You are on page 1of 66

PEMETAAN INDUSTRI ROKOK

DI KECAMATAN MEJOBO
KABUPATEN KUDUS

TUGAS AKHIR

Untuk memperoleh gelar Ahli Madia


Program Studi Survei dan Pemetaan Wilayah
Universitas Negeri Semarang

Oleh
Suwiani Pusposari
3252302539

FAKULTAS ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2005

iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tugas Akhir ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke

sidang ujian Tugas Akhir pada:

Hari : Kamis

Tanggal : 27 Juli 2005

Pembimbing

Drs. Tukidi
NIP. 131 286 675

Mengetahui,
Ketua Jurusan Geografi

Drs. Sunarko, M.Pd.


NIP. 130 812 916

v
ii
PENGESAHAN KELULUSAN

Tugas Akhir ini telah dipertahankan didepan sidang panitia uijian Tugas

Akhir Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang pada:

Hari : Kamis

Tanggal : 4 Agustus 2005

Penguji Tugas Akhir

Penguji I Penguji II

Drs. Tukidi Drs. Soegijanto, MS.


NIP.131 286 675 NIP. 130 259 822

Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Drs. Sunardi, M.M.


NIP. 130 367 998

vi
iii
PERNYATAAN

Dengan ini saya nyatakan bahwa dalam penulisan Tugas Akhir ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh Gelar Ahli Madya di

suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat

karya atau pendapat yang pernah di tulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali

yang secara tertulis di acu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Semarang, Juli 2005

Suwiani Pusposari
NIM.3252302539

iv
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Ikutilah orang-orang yang tiada minta balasan kepadamu, dan mereka adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk (Yaasiin : 21 ).

Janganlah mempersulit orang lain niscaya Allah akan mempermudah urusanmu

Pekerjaan yang dilakukan dengan sabar dan ikhlas tidak akan pernah sia-sia.

Kegagalan adalah awal dari keberhasilan yang gemilang.

Persembahan :

Ibuku tercinta yang telah memberikan dorongan dan


semangat serta doanya.

Keponakanku tersayang Danar, Dayu, Dzikri, dan Dini.

Kakakku terima kasih atas bantuannya.

My friendsku yang paling deket Dino, Echa, and mbak Fe


terima kasih, persahabatan kalian semua sangat
berartibagiku and kalau udah lulus nanti jangan lupa ama
aku.

Teman-teman SPW angkatan ’02 Siwi, Aning, Ruju, Fuji,


Wulan, Mardiyanah, Endang, Rachono, Farid, Alex,
Agung, Agus, Arif, Riki, Yopi, Andi yang lucu-lucu and
memberikan kesan manis, asam, pahit, asin yang tak
terlupakan dalam diare kampusku, serta terima kasih atas
kebersamaan dan kebaikkan kalian selama ini.

Teman-teman Royyan Cost atas kebersamaannya dan


kebaikannya.

viii
v
PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala nikmat dan ridho-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan

Tugas Akhir ini dengan baik. Tugas Akhir ini di susun dalam rangka untuk

memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Ahli Madya-D3.

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang

telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini dan secara khusus

kami sampaikan kepada :

1. Bapak DR, H. A. T. Soegito. SH, MM. , selaku Rektor Universitas Negeri

Semarang.

2. Bapak Drs. Sunardi. , selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3. Bapak Drs. Sunarko, M.Pd. , selaku ketua jurusan Geografi.

4. Bapak Drs. Suroso, selaku ketua prodi Survei dan Pemetaan Wilayah.

5. Bapak Drs. Tukidi, selaku Dosen pembimbing Tugas Akhir yang telah dengan

tulus ikhlas dan penuh kesabaran menuntun dan mengarahkan hingga

terselesaikannya Tugas Akhir ini.

6. Bapak Ibu Dosen jurusan Geografi yang telah memberikan bekal ilmu dan

dorongan moral sehingga Tugas Akhir ini bisa selesai.

7. Bapak-bapak Kabag personalia, Kabag produksi, dan Kabag Pemasaran

industri rokok di Kecamatan Mejobo.

8. Ibuku tercinta dan teman-temanku yang telah memberikan motivasi pada

penulisan Tugas Akhir ini.

9. Teman-teman SPW angkatan ‘02

ix vi
10. Semua pihak yang telah terlibat dalam penulisan Tugas Akhir ini yang tidak

dapat saya sebutkan satu persatu.

Kami menyadari bahwa Tugas Akhir yang kami susun ini masih

banyak kekurangan, karena keterbatasan kemampuan dan waktu, sehingga

dibutuhkan saran dan kritik dari semua unsur guna kesempurnaan Tugas Akhir

ini.

Semarang, Juli 2005

Penulis

x
vii
SARI

Suwiani Pusposari. 2005. Pemetaan Industri Rokok di Kecamatan Mejobo


Kabupaten Kudus. Ahli Madya Survei dan Pemetaan Wilayah.Universitas Negeri
Semarang. Drs. Tukidi. 60 h.
Adanya industri rokok di Kecamatan Mejobo telah mampu menyerap
tenaga kerja baik dari daerah setempat, daerah sekitarnya maupun dari daerah-
daerah di luar Kabupaten Kudus. Untuk dapat menentukan suatu lokasi industri
rokok dengan tepat, maka industri di Kabupaten Kudus perlu memperhatikan
factor geografi yang berpegang pada aspek kewilayahan, kelingkungan dalam
konteks keruangan. Tujuan utama penetuan suatu lokasi industri adalah untuk
memperbesar keuntungan dengan jalan menekan biaya masukan. Biaya masukan
ini meliputi bahan baku, tenaga kerja, dan biaya transportasi serta sumber tenaga.
Tujuan dari pemetaan industri rokok ini adalah untuk mengetahui lokasi suatu
industri rokok dan untuk mengetahui factor pendukung yang mempengaruhi
persebaran industri rokok.
Metode pengumpulan data menggunakan metode wawancara,
observasi dan dokumentasi. Metode analisis data menggunakan metode
survei,dari hasil survei diperoleh data-data kemudian data tersebut dibuat tabel-
tabel, kemudian diinterpretasikan atau dideskripsikan, selanjutnya dilakukan
proses pemetaan untuk menghasilkan peta lokasi industri rokok.
Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya masterplan dari
Kabupaten Kudus yang mengharuskan industri berlokasi di daerah pinggiran
untuk pemekaran kota. Masterplan dari Kabupaten mengatur tempat-tempat
tertentu untuk industri agar pembangunan di daerah-daerah lebih terencana dan
terarah. Selain itu alasan lain industri rokok didirikan di Kecamatan Mejobo
adalah karena transportasi yang mudah di jangkau, letaknya dekat dengan jalan
raya utama dan juga faktor tenaga kerja yang melimpah, serta sikap masyarakat
yang mau menerima keberadaan industri rokok berlokasi di daerah tersebut,
karena akan membuka peluang kerja bagi masyarakat sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan harga tanah pada waktu itu yang
relatif lebih murah jika dibandingkan saat ini. Bahan baku yang digunakan dalam
industri rokok adalah tembakau, cengkeh, saos/flavour, lem dan kertas.
Hambatan dalam memperoleh bahan baku adalah tidak stabilnya harga cengkeh
dan kertas. Pemasaran industri rokok meliputi dalam dan luar negeri. Hambatan
dalam pemasaran adalah persaingan yang bersifat kompetitif, namun para
produsen menempatkan hasil produksinya pada pangsa pasarnya masing-masing.
Tenaga kerja pada industri rokok sebagian besar berasal dari Kecamatan Mejobo
dan lainnya berasal dari kota Kudus dan luar Kabupaten Kudus. Dalam merekrut
tenaga kerja perusahaan rokok menggunakan dasar ijasah dan ketrampilan atau
pengalaman kerja, sedang dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja adalah
dengan kepelatihan, pendidikan lanjut dan seminar atau lokakarya. Sebagian
besar tenaga pada perusahaan rokok adalah wanita, hal ini disebabkan oleh faktor
ketrampilan.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa adanya industri rokok di
bangun di kota Mejobo adalah adanya masterplan dari Kabupaten Kudus yang
mengharuskan persebaran-persebaran industri di bangun di daerah pinggiran
untuk pemekaran kota. Dan alasan lain adalah transportasi dan tenaga kerja,
merupakan factor utama karena letaknya yang strategis sedang faktor tenaga
kerja disebabkan di Kudus tersedia banyak tenaga kerja, sehingga tidak ada
hambatan dalam memperoleh tenaga kerja.

vii
viii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ............................................................................................i

PERSETUJUAN PEMBIMBING.........................................................................ii

PENGESAHAN KELULUSAN ...........................................................................iii

PERNYATAAN....................................................................................................iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................................v

PRAKATA............................................................................................................vi

SARI......................................................................................................................viii

DAFTAR ISI.........................................................................................................ix

DAFTAR TABEL.................................................................................................xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................xii

DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................xiii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ...............................................................................................1

B. Penegasan Istilah.............................................................................................5

C. Permasalahan ..................................................................................................6

D. Tujuan Penelitian ............................................................................................6

E. Kegunaan Penelitian .......................................................................................6

F. Sistematika Tugas Akhir.................................................................................7

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pemetaan Industri Rokok ................................................................................8

B. Industri.............................................................................................................13

viii
ix
C. Lokasi Industri.................................................................................................15

D. Faktor Pendukung Industri ...............................................................................18

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Sampel.............................................................................................................21

B. Variabel Penelitian ..........................................................................................21

C. Metode Pengumpulan Data .............................................................................21

D. Alat dan Bahan .................................................................................................23

E. Metode Pengolahan Data..................................................................................24

F. Metode Analisis Data........................................................................................25

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMETAAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................................28

B. Pembahasan ......................................................................................................47

C. Pemetaan .........................................................................................................53

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................................56

B. Saran .................................................................................................................58

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................59

LAMPIRAN..........................................................................................................61

ixx
DAFTAR TABEL
Halaman

Tabel 1. Jumlah penduduk menurut desa di Kecamatan Mejobo

tahun 2003 ....................................................................................... 34

Tabel 2. Komposisi penduduk menurut kelompok umur dan jenis kelamin di

Kecamatan Mejobo tahun 2003........................................................ 35

Tabel 3. Komposisi penduduk menurut tingkat pendidikan di Kecamatan

Mejobo tahun 2003.......................................................................... 36

Tabel 4. Bahan baku pada industri rokok ...................................................... 37

Tabel 5. Hambatan dalam memperoleh bahan baku pada industri rokok ...... 38

Tabel 6. Daerah pemasaran produk industri rokok ........................................ 38

Tabel 7. Jumlah dan produksi barang eksport pada industri rokok ............... 41

Tabel 8. Jumlah tenaga kerja menurut jenis kelamin..................................... 42

Tabel 9. Jumlah tenaga kerja menurut daerah asal ........................................ 44

Tabel 10. Jumlah tenaga kerja menurut pendidikan......................................... 45

Tabel 11. Cara untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja .............................. 46

iixi
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Peta administrasi Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus ......... 29

Gambar 2. Peta penggunaan lahan Kecamatan Mejobo

Kabupaten Kudus ...................................................................... 30

Gambar 3. Peta lokasi industri rokok Kecamatan Mejobo

Kabupaten Kudus ...................................................................... 32

Gambar 4. Peta pemasaran hasil produksi dari Kecamatan Mejobo

Kabupaten Kudus ...................................................................... 39

Gambar 5. Peta angkatan kerja menurut Desa di Kecamatan Mejobo

Kabupaten Kudus ...................................................................... 43

Gambar 6. Peta jaringan jalan Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus....... 48

iii
xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Instrumen Wawancara ............................................................. 61

Lampiran 2. Hasil Penelitian........................................................................ 65

Lampiran 3. Surat Rekomendasi research/survey........................................ 66

Lampiran 4. Surat Ijin Penelitian ................................................................. 67

iv
xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan industri ditujukan untuk memperoleh struktur

ekonomi nasional dengan keterkaitan luas dan saling mendukung antar

sektor, meningkatkan daya tahan perekonomian nasional, memperluas

lapangan kerja dan kesempatan usaha sekaligus mendorong berkembangnya

kegiatan berbagai sektor pembangunan lainnya. Salah satu pengembangan

aktivitas industri adalah memanfaatkan sumber daya alam di bidang

pertanian yang di kenal dengan agroindustri. Sebagaimana disebutkan dalam

Undang-undang No. 5 tahun 1984 tentang perindustrian, bahwa tujuan dari

pembangunan industri antara lain adalah untuk memperluas kesempatan

kerja.

Jumlah penduduk yang besar sebenarnya merupakan modal yang

penting dalam pembangunan, bahkan dalam GBHN tahun 2003 disebutkan

bahwa jumlah penduduk yang besar apabila dibina dan dikerahkan sebagai

tenaga kerja yang efektif akan menjadi modal yang sangat menguntungkan

(GBHN, 2003 : 74). Namun apabila jumlah penduduk yang besar tersebut

tidak dibina menjadi tenaga kerja yang berpotensi, maka jumlah penduduk

yang besar justru akan menambah jumlah pengangguran. Untuk mengatasi

hal tersebut perlu adanya usaha perluasan lapangan pekerjaan baik dalam

jumlah maupun jenis usaha, usaha tersebut sangat diperlukan utamanya

1
2

dipedesaan karena jumlah penduduk di Indonesia sebagian besar tinggal di

pedesaan.

Dalam studi tentang industri banyak hal yang dapat dikemukakan

baik yang erat kaitannya dengan proses produksi maupun pemasaran,

misalnya yang terkait dengan bahan mentah, modal, tenaga kerja, sumber

tenaga, tranportasi dan pemasaran. Perbedaan teknologi yang digunakan di

dalam proses produksi menyebabkan kuantitas dan kualitas produksi berbeda

pula. Untuk dapat menentukan suatu lokasi industri dengan tepat, maka

industri di Kabupaten Kudus perlu memperhatikan faktor geografi yang

berpegang pada aspek kewilayahan, kelingkungan dalam konteks keruangan.

Tujuan utama penentuan suatu lokasi industri adalah untuk memperbesar

keuntungan dengan jalan menekan biaya masukan. Biaya masukan ini

meliputi bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya sumber tenaga dan biaya

tranportasi. Untuk menentukan lokasi yang menekan biaya produksi dan

biaya distribusi sampai pada titik yang minimal adalah tidak mudah karena

itu harus dipertimbangkan berbagai faktor, apabila penentuan lokasi salah

maka akan menyebabkan kerugian yang terus menerus. Faktor bahan baku,

tenaga kerja dan pemasaran merupakan faktor yang paling berpengaruh

dalam keberadaan suatu industri, tanpa adanya ketiga faktor tersebut suatu

industri tidak dapat berjalan. Adanya industri yang berkembang pesat pada

suatu daerah menarik adanya industri lain untuk berlokasi di daerah tersebut.

Di dalam industri dibutuhkan sarana penunjang seperti tenaga kerja

yang terampil di dalam bidang industri yang bersangkutan. Selain itu juga
3

dibutuhkan suatu teknologi yang digunakan di dalam proses produksi yang

menyebabkan perbedaan kuantitas dan kualitas yang berbeda pula.

Tujuan dari pembangunan industri antara lain adalah untuk

memperluas kesempatan kerja yang dalam kaitannya dengan penelitian ini

dapat diwujudkan dengan berdirinya pabrik rokok di Kecamatan Mejobo

Kabupaten Kudus. Keberadaan industri tersebut telah mampu menyerap

tenaga kerja baik dari daerah setempat, daerah sekitarnya, maupun dari

daerah-daerah di luar Kabupaten Kudus. Faktor bahan baku, tenaga kerja, dan

pemasaran merupakan faktor yang paling berpengaruh dalam keberadaan

suatu industri, tanpa adanya ketiga faktor tersebut suatu industri tidak dapat

berjalan dan dengan adanya industri yang berkembang pesat pada suatu

daerah menarik adanya industri lain untuk berlokasi di daerah tersebut.

Bidang industri sebenarnya adalah bidang kegiatan yang

menimbulkan perubahan yang dampaknya luas. Industri memerlukan bahan

mentah, buruh dan sarana angkutan yang baik.

Kehidupan ekonomi kota Kudus di Jateng sebagian terbesar

bergerak karena industri rokok. Dengan adanya industri rokok diKudus,

bukan saja dataran rendah Bojonegoro yang ditanami tembakau, melainkan

lereng-lereng terjal Sindoro-Sumbing di Wonosobo pun ikut dirobah

wajahnya untuk dijadikan lading tembakau. Hutan belantara tempat-tempat

yang jauh dari Kudus seperti Toli-toli di Sulawesi tengah, sonder di Sulawesi

utara, sampai pantai Bengkulu-Telukbayur di Sumatra, dirobah dan dijadikan

perkebunan cengkeh, sebagai bahan mentah yang lain dari industri rokok
4

Kudus itu sesudah tembakau. Hasil industri rokok Kudus kemudian diangkut

dengan kendaraan sampai ketempat-tempat kecil yang terletak jauh dilereng

gunung. Kegiatan pengangkutan memerlukan jaringan jalan yang rapat dan

mutu jalan yang baik.

Dengan adanya banyak industri rokok didirikan dikota Kudus,

maka akan terjadi persebaran-persebaran industri rokok kedaerah-daerah atau

dipedesaan, sehingga kegunaan peta sangat penting, yang tujuannya untuk

mengetahui persebaran lokasi industri rokok diseluruh daerah, terutama di

Kecamatan Mejobo.

Secara umum tujuan dari pemetaan adalah untuk menimbulkan

daya tarik pada obyek yang dipetakan, untuk lebih memperjelas atau

menonjolkan obyek penting secara sederhana, dan untuk memperjelas suatu

bahasan atau pembicaraan, serta sebagai sumber data yang indah dan

menarik.

Sedangkan kegunaan peta antara lain untuk kepentingan pelaporan

(recording), peragaan (displaying), analisis (analyzing), dan pemehaman

dalam interaksi (interrelation) dari obyek atau kenampakan secara keruangan

(spatial-relationship), sebagai alat bantu, peta mempunyai peranan penting

bagi manusia terutama dalam melakukan pengamatan lapangan, atau

mempelajari berbagai fenomena yang berkaitan dengan kehidupan manusia.

Di Kecamatan Mejobo terdapat industri rokok yang merupakan

masterplan dari Kabupaten Kudus yang mengharuskan tempat-tempat

tertentu digunakan untuk kawasan industri. Dengan adanya industri rokok


5

telah membuka kesempatan kerja bagi penduduk dan mendorong industri

lainnya untuk berkembang didaerah itu.

Bertolak dari latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk

mengambil judul “Pemetaan Industri Rokok di Kecamatan Mejobo

Kabupaten Kudus”.

B. Penegasan Istilah

1. Industri adalah suatu unit produksi yang melakukan kegiatan mengubah

barang dasar ( bahan baku / bahan mentah ) menjadi barang jadi atau dari

barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi nilainya

(BPS, 1999 : 22 ).

2. Industri adalah usaha untuk memproduksi barang-barang jadi dari bahan

baku atau bahan mentah melalui suatu proses penggarapan dalam jumlah

besar, sehingga barang-barang itu diperoleh dengan harga satuan yang

serendah mungkin (BPS, 1999 : 90).

3. Industri adalah setiap usaha yang merupakan suatu unit produksi yang

membuat suatu barang / mengerjakan sesuatu bahan untuk keperluan

masyarakat ( Bintarto, 1968 : 90).

4. Pemetaan merupakan suatu proses, cara, perbuatan membuat peta

( KBBI,1989).

5. Peta adalah suatu gambaran unsur-unsur atau kenampakan abstrak yang

dipilih dari permukaan bumi atau yang ada kaitannya dengan permukaan

bumi atau benda-benda angkasa dan umumnya digambarkan pada suatu

bidang datar diperkecil atau diskalakan (ICA, 1973 ).


6

6. Peta adalah pengecilan dari permukaan bumi atau benda angkasa yang

digambar pada bidang datar dengan menggunakan ukuran, symbol dan

sistem generalisasi atau penyederhanaan (Juhadi dan Dewi L.S. 2001:2).

C. Permasalahan

Mampukah media peta memberikan keterangan atau informasi yang lebih

baik tentang industri rokok di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus?

D. Tujuan Penelitian

Untuk memetakkan industri rokok yang meliputi lokasi industri, tenaga

kerja, hasil produksi dan pemasaran hasil industri di Kecamatan Mejobo

Kabupaten Kudus.

E. Kegunaan Penelitian

1. Bersifat teoritis

a. Menambah wawasan keilmuan bagi mahasiswa dan pemerhati masalah

industri rokok khususnya

b.Memperoleh pengetahuan tentang pemetaan industri rokok di

Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus

2. Bersifat praktis

Memberi informasi kepada instansi terkait mengenai pemetaan industri

rokok di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus.


7

F. Sistematika Tugas Akhir

Tugas akhir ini terdiri dari tiga bagian, yaitu :

1. Bagian Pendahuluan Tugas Akhir

Bagian Pendahuluan Tugas Akhir yang berisi tentang halaman judul,

abstraksi/sari, pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar

isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

2. Bagian isi terdiri dari :

BABI :Pendahuluan berisi tentang latar belakang, penegasan istilah,

perumusan masalah atau fokus masalah, tujuan penelitian,

kegunaan penelitian, dan sistematika penulisan tugas akhir.

BAB II : Landasan teori yang membahas tentang pemetaan industri rokok,

industri, lokasi industri rokok, faktor pendukung industri rokok.

BAB III: Metode Penelitian membahas tentang sampel, variable, alat dan

bahan, metode pengumpulan data, metode pengolahan data dan

metode analisis data.

BAB IV: Hasil analisis dan pemetaan, membahas tentang data-data yang

diperoleh selama penelitian, pembahasan dan pemetaan.

BAB V : Penutup berisi tentang simpulan dan saran.

3.Bagian akhir tugas akhir berisi tentang daftar pustaka dan lampiran-

lampiran.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pemetaan Industri Rokok Sebagai Peta Tematik

Pemetaan merupakan suatu proses, cara, perbuatan membuat peta

(KBBI, 1989). Ada beberapa definisi tentang peta antara lain :

1. Peta adalah suatu gambaran unsur-unsur atau kenampakan abstrak yang

dipilih dari permukaan bumi atau yang ada kaitannya dengan permukaan

bumi atau benda-benda angkasa dan umumnya digambarkan pada suatu

bidang datar dan diperkecil atau diskalakan ( ICA, 1973 ).

2. Peta adalah pengecilan dari permukaan bumi atau benda angkasa yang

di gambar pada bidang datar, dengan menggunakan ukuran, syimbol,

dan system generalisasi atau penyederhanaan ( Juhadi dan Dewi L.S,

2001:2).

Kegunaan peta antara lain :

1. Untuk keperluan pelaporan ( recording ).

2. Peragaan ( displaying ).

3. Analisis ( analyzing ).

4. Pemahaman dalam interaksi dari obyek atau kenampakan secara

keruangan ( Sinaga, 1992 ).

Sebagai alat Bantu, peta mempunyai peranan penting bagi

manusia terutama dalam melakukan pengamatan lapangan, laporan

penelitian atau dalam mempelajari berbagai fenomena yang berkaitan

8
9

dengan kehidupan manusia ( Juhadi dan Dewi L. S, 2001: 3 ). Data-data

yang dapat di buat peta adalah data yang bersifat kualitatif dan kuantitatif

serta data tersebut mempunyai lokasi atau ruang yang jelas. Data yang

bersifat kuantitatif dapat diwujudkan dalam bentuk digram atau symbol

yang mencerminkan nilai atau jumlah. Sedangkan data kualitatif merupakan

suatu data tentang fenomena-fenomena sosial.

Dalam pembuatan suatu peta harus memuat beberapa komponen

peta. Komponen peta tematik merupakan informasi tepi peta, meliputi judul

peta, skala peta, orientasi peta, garis tepi peta, letak koordinat, sumber peta,

insert peta, dan legenda. Biasanya komponen peta tematik ini diatur

sedemikian rupa sebagai komposisi atau tata letak peta tematik dengan

memperhatikan aspek selaras, seimbang, serasi atau disingkat 3S.

Penjelasan masing-masing komponen peta dan penempatannya sebagai tata

letak atau layout peta hingga diperoleh hasil komposisi peta yang benar dan

serasi akan diuraikan sebagai berikut:

a. Judul peta

Judul peta pada peta tematik berbeda dengan judul peta pada peta

rupabumi. Pada peta rupabumi judul peta merupakan nama daerah atau

wilayah yang tergambarkan pada lembar peta tertentu dan diletakkan di

atas peta pada sisi tengah. Nama judul dan posisinya pada peta sudah

baku atau bersifat konvesional, sehingga tidak dapat diubah-ubah lagi.

Sedangkan pada peta tematik judul peta disesuaikan dengan tema peta

yang akan dibuat, dan posisi judul peta dapat diubah-ubah sedemikian
10

rupa sesuai dengan bentuk wilayah dan aspek 3S serta kepentingan

tertentu. Judul peta tematik harus memuat tiga hal yaitu: tema peta, nama

lokasi wilayah yang akan dipetakan, tahun pembuatan peta.

b.Skala peta

Skala adalah perbandingan jarak antara dua titik di peta dengan jarak

sebenarnya dari dua titik di peta. Skala peta ada dua macam yaitu skala

garis dan skala angka. Idealnya pada setiap peta harus selalu

dicantumkan skala angka dan skala garisnya. Apabila tidak

memungkinkan maka skala garis lebih mutlak untuk dicantumkan, karena

apabila peta tersebut diperbesar atau diperkecil maka dapat dihitung

perubahan skalanya. Berdasar pedoman pada skala garis satu satuan garis

(dalam cm ) sama dengan satu kilometer di lapangan, sehingga

perubahan skala dapat diperhitungkan.

c. Orientasi peta

Orientasi peta adalah suatu tanda petunjuk arah peta, bukan arah mata

angin. Arah yang ditampilkan pada peta hanya arah utara saja dengan

posisi arah utara selalu menghadap keatas, sesuai dengan utara grid.

Bentuk orientasi peta pada peta tematik digambarkan secara sederhana

saja yaitu bentuk anak panah atau bentuk tombak yang panahnya berada

diatas dan diberi tanda notasi huruf U atau utara, berarti arah peta

menghadap ke atas. Penempatan orientasi peta seperti skala peta yaitu

selalu berada di dalam bingkai peta, dengan posisi di bawah skala peta

atau pada tempat-tempat yang luang.


11

d.Garis tepi peta

Garis tepi peta atau garis bingkai peta merupakan garis yang membatasi

informasi peta tematik. Semua komponen peta berada di dalam garis tepi

peta atau dengan kata lain tidak ada informasi yang berada di luar garis

tepi peta. Komponen peta yang di maksud berada di dalam garis tepi

meliputi judul peta, skala peta, orientasi peta, legenda, sumber peta, dan

garis lintang dan bujur peta.

e.Nama pembuat peta

Informasi yang berada di luar garis tepi peta terluar hanya informasi

pembuat peta yang letaknya pada bagian luar peta berbatasan dengan

garis tepi peta terluar. Letaknya pada sisi kanan bagian bawah di luar

garis tepi peta. Nama pembuat peta merupakan unsure peta yang perlu

untuk dicantumkan. Nama pembuat peta dicantumkan di luar garis tepi

peta, karena nama pembuat peta bukan merupakan komponen pokok peta

tetapi merupakan informasi pendukung saja. Lokasinya berada di luar

garis tepi peta terluar, pada bagian pojok kanan bawah.

f. Koordinat peta

Koordinat peta tematik merupakan salah satu unsur penting, karena

koordinat menunjukkan lokasi absolut di bola bumi. Koordinat dalam

peta tematik dapat digunakan dengan dua cara yaitu koordinat lintang dan

bujur, koordinat x dan y atau di kenal dengan system UTM,

menggunakan pedoman pada koordinat Universal Transverse Mercator.


12

g.Sumber peta

Sumber peta dapat terdiri dari dua macam sumber yaitu sumber data dan

sumber peta, sumber peta berasal dari peta dasar yang digunakan dan

sumber data berasal dari data statistik yang digunakan. Informasi sumber

peta pada peta tematik berisi tentang sumber peta dan skala, sedangkan

sumber data berisi tentang jenis data, sumber data, dan tahun data. Tahun

data mutlak harus dicantumkan karena nilai data selalu mengalami

perubahan.

h.Legenda peta

Legenda peta merupakan kunci peta sehingga mutlak harus ada pada

peta. Legenda peta berisi tentang keterangan symbol, tanda, atau

singkatan yang dipergunakan pada peta. Peranan legenda peta sangatlah

penting dalam pembacaan peta, maka legenda peta harus dibuat secara

benar dan baik serta pada posisi yang serasi dan seimbang. Tidak ada

aturan khusus bagi penempatan symbol pada legenda, akan tetapi aspek

3S harus selalu dicantumkan.

i.Inset peta

Ada dua macam jenis inset peta yaitu inset pembesaran peta dan inset

lokasi wilayah. Inset perbesaran peta banyak dijumpai pada atlas,

kegunaannya untuk menerangkan informasi penting dari suatu pulau.

Kenampakan pulau tersebut pada skala tertentu tampak sangat kecil

sehingga perlu diperbesar. Pada inset lokasi wilayah, banyak dijumpai

pada peta-peta tematik. Inset lokasi ini kegunaannya untuk menjelaskan


13

lokasi suatu daerah pada cakupan wilayah yang lebih besar lagi. Contoh

peta tematik setingkat desa memerlukan peta inset kabupaten (dengan

batas kecamatan), sehingga dapat diketahui lokasi desa tersebut pada

tingkat kecamatan dan kabupaten (Juhadi dan Dewi Liesnoor S. , 2001 ).

B. Industri

Dalam program pembangunan nasional, sub sektor industri

merupakan salah satu bagian dalam bidang pembangunan sektor ekonomi

jangka panjang yangn diarahkan untuk menciptakan struktur ekonomi yang

lebih kokoh dan seimbang dengan titik berat pada sektor industri yang di

dukung oleh pertanian yang tangguh. Pembangunan sub sektor tersebut juga

ditujukan untuk memperluas kesempatan kerja, menyediakan barang, dan

jasa yang berkualitas serta untuk menunjang pembangunan pada sektor-

sektor lainnya ( GBHN, 1993 : 188 ).

Pembangunan sektor industri sangat dipengaruhi oleh factor

penunjang. Beberapa faktor penunjang tersebut sangat menentukan

perindustrian di Indonesia, antara lain :

1. Kekayaan alam barang tambang, hasil hutan, hasil laut, pertanian

2. Jumlah penduduk yang besar, baik sebagai tenaga kerja maupun

pemakai.

3. Letak Indonesia yang strategis di antara Negara-negara Asia dan

Australia, Eropa dan Amerika, sehingga memungkinkan hasil industri

diekspor ke Negara-negara lain ( Soedarno, 1984 : 22 ).


14

Untuk mengetahui apakah suatu industri itu masuk ke dalam

kriteria tertentu, BPS membagi kriteria industri menjadi empat yaitu :

1. Industri besar, merupakan perusahaan industri yang mempunyai jumlah

tenaga kerja paling sedikit 100 orang.

2. Industri sedang, merupakan perusahaan industri yang mempunyai

jumlah tenaga kerja antara 20-99 orang.

3. Industri kecil, merupakan perusahaan industri yang mempunyai jumlah

tenaga kerja 5-19 orang.

4. Industri rumah tangga, merupakan perusahaan industri yang mempunyai

jumlah tenaga kerja antara 1-4 orang ( BPS, 1999 : 22 ).

Sedangkan industri berdasarkan penyelenggaraannya dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu:

a. Industri rakyat atau industri kecil

Industri kecil ini mempunyai ciri-ciri : produksinya banyak

menggunakan tenaga pekerja, menggunakan alat teknik sederhana,

tempat produksinya di rumah, upah pekerjanya murah.

b. Industri besar

Industri ini memiliki ciri-ciri : modal yang digunakan besar bisa

berasal dari pemerintah swasta, nasional atau patungan /modal asing,

menggunakan mesin-mesin modern dalam produksinya, tenaga kerja

yang digunakan merupakan tenaga kerja terdidik, yang termasuk dalam

industri besar adalah industri rokok, industri kertas, industri pengolahan

kayu, industri otomotif, dan lain-lain ( Soegijanto, 1989 : 30 ).


15

C. Lokasi Industri

Dalam kajian geografi tidak lepas dari konsep lokasi. Lokasi suatu

benda atau suatu gejala dalam ruang dapat menjelaskan dan dapat

memberikan kejelasan pada benda atau gejala geografi yang bersangkutan.

Lokasi dalam ruang dapat dibedakan antara lokasi absolut dan lokasi relatif.

Lokasi absolut suatu tempat atau suatu wilayah yaitu lokasi yang berkenaan

dengan posisi menurut garis lintang dan garis bujur atau berdasarkan jaring-

jaring derajat. Sedang lokasi relatif suatu tempat atau suatu wilayah yaitu

tempat atau wilayah yang bersangkutan berkenaan dengan hubungan tempat

atau suatu wilayah ini dengan faktor alam atau budaya yang ada

disekitarnya ( Sumaatmaja, 1988: 118-119 ).

Dalam menentukan lokasi industri ada sejumlah faktor yang ikut

menentukan berdirinya di suatu wilayah diantaranya adalah menyangkut

faktor ekonomis, historis, manusia, politik, geografis. Dimasa lampau

pengaruh yang paling kuat adalah faktor geografis, sehubungan dengan hal

ini Robinson memasukkan ke dalam faktor geografis itu sebanyak enam hal

yaitu bahan mentah, sumber daya tenaga, suplai tenaga kerja, suplai air,

pasaran, dan fasilitas tranportasi ( Daldjoeni, 1992 : 58 ).

Pemilihan lokasi kegiatan industri dalam hal ini kegiatan

pengolahan bahan mentah menjadi bahan jadi atau setengah jadi diputuskan

atau ditetapkan berdasarkan bermacam-macam orientasi. Keputusan lokasi

ada yang berorientasi pada energi, tenaga kerja, pasaran, bahan baku, dan
16

juga tranportasi, dasar orientasi keputusan terutama ditentukan pada biaya

tranportasi yang terendah.

Keputusan lokasi ada yang berorientasi pada tenaga kerja, energi,

bahan baku, dan pasaran. Faktor yang perlu ditentukan untuk menentukan

lokasi industri secara ekonomis adalah:

1. Keadaan pasar hasil produksi baik yang akan datang ataupun sekarang.

2. Tenaga, tersediakah di tempat itu tenaga-tenaga yang diperlukan dan

bagaimana tingkat upahnya.

3. Sarana dan prasarana tranportasi

4. Sumber tenaga air dan listrik

5. Bahan, apakah di tempat itu mudah cara memperoleh bahan yang

diperlukan.

Faktor lain yang masih perlu dipertimbangkan adalah iklim, sikap,

masyarakat, dan intensitas persaingan. Di samping tempat perusahaan yang

ditentukan secara ekonomis, maka ada suatu perusahaan yang tempatnya

ditentukan oleh faktor lain yaitu :

1. Lokasi yang ditentukan oleh pemerintah, perlu mengatur lokasi suatu

perusahaan dengan mempertimbangkan beberapa faktor, antara lain :

a. Faktor kesehatan, seperti usaha peternakan, unggas, babi,

penempatan harus jauh dari perumahan penduduk.

b. Faktor keamanan, perusahaan yang memproduksi senjata dan bahan

baku yang berdaya letak tinggi, penempatan lokasi harus

mempertahankan faktor keamanan sekitarnya.


17

c. Faktor politis, untuk melaksanakan pembangunan, maka kebijakan

pembangunan di bidang tertentu, misalnya di sektor industri praktis

dibangun di daerah tertentu, walaupun sebenarnya hal itu kurang

menguntungkan secara ekonomis.

2. Lokasi yang berkaitan dengan sumber-sumber ekonomi, antara lain :

a. Lokasi usaha yang memperhatikan pada faktor-faktor produksi

misalnya: terkait dengan bahan mentah, contohnya usaha

pertambangan, perusahaan yang mengolah hasil-hasil hutan, dan tenaga

kerja, misalnya: perusahaan padat karya, contohnya pabrik rokok,

sumber dana, kredit perbankan.

b.Lokasi yang dekat dengan konsumen

c. Lokasi yang banyak tersedia faktor-faktor pendukung lainnya, seperti

pengangkutan, air, listrik, dan lain-lain.

3. Lokasi perusahaan yang bersifat historis.

Adanya suatu perusahaan di suatu lokasi atau daerah tertentu

yang bersifat historis adalah disebabkan oleh adanya faktor keturunan.

Keberadaan perusahaan bersifat historis kadang-kadang mengabaikan

faktor –faktor yang bersifat ekonomi. Hal ini mungkin terjadi karena

usaha tersebut telah lama dirintis dan dikembangkan oleh orang-orang

yang ada atau tinggal di lokasi itu jauh dari sebelumnya ( Manullang,

1991 : 77 ).
18

D. Faktor Pendukung Industri

Pemilihan lokasi industri perlu mempertahankan adanya faktor-

faktor pendukung yang mempengaruhi perencanaan lokasi industri, sifat

bahan baku atau produksinya dan kemudian mencapai konsumen.

Ada beberapa faktor pendukung dalam pemilihan lokasi industri

antara lain adalah :

1. Faktor bahan baku.

Suatu perusahaan pabrik didirikan dekat sumber bahan

mentahnya atau mudah dalam mendapatkan bahan bakunya untuk

menjamin tersedianya bahan-bahan sehingga kontinuitas pabrik dapat

terjamin. Di samping itu bila harga mentahnya mahal dan bahan mentah

tersebut berat, maka lebih baik pabrik dekat dengan sumber bahan

mentah agar biaya pengangkutan lebih murah dan kemungkinan

kerugian karena hilangnya bahan-bahan tersebut dapat diperkecil.

2. Tenaga kerja

Faktor ini menyangkut dua segi yaitu kuantitatif artinya

banyaknya orang yang direkrut dan kualitatif yaitu berdasarkan

ketrampilan tekniknya ( Daldjoeni, 1992 : 59 ).

Beberapa industri membutuhkan adanya tenaga ahli dan terlatih.

Dalam industri semacam ini tersedianya tenaga kerja yang terampil

sering menggunakan pertimbangan dalam menentukan lokasi suatu

perusahaan atau pabrik. Jadi pemilihan suatu daerah untuk tempat lokasi

perusahaan ditentukan oleh :


19

a. Adanya buruh terampil yang diperlukan dengan komposisi yang

dibutuhkan.

b. Terdapatnya kuantitas yang cukup dari buruh yang diperlukan.

c. Besar kecilnya atau tinggi rendahnya upah di daerah itu ( Assauri,

1978 : 27).

3. Faktor pemasaran.

Menurut asosiasi pemasaran didefinisikan sebagai pelaksanaan

kegiatan dunia usaha yang mengarahkan arus barang dan jasa dari ke

konsumen atau pemakai. Pemasaran meliputi kegiatan-kegiatan seperti

melakukan perdangangan, promosi, penjualan, penentuan harga, dan

tranportasi ( Musselman, 1988 : 291 ).

Pemasaran hasil produksi merupakan faktor yang menentukan

bagi perusahaan, maju mundurnya perusahaan dapat di lihat dari luasnya

daerah pemasaran hasil produksi tersebut. Pemasaran hasil produksi

agar dapat meluas dapat di tempuh dengan berbagai cara salah satunya

yaitu dengan model promosi. Bagi perusahaan kedudukan promosi

cukup penting karena melalui kegiatan itulah komunikasi dilakukan

dengan konsumen. Tujuan promosi bagi perusahaan adalah:

a. Memberikan informasi kepada konsumen.

b. Mendorong terjadinya peningkatan permintaan bagi konsumen.

c. Memberikan penekanan keuntungan pemilihan produk.

d. Melakukan deferensiasi ( perbedaan ) produk.

e. Menstabilkan volume penjualan ( Bangun, 1978 : 132 ).


20

4. Faktor transportasi

Kemudahan menjangkau untuk berhubungan dengan daerah lain

disebut aksesibilitas. Menurut Bintarto aksesibilitas diartikan sebagai

kemudahan bergerak dari satu tempat ke tempat lain. Sedang menurut

Suhardjo aksesibilitas diartikan sebagai derajat keterjangkauan suatu

lokasi untuk dicapai dari lokasi lainnya yang dikaitkan dengan lokasi

dan jarak. Menurut Pacions aksesibilitas dilihat dari dimensi sosial

menyangkut persyaratan sosial ekonomi seperti ongkos yang harus

dipenuhi seseorang untuk menjangkau tempat yang dituju ( Sriyono,

2002 : 16 ). Menurut Suhardjo dalam Sriyono ( 2002 : 17 ) aksesibilitas

dilihat dari dimensi jarak yaitu jarak dapat diukur dari :

1. Jarak fisik / geometric diukur dengan satuan kilometer.

2. Jarak waktu diukur dengan satuan waktu, misalnya perdetik,

permenit, atau perjam.

3. Jarak ekonomi diukur dari besarnya ongkos atau biaya yang

dikonversikan dengan uang untuk memudahkan barang ke tempat

lain.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah industri rokok yang ada di

Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus.

B. Variabel

Variabel penelitian yang digunakan terdiri dari data spasial dan

data atribut. Data spasial merupakan data yang beracuan pada lokasi,

sedangkan data atribut yang digunakan yaitu semua data yang berhubungan

dengan industri rokok. Data spasial dalam penelitian ini adalah lokasi

industri rokok, sedang data atributnya adalah nama industri rokok, nama

Desa, jenis industri, status industri, jaringan jalan, dan sungai.

C. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan langkah yang sangat penting

dalam rangka penelitian. Pada penelitian ini proses pengumpulan data

yang digunakan adalah metode wawancara, survei lapangan, dan

dokumentasi.

a. Wawancara ( interview )

Dalam penelitian ini teknik wawancara digunakan sebagai

cara untuk mengumpulkan data. Menurut Moleong ( 2002 : 135 )

menjelaskan bahwa wawancara adalah percakapan dengan maksud

tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara

21
22

( interviewer ) yang mengajukan pertanyaan dan yang diwawancarai

( interviewee ) yang memberikan jawaban atas pertanyaan.

Wawancara dipergunakan untuk memperoleh informasi atau

data berupa ucapan, pikiran, perasaan, gagasan, dan keadaan social.

Dengan wawancara diharapkan informasi tentang industri rokok dapat

terungkap dan terekam oleh peneliti secara cermat.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan alat pengumpul

data yang berupa pedoman wawancara yaitu instrumen yang

berbentuk pertanyaan yang diajukan secara langsung kepada informan

dan responden di tempat penelitian.

b. Studi dokumentasi

Metode dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan

data dengan melihat catatan tertulis dan dapat dipertanggungjawabkan

serta menjadi alat bukti yang resmi. Metode dokumentasi yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan data

spasial dan data atribut dari instansi terkait untuk mendapatkan data

yang relevan. Instansi tersebut antara lain BAPPEDA Kabupaten

Kudus, Dinas Perindustrian, BPS, dan BPN.

c. Survei Lapangan

Survei lapangan dilakukan dengan melakukan penelitian

langsung di lapangan untuk mengetahui letak kebenaran langsung

suatu obyek di lapangan. Survei lapangan dilakukan untuk

mengetahui letak atau posisi industri rokok di Kecamatan Mejobo


23

Kabupaten Kudus. Untuk menentukan lokasi digunakan GPS agar

posisi obyek dapat diketahui dengan mudah.

d. Kerja Laboratorium

Yaitu teknik pengumpulan dan pengolahan data dengan

menggunakan peralatan laboratorium. Alat yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu GPS (Global Possitioning System) dan komputer.

Dari kerja laboratorium diperoleh peta lokasi industri rokok.

D. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam pemetaan industri rokok

yaitu:

1. Alat

a. GPS

b.Komputer

c. Scanner

d.Alat tulis

2. Bahan

a. Peta Topografi Kabupaten Kudus

Peta topografi digunakan untuk mengetahui batas administrative dan

jaringan jalan daerah penelitian.

b.Peta Administrasi Kabupaten Kudus

Dari peta administrasi dapat diketahui lokasi daerah penelitian. Daerah

penelitian disini adalah Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus.


24

c. Peta Jaringan Jalan Kabupaten Kudus

Peta jaringan jalan digunakan untuk mengetahui aksesibilitas jaringan

jalan menuju lokasi industri.

d.Peta Kawasan Budidaya

Peta kawasan budidaya digunakan untuk mengetahui kawasan

peruntukkan industri polutan dan non polutan di Kabupaten Kudus, dan

untuk menentukan lokasi industri rokok yang akan diteliti.

e. Peta Tata Guna Lahan

Peta ini digunakan untuk mengetahui persebaran lokasi industri rokok

di Kecamatan Mejobo Kabupaten Kudus.

E. Metode Pengolahan Data

Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, kemudian

dilakukan pengolahan data untuk mendapatkan informasi yang berhubungan

dengan industri rokok di Kecamatan Mejobo. Langkah-langkah yang

dilakukan untuk pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. Menampilkan sebuah jendela baru yang kosong.

2. Memasukkan sumber data.

3. Melakukan digitasi

4. Editing peta

5. Tabel

Tabel merupakan salah satu data atribut dalam data spasial. Beberapa

data dari bagian data spasial tersebut tersimpan dalam tabel. Langkah-

langkah dalam penggunaan table yaitu:


25

a. Menampilkan table

b.Mengedit table

c. Mengurutkan data

6.Layout peta

Peta yang telah selesai diedit dibuat layout. Layout merupakan sebuah

proses menata dan merancang letak-letak property peta, seperti judul

peta, legenda, orientasi, sumber peta dan nama pembuat peta. Langkah

dalam pembuatan layout meliputi:

a. Menyiapkan peta yang telah dibuat

b.Mengedit judul peta

c. Mengedit skala

d.Mengedit orientasi

e. Mengedit legenda

f. Memberi grid

g.Menyimpan layout

h.Mencetak layout

F. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah

metode penelitian survei. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil

sample dari satu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat

pengumpulan data yang pokok. teknik analisis yang digunakan adalah

analisis deskriptif yang diperoleh dari data-data kualitatif. Pada penelitian

kualitatif data yang dikumpulkan umumnya berbentuk kata-kata, gambar-


26

gambar, dan bukan angka-angka, kalaupun ada angka-angka sifatnya hanya

sebagai penunjang. Dalam penelitian ini tindakan analisis data dilakukan

secara terus menerus sejak awal hingga akhir penelitian. Dalam hal ini data

yang telah diperoleh di susun berdasarkan tabel yang berfungsi untuk

mendapatkan deskripsi ciri-ciri atau karakteristik sampel penelitian. Karena

satiap sampel biasanya dipilih dari populasi yang lebih luas, analisa satu

variabel juga dianggap menerangkan karakteristik populasi.

Selanjutnya diadakan interpretasi tabel agar kesimpulan-

kesimpulan penting mudah di tangkap oleh pembaca, dengan cara

memberikan makna, menjelaskan pola dan mencari keterkaitan antara

berbagai konsep yang telah ditemukan di lapangan. Dalam penyajian

interpretasi ini biasanya ada dua kecenderungan. Pertama, memberikan

interpretasi tabel seluruhnya dengan kalimat pendek, kedua menerangkan

semua isi tabel dalam teks, tetapi dalam analisis ini menggunakan cara yang

pertama karena di anggap lebih mudah.


27

DIAGRAM ALIR PENENTUAN LOKASI INDUSTRI

Peta Peta Peta Jaringan Peta Kawasan Peta Tata


Topografi Administrasi Jalan Budidaya Guna Lahan

Studi Lokasi Survei


Literatur Obyek Lapangan

Data Atribut
Data Spasial 1. Nama Industri
1. Lokasi 2. Nama Desa
Industri 3. Posisi
4. Jaringan Jalan
5. Sungai
6.Jenis Industri

Digitasi

Pengolahan Data

Peta Lokasi Industri

Laporan Tugas Akhir


BAB IV

HASIL ANALISIS DAN PEMETAAN

A. HASIL PENELITIAN

1. Kondisi Umum Daerah Penelitian

a. Letak Geografis

Kabupaten Kudus sebagai salah satu Kabupaten di Jawa Tengah,

letaknya diapit oleh empat Kabupaten yaitu di sebelah utara berbatasan

dengan Kabupaten Jepara dan Kabupaten Pati, sebelah timur berbatasan

dengan Kabupaten Pati, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten

Grobogan dan Pati serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten

Demak dan Jepara. Letak Kabupaten Kudus antara 110036’dan 110050’BT

dan antara 6051’dan 7016’’LS. Jarak terjauh dari barat ketimur adalah 16

Km dan dari utara ke selatan 22 Km.

b. Luas Penggunaan Lahan

Secara administratif Kabupaten Kudus terbagi menjadi sembilan

Kecamatan dan 124 desa serta 7 Kelurahan, luas wilayah Kabupaten

Kudus tercatat sebesar 42.516 Ha atau sekitar 1,31 % dari luas propinsi

Jawa Tengah. Kecamatan yang terluas adalah Kecamatan Dawe yaitu

8.584 Ha atau 20,19%, sedangkan yang paling kecil adalah Kecamatan

Kota seluas 1.047 Ha atau 2,46% dari luas Kabupaten Kudus.

Luas yang ada terdiri dari 21.703 Ha atau 51,04% merupakan

lahan sawah dan 20.813 Ha atau 48,96 % adalah bukan lahan sawah. Jika

dilihat menurut penggunaannya, Kabupaten Kudus terdiri atas lahan

sawah dengan pengairan teknis seluas 4.203 Ha atau 9,88 % dan sisanya

28
29

berpengairan setengah teknis, sederhana, tadah hujan dan lainnya.

Sedangkan bukan lahan sawah yang digunakan untuk bangunan dan

halaman sekitar seluas 9.983 Ha atau 23,48 % dari luas Kabupaten

Kudus.

c. Keadaan Iklim

Kabupaten Kudus beriklim tropis dan bertemperatur sedang.

Menurut stasiun Meteorologi Pertanian Kudus, suhu udara rata-rata di

Kabupaten Kudus tahun 2004 berkisar antara 19,70c sampai dengan

29,50c dibandingkan dengan tahun sebelumnya, maka pada tahun 2004 di

Kabupaten Kudus suhu udara sedikit turun. Sedangkan untuk kelembaban

rata-rata bervariasi dari 72,5 % sampai dengan 83,6 % selama tahun 2004

ini, jumlah hari hujan terbanyak pada bulan pebruari yaitu 22 hari dan

curah hujan tertinggi pada bulan pebruari adalah 665mm. Kabupaten

Kudus bercurah hujan relatif rendah, rata-rata di bawah 2500 mm/th dan

berhari hujan rata-rata 55 m di atas permukaan air laut.

d. Alasan Industri Di Bangun Di Kota Mejobo

Berdasarkan data, alasan industri di bangun di kota Mejobo adalah

adanya masterplan dari Kabupaten Kudus yang mengharuskan

persebaran-persebaran industri di bangun di daerah pinggiran untuk

pemekaran kota. Adanya pembangunan industri-industri tersebut juga

mendorong pembangunan sector-sektor lainnya untuk berkembang di

daerah tersebut. Di dalam RTRW telah dijelaskan tentang daerah-daerah

untuk kawasan industri yaitu Perda No. 8 tahun 2003 tentang RTRW

Kabupaten Kudus pasal 29 (1) menyatakan bahwa kawasan peruntukan

industri meliputi:
30

1. Desa Pladen, Terban, Gondoharum Kecamatan Jekulo desa Papringan

dan desa Sidorekso Kecamatan Kaliwungu untuk industri polutan

2. Desa Gondangmanis dan Desa Bacin Kecamatan Bae, Desa Jati Wetan

dan Jati kulon Kecamatan Jati, Desa Gondosari, Besito, Karangmalang

Kecamatan Gebog, serta Desa Kesambi, Golantepus, Mejobo,

Kecamatan Mejobo untuk industri non polutan.

Alasan lain industri di bangun di kota Mejobo adalah sikap

masyarakat yang mau menerima keberadaan industri di bangun di

Kecamatan Mejobo, dengan adanya industri-industri maka akan

membuka peluang kerja bagi masyarakat di daerah itu dan daerah

sekitarnya, serta akan mendorong industri-industri lainnya untuk

berkembang. Selain itu alasan lainnya adalah faktor tranportasi yang

dekat dengan jalan utama yang menghubungkan dengan daerah-daerah

lainnya.

e. Kondisi Penduduk

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Kecamatan Mejobo tahun 2003 berjumlah

64.260 jiwa (berdasarkan registrasi penduduk tahun 2003). Dengan

jumlah penduduk wanita 32.481 jiwa dan 31.779 jiwa untuk penduduk

laki-laki. Untuk lebih jelasnya lihat tabel dibawah ini:


31

Tabel 1. Jumlah penduduk menurut desa di Kecamatan Mejobo tahun 2003


No Desa Laki-laki Wanita Jumlah
1. Gulang 2.865 2.951 5.816
2. Jepang 5.050 5.267 10.317
3. Payaman 2.322 2.369 4.691
4. Kirig 2.079 2.071 4.150
5. Termulus 2.789 2.948 5.737
6. Kesambi 3.542 3.621 7.163
7. Jojo 1.426 1.446 2.872
8. Hadiwarno 2.273 2.316 4.589
9. Mejobo 3.701 3.636 7.337
10. Golantepus 2.617 2.744 5.631
11. Tenggeles 3.115 3.112 6.227
Jumlah 31.779 32.481 64.260
Sumber: Registrasi penduduk tahun 2003

2. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk adalah penggolongan penduduk menurut

ciri-ciri tertentu atau menurut kelompoknya. Komposisi penduduk di

buat berdasarkan pengelompokan penduduk menurut karakteristik yang

sama. Komposisi penduduk dapat dibedakan menjadi:

a. Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin

dikelompokkan berdasarkan tingkat umur dan jenis kelamin. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


32

Tabel 2. Jumlah penduduk menurut kelompok umur dan jenis


kelamin di Kecamatan Mejobo tahun 2003

No Kelompok umur Laki-laki Wanita Jumlah


1. 0-4 2.818 2.929 5.747
2. 5-9 3.284 2.928 6.212
3. 10-14 3.206 2.879 6.085
4. 15-19 3.291 3.481 6.772
5. 20-24 3.004 3.419 6.423
6. 25-29 2.842 3.129 5.971
7. 30-34 2.696 2.687 5.383
8. 35-39 2.268 2.349 4.617
9. 40-44 2.372 2.230 4.602
10. 45-49 1.766 1.514 3.280
11. 50-54 1.309 1.263 2.572
12. 55-59 9.18 1.082 2.000
13. 60-64 7.95 1.061 1.856
14. 65-69 5.65 7.51 1.316
15. 70-74 4.45 4.84 9.29
16. 75 + 2.00 2.95 4.95
Jumlah 31.779 32.481 64.260
Sumber: Registrasi penduduk tahun 2003

b. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian

Jenis mata pencaharian yang ada di kota Mejobo cukup beraneka

ragam dengan akumulasi terbanyak adalah sebagai buruh industri

yaitu 10.514 jiwa dan yang terkecil adalah sebagai nelayan yaitu 73

jiwa. Hal ini disebabkan oleh adanya industri-industri yang ada di

kota Mejobo yang membutuhkan tenaga kerja banyak.

c. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan

Tingginya kualitas sumber daya manusia ditentukan oleh adanya

tingkat pendidikan yang diperoleh. Tingkat pendidikan yang ada di

Kecamatan Mejobo dapat di lihat pada tabel di bawah ini :


33

Tabel 3. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan


di Kecamatan Mejobo Tahun 2003

No Desa PT SLTA SLTP SD Tidak Belum Tidak


tamat SD tamat SD sekolah
1. Gulang 25 2.14 6.52 1.400 4.50 9.70 4.80
2. Jepang 56 4.58 3.12 3.240 2.39 1.256 1.17
3. Payaman 44 4.89 4.86 1.462 2.93 4.59 1.36
4. Kirig 36 3.45 5.99 2.107 2.56 6.04 38
5. Termulus 38 1.87 3.83 1.838 1.246 8.24 4.37
6. Kesambi 67 4.25 5.86 3.650 7.14 8.40 0
7. Jojo 9 1.57 2.34 1.181 4.60 4.38 0
8. Hadiwarno 99 9.16 7.09 1.486 3.88 4.80 0
9. Mejobo 173 6.19 2.179 1.724 1.91 1.86 1.04
10 Golantepus 67 3.29 4.81 1.484 5.87 6.78 4.55
11 Tenggeles 38 2.27 2.90 7.23 0 6.96 0
Jumlah 656 4.366 6.911 20.298 4.824 7.431 1.767
Sumber : Registrasi Penduduk Tahun 2003

2. Alasan yang Mendorong Industri Rokok di Bangun di Kabupaten

Kudus

Selain masterplan dari Kabupaten, alasan lain industri di bangun di

Kabupaten Kudus adalah faktor transportasi dan tenaga kerja, merupakan

faktor utama karena letaknya yang strategis yang menghubungkan antara

Jawa Timur dan Jawa Barat serta Jakarta dan terdapat banyak tenaga kerja

dan juga biaya hidup yang relatif murah sehingga upah tenaga kerja pun

relatif murah, sedangkan faktor lainnya adalah faktor budaya yaitu Kudus

identik dengan kota kretek.

3. Bahan Baku

a. Bahan baku yang digunakan

Bahan baku yang digunakan dalam industri rokok adalah

tembakau, cengkeh, saos/flavour, sedangkan bahan baku pelengkapnya

adalah kertas dan lem. Bahan baku PT. Djarum didatangkan dari Weleri,
34

Madura, Lombok, Menado, Temanggung serta Sumatra, dan PT.

Nojorono bahan baku didatangkan dari Weleri, Temanggung, Sumatra.

Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. Bahan baku pada Industri Rokok

No Industri Bahan baku bahan cara lokasi Biaya


pelengkap memperoleh angkut
1. PT.Djarum Tembakau, lem dan di kirim/ weleri, terima
cengkeh, kertas didatangkan lombok, bersih
saos/flavour menado,
temanggung,
Sumatra
2. PT.Nojorono Tembakau, lem dan di kirim/ weleri, terima
cengkeh, kertas didatangkan temanggung, bersih
saos/flavour sumatra
Sumber: Data Primer

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa bahan baku yang

digunakan pada ketiga perusahaan rokok adalah sama yaitu tembakau,

cengkeh, saos/flavour, tetapi komposisinya yang berbeda. Cara

memperoleh bahan baku tersebut adalah dengan cara di kirim

/didatangkan dari lokasi bahan baku dan biaya angkutnya adalah terima

bersih yaitu sudah termasuk biaya pengiriman barang.

b. Hambatan Dalam Memperoleh Bahan Baku

Hambatan yang dialami dalam memperoleh bahan baku adalah

tidak stabilnya harga cengkeh dan kertas sehingga mengakibatkan

terganggunya proses produksi. Cara mengatasi hal ini adalah dengan cara

mengurangi jumlah produksi, sehingga berakibat pendapatan yang di

terima tenaga kerja berkurang. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada

tabel di bawah ini:


35

Tabel 5. Hambatan dalam memperoleh bahan baku pada perusahaan


rokok

No Nama Industri Lokasi Hambatan yang dihadapi


1. PT. Djarum Kesambi Harga cengkeh dan kertas yang tidak stabil
2. PT. Nojorono Golantepus Harga cengkeh dan kertas yang tidak stabil
1
3. PT. Nojorono Mejobo Harga cengkeh dan kertas yang tidak stabil
II
Sumber: Analisis data primer

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa hambatan yang dihadapi

pada ketiga perusahaan rokok dalam memperoleh bahan baku adalah

sama yaitu tidak stabilnya harga cengkeh dan kertas, sehingga berakibat

terganggunya proses produksi pada industri rokok.

4. Pemasaran

a. Wilayah Pemasaran

Wilayah pemasaran dalam penelitian meliputi wilayah pemasaran

dalam dan luar negeri. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di

bawah ini:

Tabel 6. Daerah pemasaran produk Industri rokok

Nama Jenis Nama produk Cara Penjualan Wil.Pemasaran


Industri Industri produksi (Batang) Dalam Luar
PT.Nojorono Rokok Minakjinggo SKT 4.800.000.000 Jawa Turki
I kretek SKM 2.715.000.000 Sumatra Brasil
Kalimantan
sulawesi
PT. Djarum Rokok Djarum super SKT 21.000.000.000 Jawa Brazil
kretek SKM 18.000.000.000 Sumatra Amerika
Kalimantan Turki
Sulawesi Italia
China
PT.Nojorono Rokok Minakjinggo SKT 5.500.000.000 Jawa Turki
II kretek SKM 4.600.000.000 Sumatra Brazil
Kalimantan China
Sulawesi
36

Sumber: Data primer

Keterangan : SKT = Sigaret Kretek Tangan


SKM= Sigaret Kretek Mesin

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa wilayah pemasaran

industri rokok meliputi dalam dan luar negeri. Dalam negeri meliputi jawa,

sumatra, kalimantan, dan sulawesi. Pada umumnya pemakai rokok banyak

ditemukan di negara berkembang dan di negara maju jumlahnya relatif lebih

sedikit, hanya di tempat-tempat tertentu yang boleh digunakan untuk

merokok. Jenis industri pada ketiga perusahaan rokok sama-sama rokok

kretek dan cara produksinya juga sama yaitu dengan cara SKT (Sigaret

Kretek Tangan) dan SKM (Sigaret Kretek Mesin). Pada PT. Nojorono di

desa Golantepus dapat menghasilkan 4.800.000.000 batang untuk cara

produksi SKT dan 2.715.000.000 batang untuk cara produksi SKM, dan PT.

Nojorono di desa Mejobo dapat menghasilkan 5.500.000.000 batang untuk

cara produksi SKT dan 4.600.000.000 batang untuk cara produksi SKM,

sedangkan PT. Djarum di desa kesambi dapat menghasilkan 21.000.000.000

batang untuk cara produksi SKT dan 18.000.000.000 batang untuk cara

produksi SKM. Pada PT. Djarum menghasilkan jenis produk Djarum super

dan PT. Nojorono jenis produknya adalah Minakjinggo.

Pada perusahaan industri rokok ada produk yang di eksport.

Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini:


37

Tabel 7. Jumlah dan produksi barang eksport pada industri rokok

No Nama Jenis Nama produk Jumlah Produksi


industri Industri
1 PT.Nojorono Rokok kretek Minakjinggo 352.950.000 SKM
I
2 PT.Djarum Rokok kretek Djarum super 4.500.000.000 SKM
3 PT.Nojorono Rokok kretek Minakjinggo 690.000.000 SKM
II
Sumber: Analisis data primer

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa produk yang di eksport

pada masing-masing perusahaan rokok adalah pada PT.Nojorono di desa

Mejobo sekitar 15 % yaitu 690.000.000 batang dan PT. Nojorono di desa

Golantepus sekitar 13 % yaitu 352.950.000 batang sedangkan pada PT.

Djarum sekitar 25% yaitu sekitar 4.500.000.000 batang. Jenis produk

yang di eksport pada ketiga perusahaan industri rokok, cara produksinya

adalah sama yaitu dengan cara sigaret kretek mesin (SKM).

b. Jenis Kendaraan

Jenis kendaraan yang digunakan Untuk pengangkutan barang

adalah menggunakan kendaraan box untuk pengiriman barang yang

beratnya lebih kecil dan kendaraan roda 6 atau lebih untuk pengiriman

barang yang jumlahnya lebih besar.

c. Hambatan dalam Pemasaran

Hambatan yang dihadapi dalam pemasaran adalah persaingan

yang terjadi dalam industri rokok yang sifatnya kompetitif tetapi hal itu

tiap produsen menempatkan hasil produksinya pada pangsa pasarnya

masing-masing.
38

5. Tenaga Kerja

Tenaga kerja dalam penelitian ini meliputi jumlah tenaga kerja,

daerah asal tenaga kerja, pendidikan tenaga kerja, dan fasilitas yang

diberikan pengusaha kepada tenaga kerja.

a. Jumlah Tenaga Kerja

Sebagian tenaga kerja industri rokok adalah wanita, hal ini

dikarenakan faktor ketrampilan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 8. Jumlah tenaga kerja menurut jenis kelamin

Jenis Nama industri Jumlah


kelamin PT.Nojorono PT. Djarum PT.Nojorono
I II
F % f % f % f %
Laki-laki 2.511 25 10.765 25,99 3.889 25 17.165 25,5
Perempuan 7.533 75 30.642 74 11.667 75 49.942 74,5
Jumlah 10.044 100 41.407 100 15.556 100 67.007 100
Sumber: Data Primer

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja

menurut jenis kelamin pada ketiga perusahaan rokok adalah tenaga kerja

wanita proporsinya lebih banyak jika di banding dengan tenaga kerja laki-

laki, namun presentasinya tidak jauh berbeda, yaitu lebih dari 70 % untuk

tenaga kerja wanita dan hanya berkisar 20 % untuk tenaga kerja laki-laki,

hal ini disebabkan oleh faktor ketrampilan. Adapun jika di lihat pada

masing-masing perusahaan rokok proporsinya juga sama yaitu lebih dari

70 % tenaga kerja wanita dan hanya berkisar 20% untuk tenaga kerja

laki-laki.
39

b. Jumlah Tenaga Kerja Menurut Daerah Asal

Sebagian besar tenaga kerja berasal dari kecamatan Mejobo

yaitu sebesar 4723 jiwa, sedang proporsi terkecil yaitu sebesar 335 jiwa

berasal dari propinsi jawa tengah. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel 9. Jumlah tenaga kerja menurut daerah asal

Daerah asal Nama industri Jumlah


PT. Nojorono I PT. Djarum PT. Nojorono II
F % f % f % f %
Kec.Mejobo 5.022 50 22.774 55 8.556 55 36.352 54,25
Kab.Kudus 4.515 44,9 16.563 40 6.223 40 27.301 40,74
Prop.Jateng 5.07 5,0 2.070 4,99 7.77 4,99 3.354 5,0
Jumlah 10.044 100 41.407 100 15.556 100 67.007 100
Sumber: Analisis data primer

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa proporsi terbesar adalah

lebih dari 50 % untuk tenaga kerja dari Kecamatan Mejobo dan proporsi

terkecil adalah untuk tenaga kerja dari propinsi Jawa tengah yaitu hanya

berkisar 5 %. Jika di lihat pada masing-masing perusahaan rokok,juga

memiliki pola perbandingan yang sama yaitu sebagian besar tenaga kerja

berasal dari Kecamatan Mejobo jumlahnya lebih dari 50 % untuk PT.

Nojorono di desa Golantepus, dan PT. Nojorono di desa Mejobo adalah

lebih dari 50 %, sedangkan untuk PT. Djarum di desa Kesambi juga sama

yaitu lebih dari 50 %. Dan proporsi terkecil adalah untuk tenaga kerja dari

propinsi Jawa tengah hanya berkisar 5 % untuk PT. Nojorono di desa

Golantepus, dan berkisar 4 % untuk PT. Djarum di desa Kesambi, serta

PT. Nojorono di desa Mejobo jumlahnya juga sama hanya berkisar 4 %.


40

Sehingga dapat dikatakan bahwa di Kudus tersedia banyak tenaga kerja,

yang berakibat banyak di bangun industri rokok di Kota Kudus.

c. Jumlah tenaga kerja menurut pendidikan

Pendidikan merupakan suatu tingkat yang telah di tempuh

seseorang yang di ukur dengan ijazah terakhir yang diperoleh. Untuk

lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 10. Jumlah tenaga kerja menurut pendidikan

Tingkat Nama industri Jumlah


pendidikan PT. Nojorono PT. Djarum PT. Nojorono
I II
F % f % F % F %
SD 4.018 40 14.492 34,99 5.444 34,99 23.954 35,75
SLTP 3.516 35 10.352 25 3.889 25 17.757 26,50
SLTA 1.306 13 12.422 29,99 4.667 30 18.395 27,45
PT 5.01 4,9 1.243 3 4.68 3 2.212 3,30
Jumlah 10.044 100 41.407 100 15.556 100 67.007 100
Sumber: Analisis data primer

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa pendidikan terakhir

tenaga kerja pada ketiga perusahaan rokok sebagian besar adalah tamat

sekolah dasar yaitu lebih dari 30 % dan proporsi terkecil adalah tamat

perguruan tinggi yang hanya berkisar 3%. Apabila di lihat pada masing-

masing perusahaan, maka sebagian besar tenaga kerja tamat sekolah dasar

yaitu lebih dari 40 % dan proporsi terkecil adalah tamat perguruan tinggi

yaitu sekitar 4 %, dan untuk PT. Nojorono di desa Mejobo juga sama,

proporsi terbesar adalah tamat sekolah dasar yaitu lebih dari 30 % dan

proporsi terkecilnya tamat perguruan tinggi yaitu sekitar 3 %, sedangkan

PT. Djarum di desa Kesambi juga memiliki perbandingan yang sama

yaitu sebagian tenaga kerja tamat sekolah dasar, lebih dari 30 % dan
41

tamat perguruan tinggi yaitu sekitar 3 %, sehingga dapat dikatakan

pendidikan terakhir yang ditempuh tenaga kerja adalah termasuk sedang,

karena perbandingan antara tenaga kerja yang tamat SD, SLTP, SLTA,

dan Perguruan tinggi selisihnya relatif sedikit.

d. Hambatan memperoleh tenaga kerja

Karena terdapat banyak jumlah tenaga kerja yang cukup

melimpah di daerah Mejobo dan sekitarnya, sehingga tidak ada hambatan

yang dialami dalam memperoleh tenaga kerja.

e. Cara meningkatkan kualitas tenaga kerja

Cara yang digunakan untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja

adalah dengan cara kepelatihan, pendidikan lanjut dan lokakarya/seminar.

Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 11. Cara untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja

Nama Industri Lokasi Cara meningkatkan kualitas tenaga kerja


PT. Nojorono I Golantepus Kepelatihan, dan lokakarya /seminar
PT. Djarum Kesambi Kepelatihan, pendidikan lanjut, dan seminar
PT.Nojorono Mejobo Kepelatihan dan seminar
II
Sumber: Analisis data primer

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

perusahaan dalam meningkatkan kualitas tenaga kerja adalah dengan cara

kepelatihan yaitu dengan cara mendatangkan tenaga kerja dari perusahaan

lain untuk melatih langsung dalam melakukan pekerjaan di perusahaan

tersebut.
42

f. Dasar merekrut tenaga kerja

Berdasarkan data yang terkumpul sebagian besar perusahaan

dalam merekrut tenaga kerja adalah menggunakan dasar ketrampilan

kerja dan ijazah.

g. Fasilitas yang diberikan perusahaan kepada tenaga kerja

Dalam penelitian ini diketahui bahwa semua tenaga kerja industri

rokok masuk dalam anggota jamsostek, selain itu juga diberikan fasilitas

berupa jaminan kesehatan.

B. PEMBAHASAN

Adanya industri dibangun di Kecamatan Mejobo adalah masterplan dari

Kabupaten Kudus sehingga mengharuskan persebaran industri-industri polutan

dibangun di wilayah pinggiran, khususnya industri rokok untuk pemekaran

kota yang akan mendorong industri-industri lain untuk berkembang di daerah

tersebut. Selain itu juga faktor transportasi yang terletak di jalur pantura yang

menghubungkan antara Jawa barat dan Jawa timur serta Jakarta sebagai kota-

kota sentral industri serta adanya industri-industri baru, akan membuka

peluang bagi kerja bagi masyarakat yang ada di Kabupaten Kudus dan

sekitarnya. Kecamatan Mejobo dibatasi oleh, sebelah utara berbatasan dengan

Kecamatan Bae dan Jekulo, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan

Jekulo, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Undaan dan Kabupaten

Pati, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Jati. Kecamatan Mejobo

terletak pada ketinggian 13,6m di atas permukaan air laut dengan topografi

daerah merupakan daerah dataran rendah. Luas Kecamatan Mejobo sekitar


43

3.677,219 Ha terdiri dari tanah sawah seluas 1.962,614 Ha dan tanah kering

seluas 1.713,956 Ha, lokasinya cukup strategis dilewati jalan utama pantura

serta memiliki jarak yang cukup dekat dan mudah di jangkau dengan wilayah

sekitarnya.

1. Alasan Industri Rokok didirikan di Kota Kudus

Alasannya cukup bervariasi dan sebagian besar industri didirikan di

kota Kudus, terutama industri rokok adalah faktor transportasi karena

letaknya yang strategis di jalur pantura yang menghubungkan antara Jawa

timur dan Jawa barat serta Jakarta dan juga tersedia banyak tenaga kerja dan

biaya hidup yang relatif lebih murahsehingga biaya atau upah tenaga kerja

pun relatif lebih murah, sedangkan faktor lain yang mendorong industri

didirikan di kota Kudus adalah karena adanya faktor budaya yaitu Kudus

identik dengan kota kretek.

2.Alasan yang mendorong Industri Rokok Berlokasi didaerah mejobo

Dari hasil penelitian menunjukkan karena adanya masterplan dari

Kabupaten Kudus mengharuskan industri rokok berlokasi didaerah

pinggiran untuk pemnekaran kota. Masterplan dari Kabupaten Kudus

mengatur tempat-tempat tertentu untuk industri agar pembangunan

didaerah-daerah lebih terencana dan terarah dengan baik. Selain itu alasan

lain industri rokok didirikan dikecamatan Mejobo adalah karena transportasi

yang mudah dijangkau, letaknya dekat dengan jalan raya utama dan juga

tersedia tenaga kerja yang melimpah, serta sikap masyarakat yang mau
44

menerima keberadaan industri rokok berlokasi didaerah itu, dan harga tanah

pada waktu itu yang relatif lebih murah jika dibandingkan sekarang.

3. Faktor Bahan Baku

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hambatan dalam memperoleh

bahan baku adalah tidak stabilnya harga cengkeh dan kertas, namun dalam

pengadaan bahan baku tidak mengalami hambatan yang berarti meskipun

lokasi bahan baku tidak secara langsung ada di kota Kudus, tetapi untuk

mendapatkan bahan baku menuju lokasi industri cukup mudah karena di

dukung dengan sarana transportasi yang cukup lancar.

4. Faktor Pemasaran

Faktor pemasaran dalam penelitian ini meliputi wilayah pemasaran

yaitu dalam dan luar negeri, jumlah barang yang di eksport yaitu pada PT.

Djarum sekitar 25 % atau 450.000.000 batang dan pada PT. Nojorono di

desa Mejobo sekitar 15 % atau 690.000.000 batang serta PT. Nojorono di

desa Golantepus hanya sekitar 13 % atau 352.950.000 batang. Sedangkan

hambatan dalam pemasaran adalah persaingan yang bersifat kompetitif, dan

pada jenis kendaraan yang digunakan untuk mengangkut barang adalah

kendaraan box untuk mengangkut barang yang jumlahnya relatif kecil dan

kendaraan roda 6 atau lebih untuk mengangkut barang yang jumlahnya lebih

besar. Serta jumlah barang yang dihasilkan mencapai 4.800.000.000 batang

untuk produksi SKT (Sigaret Kretek Tangan) dan 2.715.000.000 batang

untuk produksi SKM (Sigaret Kretek Mesin) masing-masing pada industri

PT. Nojorono yang berlokasi di desa Golantepus, dan 21.000.000.000


45

batang untuk produksi SKT (Sigaret Kretek Tangan) dan 18.000.000.000

batang untuk produksi SKM (Sigaret Kretek Mesin) adalah jumlah

penjualan pada PT.Djarum yang berlokasi di desa Kesambi, serta pada PT.

Nojorono di Mejobo jumlah produk yang dihasilkan mencapai

5.500.000.000 batang untuk produksi SKT (Sigaret Kretek Tangan) dan

4.600.000.000 batang untuk produksi SKM (Sigaret Kretek Mesin).

5.Faktor Tenaga Kerja

Jika di lihat dari jumlah tenaga kerja menurut jenis kelamin, jumlah

tenaga kerja wanita lebih mendominasi pada ketiga perusahaan industri

rokok di Kecamatan Mejobo, hal ini karena lebih mengutamakan pada

faktor ketrampilan. Pada PT. Djarum jumlah tenaga kerja wanita mencapai

lebih dari 70 %, dan PT. Nojorono di desa Mejobo juga sama yaitu lebih

dari 70 %, sedangkan pada PT. Nojorono di desa Golantepus juga sama,

tenaga kerja wanita mencapai lebih dari 70 %. Perbandingan tenaga kerja

wanita pada ketiga perusahaan mempunyai pola perbandingan yang sama,

tetapi tenaga kerja laki-laki jumlahnya hanya berkisar 20 %.

Menurut pendidikan, tenaga kerja yang ada termasuk sedang

karena selisihnya cukup sedikit yaitu 18395 jiwa atau lebih dari 20% tamat

SLTA dan 17757 jiwa atau lebih dari 20 % tamat SLTP dan tamat SD

sekitar 23.954 atau lebih dari 30 % dan tamat perguruan tinggi lebih dari

3 % atau sekitar 2.212 jiwa.

Daerah asal tenaga kerja, berdasarkan data yang terkumpul

menunjukkan bahwa daerah kecamatan Mejobo merupakan daerah asal


46

tenaga kerja paling banyak yaitu lebih dari 50 % atau 36352 jiwa, kemudian

dari kota Kudus lebih dari 40 % atau 27301 jiwa dan dari propinsi Jawa

tengah jumlahnya hanya berkisar 5 % atau sekitar 3.354 jiwa. Sebagian

besar tenaga kerja berasal dari daerah Mejobo, di susul kemudian dari kota

Kudus, hal ini menunjukkan bahwa di Kudus tersedia jumlah tenaga kerja

cukup melimpah.

Cara meningkatkan kualitas tenaga kerja dari data yang terkumpul

menunjukkan bahwa industri di daerah Mejobo dalam meningkatkan

kualitas tenaga kerja adalah dengan kepelatihan, pendidikan lanjut dan

lokakarya atau seminar. Hal ini menunjukkan bahwa di bidang industri

terutama industri rokok berupaya terus meningkatkan sumber daya manusia

agar dapat maju terus dengan hasil yang optimal.

Dalam merekrut tenaga kerja pada perusahaan rokok menggunakan

dasar ijasah dan ketrampilan atau pengalaman kerja. Sedangkan fasilitas

yang diberikan pengusaha kepada para tenaga kerja adalah semua industri

rokok menjamin kesejahteraan pekerjanya dengan menjadi anggota

jamsostek dan juga diberikan jaminan kesehatan bagi seluruh

karayawannya.
47

C. PEMETAAN

Proses pemetaan yaitu tahapan yang harus dilakukan dalam

pembuatan peta. Langkah awal yang dilakukan yaitu pengumpulan data,

dilanjutkan dengan pengolahan data, dan penyajian data dalam bentuk peta.

Secara umum tujuan dari pemetaan antara lain:

a. untuk menimbulkan daya tarik pada obyek yang dipetakan

b. untuk lebih memperjelas atau menonjolkan obyek penting secara

sederhana

c. untuk memperjelas suatu bahasan atau pembicaraan

d. sebagai sumber data yang lebih indah dan menarik

e. untuk mengetahui persebaran lokasi industri rokok.

Kegunaan atau fungsi peta dalam pemetaan industri rokok adalah dapat

menghasilkan peta industri rokok yang meliputi lokasi industri, tenaga

kerja, hasil produksi dan daerah pemasaran industri rokok. Dengan adanya

peta tersebut kita dapat memperoleh gambaran informasi sebenarnya

dilapangan dan memudahkan kita dalam membaca.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan pemetaan

adalah sebagai berikut:

1. Mempersiapkan view

Untuk melakukan input data, view harus terlebih dahulu disiapkan

dengan cara:

a. Pilih View pada jendela Project, kemudian klik New.

b. Arc New akan menampilkan sebuah jendela baru yang kosong.


48

2. Memasukkan sumber data.

Untuk membuat them baru dilakukan dengan cara:

a. Dari menu utama pilih View.

b. Pilih Add Theme.

c. Carilah sumber data yang akan dimasukkan sebagai Theme baru.

d. Setelah memilih sumber data, klik OK.

e. Arc View akan menampilkan sebuah Theme baru pada Vew.

f. Aktifkan Theme tersebut dengan mengklik kotak kecil didepan nama

Theme.

g. Gambar akan dimunculkan pada View sebelah kanan.

3. Digitasi

a. Menentukan Tipe Feature Digitasi.

b. Digitasi Coverage Area

c. Menyimpan View.

4. Editing

Langkah-langkah dalam editing meliputi :

a. Membuka proyek yang telah dibuat.

b. Mengaktifkan Mode Edit Theme.

c. Menghapus obyek yang salah.

d. Mengubah bentuk hasil digitasi.

5. Tabel

Tabel merupakan salah satu data atribut dalam data spasial. Beberapa

data dari bagian data spasial tersebut tersimpan dalam tabel. Arc View

menunjukkan sarana penyimpanan dan pengubah data tabel tersebut.

Disamping itu Arc View dapat menerima data tabel yang berasal dari
49

data Base dan Arc info. Langkah-langkah dalam penggunaan tabel

yaitu:

a. Menampilkan Tabel Theme.

b. Mengedit tabel.

c. Mengurutkan data.

6. Layout Peta

Peta yang telah selesai diedit harus melalui proses edit untuk siap

dicetak. Layout merupakan sebuah proses menata dan merancang letak-

letak property peta, seperti judul peta, legenda, orientasi, label, dan

lain-lain. Layout sangat membantu pengguna peta untuk memperoleh

informasi yang akurat. Langkah-langkah dalam pembuatan layout

meliputi:

a. Menyiapkan peta yang telah dibuat

b. Mengedit judul peta

c. Mengedit skala

d. Mengedit orientasi

e. Mengedit legenda

f. Memberi grid

g. Menyimpan layout

h. Mencetak layout
BAB V

PENUTUP

A.SIMPULAN

Berdasarkan analisis di atas dapat disimpulkan bahwa:

1. Pemetaan adalah suatu proses, cara, perbuatan membuat peta. Langkah

yang dilakukan dalam melakukan proses pemetaan yaitu pengumpulan

data, dilanjutkan dengan pengolahan data, penyajian data dalam bentuk

peta.

2. Tujuan dari pemetaan industri rokok adalah untuk memetakkan industri

rokok yang meliputi lokasi industri, tenaga kerja, hasil produksi, dan

daerah pemasaran industri. Sedangkan kegunaan atau fungsi peta adalah

untuk memperoleh gambaran informasi sebenarnya dilapangan dan

memudahkan kita dalam membaca atau untuk mengetahui lokasi

persebaran industri rokok.

3. Faktor pendukung industri rokok di bangun di Kota Kudus adalah faktor

transportasi dan tenaga kerja, merupakan faktor utama karena letaknya

yang strategis yang menghubungkan antara Jawa timur dan Jawa barat

serta Jakarta. Dan faktor tenaga kerja, karena di Kudus tersedia banyak

tenaga kerja, sehingga tidak ada hambatan dalam memperoleh tenaga

kerja.

4. Adanya industri rokok di bangun di kota Mejobo adalah adanya masterplan

dari Kabupaten Kudus yang mengharuskan persebaran-persebaran industri

48
50
51
49

di bangun di daerah pinggiran untuk pemekaran kota. Adanya

pembangunan industri tersebut juga mendorong industri-industri lainnya

untuk berkembang di daerah tersebut. Alasan lain industri di bangun di

kota Mejobo adalah sikap masyarakat yang mau menerima keberadaan

industri, karena dengan adanya industri tersebut akan membuka peluang

kerja bagi masyarakat di daerah itu.

5. Bahan baku yang digunakan dalam perusahaan industri rokok adalah

tembakau, cengkeh, saos /flavour, dan bahan pelengkapnya adalah kertas

dan lem. Sedangkan hambatan yang dialami dalam memperoleh bahan

baku adalah tidak stabilnya harga cengkeh dan kertas yang mengakibatkan

terganggunya proses produksi.

6. Daerah pemasaran industri rokok meliputi dalam dan luar negeri. Dalam

negeri meliputi Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Daerah

pemasaran perusahaan rokok sebagian besar adalah di negara berkembang

dan di hegara maju jumlahnya relatif lebih sedikit, karena hanya di tempat-

tempat tertentu saja yang boleh digunakan untuk merokok, sedangkan

hambatan yang dihadapi dalam pemasaran adalah terjadinya persaingan

yang bersifat kompetitif, tetapi tiap produsen menempatkan hasil

produksinya pada pangsa pasarnya masing-masing.

7. Sebagian besar tenaga kerja pada perusahaan rokok adalah wanita, hal ini

disebabkan oleh faktor ketrampilan dan tenaga kerja pria jumlahnya relatif

lebih sedikit. Hambatan dalam memperoleh tenaga kerja tidak ada, karena

di Kudus tersedia banyak tenaga kerja.


52
50

B. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyarankan bahwa :

Penyajian data dalam bentuk peta sangat penting, karena mampu memberikan

informasi tentang industri rokok. Secara keruangan yang juga mampu

memberikan keterangan yang lebih mudah dipahami dan lebih menarik.

Dengan demikian instansi-instansi terkait sangat perlu memiliki data industri

rokok yang bersifat spasial, karena data yang bersifat spasial tersebut sangat

membantu untuk merancang pembangunan dibidang industri dan tata guna

lahan.
53
51

DAFTAR PUSTAKA

Assauri, Sofjan. 1978. Manajemen Produksi. Jakarta : LPFFUI.

Bangun, Darwin. 1989. Manajemen Industri Perusahaan. Jakarta: Depdikbud.

Bintarto, R, 1977. Buku Penuntun Geografi Sosial. Yogyakarta: L.P.Srinaga.

BPS, 1999. Statistik Industri Besar dan Sedang. Jakarta: BPS.

Daldjoeni, N. 1992. Geografi Baru Organisasi Keruangan Dalam Teori dan


Praktek. Bandung : Alumni.

.Daldjoeni, N.1998. Geografi Desa dan Kota.Bandung: Alumni.

GBHN. 1993. Bahan Penataran dan Referensi Penataran P-4 100 Jam dan 45
Jam di Perguruan Tinggi bagi Mahasiswa Baru Tahun Ajaran 1993/1994.
Jakarta: Depdikbud.

Huberman, Michel dan milles, B. Mattew. 1992. Analisis Data Kualitatif. Jakarta
: Universitas Indonesia Press.

Juhadi dan Dewi L.S,2001. Desain dan Komposisi Peta Tematik. BP2SIG:
Semarang.

Kasryono, Faisal. 1984. Prospek Pembangunan Ekonomi Pedesaan Indonesia.


Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Manullang, 1975. Pengantar Ekonomi Perusahaan. Jakarta : Galia Jakarta.

Marbun, MA. 1990. Kamus Geografi. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Moleong, Lexy. J. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja


Rosda Karya.

Naning Ramdlon. 1983. Perangkat Hukum Hubungan Perburuhan Pancasila.


Yogyakarta: Ghalia Indonesia

Papanek. 1987. Ekonomi Indonesia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Rahman, Maman. 1999. Strategi dan langkah-langkah penelitian. Semarang :


IKIP Semarang Press.

Sandy, I Made. 1985. Republik Indonesia Geografi Regional. Jakarta:


Depdikbud.

You might also like