Remaja Putus Sekolah
Hasil: Penelitian ini bertujuan mengetahui efektivitas latihan
kepercayaan diri dalam meningkatkan harga diri remaja putus sekolah.
Penelitian menggunakan desain quasi experimental with control group
yang melibatkan 34 responden kelompok intervensi dan 29 responden
kelompok kontrol berusia 12-18 tahun yang putus sekolah di jenjang
pendidikan SD dan SMP. Kelompok intervensi diberikan latihan
kepercayaan diri sementara kelompok kontrol diberikan stimulasi
perkembangan psikososial remaja. Untuk mengetahui keefektifan terapi,
dilakukan penilaian terhadap harga diri sebelum dan setelah intervensi
menggunakan self-esteem questionnaire dengan nilai reliabilitas 0,76.
Data hasil penelitian diolah menggunakan analisis bivariat uji beda dua
mean dependen guna mengetahui perbedaan mean harga diri remaja
sebelum dan setelah intervensi. Analisis statistik menunjukkan adanya
perbedaan signifikan harga diri remaja setelah latihan kepercayaan diri
(p value= 0,000) dibandingkan remaja setelah pemberian stimulasi
perkembangan psikososial. Penelitian ini membuktikan bahwa latihan
kepercayaan diri efektif dalam meningkatkan harga diri remaja. Terapi
ini dapat dijadikan salah satu intervensi untuk mengatasi masalah harga
diri rendah pada(Ilmu et al., 2019)
5. Judul: Pengaruh Pendidikan Kesehatan Jiwa Keluarga Terhadap
Pengetahuan dan Sikap Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa di
Desa Makamhaji Kcamatan Kartasura kabupaten Sukoharjo
Hasil: Penelitian ini merupakan penelitian pra eksperimental dengan one
group pre test and post test design. Sampel penelitian adalah 30 keluarga
pasien gangguan jiwa di Desa Makamhaji Kecamatan Kartasura
Kabupaten Sukoharjo dengan teknik proporsional random sampling.
Pengumpulan data menggunakan kuesioner yang dianalisis
menggunakan uji wilcoxon rank test dan paired sample t-test.
Kesimpulan penelitian adalah (1) terdapat perbedaan yang signifikan pre
test dan post test pengetahuan dan sikap tentang pencegahan
kekambuhan gangguan jiwa setelah mendapatkan pendidikan kesehatan
pada keluarga pasien gangguan jiwa di Desa Makamhaji Kecamatan
Kartasura Sukoharjo, dimana pengetahuan dan sikap keluarga meningkat
dan (2) terdapat pengaruh pendidikan kesehatan terhadap pengetahuan
dan sikap tentang pencegahan kekambuhan gangguan jiwa di Desa
Makamhaji Kecamatan Kartasura Sukoharjo.(Kusumaningtyas,
Kesehatan, & Surakarta, 2017)
DAFTAR PUSTAKA
Bandung, C., & Kunci, K. (2015). Pengaruh terapi relaksasi autogenik terhadap
depresi pada lanjut usia di balai perlindungan sosial tresna werdha ciparay
bandung. 10(2), 56–68.
Hernawaty, T., Arifin, H. S., & Rafiyah, I. (2018). Pendidikan Kesehatan Jiwa
Bagi Kader Kesehatan. 5(1), 49–54.
Ilmu, T., Kesehatan, I., Wardani, I. Y., Utami, T. W., Sopha, R. F., Keperawatan,
F. I., … Barat, J. (2019). THE EFFECTIVENESS OF SELF-CONFIDENCE
PRACTICE TO INCREASE SELF- ESTEEM IN SCHOOL DROPOUT
ADOLESCENCES. 11(1).
Kusumaningtyas, R., Kesehatan, F. I., & Surakarta, U. M. (2017). Disusun Oleh :
Wulandari, R. A., Soeharto, S., Program, M., Magister, S., Fakultas, K.,
Universitas, K., … Brawijaya, U. (2016).