You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

Ruptur gaster merupakan suatu kejadian yang jarang dan biasanya dengan
prognosis yang buruk. Ruptur gaster terjadi dengan pelepasan udara dan isi gaster
kedalam peritoneum. Hal tersebut dapat terjadi karena trauma khususnya cedera
yang non-kecelakaan, pada seorang bayi dapat terjadi spontan saat baru lahir
karena shock dan stress.

Pada pnelitian Thelander di Amerika mengkaji 85 kasus perforasi


gastrointestinal termasuk ruptur gaster selama 114 tahun, dilaporkan bahwa hanya
satu yang selamat. Korban rupture gaster pertama dilaporkan pada tahun 1950 dan
pada tahun 1989 Tan dan rekannya mecatat kematian 30% pada penelitian mereka
dari 56 pasien.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi

Ruptur gaster merupakan suatu kejadian pecahnya gaster dan keluarnya


udara serta isi gaster kedalam peritoneum, yang menyajikan keadaan nyeri akut
dan peritonitis. Dapat terjadi pada bayi baru lahir sampai orang dewasa.

B. Anatomi dan fisiologi gaster

Lambung merupakan bagian sistem gastrointestinal yang terletak di antara


esofagus dan duodenum. Dari hubungan anatomi topografik lambung-duodenum
dengan hati, pankreas, dan limpa, dapat diperkirakan bahwa tukak peptik akan
mengalami perforasi ke rongga sekitarnya secara bebas atau penetrasi ke dalam
organ di dekatnya, bergantung pada letak tukak.

Berdasarkan faalnya, lambung dibagi dalam dua bagian. Tiga perempat


proksimal yang terdiri dari fundus dan korpus, berfungsi sebagai penampung
makanan yang ditelan serta tempat produksi asam lambung dan pepsin, sedangkan
dinding korpus, apalagi antrum, tebal, dan kuat lapisan ototnya.

Ciri yang cukup menonjol pada anatomi lambung adalah peredaran


darahnya yang sangat kaya dan berasal dari empat jurusan dengan pembuluh nadi
besar di pinggir kurvatura mayor dan minor serta dalam dinding lambung. Di
belakang dan tepi madial duodenum, juga ditemukan arteri besar
(a.gastroduodenalis). Perdarahan hebat bisa terjadi karena erosi dinding arteri itu
pada tukak peptik lambung atau duodenum. Vena dari lambung duodenum
bermuara ke vena porta. Peredaran vena ini kaya sekali dengan hubungan
kolateral ke organ yang ada hubungan embrional dengan lambung dan duodenum.
Saluran limf dari lambung juga cukup rumit. Semuanya akan berakhir di kelenjar
paraaorta dan preaorta di pangkal mesenterium embrional. Antara lambung dan
pangkal embrional itu terdapat kelenjar limf yang letaknya tersebar di mana-mana
akibat putaran embrional.

Persarafan simpatis lambung seperti biasa melalui serabut saraf yang


menyertai arteri. Impuls nyeri dihantarkan melalui serabut eferen saraf simpatis.
Serabut parasimpatis berasal dari n.vagus dan mengurus sel parietal di fundus dan
korpus lambung. Nervus vagus anterior (sinister) memberikan cabang ke kandung
empedu, hati dan antrum sebagai saraf Laterjet anterior, sedangkan n.vagus
posterior (dekstra) memberikan cabang ke ganglion seliakus untuk visera lain di
perut kan ke antrum sebagai saraf Laterjet posterior.

Fungsi utama lambung adalah penerima makanan dan minuman,


dikerjakan oleh fundus dan korpus, dan penghancur dikerjakan oleh antrum, selain
turut bekerja dalam pencernaan awal berkat kerja kimiawi asam lambung dan
pepsin.

Motilitas
Fungsi lambung yang berkaitan dengan gerakan adalah penyimpanan dan
pencampuran makanan serta pengosongan lambung. Kemampuan lambung
menampung makanan mencapai 1500 ml karena mampu menyesuaikan ukurannya
dengan kenaikan tekanan intraluminal tanpa peregangan dinding (relaksasi
reseptif). Fungsi ini diatur oleh n.vagus dan hilang setelah vagotomi. Ini antara
lain yang mendasari turunnya kapasitas penampungan pada penderita tumor
lambung lanjut sehingga cepat kenyang. Peristalsis terjadi bila lambung
mengambang akibat adanya makanan dan minuman. Kontraksi yang kuat pada
antrum (dindingnya paling tebal) akan mencampur makanan dengan enzim
lambung, kemudian mengosongkannya ke duodenum secara bertahap. Daging
tidak berlemak, nasi, dan sayuran meninggalkan lambung dalam tiga jam,
sedangkan makanan yang tinggi lemak dapat bertahan di lambung 6-12 jam.

Cairan lambung
Cairan lambung yang jumlahnya bervariasi antara 500-1500 ml/hari mengandung
lendir, pepsinogen, faktor intrinsik dan elektrolit, terutama larutan HCl. Sekresi
basal cairan ini selalu ada dalam jumlah sedikit. Produksi asam merupakan hal
yang kompleks, namun secara sederhana dibagi atas tiga fase perangsangan.
Ketiga fase, yaitu fase sefalik, fase gastrik, dan fase intestinal ini saling
mempengaruhi dan berhubungan.

Fase sefalik

Rangsang yang timbul akibat melihat, menghirup, merasakan, bahkan berpikir


tentang makanan akan meningkatkan produksi asam melalui aktivitas n.vagus.

Fase gastric

Distensi lambung akibat adanya makanan atau zat kimia, seperti kalsium, asam
amino, dan peptida dalam makanan akan merangsang produksi gastrin, refleks
vagus, dan reflek kolinergik intramural. Semua itu akan merangsang sel parietal
untuk memproduksi asam lambung.

Fase intestinal

Hormon enterooksintin merangsang produksi asam lambung setelah makanan


sampai di usus halus. Seperti halnya proses sekresi dalam tubuh, cairan lambung
bertindak sebagai penghambat sekresinya sendiri berdasarkan prinsip umpan
balik. Keasaman yang tinggi di daerah antrum akan menghambat produksi gastrin
oleh sel G sehingga sekresi fase gastrik akan berkurang. Pada PH di bawah 2.5
produksi gastrin mulai dihambat.

C. Etiologi

1.

D. Penatalaksanaan

You might also like