You are on page 1of 44

Bab i Pendahuluan

1.1 Latar belakang Kelainan atau penyakit rongga mulut dan gigi merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak di puskesmas. Hampir sekitar 60% masyarakat indonesia pernah mengalami gangguan pada gigi. Pada tahun 1980, ditemukan bahwa hampir 90% anak sekolah mempunyai kelainan gigi atau rongga mulut. Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan rongga mulut perlu mendapatkan perhatian khusus.

Gambar 1. Jaringan rongga mulut Dalam rongga mulut, terdapat beberapa jaringan yang dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :
y y

Jaringan keras (rahang atas, rahang bawah, dan gigi). Jaringan lunak (gusi, lidah, mukosa pipi, mukosa bibir, mukosa lidah, mukosa palatum, dan jaringan dasar lidah). Sebagian besar gigi berasal dari mesoderm dan sisanya dari ekstoderm. Gigi

tertanam di dalam tulang rahang bawah dan atas serta tersusun dalam dua lengkung. Lengkung rahang atas lebih besar dari pada lengkung rahang bawah, sehingga kedudukan gigi bawah agak dilampaui gigi atas.

1.2 Rumusan masalah 1. Bagaimana anatomi fisiologi gigi dan mulut? 2. Apa saja kelainan yang pada gigi dan mulut?

1.3 Tujuan penulisan 1.3.1 Tujuan umum 1. Untuk mengetahui ruang lingkup keperawatan medikal bedah. 2. Untuk mengetahui anatomi fisiologi gigi dan mulut beserta kelainannya. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Semoga makalah ini bisa dijadikan bahan referensi yang terkait

mengenaikeperawatan medikal bedah. . 2. Sebagai bahan belajar dan pengetahuan tentangkeperawatan medikal bedah.

1.4 Manfaat 1.4.1 Bagi institusi 1. Digunakan sebagai buku bacaan di perpustakaan agar bisa bermanfaat bagi para pembaca. 2. Sebagai bahan bandingan persepsi tentang keperawatan medikal bedah. 1.4.2 Bagi profesi 1. Perawat lebih mengetahui keperawatan medikal bedah. 2. Perawat lebih memahami keperawatan medikal bedah. 1.4.3 Bagi penyusun 1. Sebagai ilmu pengetahuan tentang anatomi fisiologi gigi dan mulut 2. Lebih tahu ,tentang keperawatan medikal bedah.

Bab ii Pembahasan 2.1 Anatomi fisiologi gigi Fungsi utama dari gigi adalah untuk mengunyah makanan. Mereka berfungsi dengan cara yang khusus dalam menyiapkan makanan untuk pencernaan ada dua macam gigi anterior dan posterior. Gigi anterior yang dirancang untuk tujuan memotong dan merobek makanan.Gigi posterior dirancang untuk tujuan penggilingan atau

menghancurkan makanan juga.Gigi memiliki peran dalam berbicara, oleh membantu dalam produksi suara. Fungsi lain dari masalah penampilan gigi. Yang ada atau tidak adanya gigi, keteraturan atau ketidakteraturan posisi, dan warna mereka dan kondisi sangat mempengaruhi penampilan individu.Bentuknya, ukuran, jumlah, dan susunan gigi dalam lengkung normal sehingga mereka efisin melakukan fungsi-fungsi utama. Para dan umum pengaturan karakter gigi, diambil secara keseluruhan, yang disebut sebagai gigi tersebut. Individu memiliki dua set gigi selama nya seumur hidup. Pasangan pertama adalah primer (sulung atau sementara) set 20 gigi. Kemudian set set (permanen) sekunder 32 gigi. Ke-32 gigi yang biasanya ditemukan di gigi dewasa memiliki perbedaan dan kesamaan dalam bentuk dan fungsi.Sebagai perbandingan, gigi sering dikelompokkan sebagai rahang atas dan bawah gigi atau sebagai gigi anterior dan posterior. a. Gigi anterior Gigi anterior ditandai dengan memiliki akar tunggal dan tepi-cusped insisal atau mahkota tunggal berakhir di tepi sempit.Ini sempit ujung-ujungnya dirancang untuk menoreh (menggigit) jumlah yang relatif besar makanan di makan.Gigi anterior terletak di bagian anterior rahang.Mereka begitu sesuai untuk bentuk sebuah lengkungan melengkung halus dari distal kaninus satu sisi lengkungan ke distal dari gigi taring di sisi yang berlawanan. b. Gigi posterior Gigi posterior berbeda dari gigi anterior di bahwa mereka mungkin memiliki lebih dari satu root..Mereka juga berbeda mereka dalam bentuk dan fungsi mereka mungkin juga memiliki beberapa katup membentuk permukaan oklusal dirancang untuk menghancurkan dan menggiling makanan menjadi kecil bagian.

1. Bicuspids Bicuspids kebanyakan memiliki akar tunggal tetapi mungkin memiliki akar yang sebagian atau seluruhnya bercabang (lebih dari satu-setengah dari semua bicuspids satu rahang atas memiliki bifurcations) seperti namanya berarti kebanyakan, bicuspids memiliki dua katup. 2. Geraham Geraham multirooted (tiga akar dalam lengkungan rahang atas dan dua akar dalam bentangan mandibula).

Gambar 2. Trifurcated akar bercabang.

Geraham memiliki empat atau lebih katup. Geraham permanen mandibula pertama memiliki lima katup fungsional. Maksila pertama geraham memiliki empat katup fungsional dan titik puncak carabelli, sebuah titik puncak nonfunctional terletak pada permukaan mesioloingual.

2.1.1 Gigi sulung Gigi sulungadalah istilah umum yang digunakan untuk menunjuk gigi pertama. a. Gigi sementara atau gigi primer. Istilah "gigi sementara" atau "gigi utama" sering digunakan karena gigi ini diganti dengan permanen. Gigi sulung juga disebut "bayi" atau "gigi susu".Gigi sulung mendorong melalui gusi (meletus) pada usia rata-rata 6 bulan. Semua gigi sulung biasanya meletus pada akhir tahun kedua.Ada 20 gigi sulung, 10 pada setiap rahang. Dalam setiap setengah setiap rahang, mulai dari garis tengah dan memperluas mundur,gigi ini disebut: pusat gigi seri, gigi seri lateral, kaninus, molar pertama, dan kedua molar.Nama untuk setiap gigi

dibuat lebih spesifik dengan penambahan istilah yang menunjukkan lokasi di dalam mulut, seperti rahang atas (atas) kiri pusat insisivus atau rahang bawah (lebih rendah) kaninus kanan.Dengan demikian, ada empat masing-masing jenis gigi.Setiap individu yang ditunjuk sebagai maksila atau mandibula dan sebagai kanan atau kiri.

b.

Pembentukan dan resorpsi gigi tetap gigi sementara. Selama periode gigi sulung, gigi permanen sedang dalam proses pembentukan dalam rahang. Dalam proses pembangunan, akar gigi sementara menjalani resorpsi (bertahap melarutkan) sampai ada akar struktur yang tersisa tidak cukup untuk mendukung mereka usia. Yang selama periode dari sekitar 6 hingga 12 tahun, yang sementara gigi sehingga melonggarkan dan hilang.Sementara gigi yang digantikan oleh gigi tetap di fisiologis terkontrol urutan.

Gambar 3. Gigi deciduous.

c.

Penggantian gigi sulung. 10 gigi sulung rahang masing-masing digantikan oleh10 paling anterior gigi dari gigi permanen, sebagai berikut : 1. 2. Gigi seri pusat permanen menggantikan gigi seri pusat gugur. Gigi seri lateral permanen menggantikan gigi seri lateral gugur.

3. 4. 5.

Cuspids permanen menggantikan cuspids gugur. Bicuspids pertama permanen menggantikan geraham pertama gugur. Bicuspids kedua permanen menggantikan geraham kedua gugur.

Gambar 4. Suatu perbandingan antara gigi permanen lengkungan dan berganti daun.

d. Geraham. Tiga geraham permanen pada setiap sisi atas dan bawah rahang gusi menembus (meletus) distal untuk (belakang) kedua gigi geraham

sulung.Biasanya, pada 6 atau 7 tahun, gigi permanen pertama yang meletus adalah geraham pertama atau gigi seri pusat.Karena gigi sulung masih di tempat ketika pertama permanen geraham meletus, yang terakhir sering diabaikan atau keliru untuk gigi sementara.Karena gigi geraham mengandung banyak lubang dan celah, mereka cenderung membusuk.

2.1.2 Gigi tetap Ada 32 gigi tetap, 16 di rahang atas dan 16 di rahang bawah gigi permanendi sebelah kanan samping dari mulut misalnya, dinamai sebagai berikut: a. Pusat insisivus rahang atas kanan dan tengah rahang bawah insisivus kanan. b. Insisivus rahang lateral kanan dan lateral insisivus rahang bawah kanan. c. Rahang atas dan bawah kanan kaninus kaninus benar. 6

d. Rahang atas kanan dan bawah kanan bikuspid bikuspid terlebih dahulu. e. Rahang atas kanan dan bawah kanan bikuspid bikuspid detik detik. f. Molar kanan rahang atas dan bawah kanan molar terlebih dahulu. g. Molar kedua rahang atas kanan dan kedua molar mandibula kanan. h. Molar ketiga rahang atas kanan dan ketiga molar kanan rahang bawah.

Gambar 5.Permanen gigi, jumlah gigi.

Beberapa sistem penomoran gigi yang telah dirancang untuk menyederhanakan penunjukan gigi dengan jumlah yang berwenang bukan dengan nama. Sistem yang digunakan oleh angkatan bersenjata (lihat gambar 4-4) dimulai dengan molar ketiga rahang atas dan kanan nomor sekitar lengkung rahang atas dari 1 sampai 16 terus.Ini dengan kiri rahang bawah molar ketiga sebagai no 17 dan terjadi di sekitar lengkungan yang lebih rendah 17-32.Dengan metode ini, nomor saja menunjuk gigi tanpa menggunakan huruf "r" dan "l". Untuk misalnya, gigi nomor 3 adalah yang pertama molar kanan rahang atas dan no 24 adalah kiri rahang bawah pusat gigi seri,. Gigi dalam catatan umum dan surat-menyurat spesialis gigimengacu pada gigi dengan angka resmi bukan dengan nama.

2.1.3 Permukaan atau tempat gigi Untuk kenyamanan deskripsi dan sebagai bantuan dalam yang menunjukkan lokasi daerah pembusukan dan restorasi, bagian mahkota gigi dibagi menjadi beberapa permukaan.Beberapa permukaan dicirikan oleh fitur anatomi tertentu seperti lubang, alur, dan pegunungan.Setiap spesialis gigi harus akrab dengan

istilah-istilah ini. Ini permukaan diberi nama untuk menunjukkan arah masingmasing permukaan wajah.

a. Lingual. Permukaan bahasa adalah bahwa permukaan gigi yang menghadap ke lidah. b. Facial wajah. Wajah permukaan) posterior (belakang gigi ke pipi. Dalam beberapa buku, ini disebut sebagai permukaan bukal karena letaknya yang berada di sebelah buccinator (otot pipi). Permukaan wajah dari sebuah gigi (depan) anterior menghadap ke bibir. Dalam beberapa buku, ini disebut sebagai permukaan labial karena terletak di sebelah labia (bibir). c. Oklusal. Permukaan oklusal adalah permukaan mengunyah luas ditemukan di gigi posterior (bicuspids dan geraham). Permukaan oklusal dan kontak menghadap ke gigi dari rahang yang berlawanan. d. Insisal. Permukaan insisal adalah canggih sempit ditemukan pada gigi anterior gigi seri dan cuspids). Insisivus (memiliki satu tepi insisal. Cuspids memiliki dua sisi insisal, kemiringan lereng distal dan mesial, yang bertemu di ujung cusp tersebut. Insisal the permukaan (ujung insisal) dari gigi anterior menghadap ke gigi rahang yang berlawanan. e. Proksimal. Permukaan proksimal terletak di sebelah gigi yang lain. Gigi permukaan yang saling berhadapan disebut permukaan proksimal. Permukaan proksimal meliputi seluruh panjang gigi dari mahkota ke ujung akar. Sebagian besar mesial dan permukaan distal adalah permukaan proksimal.

f. Mesial gigi. Mesial permukaan (ke arah garis tengah) kontak segera anterior untuk itu (mesial untuk itu) dalam lengkung gigi. Setelah kelengkungan dari lengkung gigi, itu adalah permukaan gigi yang terdekat atau menghadapi garis tengah (atau rata-rata baris) dari arch. Dengan insisivus sentral, adalah permukaan yang biasanya kontak yang insisivus sentral dari sisi berlawanan dari arch. g. Distal gigi. Distal permukaan (jauh dari garis tengah) kontak segera posterior untuk itu (distal untuk itu) dalam lengkungan. Setelah kelengkungan dari gigi arch, itu adalah permukaan gigi yang menjauh dari garis tengah (garis tengah). Dengan geraham kedua dan geraham ketiga sulung permanen, itu adalah bahwa permukaan yang menghadap posterior di lengkungan. h. Aksial. Permukaan aksial adalah setiap permukaan gigi yang sejajar dengan panjang sumbu gigi. Sumbu panjang merupakan garis lurus imajiner yang lewat melalui mahkota dan akar gigi. The wajah, lingual, mesial, dan distal semua aksial permukaan.

Gambar permukaan aksial dari gigi.

2.1.4 Pembagian gigi Untuk menyederhanakan deskripsi anatomi permukaan gigi, mahkota dan akar dibagi menjadi tiga imajiner.Setiap permukaan aksial dari mahkota dibagi ke kedua pertiga vertikal dan horisontal. Root ini dibagi menjadi pertiga horizontal saja.

a. Setiap mahkota dibagi menjadi pertiga horizontal - oklusal (atau insisal), tengah, dan serviks (atau gingiva). b. Setiap permukaan mesial dan distal mahkota dibagi menjadi tiga vertikal depan, tengah, dan lingual. c. Setiap dan lingual permukaan wajah mahkota dibagi menjadi tiga vertikal mesial, tengah dan distal. d. Setiap akar dibagi menjadi pertiga horisontal - serviks, tengah dan apikal.

2.1.5 Gigi rahang atas. 1. Insisivus sentralis maksila Gigi insisivus sentralis maksilaterletak berdekatan dengan garis tengah (garis tengah) pada bagian anterior dari lengkung gigi rahang atas.Permukaan mesial kontak permukaan mesial gigi insisivus sentralis maksila dari sisi berlawanan. Ini gigi memiliki lebar mesiodistal terbesar dari semua gigi anterior,.Seperti anterior semua gigi itu berkembang dari empat lobus menyatu.Tiga dari lobus ini yang membentuk permukaan wajah dan keempat membentuk cingulum pada permukaan lingual meletus.Baru gigi seri memiliki tiga mamelons (kerang) di tepi insisal mereka sesuai dengan tiga lobus labialmamelons ini biasanya dalam waktu singkat. 10

Gambar rahang gigi insisivus sentralis kanan. a. Facial permukaan. Permukaan wajah sangat luas, menyerupai thumbnail di garis besar. Insisal its dua pertiga relatif datar dan luas, sedangkan satunya gingiva-ketiga adalah lebih cembung. The margin gingiva adalah cembung ke akar. Permukaan ini memiliki dua dangkal, longitudinal (aksial) depresi, yang mewakili alur perkembangan fusi dari tiga lobus wajah. Sudut distoincisal lebih bulat dari pada mesioincisal sudut. b. Lingual permukaan. Permukaan lingual adalah seperti sendok atau sekopseperti di penampilan dan dibatasi oleh tokoh marjinal pegunungan distal dan mesial. Hal ini sempit dari permukaan wajah karena keduanya berkumpul permukaan proksimal terhadap bahasa cingulum itu. Terletak di ketiga serviks dan sedikit distal garis tengah dari mahkota. Insisal dua pertiga cekung dan yang rahim-ketiga adalah cembung di outline. c. Mesial permukaan. Mesial permukaan agak berbentuk segitiga dengan puncak dari segitiga ke tepi insisal memiliki. Ini sebuah konveksitas faciolingual sedikit. The bidang kontak terletak di insisal ketiga. d. Permukaan distal. Permukaan distal lebih kecil di daerah tetapi serupa dalam garis besar untuk permukaan mesial. Kontur nya adalah lebihcembung daripada permukaan mesial. The menghubungi terletak di dekat persimpangan dan insisal pertiga menengah.

11

e. Insisal edge. Tepi insisal cukup lurus dan berakhir di melengkung mesioincisal dan sudut distoincisal. Kelengkungan distoincisal akan lebih parah daripada kelengkungan mesioincisal menyajikan. Insisal tepi biasanya dipakai sehingga suatu berbeda, permukaan yang sempit yang biasanya lereng ke permukaan lingual.

2. Insisivus maksila lateral. Gigi insisivus rahang laterallebih kecil dalam ukuran dari insisivus sentral tetapi memiliki penampilan umum yang sama. Ini menyajikan sifat busung lebih besar umumnya dalam mahkota bagian daripada gigi insisivus pusat. Insisivus lateralis rahang atas dapat dibandingkan dengan gigi insisivus sentral dalam banyak cara.

Gambar rahang atas gigi seri lateral kanan. a. Permukaan facial. Permukaan wajah mirip dalam penampilan ke pusattetapi lebih cembung insisivus (dibulatkan) dalam bentuk. Alur pembangunan yang tidak diucapkan seperti pada gigi insisivus sentralis. b. Permukaan lingual. Permukaan lingual mirip dalam penampilan ke pusat gigi seri marjinal. Pegunungan yang relatif lebih luas. The pit lingual sering kecil, dalam, dan tidak teratur bentuknya. c. Permukaan mesial. Permukaan mesial mirip dengan permukaan mesial dari pusat gigi seri. d. Permukaan distal.. Distal yang permukaan cembung di segala penjuru the distal bidang kontak relatif dekat atau cervical margin gingiva daripada di pusat gigi seri.

12

e. Insisal edge. Tepi insisal adalah mirip dengan gigi insisivus pusat. Garis tepi insisal umumnya mencerminkan konveksitas yang lebih besar dari gigi seri lateral. 3. Kaninus rahang atas. Kaninus maksilarisadalah gigi ketiga dari garis tengah. Ini adalah terpanjang dan satu-satunya-cusp gigi tunggal dalam lengkungan.Terletak di sudut antara anterior dan bagian posterior lengkung gigi, memainkan peran penting dalam menentukan fitur wajah individu dan dalam mengontrol pergerakan mandibula.Ini kadang-kadang disebut "gigi taring" atau "gigi mata".

Gambar rahang atas kanan kaninus. a. Facial permukaan. Permukaan wajah mencolok cembung ke segala arah. The permukaan wajah memiliki dua longitudinal (aksial) menggambarkan alur lobus pembangunan. Lobus tengah dikembangkan menjadi sebuah punggung bukit yang menonjol berjalan memanjang dari area di ketiga leher rahim dari permukaan ini. Mesial cusp yang lengan lebih pendek dari pada distal titik puncak lengan. b. Lingual permukaan. Permukaan lingual adalah seperti sendok atau sekopseperti di penampilan dan dibatasi oleh tokoh marjinal pegunungan distal dan mesial. Hal ini sempit dari permukaan wajah karena keduanya berkumpul permukaan proksimal terhadap bahasa cingulum itu. Terletak di ketiga serviks dan sedikit distal garis tengah dari mahkota. Insisal dua pertiga cekung dan yang rahim-ketiga adalah cembung di outline. c. Mesial permukaan. Mesial permukaan agak berbentuk segitiga dengan puncak dari segitiga ke tepi insisal memiliki. Ini sebuah konveksitas faciolingual sedikit. The bidang kontak terletak di insisal ketiga.

13

d. Permukaan distal. Permukaan distal lebih kecil di daerah tetapi serupa dalam garis besar untuk permukaan mesial. Kontur nya adalah lebih cembung daripada permukaan mesial. The menghubungi terletak di dekat persimpangan dan insisal pertiga menengah. e. Insisal edge. Tepi insisal cukup lurus dan berakhir di melengkung mesioincisal dan sudut distoincisal. Kelengkungan distoincisal akan lebih parah dari pada kelengkungan mesioincisal menyajikan. Insisal tepi biasanya dipakai sehingga suatu berbeda, permukaan yang sempit yang biasanya lereng ke permukaan lingual.

4. Bikuspid satu rahang atas. Yang bikuspid satu rahang atas (gambar 4-23) memiliki mahkota terbesar dari empat.Bikuspid gigi rahang atas hal ini dibentuk dari empat lobus perkembangan - tiga lobus bentuk titik puncak wajah dan salah satu lobus membentuk titik puncak lingual.

Gambar rahang atas kanan bikuspid pertama. a. Facial permukaan. Permukaan menyerupai wajah permukaan wajah dari gigi taring rahang atas tetapi tidak selama atau sebagai luas. b. Lingual permukaan. Permukaan lingual adalah oval dalam bentuk dan cembung di semua arah. Hal ini lebih pendek dan sempit daripada permukaan wajah. c. Mesial permukaan. Mesial permukaan berbentuk persegi secara garis besar, cembung di oklusal dua pertiga, dan cekung dalam. Serviks yang gingiva (ketiga daerah kontak) adalah terletak di persimpangan dan oklusal pertiga menengah. 14

d. Mesial permukaan. Mesial permukaan berbentuk persegi secara garis besar, cembung di oklusal dua pertiga, dan cekung dalam. Serviks yang gingiva (ketiga daerah kontak) adalah terletak di persimpangan dan oklusal pertiga menengah. e. Permukaan distal. Permukaan distal menyerupai permukaan mesial tetapi sedikit lebih cembung. f. Permukaan oklusal. Permukaan oklusal memiliki dua katup. Cusp wajah lebih besar dan lebih menonjol daripada cusp lingual. Sebuah depresi sentral dibatasi oleh lereng dan lingual katup wajah dan marjinal distal dan mesial pegunungan.Bubungan marjinal mesial dibagi oleh alur terkemuka, alur mesiolingual. Ini alur meluas dari permukaan oklusal atas punggung bukit marjinal ke permukaan mesial. Sebuah alur pada garis sambungan antara katup berakhir di lubang mesial dan distal. g. Akar akar. Ini adalah bercabang membentuk dua akar sekitar setengah sampai dua pertiga jalan dari mahkota ke apeks.

5. Bikuspid kedua rahang atas. Bikuspid kedua rahang atas sangat mirip dengan bikuspid pertama. Ada beberapa perbedaan telah.Hal dimensi mahkota lebih kecil dari bikuspid pertama. Para katup adalah tentang tingginya sama. Bubungan marjinal tidak terbagi oleh terkemuka alur mesiolingual.Tunggal akar gigi ini sedikit bulkier daripada akar bikuspid pertama.Wilayah menghubungi terletak agak dekat dengan oklusal dan wajah permukaan.

Gambar bikuspid kedua rahang atas kanan.

15

6. Molar satu rahang atas. Molar satu rahang atasadalah gigi terbesar di mulut. Ini berkembang dari empat lobus dan sering disebut "molar enam tahun" karena usia yang meletus.

Gambar molar pertama rahang atas kanan. a. Facial permukaan. Permukaan wajah cembung ke segala arah. Sebuah alur (yang alur depan) melewati vertikal dari tengah permukaan ini, antara kedua depan katup, dan ke permukaan oklusal ini. Mesiofacial yang cusp lebih tinggi dan lebih luas daripada distofacial titik puncak. b. Lingual permukaan adalah. Bahasa permukaan lebih cembung dan kecil di daerah dari permukaan depan an. Mesiolingual yang bonggol lebih besar dari distolingual titik puncak. Alur miring, bagian lingual dari alur distolingual, melewati dari lingual permukaan antara dua katup bahasa dan ke permukaan oklusal. A kelima (tambahan) bonggol, yang berkembang dari lobus kelima, hadir pada mesiolingual permukaan, kalau ada, disebut titik puncak carabelli c. Mesial permukaan. Permukaan mesial hampir datar dalam segala arah. Bidang kontak terletak di persimpangan dan oklusal pertiga tengah pada wajah ketiga permukaan ini. d. Permukaan distal. Permukaan menyerupai mesial distal tetapi itu lebih cembung. Hal yang lebih pendek occlusocervically. e. Permukaan oklusal. Permukaan oklusal memiliki empat katup. Setiap nama sesuai dengan posisinya pada gigi (misalnya, mesiofacial,

16

mesiolingual,

dan

mesioocclusal)

adalah

masing

masing.

Cusp

dikembangkan dari lobus perkembangan tunggal. An bubungan miring dibentuk oleh kelanjutan dari pegunungan enamel dari mesiolingual dan distofacial. Katup tiga lubang-lubang terbentuk di permukaan ini - mesial, pemerintah pusat, dan lubang distal. Ini lubang yang ditemukan dalam fosa sesuai. Sebuah alur distolingual berjalan dari lubang distal ke permukaan lingual. Sebuah berjalan alur wajah dari lubang pusat, antara dua katup wajah, ke permukaan wajah. f. Akar akar. Yang membagi menjadi tiga akar terpisah dalam) nya serviks (gingiva. Ketiga akar setiap nama sesuai dengan posisinya pada gigi mesiofacial, distofacial, dan bahasa lingual. Akar lebih besar dan lebih panjang daripada akar wajah. The mesiofacial akar lebih besar dari akar distofacial.

7. Molar kedua rahang atas. Molar kedua maksila (gambar 4-26) sangat mirip dengan rahang atas pertama molar adalah.Ada beberapa perbedaan.Hal ini lebih kecil dalam semua dimensi dari molar pertama. Titik puncak kelima adalah jarang

hadir..Distolingual yang cusp secara proporsional lebih kecil ini dan distofacial akar mesiofacial kadang-kadang menyatu.

Gambar molar kedua rahang atas kanan.

17

8. Molar ketiga rahang atas. Molar ketiga rahang atas (gambar 4-27) dapat terjadi dalam berbagai bentuk besar.Dalam paling umum bentuknya, menyerupai gigi molar kedua rahang atas tetapi lebih kecil dalam semua dimensi.Hal ini sering disebut gigi kebijaksanaan.

Gambar molar ketiga rahang atas kanan.

2.1.6 Gigi rahang bawah 1. Gigi seri rahang bawah tengah. Gigi insisivus sentral rahang bawah (gambar 4-28) terletak berdekatan dengan garis tengah di bagian anterior dari lengkung gigi mandibula.Kontak permukaan mesial permukaan mesial gigi insisivus sentral dari sisi berlawanan.Hal yang terkecil dan paling semua gigi.Developmental alur simetris yang tidak jelas.

18

Gambar mandibula gigi insisivus sentralis kanan. a. Facial permukaan. Permukaan wajah datar dalam dua insisal pertiga dan cembung di leher rahim ketiga. Ini terluas dekat tepi insisal. Tepi insisal membentuk lurus garis di sebelah kanan sudut hampir dengan sumbu panjang dan bentuk sedikit sudut akut dengan mesial dan distal permukaan. b. Lingual permukaan. Permukaan lingual lebih sempit dari permukaan wajah. Dua pertiga insisal cekung dan dibatasi oleh pegunungan dan marjinal distal mesial. Dalam yang ketiga, atau cingulum daerah serviks, itu cembung. c. Mesial permukaan. Permukaan mesial adalah berbentuk segitiga. Hal ini hampir rata di seluruh panjang. Daerah kontak terletak di ketiga insisal. d. Permukaan distal. Permukaan distal menyerupai permukaan mesial kecuali menjadi lebih cembung sedikit. e. Insisal edge. Tepi insisal muncul sedikit melengkung dari mesial ke distal. Ketebalan meningkat dengan pakaian.

2. Insisivus lateralis rahang bawah Gigi insisivus lateral rahang bawah (gambar 4-29) menyerupai rahang bawah pusat insisivus lateral dan insisivus rahang atas dalam banyak hal. The rahang bawah insisivus lateral sedikit lebih besar di semua dimensi dan kurang simetris secara garis besar. 19

Gambar mandibula insisivus lateral kanan.

a. Facial permukaan,. Dari wajah tampilan permukaan wajah dari tepi insisal lereng distal sedangkan gigi insisivus sentralis lurus. Sudut mesioincisal lebih akut. Sudut distoincisal adalah lebih tumpul dan bulat daripada gigi insisivus sentral. b. Lingual permukaan. Permukaan lingual memiliki pegunungan marjinal dan cingulum sedikit lebih menonjol daripada gigi insisivus sentral. c. Mesial dan distal permukaan. Para permukaan mesial dan distal erat mirip dengan gigi insisivus pusat. Bidang kontak pada permukaan distal adalah pada persimpangan insisal dan menengah pertiga daripada di insisal ketiga seperti di pusat gigi seri. d. Insisal edge. Tepi distal kelengkungan insisal memiliki lebih daripada yang dari gigi insisivus sentral.

3. Kaninus rahang bawah Kaninus mandibula (gambar 4-30) menyerupai gigi taring rahang atas di banyak hal.Kaninus mandibula yang panjang dan tegas berlabuh di tulang alveolar.Ini menempati posisi kunci dalam lengkung gigi.

20

a. Facial permukaan. Permukaan wajah lebih sempit daripada permukaan wajah dari gigi taring rahang atas. Kemiringan distal margin insisal hampir dua kali panjang lereng mesial. Marjin mesial hampir sejajar dengan sumbu panjang gigi. Jika tidak, permukaan wajah yang sama seperti yang dari gigi taring rahang atas. b. Lingual permukaan. Permukaan lingual lebih sempit tetapi serupa dalam garis ke permukaan wajah,. Marjinal pegunungan cingulum, dan tonjolan aksial bahasa tidak hampir jadi diucapkan saat mereka berada di gigi taring rahang atas. c. Mesial permukaan. Permukaan mesial dari mahkota berbentuk segitiga secara garis besar. Hal ini datar, membentuk permukaan yang datar terusmenerus hampir dengan akar adalah. Kontak kawasan yang terletak di persimpangan dan menengah pertiga insisal. d. Permukaan distal. Permukaan distal lebih kecil di daerah dan lebih banyak cembung dari pada permukaan mesial. Daerah kontak yang terletak di persimpangan insisal dan pertiga tengah. e. Insisal edge. Tepi insisal terdiri dari dua permukaan sempit miring membentuk sudut melengkung di ujung cusp tersebut. Kemiringan distal adalah sekitar dua kali panjang lereng mesial. Yang ujung cusp terletak di persimpangan ketiga mesial dan tengah ketiga mahkota.

21

4. Bikuspid pertama rahang bawah. Bikuspid pertama rahang bawah (gambar 4-31) adalah gigi terkecil di bikuspid kelompok.Ini memiliki karakteristik dari semua bicuspids tapi sangat berbeda dalam bentuk, terutama bila dibandingkan dengan bicuspids atas.

Gambar mandibula bikuspid pertama benar. a. Facial permukaan. Permukaan wajah simetris secara garis besar dan lebih cembung ke segala arah dari adalah bicuspids atas, memberikan mahkota membentuk menyerupai sebuah terbalik bel. Kedua alur perkembangan dan punggungan aksial wajah biasanya menonjol. Cusp wajah yang panjang dan tajam. b. Lingual permukaan adalah. Bahasa permukaan sekitar setengah ukuran cusp wajah. Hal ini karena cusp lingual sangat pendek dan karena mesial dan distal permukaan memiliki konvergensi bahasa ditandai. c. Mesial permukaan. Permukaan mesial adalah cembung ke segala arah. Secara garis besar, itu menyerupai permukaan mesial dari gigi taring yang lebih rendah dengan cingulum diperbesar. Kontak daerah ini terletak di persimpangan dan oklusal pertiga menengah. d. Permukaan distal. Permukaan distal lebih cembung faciolingually daripada permukaan mesial. Daerah kontak yang terletak di persimpangan tengah dan oklusal pertiga dekat pusat permukaan. e. Permukaan oklusal. Permukaan oklusal bulat untuk oval secara garis besar. Baik bubungan melintang dikembangkan berjalan dari ujung cusp wajah

22

ke cusp lingual. Cusp wajah menempati sekitar empat-perlima dari permukaan oklusal. f. Akar. Akar tunggal taper secara bertahap menuju puncak. Dekat mahkota, akar lebih sempit lingually daripada facially.

5. Bikuspid kedua rahang bawah. Bikuspid kedua rahang bawah (gambar 4-32) adalah sedikit lebih besar, stockier, dan kurang dibulatkan dari bikuspid pertama mandibula.Namun demikian, lebih bulat atau bulat telur (telur-berbentuk) dari bicuspids rahang atas dan mungkin memiliki dua atau tiga katup.Tiga-titik puncak bentuk memiliki dua katup bahasa dan satu titik puncak wajah. a. Facial permukaan. Permukaan menyerupai wajah permukaan wajah yang pertama bikuspid. b. Lingual permukaan. Permukaan lingual mirip secara garis besar ke permukaan wajah. Permukaan bahasa bervariasi dengan jumlah dan pengaturan bahasa katup. Hal ini nyata lebih besar dari permukaan lingual dari gigi seri pertama rahang bawah. Titik puncak (atau berujung) juga jauh lebih besar. Dimana dua katup bahasa hadir, mereka dibagi dengan alur lingual lewat dari oklusal ke permukaan lingual. c. Mesial permukaan. Permukaan mesial memiliki bentuk lingually cenderung jajaran genjang permukaan. Adalah cembung cekung dangkal dengan kadang-kadang hadir di daerah leher rahim. Menghubungi kawasan yang terletak di persimpangan tengah dan oklusal pertiga dan lingual pada garis tengah gigi. d. Permukaan distal. Permukaan distal menyerupai permukaan mesial, tetapi sedikit lebih cembung. e. Permukaan oklusal. Bentuk garis besar dari permukaan oklusal bervariasi dengan jumlah katup lingual. Dalam kasus bonggol lingual tunggal, bentuk garis besar serupa dengan yang ada pada bikuspid pertama. Dalam kasus dua katup lingual, bentuk garis lebih luas dan banyak lagi segi empat arah lingual. Dalam kasus-bonggol gigi dua, oklusal yang permukaan menyerupai sebuah bikuspid rahang atas,. Dalam kasus tiga titik puncak sebuah gigi alur lingual menonjol melewati dari permukaan oklusal, antara katup lingual, ke permukaan lingual. 23

2.2 Anatomi fisiologi mulut 2.2.1 Mulut (oris) Mulut merupakan jalan masuk menuju system pencernaan dan berisis organ aksesori yang bersifat dalam proses awal pencernaan.Secara umum terdiri dari 2 bagian yaitu : 1. Bagian luar (vestibula) yaitu ruang diantara gusi, gigi, bibir dan pipi. 2. Bagian rongga mulut ( bagian ) dalam yaitu rongga yang dibatasi sisinya oleh tulang maksilaaris, palatum dan mandibularis di sebelah belakang bersambung dengan faring. Selaput lender mulut ditutupi ephitelium yang ber lapis-lapis , dibawahnya terletak kelenjar-kelenjar halus yang mengeluarkan lendir, selaputini kaya akan pembuluh darah juga memuat banyak ujung saraf asesoris. Di sebealh luar mulut ditutupi oleh kulit dan di sebelah dalam ditutupi oleh selaput lendir mukosa ada beberapa bagian yang perlu diketahui : a. Palatum
y Palatum durum yang tersusun atas tajuk-tajuk palatum dari sebelah

depan tulang maksilaris


y Palatum

mole

terletak

dibelakang

yang

merupakan

lipatan

menggantung yang dapat bergerak, terdiri dari jaringan fibrosa dan selaput lendir. b. Rongga mulut
y Bagian gigi terdapat gigi (anterior) tugasnya memotong yang sangat

kuat dan gigi osterior tugasnya menggiling. Pada umumnya otot-otot pengunyah di persarafi oleh cabang motoricdari saraf cranial ke 5. Dan proses mengunyah di control oleh nucleus dalam batang otak. Perangsangan formasio retikularis dekat pusat batang otak untuk pengecapan dapat menimbulakan pergerakan mengunyah secara ritmis dan kontinu.Mengunyah makanan bersifat penting untuk pencernaan semua makanan, terutama untuk sebagian besar buah dan syur-sayuran mentah karena zat ini mempunyai membrane selulosa yang tidak dapat dicerna diantara bagian-bagian zat

24

nutrisi yang harus di uraikan sebelum dapat digunakan .Manusia memiliki susunan gigi primer dan sekunder.


Gigi primer, dimulai dari tuang diantara dua gigi depan yang terdiri dari 2 gigi seri, 1 taring, 3 geraham dan untu total keseluruhan 20 gigi.

Gigi sekunder, terdiri dari 2 gig seri, 1 taring, 2 premoral dan 3 geraham utuk total keseluruhan 32 buah.

Juga gigi ada 2 macam yaitu,  Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan  Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32 buah. Fungsi gigi adalah dalam proses matrikasi (pengunyahan). Makanan yang masuk kekedalam mulut di potong menjaid bagian-bagian kecil dan bercamput dengan saliva untukmembentuk bolus makanan yang dapat ditelan.

y Lidah.

Indera pengecap terdiri dari kurang lebih 50 sel-sel epitel bebrapa diantaranya disebut sel sustentakular dan yang lainnya di sebut sel pengecap. Lidah berfungsi untuk menggerakan makan saat dikunyah atau ditelan. Lidah terdiri dari otot serat lintang dan dilapisi selaput lendir. Dibagian pangkal lidah terdapat epiglottis berfungsi untuk menutup jalan nafas pada waktu menelan supaya makanan tidak masuk kejalan nafas. Kerja otot dapat di gerakkan 3 bagian 1) Radiks lingua = pangkal lidah 2) Dorsum lingua = punggung lidah 3) Apek lingua = ujung lidah Pada lidah terdapat indera peraba dan perasa 1) Asin dibagian lateral lidah 2) Manis dibagian ujung dan anterior lidah 3) Asam, dibagian lateral lidah 4) Pahit dibagian belakang lidah c. Kelenjar ludah

25

Yaitu kelenjar yang memiliki duktus yaitu duktus duktus wartoni dan duktus stensoni. Kelenjar ii mensekresikan saliva jedalan rongga oral di hasilkan di dalam rongga mulut dipersarafi oleh saraf tak sadar. 1) Kelenjar parotis, letaknya dibawah depan dari telinga diantara proses mastoid kiri dan kanan mandibularis pada duktus stensoni. 2) Kelenjar submaksilaris terletak dibawah fongga mulut bagian belakang, dukts wartoni 3) Kelenjar subliingualis, dibawah selaput lendir, bermuara di dasar raongga mulut.  Fungsi saliva
y

Memudahkan makan utnuk dikunyah oleh gigi dan dibentuk menjado bolus

Mempertahankan bagian mulut dan lidah agar tetap lembab, sehingga memudahkan lidah bergerak utnuk bericara

Mengandung ptyalin dan amylase, suatu enzyme yang dapat mengubah zat tepung menjadi maltose polisakarida

Seperti zat buangan seperti asam urat dan urea serta obat, virus, dan logam, disekresi kedalam saliva

Sebagai zat anti bakteri dan anti body yang berfungsi untuk memberikan rongga oral dan membantu memelihara

kesehatan oral serta mencegah kerusakan gigi.

2.3 Kelainan pada gigi dan mulut 2.3.1 Kelainan jaringan keras oleh karena non infeksi terdiri dari atrisi, abrasi, erosi, dan fraktur. A. Atrisi Pada saat gigi berkontak, maka ketika itu timbul keausan gigi. Makin sering kontakterjadi makin besar keausannya. Oleh karena itu, lazim sekali dijumpai adanya keausan dipermukaan oklusal dan proksimal pada gigi yang telah berada dalam mulut bertahun-tahunlamanya. Keausan yang disebabkan oleh kontaknya gigi disebut atrisi.Mengingat email itudemikian kerasnya dan gigi yang saling berhadapan tidak terlalu sering berkontak karenaadanya saliva

26

sebagai pelumas, maka biasanya keausan terbatas sifatnya meksi gigi telahbeberapa dekade berada di dalam mulut. Keadaan ringan sering ditemukan berupa terbentuknya facet pada puncak kaninus danhilangnya tuberkel di tepi insisal. Keadaan semacam ini tidak memerlukan perawatan apaapa.Keausan yang terus berlanjut akan membuka tubulus dentin dan pulpa akanmengadakan raeksi dengan membentuk kalsifikasi pada tubulus di daerah yang terkena dandengan pembentukan dentin reaksioner. Keausan yang ditimbulkan hanya oleh kebiasaanmengerotlan gigi menyebabkan keausan yang merata pada email dan dentin. Jika dijumpaicekungan dangkal dan dikelilingi oleh lingkaran email, maka biasanya ini terjadi karenaadanya erosi yang tumpah tindih dengan atrisi. Pada tahapnya yang masih dini, pengamatandan nasehat yang tepat merupakan tindakan tepat karena kavitasnya belum bisa

menerimatumpatan.Akan tetapi kadang-kadang terlihat keausan yang hebat sekali. Sering kali hal inidisebabkan oleh kebiasaan pasien mengerotkan giginya tanpa sadar, terutama di waktu malamketika saliva yang berfungsi sebagai pelumas sedang sedikit. Kalau keausan menjadi sangatluas sehingga banyak jaringan gigi yang hilang dan jika kecepatan keausan

melebihikecepatan pembentukan dentin reaksionernya, pulpa mungkin akan terbuka sehingga harusdilakukan perawatan saluran akar. Intervensi perlu dilakukan jika keausan sudahmengganggu, pulpa dalam bahaya terbuka, atau mengganggu oklusi. Sering kali

diperlukanpembuatan mahkota. Bagi gigi posterior biasanya digunakan mahkota tuang emas, sementarabagi gigi anterior digunakan mahkota metal keramiik sehingga merupakan kombinasi estetikadan kekuatan. Biasanya keausan menimpa banyak gigi sehingga perawatannya tak dapatdihindarkan lagi, merupakan perawatan yang ekstensif. Perawatan akan merupakan yang sukar dan memakan waktu karena sering kali oklusi pasien harus diperbaiki dulu; makaperawatan seperti ini sangat tidak menyenangkan bagi operator yang tidak berpengalaman. Ciri khas atrisi adalah perkembangan dari suatu sisi yang mana adalah permukaanyang datar dengan di kelilingi oleh tepi yang berbatas jelas. Disana akan terdapat garis paralelyang jelas hanya dalam satu arah dan di dalam tepi dari permukaan gigi. Satu sisi akanbersatu dengan sempurna dengan sisi yang 27

lain pada sebuah gigi di lengkungan yang berbedadan garis yang paralel akan terletak pada arah yang sama.Penyebaran dari atrisi dipengaruhi oleh tipe dari oklusi, geometri dari systemstomatognathic dan pola karakteristik dari kertakan gigi individu.

B. Abrasi Abrasi adalah keausan gigi yang tidak disebabkan oleh berkontaknya gigi melainkandisebabkan oleh penyikatan horisontal yang berlebihan dengan menggunakan pasta gigi yangabrasif atau ausnya tepi insisal karena kebiasaan menggigit benda tertentu seperti jepitanrambut atau pipa rokok. Pulpa mengadakan reaksi dengan membentuk kalsifikasi di tubulus dentin danpembentukan dentin reaksioner. Dentin yang terbuka ini jarang sensitif dan bentuknyaseringkali seperti alur berbentuk V di dekat tepi ginggiva. Seringkali dijumpai adanya resesiginggiva akibat penyikatan berlebihan tetapi

ginggivanya biasanya sehat. Perawatannya adalah menasihati pasien agar menggunakan teknik penyikatan yangkurang merusak dan dengan pasta gigi yang tidak abrasif atau hentikan kebiasaan menggigitgigit.Pada bentuknya yang ringan, kavitas lebih baik diamati dahulu. Jika alur ke arahginggiva sangat dalam dan membahayakan pulpa dapat ditambal dengan semen adhesive yangmerupakan prosedur yang tidak membahayakan. Bahan-bahan yang dapat menyebabkan terjadinya abrasi disebut abrasive. Contohnya:
o Kapur o Pumice o Pasir o Cuttle o Garnet o Emery o Silex o Tin oxide o Alumunium oxide

Abrasive yang digunakan pada kedokteran gigi, yaitu: a. Diamond burs Pecahan berlian yang dilekatkan pada sebuah gagang 28

b. Stones Tersedia dalam berbagai bentuk ukuran dan tingkat kekasaran, dan dibuat dari berbagaibahan. c. Rubber wheels or point Karet yang dilelehkan kemudian dicampur dengna abrasive dan dibentuk menjadi roda ataubatangan. Karet tersebut berperan sebagai pengikat bahan abrasive. d. Disks or strips Partikel abrasive dilekatkan pada sebuah kertas, logam, atau plastik yang dibentuk menjadilempengan atau batangan. e. Bubuk Digunakan dengan bahan lain, seperti: Air, alkohol, gliserin atau mouthwash untukmembentuk pasta. Beberapa digunakan di laboratorium dan prosedur klinis, dimana yang lainhanya digunakan di laboratorium.  Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat abrasi: 1. Tingkat kekerasan bahan Partikel abrasive harus lebih keras daripada permukaan gigi. Jika tidak, abrasive nya akanrusak dan permukaan gigi akan tidak terlalu dipengaruhi. Tingkat abrasi tergantung padatemperatur, dimana objek yang temperaturnya tinggi akan menjadi lebih lunak, dan nantinyamudah terabrasi. 2. Ukuran Partikel abrasive yang lebih besar akan menghasilkan goresan yang lebih dalam daripadapartikel yang lebih kecil. Goresan yang lebih dalam berarti lebih banyak bahan yang dibuang.Ukuran partikel abrasive dinamakan grit. 3. Bentuk Partikel yang berbentuk bulat akan kurang efektif daripada partikel yang berbentuk irreguler.Hal ini dikarenakan partikel yang irreguler akan lebih mungkin menggores permukaan gigidaripada partikel yang bulat. 4. Tekanan

29

Tekanan yang lebih kuat berarti tingkat abrasive yang lebih tinggi dikarenakan partikelabrasive memotong lebih dalam pada

permukaan gigi. Peningkatan tekanan dapat jugameningkatkan temperatur dari permukaan gigi. 5. Kecepatan Seperti tekanan, peningkatan kecepatan juga meningkatkan abrasive. Kecepatan yang lebihtinggi juga akan menghasilkan kenaikan temperatur. 6. Lubrikasi Lubrikan yang paling sering digunakan di kedokteran gigi adalah air. Kegunaannya adalahuntuk mendinginkan gigi. Lubrikan juga digunakan untuk menghilangkan panas yangdisebabkan oleh kegiatan abrasive yang ditimbulkan oleh permukaan gigi yang sedangterabrasive. C. Erosi Erosi adalah hilangnya jaringan keras gigi karena bahan kimia. Disebabkan olehkebiasaan makan asam seperti terlalu banyak minum jus jeruk, minuman asam, terlalu banyakmakan buah jeruk atau apel asam atau yoghurt. Juga disebabkan oleh muntahan asam dariperut pada beberapa pasien yang terserang kelainan pencernaan seperti hiatus hernia, ataupasien penderita anoreksia nervosa atau bulimia nervosa.Aplikasi asam lemah berulang -ulang dan teratur pada permukaan gigi akanmenghilangkan mineral yang terdapat di daerah itu. Hilangnya gigi karena erosi dipercepatoleh atrisi dan abrasi. Penyikatan gigi setelah aplikasi asam secara signifikan telahmeningkatkan hilangnya jaringan gigi. Pada erosi yang berhubungan dengan diet yang paling banyak terkena adalahpermukaan bukal gigi atas dan permukaan oklusal gigi bawah. Pada erosi karena muntah yangpaling parah terkena adalah permukaan palatal gigi anterior atas.Pada tahap yang masih dini, perikimata pada permukaan gigi menghilang dan gigiakan terlihat datar tetapi warnanya normal bila dibandingkan warna email karies yangmengapur. Jika erosi berjalan terus maka dentin akan terbuka yang sering sangat peka karenakalsifikasi di tubulus telah terdemineralisasi oleh asam. Akhirnya pulpa bisa terinflamasi.

30

Pada erosi yang meluas, keseluruhan mahkota gigi mungkin terkenapengaruhnya, dengan hilangnya ketajaman permukaan yang

menghasilkan suatulapisan kaca, penampilan yang tidak menarik dengan tidak tajamnya daerah enamelseperti ini menjadi membulat. Permukaan enamel mungkin menjadi relatif cembungsampai dentin terlihat, kemudian reduksi gigi bertambah cepat karena perbedaankelunakan pada dentin. Hal ini

menyebabkan penampilan yang berlubang. Perawatan erosi yang berhubungan dengan diet meliputi anjuran pada pasienagar menghentikan kebiasaan mengkonsumsi buah asam, makanan dan minuman ber-phrendah. Pada keadaan kronis seperti pada pencicip anggur profesional, gunakanobat kumur yang berflourida juga. Setelah mengkonsumsi asam, akan cukup hanyadengan mencuci mulut dengan baik dengan menggunakan air untuk menghilangkanresidu asam dan menunda menyikat gigi hingga 3 jam. Tentu saja, tidak ada masalahyang mungkin muncul dari saran ini yang berhubungan dengan aktivitas karieskarena, tanpa adanya pla k yang matang, tidak akan ada generasi karies, dan apakahplak dihilangkan sebelum atau sesudah makan, itu tidak ada kaitannya. D. Fraktur Fraktur gigi adalah kejadian yang relatif umum, terutama pada gigi yang telahdiperbaiki. Mungkin ini merupakan hasil dari trauma langsung, tetapi ada alasan lain,dan suatu diagnosis yang cermat diperlukan lebih banyak daripada hanya sekedarmenghaluskan permukaan yang kasar. Bentuk selanjutnya dari kehilangan gigi akibatfraktur harus dicatat.Fraktur disebabkan oleh trauma baik berupa pukuluan langsung terhadap gigiatau pukulan tidak langsung terhadap mandibula yang dapat menyebabkan pecahnyatonkol-tonjol gigi, gigi posterior. Selain itu, tekanan oklusal yang berlebihan padatumpatan yang luas dan tonjol-tonjolnya tak terdukung oleh dentin dapatmenyebabkan fraktur. Keparahan fraktur bisa hanya sekedar retak saja, pecahnyatonjol, sampai lepasnya gigi. Trauma langsung kebanyakan mengenai gigi anterior,dan karena arah pukulan mengenai permukaan labial, garis retakannya menyebar kebelakang dan horisontal atau oblik. Pada fraktur tekanan hampir selalu mengenaipermukaan oklusal sehingga garis frakturnya vertikal. Pukulan terhadap gigi anterior paling sering terjadi pada anak bila dibiarkantubulus dentinnya akan terpapar plak sehingga terjadi inflamasi pulpa 31

dan perludirawat. Gigi posterior yang fratktur karena tekanan oklusal yang besar biasanyakarena mempunyai tumpatan yang luas. Pada gigi semacam ini, hanya sedikit tubulusdentin yang terbuka yang langsung berhubungan dengan pulpa karena telah terjadinyareaksi terhadap karies dan prosedur penambalan berupa kalsifikasi tubulus danpenempatan dentin reaksioner di kamar pulpa sehingga pulpa jarang terkena.

2.3.2 Kelainan-kelainan pada struktur gigi Jaringan-jaringan gigi dibentuk dalam dua tahap, mula-mula diendapkan matriksorganik dan kemudian mineralisasi terjadi.Gangguan pada salah satu dari tahap-tahap ini dapat menyebabkan kelainan-kelainan pada struktur gigi yang penting,khususnya email.Gangguan pengendapan matriks menyebabkan

hipoplasia, ditandai oleh adanya email yang tidak teratur ketebalannya atau strukturnya tidaksempurna.Gangguan pada tahap kedua perkembangan

menyebabkan hipomineralisasi, walaupun email mempunyai ketebalan normal, setidak-tidaknya sebagian dari padanya mempunyai mineralisasi yang buruk. 1. Hipoplasia dan Hipomineralisasi yang disebabkan faktor Lokal Perkembangan gigi-gigi tetap dapat rusak oleh karena trauma atau infeksiyang berhubungan dengan gigi susu.Intrusi atau pergeseran insisivus susu yang parah akibat trauma dapat mempengaruhi insisivus tetap yang sedang berkembang.Makin besar trauma yang mengenai muka anak pada waktu terkena kecelakaan, makin besar kemungkinan email gigi tetap akan menjadi hipoplastik.Jika kecelakaan terjadi setelah usia 4 tahun,

hipomineralisasi lebih sering terjadi dari pada hipoplasia, yang tampak sebagai bercak-bercak putih atau kecoklatan pada permukaan labial. Trauma karena pencabutan gigi molar susu dapat merusakkan premolar yang sedang berkembang, khususnya sewaktu anak berusia dibawah 4-5tahun, pada saat perkembangan premolar pada tahap awal.Hal yang sama macam kerusakan yang dapat disebabkan oleh infeksi gigi sulung tergantung pada tahap perkembangan gigi tetap penggantinya.

2.

Hipoplasia dan hipomineralisasi yang disebabkan faktor sistemik.

32

Sampai saat kelahiran semua gigi sulung terlindung dari semua gangguan sistemik yang paling parah, oleh karena itu email prenatal biasanya mempunyai struktur yang homogen. Kelainan pada email postnatal biasanya dihubungkan dengan kelainan sistemik pada waktu kelahiran atau selama perkembangan postnatal. Faktor-faktor tersebut antara lain adala

amelogenesis imperfekta (genetis), kelainan metabolisme, seperti fenil ketonurea, hipokalsemia, anemia hemolitik, endokrinopati seperti

hipoparatiroidisme, nefropati, penyakit hepar, penyakit gastro intestinal yang menyebabkan gangguan penyerapan fluor. 2.3.3 Osteomielitis rahang Penyebab infeksi odontogen adalah bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut yaitu bakteri dalam plak, sulcus ginggiva dan mukosa mulut. Infeksi odontogen dapat menyebar secara perkontinuitatum, hematogen dan limfogen, yang disebabkan antara lain oleh periodontitis apikalis yang berasal dari gigi gangren, dan periodontitis marginalis. Penjalaran infeksi odontogen yang menyebabkan abses dibagi dua yaitu penjalaran tidak berat (yang memberikan prognosa baik) dan penjalaran berat (yang memberikan prognosa tidak baik, di sini terjadi penjalaran hebat yang apabila tidak cepat ditolong akan menyebabkan kematian). Adapun yang termasuk penjalaran tidak berat adalah serous periostitis, abses sub periosteal, abses sub mukosa, abses sub gingiva, dan abses sub palatal. Sedangkan yang termasuk penjalaran yang berat antara lain abses perimandibular, osteomielitis, dan phlegmon dasar mulut. Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penyebaran dan kegawatan infeksi odontogenik adalah : 1. Jenis dan virulensi kuman penyebab. 2. Daya tahan tubuh penderita. 3. Jenis dan posisi gigi sumber infeksi. 4. Panjang akar gigi sumber infeksi terhadap perlekatan otot-otot. 5. Adanya tissue space dan potential space. Ostemielitis rahang adalah suatu infeksi yang ekstensif pada tulang rahang, yang mengenai spongiosa, sumsum tulang, kortex, dan periosteum. Komplikasi yang dapat terjadi akibat osteomielitis, serupa dengan komplikasi yang disebabkan oleh infeksi odontogen, dapat merupakan komplikasi ringan 33

sampai terjadinya kematian akibat septikemia, pneumonia, meningitis, dan trombosis pada sinus kavernosus. Diagnosis yang tepat amat penting untuk pemberian terapi yang efektif, sehingga dapat memberikan prognosis yang lebih baik.

2.4 Asuhan keperawatan Infeksi odontogen 2.4.1 Pendahuluan Rongga mulut merupakan tempat hidup bakteri aerob dan anaerob yang berjumlah lebih dari 400 ribu spesies bakteri. Ratio antara bakteri aerob dengan anaerob berbanding 10:1 sampai 100:1. Oragisme-organisme ini merupakan flora normal dalam mulut yang terdapat dalam plak gigi, cairan sulkus ginggiva, mucus membrane, dorsum lidah, saliva dan mukosa mulut. Infeksi odontogen dapat menyebar secara perkontinuitatum, hematogen dan limfogen, yang disebabkan antara lain oleh periodontitis apikalis yang berasal dari gigi nekrosis, dan periodontitis marginalis. Infeksi gigi dapat terjadi melalui berbagai jalan: a. b. c. Lewat penghantaran yang pathogen yang berasal dari luar mulut Melalui suatu keseimbangan flora yang endogenus Melalui masuknya bakteri ke dalam pulpa gigi yang vital dan steril secara normal. Meskipun suatu pertahanan tubuh individual dapat berpengaruh terhadap kecepatan dan kekerasan suatu simtom, namun pada umumnya infeksi gigi dapat dirawat dengan pemberian antibiotik, anti jamur dan anti viral. Pengobatan sistemik dapat membunuh bakteri yang pathogen yang berlokasi pada tempat yang tidak dapat dicapai oleh instrumen gigi atau antiseptik yang diberikan secara topikal. Keberhasilan klinis pada saat ini merupakan gambaran untuk mengetahui etiologi dari infeksi gigi (odontogen), seleksi yang tepat dari pemberian variasi antimikrobial dalam mencegah dan marawat infeksi gigi, dan pengaturan akibat yang terjadi ketika dihubungkan dengan prosedur pengobatan gigi. Rekomendasi didasarkan pada literatur yang mutakhir dan kerentanan mikroorganisme terhadap infeksi dalam rongga mulut. Penting untuk mengetahui perbedaan kerentanan dari organisme yang musiman dan letak organism tersebut. Klinisi juga harus waspada terhadap antimicrobial yang akan diberikan pada daerah tersebut. Sumber klinis seperti 34

petunjuk pada bungkus harus disesuaikan dengan dosis yang tertera, indikasi dan reaksi yang berlawanan untuk tiap pemberiannya. Infeksi odontogenik kebanyakan terjadi pada infeksi human. Keterangan ilmiah menerangkan bahwa adanya hubungan antara infeksi yang parah dengan peningkatan kerentanan karena adnya penyakit sistemik seperti penyakit jantung, DM, kehamilan, dan infeksi paru-paru. Ini karena adanya bakteri gram negative yang menyebabkan terjadinya penyakit periodontal yang memicu produksi lipopolisakarida, heat shock protein dan proinflammatory cytokines. Karena ada hubungan antra penyakit periodontal dan problem medis yang lain, maka penting untuk mencegah terjadinya infeksi gigi sedapat mungkin atau mengetahui sedini mungkin terjadinya infeksi gigi sehingga dapat dicegah atau diobati. Dokter gigi dan dokter umum harus waspada terhadap terjadinya implikasi klinis pada hubungan inter-relasi antara infeksi odontogenik dan kondisi medis lain yang dapat berpengaruh terhadap pasien yang membutuhkan perawatan.

2.4.2 Definisi Infeksi odontogen adalah infeksi yang berasal dari gigi. Penyebab infeksi odontogen adalah bakteri yang merupakan flora normal dalam mulut yaitu bakteri dalam plak, sulcus ginggiva dan mukosa mulut. Infeksi odontogen dapat menyebar secara perkontinuitatum, hematogen dan limfogen, yang disebabkan antara lain oleh periodontitis apikalis yang berasal dari gigi gangren, dan periodontitis marginalis. 2.4.3 Etiologi infeksi gigi Paling sedikit ada 400 kelompok bakteri yang berbeda secara morfologi dan biochemical yang berada dalam rongga mulut dan gigi. Kekomplekan flora rongga mulut dan gigi dapat menjelaskan etiologi spesifik dari beberapa tipe terjadinya infeksi gigi dan infeksi dalam rongga mulut, tetapi lebih banyak disebabkan oleh adanya gabungan antara bakteri gram positif yang aerob dan anaerob. Dalam cairan gingival, kira-kira ada 1.8 x 1011 anaerobs/gram. Pada umumnya infeksi odontogen secara inisial dihasilkan dari pembentukan plak gigi. Sekali bakteri patologik ditentukan, mereka dapat menyebabkan terjadinya komplikasi lokal dan menyebar/meluas seperti terjadinya bacterial endokarditis, infeksi ortopedik, infeksi pulmoner, infeksi sinus kavernosus, septicaemia, sinusitis, infeksi mediastinal dan abses otak. 35

Infeksi odontogen biasanya disebabkan oleh bakteri endogen. Lebih dari setengah kasus infeksi odontogen yang ditemukan (sekitar 60 %) disebabkan oleh bakteri anaerob. Organisme penyebab infeksi odontogen yang sering ditemukan pada pemeriksaan kultur adalah alpha-hemolytic Streptococcus, Peptostreptococcus, Peptococcus, Eubacterium, Bacteroides (Prevotella) melaninogenicus, and Fusobacterium. Bakteri aerob sendiri jarang menyebabkan infeksi odontogen (hanya sekitar 5 %). Bila infeksi odontogen disebabkan bakteri aerob, biasanya organisme penyebabnya adalah species Streptococcus. Infeksi odontogen banyak juga yang disebabkan oleh infeksi campuran bakteri aerob dan anaerob yaitu sekitar 35 %. Pada infeksi campuran ini biasanya ditemukan 5-10 organisme pada pemeriksaan kultur. 2.4.4 Klasifikasi Berdasarkan tipe infeksinya, infeksi odontogen bisa dibagi menjadi : 1. Infeksi odontogen lokal / terlokalisir, misalnya: Abses periodontal akut; peri implantitis. 2. Infeksi odontogen luas/ menyebar, misalnya: early cellulitis, deep-space infection. 3. Life-Threatening, misalnya: Facilitis dan Ludwig's angina. Pada umumnya infeksi gigi termasuk karies gigi, infeksi dentoalveolar (infeksi pulpa dan abses periapikal), gingivitis (termasuk NUG), periodontitis (termasuk pericoronitis dan peri-implantitis), Deep Facial Space Infections dan

osteomyelitis. Jika tidak dirawat, infeksi gigi dapat menyebar dan memperbesar infeksi polimikrobial pada tempat lain termasuk pada sinus, ruang su blingual, palatum, system saraf pusat, perikardium dan paru-paru. 2.4.5 Patofisiologi infeksi gigi dan mulut Infeksi gigi merupakan suatu hal yang sangat mengganggu manusia, infeksi biasanya dimulai dari permukaan gigi yaitu adanya karies gigi yang sudah mendekati ruang pulpa, kemudian akan berlanjut menjadi pulpitis dan akhirnya akan terjadi kematian pulpa gigi (nekrosis pulpa). Infeksi gigi dapat terjadi secara lokal atau meluas secara cepat. Adanya gigi yang nekrosis menyebabkan bakteri bisa menembus masuk ruang pulpa sampai apeks gigi. Foramen apikalis dentis pada pulpa tidak bisa mendrainase pulpa yang terinfeksi. Selanjutnya proses infeksi tersebut menyebar progresif ke ruangan atau jaringan lain yang dekat dengan struktur gigi yang nekrosis tersebut. 36

Penjalaran infeksi odontogen akibat dari gigi yang nekrosis dapat menyebabkan abses, abses ini dibagi dua yaitu penjalaran tidak berat (yang memberikan prognosis baik) dan penjalaran berat (yang memberikan prognosis tidak baik, di sini terjadi penjalaran hebat yang apabila tidak cepat ditolong akan menyebabkan kematian). Adapun yang termasuk penjalaran tidak berat adalah serous periostitis, abses sub periosteal, abses sub mukosa, abses sub gingiva, dan abses sub palatal, sedangkan yang termasuk penjalaran yang berat antara lain abses perimandibular, osteomielitis, dan phlegmon dasar mulut. Gigi yang nekrosis juga merupakan fokal infeksi penyakit ke organ lain, misalnya ke otak menjadi meningitis, ke kulit menjadi dermatitis, ke mata menjadi konjungtivitis dan uveitis, ke sinus maxilla menjadi sinusitis maxillaris, ke jantung menjadi endokarditis dan perikarditis, ke ginjal menjadi nefritis, ke persendian menjadi arthritis. Infeksi odontogenik merupakan suatu proses infeksi yang primer atau sekunder yang terjadi pada jaringan periodontal, perikoronal, karena traumatik atau infeksi pasca bedah. Tipikal infeksi odontogenik adalah berasal dari karies gigi yang merupakan suatu proses dekalsifikasi email. Suatu perbandingan demineralisasi dan remineralisasi struktur gig terjadi pada perkembangan lesi karies. Demineralisasi yang paling baik pada gigi terjadi pada saat aktivasi bakteri yang tinggi dan dengan ph yang rendah. Remineralisasi yang paling baik terjadi pada ph lebih tinggi dari 5,5 dan pada saliva terdapat konsentrasi kalsium dan fosfat yang tinggi. Sekali email larut, infeksi karies dapat langsung melewati bagian dentin yang mikroporus dan langsung masuk ke dalam pulpa. Di dalam pulpa, infeksi dapat berkembang melalui suatu saluran langsung menuju apeks gigi dan dapat menggali menuju ruang medulla pada maksila atau mandibula. Infeksi tersebut kemudian dapat melobangi plat kortikal dan merusak jaringan superficial dari rongga mulut atau membuat saluran yang sangat dalam pada daerah fasial. Serotipe dari streptococcus mutans (cricetus, rattus, ferus, sobrinus) merupakan bakteri yang utama dapat menyebabkan penyakit dalam rongga mulut.Tetapi meskipun lactobacilli bukan penyebab utama penyakit, mereka merupakan suatu agen yang progresif pada karies gigi, kare na mereka mempunyai kapasitas produksi asam yang baik.

37

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penyebaran dan kegawatan infeksi odontogenik adalah:
y y y y y

Jenis dan virulensi kuman penyebab. Daya tahan tubuh penderita. Jenis dan posisi gigi sumber infeksi. Panjang akar gigi sumber infeksi terhadap perlekatan otot-otot. Adanya tissue space dan potential space.

2.4.6 Gejala klinis Penderita biasanya datang dengan keluhan sulit untuk membuka mulut (trismus), tidak bisa makan karena sulit menelan (disfagia), nafas yang pendek karena kesulitan bernafas. Penting untuk ditanyakan riwayat sakit gigi sebelumnya, onset dari sakit gigi tersebut apakah mendadak atau timbul lambat, durasi dari sakit gigi tersebut apakah hilang timbul atau terus-menerus, disertai dengan demam atau tidak, apakah sudah mendapat pengobatan antibiotik sebelumnya. Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda-tanda infeksi yaitu ; 1. Rubor : permukaan kulit yang terlibat infeksi terlihat kemerahan akibat

Vasodilatasi, efek dari inflamasi 2. Tumor 3. Calor Infeksi 4. Dolor jaringan Yang bengkak akibat edema atau infeksi 5. Fungsiolaesa : Terdapat masalah denagn proses mastikasi, trismus, disfagia, dan gangguan pernafasan. Infeksi yang fatal bisa menyebabkan gangguan pernafasan, disfagia, edema palpebra, gangguan penglihatan, oftalmoplegia, suara serak, lemah lesu dan gangguan susunan saraf pusat (penurunan kesadaran, iritasi meningeal, sakit kepala hebat, muntah). Pemeriksaan fisik dimulai dari ekstra oral, lalu berlanjut ke intra oral.Dilakukan pemeriksaan integral (inspeksi, palpasi dan perkusi) kulit wajah, 38 : terasa sakit karena adanya penekanan ujung saraf sensorik oleh : pembengkakan, terjadi karena akumulasi nanah atau cairan exudat : teraba hangat pada palpasi karena peningkatan aliran darah ke area

kepala, leher, apakah ada pembengkakan, fluktuasi, eritema, pembentukan fistula, dan krepitasi subkutaneus.Dilihat adakah limfadenopati leher, keterlibatan ruang fascia, trismus dan derajat dari trismus.Kemudian diperiksa gigi, adakah gigi yang caries, kedalaman caries, vitalitas gigi, lokalisasi pembengkakan, fistula dan mobilitas gigi.Dilihat juga adakah obstruksi ductus Wharton dan Stenson, serta menilai kualitas cairan duktus Wharton dan Stenson (pus atau

saliva).Pemeriksaan oftalmologi dilakukan bila dicurigai mata terkena infeksi. Pemeriksaan mata meliputi : fungsi otot-otot ekstraokuler, adakah proptosis, adakah edema preseptal atau postseptal. Pemeriksaan penunjang yang bisa membantu menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan kultur, foto rontgen dan CT scan (atas indikasi). Bila infeksi odontogen hanya terlokalisir di dalam rongga mulut, tidak memerlukan pemeriksaan CT scan, foto rontgen panoramik sudah cukup untuk menegakkan diagnosis.CT scan harus dilakukan bila infeksi telah menyebar ke dalam ruang fascia di daerah mata atau leher. 2.4.7 Diagnosa Berdasarkananamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, ditegakkan diagnosis infeksi odontogen apakah termasuk infeksi odontogen lokal / terlokalisir atau infeksi odontogen umum / menyebar. 2.4.8 Terapi Tujuan manajemen infeksi odontogen adalah :
y

Menjaga saluran nafas tetap bebas


o

Dasar mulut dan lidah yang terangkat ke arah tonsil akan menyebabkan gagal nafas

Mengetahui adanya gangguan pernafasan adalah langkah awal diagnosis yang paling penting dalam manajemen infeksi odontogen

Tanda-tanda terjadi gangguan pernafasan adalah pasien terlihat gelisah, tidak dapat tidur dalam posisi terlentang dengan tenang, mengeluarkan air liur, disfonia, terdengar stridor

Saluran nafas yang tertutup merupakan penyebab kematian pasien infeksi odontogen

Jalan nafas yang bebas secara kontinu dievaluasi selama terapi

39

Dokter bedah harus memutuskan kebutuhan, waktu dan metode operasi untuk mempertahankan saluran nafas pada saat emergency (gawat darurat).

Operasi drainase
o

Pemberian antibiotika tanpa drainase pus tidak akan menyelesaikan masalah penyakit abses

Memulai terapi antibiotika tanpa pewarnaan gram dan kultur akan menyebabkan kesalahan dalam mengidentifikasi organisme penyebab penyakit infeksi odontogen

Penting untuk mengalirkan semua ruang primer apalagi bila pada pemeriksaan, ruang sekunder potensial terinfeksi juga

CT scan dapat membantu mengidentifikasi ruang-ruang yang terkena infeksi

Foto rontgen panoramik dapat membantu identifikasi bila diduga gigi terlibat infeksi

o o

Abses canine, sublingual dan vestibular didrainase intraoral Abses ruang masseterik, pterygomandibular, dan pharyngea lateral bisa didrainase dengan kombinasi intraoral dan ekstraoral

Abses ruang temporal, submandibular, submental, retropharyngeal, dan buccal disarankan diincisi ekstraoral dan didrainase.

Medikamentosa
o

Rehidrasi (karena kemungkinan pasien menderita dehidrasi adalah sangat besar)

Merawat pasien yang memiliki faktor predisposisi terkena infeksi (contohnya Diabetes Mellitus)

o o

Mengoreksi gangguan atau kelainan elektrolit Memberikan analgetika dan merawat infeksi dasar bila pasien menderita trismus, pembengkakan atau rasa sakit di mulut.

Identifikasi bakteri penyebab


o

Diharapkan penyebabnya adalah alpha-hemolytic Streptococcus dan bakteri anaerob lainnya

Kultur harus dilakukan pada semua pasien melalui incisi dan drainase dan uji sensitivitas dilakukan bila pasien tidak kunjung membaik (kemungkinan resisten terhadap antibiotika) 40

Hasil aspirasi dari abses bisa dikirim untuk kultur dan uji sensitivitas jika incisi dan drainase terlambat dilakukan

Menyeleksi terapi antibotika yang tepat


o o

Penicillin parenteral Metronidazole dikombinasikan dengan penicillin bisa dipakai pada infeksi yang berat

o o o

Clindamycin untuk pasien yang alergi penicillin Cephalosporins (cephalosporins generasi pertama) Antibiotika jangan diganti selama incisi dan drainase pada kasus infeksi odontogen yang signifikan

Jika mediastinal dicurigai terkena infeksi harus dilakukan CT scan thorax segera dan konsultasi kepada dokter bedah thorax kardiovaskular

Ekstraksi gigi penyebab akan menyembuhkan infeksi odontogen

41

Bab iii Penutup 1.1 Kesimpulan Kelainan atau penyakit rongga mulut dan gigi merupakan salah satu dari 10 penyakit terbanyak di puskesmas. Hampir sekitar 60% masyarakat indonesia pernah mengalami gangguan pada gigi. Pada tahun 1980, ditemukan bahwa hampir 90% anak sekolah mempunyai kelainan gigi atau rongga mulut.Hal ini menunjukkan bahwa kesehatan gigi dan rongga mulut perlu mendapatkan perhatian khusus. 1.2 Saran Bagi para pembaca, dimana makalah yang kami susun banyak kekurangan dan kurang lengkap, kami mohon kritik yang bisa membangun sehingga kedepan bisa lebih baik.

42

Daftar pustaka

Anonim, 2007. Ludwig's Angina. Wikipedia, http://www.en.wikipedia.org/wiki/ludwigangina

The

Free

Encyclopedia.

Ariji Y, Gotoh M, Kimura Y, Naitoh M, Kurita K, Natsume N, Ariji E. 2002. Odontogenic Infection Pathway to The Submandibular Space: Imaging Assessment . http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi A. W. Green, E. A. Flower dan N. E. New.. 2001.Mortality Associated with OdontogenicInfection!.BritishDentaljurnal. http://www.nature.com/bdj/journal/vigo/n10/full/48010244.html B. Dental Osteomyelitis.http://www.health.com/dental_osteomyelitis/ Brook I, Hunter V, Walker RI. Synergistic effect of Bacterioides, Clostridium, Fusobacterium, anaerobic cocci, and aerobic bacteria on mortality and induction of subcutaneous abscesses in mice. J Infect Dis. 1984;149:924-928. Evaldson G, Heimdahl A, Kager L, Nord CE. The normal human anaerobic microflora. Scand J infect Dis Suppl. 1982;35:9-15. Evy Indriani V., drg, Sp.BM. 2006. Mengenal Tanda-tanda Sepsis Akibat Infeksi Odontogenik. Bedah Mulut dan Maxillofacial ( Informasi dan diskusi mengenai penyakit serta kelainan di dalam Mulut dan Rahang, perawatan serta rekonstruksinya) Evy Indriani V., drg, Sp.BM. 2006. Penyakit Periodontal. Bedah Mulut dan Maxillofacial (Informasi dan diskusi mengenai penyakit serta kelainan di dalam Mulut dan Rahang, perawatan serta rekonstruksinya) George K. B. Sandor, MD. 2006. Unilateral Facial Swelling caused by Ramsay Hunt Syndrome Resembles Odontogenic Infection. Clinical Practice. http://www.cdaadc.com/jcda Haruo Sakamoto, Hiroyuki Naito, Takayuki Aoki, Kazunari Karakida and Kazuo Shiiki. 1996. Necrotizing fasciitis of the neck due to an odontogenic infection: A case report http://www.springerlink.com/content/6772n7=22kul8u17/ Heimdahl A, von Konow L, Satoh T, Nord CE. Clinical appereance of orofacial infections of odontogenic origin in relationto microbiological findings. J Clin Microbiol Immunol. 1991;16:123-125. H.Thoma. Oral Pathology. St. Louis the CV Mosby Company,1990. Diseases of Jaws: Osteomyelitis of The Jaws. p.859-78

43

KC Toran, Nath S, Shrestha S, Rana BBS JB. 2004. Odontogenic Origin of Necrotizing Fasciitis of Head and Neck- a case report. Kathmandu University Medical Journal. http://www.kumj.com.np/past/vol.2/isske4/361-363.pdf Lin LJ., Chiu GK., Corbet EF. Are Periodontal Diseases Risk Factors for Certain Systemic Disorders-What Matters to Medical Practitioners? Hongkong Med J.2003;9:3137 Loesche WJ., Association of the Oral Flora with Important Medical Diseases. Curr Opin Periodontal. 1997;4:21-28. Lynnus Peng, MD. 2006. Excerpt from Dental, Infections. E Medicine Word Medical Library. http://www.emedicine.com/emerg/byname/dentalinfections.htm Maestre-Vera JR. 2004. Treatment options in odontogenic infection. Med Oral Patol Oral Cir Bucal.http://www.siumed.edu/surgery/otol/ppts/odontogenicinfections.ppt Marvin Goldfogel, DDS. 2006. Gingivitis and http://www.healthopedia.com/gingivitis&periodontitis Periodontits. Healthopedia.

Michael T. Brennan, DDS, MHS, Michael S. Runyon, MD, Jayne J. Batts, MD, Philip C. Fox, DDS, M. Louise Kent, RN, Timothy L. Cox, DDS, H. James Norton, PhD and Peter B. Lockhart, DDS. 2006. JADA Continuing Education : Odontogenic Signs and Symptoms as Predictors of Odontogenic Infection. A clinical trial. American Dental Association.http://www.jada.ada.org/cgi/content/fulltext/137/1/62 Namavar F, Verweij AMJJ, Bal M, Martijn van Steenbergen TJ, de Graaf J, MacLaren DM. Effect of anaerobic bacteria on killing of Proteus mirabilis by human polymorphonuclear leukocytes. Infect Immun. 1983;40:930-935. Namavar F, Verweij-van Vught AMJJ, Vel WAC, Bal M, MacLaren DM Polymorphonuclear leukocyte chermotaxis by mixed anaerobic and aerobic bacteria. J Med Microbiol. 1984;18:167-172. Nino Zaya, MD. 2006. Diagnosis and Management of Odontogenic Infections.

44

You might also like