You are on page 1of 23

52

BAB III STUDI KASUS

A. Perumusan Masalah Proyek konstruksi baik gedung maupun bangunan air dan lainnya telah mengalami perkembangan yang sangat jauh dan mengakibatkan

perkembangan berbagai tipe pondasi disertai kendala-kendala yang muncul seiring berkembangnya teknologi. Untuk itu setiap Negara berusaha keras dalam mengantisipasi perkembangan teknologi yang melanda dunia dengan tujuan agar tidak terlalu jauh ketinggalan dengan Negara-negara maju lainnya. Pondasi merupakan elemen bangunan yang berfungsi menyalurkan beban struktur ke dalam tanah, karena kekuatan lebih rendah dibandingkan dengan kekuatan bahan bangunan, maka tanah memerlukan luas permukaan yang lebih besar untuk memikul beban yang sama, apabila tanah didekat permukaan terlalu lemah, maka permukaan pondasi akan sangat besar, berat dan mahal. Maka dipilih cara dengan menanam tiang pancang sampai pada kedalaman yang lebih besar. Pondasi adalah suatu elemen bangunan yang sangat penting diperhatikan, jika mengingikan bangunan berdiri dengan kokoh dan stabil. Untuk mendapatkan itu semua sangat dipengaruhi oleh jenis pondasi dan dimensi, terutama untuk struktur bangunan yang memiliki beban yang berat dan besar.

53

Dari pengalaman lapangan industri, penulis telah menemukan beberapa kasus yang menarik untuk dilakukan penelaahan sesuai dengan ilmu teknik sipil yaitu tiang pancang karena penulis hanya mengetahui sedikit pengetahuan tentang tiang pancang (pile) ini dibangku perkuliahan serta proses pelaksanaan pemancangan tiang pancang yang memiliki berbagai kelebihan dari pondasi lainnya. Pondasi tiang pancang (pile foundation) popular dipergunakan di Indonesia karena pelaksanaannya yang relatif mudah dan sesuai dengan kebanyakan kondisi tanah di Indonesia. Demikian juga jenis pondasi tiang pancang ini tahan terhadap penggerusan aliran sungai/aliran air mengingat pemancangan tiang mencapai titik dalam, adapun jenis-jenis tiang pancang meliputi berikut ini: 1. Tiang Kayu, termasuk Cerucuk. 2. Tiang Baja Struktur 3. Tiang Pipa Baja 4. Tiang Beton Bertulang Pracetak 5. Tiang Beton Pratekan, Pracetak 6. Tiang Bor Beton Cor Langsung Di Tempat 7. Tiang Turap Perhatian perlu diberikan terhadap sambungan antar tiang/bahan, karena penyambungan yang kurang baik, maka akan beresiko tinggi yang dapat menyebabkan kegagalan tiang yang seharusnya berfungsi mendukung konstruksi diatasnya. Peralatan yang digunakan untuk

54

pemancangan tiang baja, beton atau kayu pada dasarnya sama yaitu berbentuk dari yang paling sederhana (manual) sampai diesel hammer, tergantung dari jenis tiang yang digunakan, berat tiang dan kedalaman yang harus dicapai. Berdasarkan penjelasan di atas maka penulis

tertarik mengangkat judul studi kasus Teknis Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang Pada Proyek Pembangunan Hotel Inna Muara Padang Oleh PT. Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk B. Landasan Teori a. Pengertian Pondasi Pondasi adalah suatu konstruksi pada bagian dasar struktur yang berfungsi untuk menyangga beban bangunan termasuk beban pondasi itu sendiri, meneruskan dan membagikan beban keatas lapisan tanah yang keras. b. Pondasi Sebagai Komponen Strutur Bangunan Pondasi merupakan sumber masalah tersendiri bagi para pelaksana konstruksi gedung. Sehubungan dengan kondisi tanah yang jarang dapat diketahui secara tepat. Cara pelaksanaan pekerjaan pondasi terdiri atas dua macam, pertama adalah jenis yang dapat dilaksanakan tanpa memerlukan peralatan khusus. pondasi jenis ini termasuk pondasi telapak (pondasi langsung) dan kaison beton yang dicor di tempat. Jenis kedua termasuk pondasi tiang, kaison beton

55

pracetak atau shell baja. Pondasi tiang dapat dilaksanakan secara dipancang atau dibor dan tiangnya terbuat dari baja atau beton. Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penentuan tipe pondasi : 1) Keadaan tanah. 2) Jenis bangunan. 3) Beban yang dipikul. 4) Fungsi bangunan. 5) Biaya yang ada. 6) Target waktu yang akan dicapai. 7) Metode pelaksanaan. c. Penyelidikan Tanah (Soil Investigation) Penyelidikan tanah (Soil Investigation) merupakan langkah awal pekerjaan perencanaan pondasi suatu bangunan karena

penyelidikan ini akan mendapatkan jenis pondasi apa yang cocok digunakan pada suatu proyek . Berhubungan dengan masalah tanah serta pondasi bagi suatu struktur bangunan bertingkat tinggi, maka perlu diperhatikan hal berikut ini: 1) Daya dukung tanah menurut pondasi yang dipilih. 2) Tipe dan keadaan pondasi 3) Muka air tanah. 4) Besarnya turunan.

56

Dari penyelikan tanah ini, maka diketahui karakteristik fisik dan mekanis tanah pada kondisi lapisan tanah untuk disimpulkan pondasi yang cocok digunakan. d. Daya Dukung Tanah Untuk menentukan seberapa besar tahanan geser tanah dalam melawan penurunan akibat pembebanan diperlukan daya dukung tanah, yang mana tahanan geser dapat dikerahkan oleh tanah di sepanjang bidang-bidang gesernya. Penyebab kegagalan suatu perencanaan pondasi adalah: 1) Seluruh pondasi atau sebagian elemen akan masuk terus kedalam tanah, karena tanah tidak mampu menahan beban tanpa mengalami keruntuhan. Kegagalan ini berhubungan dengan kekuatan tanah pendukung, yang biasa disebut kegagalan daya dukung tanah (bearing capacity failure). 2) Tanah pendukung tidak runtuh, tetapi penurunan bangunan sangat besar atau tidak sama sehingga struktur atas retak dan rusak. Kegagalan ini berhubungan dengan karakteristik deformasi tekanan tanah dan batuan, yang biasa disebut penurunan yang berlebihan (detrimental settlement).

57

C. Data Data yang diperoleh dibagi dua yaitu data primer dan data sekunder. 1. Data Primer Data primer meliputi ketentuan teknis, data lapangan yang berkaitan dengan kasus seperti gambar bestek dan data-data lainya. 2. Data Sekunder Data skunder yaitu data yang diperoleh dengan melakukan pendekatan terhadap permasalahan yang dibahas berdasarkan teori yang di peroleh dari literatur dalam menganalisis pekerjaan tiang pancang. D. Pemecahan Masalah Pelaksanaan dan teknis pekerjaan merupakan salah satu pekerjaan yang sangat penting dalam rangkaian tahapan suatu proyek. Untuk memperlancar jalanya suatu proyek pembangunan, maka diperlukan tenaga-tenaga dan metoda yang mampu memecahkan masalah yang timbul saat pelaksanaan pekerjaan proyek berlangsung. Pada proyek pembangunan hotel Inna Muara Padang ini, pekerjaan tiang pancang dibutuhkan proses pengontrolan kualitas terhadap semua pekerjaan, sehingga dengan demikian diperoleh hasil kerja yang berkualitas serta jaminan keamanan suatu pekerjaan.

58

1. Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang. a. Persyaratan Umum 1) Kecuali ditentukan lain, semua pekerjaan pada spesifikasi ini seperti terlihat atau terperinci harus sesuai dengan persyaratan dari seluruh bagian dari kontrak dokumen kontrak. 2) Pekerjaan ini meliputi pekerjaan setting out ( penentuan titik posisi tiang dilapangan sesuai dengan gambar rencana), mobilisasi dan demobilisasi alat, pengadaan dan pemancangan tiang pancang beton bertulang termasuk percobaan pengetesan pada tiang,

penggalian setempat dan pemotongan kepala tiang. Panjang tiang yang dicantumkan pada gambar adalah sebagai petunjuk untuk kontraktor, tetapi kontraktor harus memutuskan panjang tiang yang sebenarnya yang diperlukan untuk mencapai tanah dan persyaratan percobaan

pemancangan.

Laporan

penyelidikan

pemancangan tiang pendahuluan akan diberikan pada Kontraktor Pekerjaan Pondasi. b. Lingkup Pekerjaan 1) Pekerjaan yang berhubungan, Kontraktor bertanggung jawab atas fasilitas-fasilitas yang berkepentingan untuk pekerjaan ini seperti jalan-jalan di proyek, tempat penumpukan tiang, galian pada setiap titik, perlindungan terhadap fasilitas-fasilitas yang telah ada seperti pipa air, kabel telepon, kabel listrik, pipa gas, saluran-saluran

59

umum dan fasilitas-fasilitas lainnya baik yang berada di lokasi proyek maupun di lokasi yang bersebelahan dengan proyek. 2) Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang ini harus terdiri dari hal-hal berikut : a) Penyediaan tiang pondasi dari beton precast b) Pengadaan perlengkapan termasuk tenaga kerja c) Pemancangan tiang pondasi d) Percobaan test pembebanan tiang Pile Integritas Analisis (PDA Test) e) Penyerahan semua data seperti ditentukan dalam spesifikasi dan seperti yang diminta oleh Engineer f) Pemotongan kelebihan panjang dari tiang c. Jaminan Mutu Semua bahan-bahan dan pengerjaan harus sesuai dengan standarstandar berikut : 1) PBI 1971 : Peraturan Beton Indonesia 2) SK SNI 03-2847-2002 : Tata Cara Penghitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung 3) SII 0192-83 : Mutu dan Cara Uji Elektroda Las Terbungkus Baja Karbon Rendah. 4) ASTM A-416 : Standard Specification for Uncoated Seven Wire Stress Relieved Steel Strand For Prestressed Concrete.

60

5) ASTM A-82 : Standard Specification for Cold Drawn Steel Wire For Concrete Reinforcement. 6) ASTM D-1143.81 : Standard Test Method for Piles (Reapproved 987) Under Static Axial Compressive Load. 7) ASTM D-3966.90 : Standard Test Method For Piles Under Lateral Loads. 8) ASTM D-3689.90 : Standard Test Method For Individual Piles Under Static Axial Tensile Load. d. Jaminan Pabrik : Produksi harus secara teratur dan terus menerus serta pengiriman bahan-bahan harus dari jenis yang sesuai seperti disyaratkan. e. Jaminan Pekerja : 1) Pekerjaan pemancangan tiang ini harus dikerjakan oleh tenaga kerja dan pengawas yang berpengalaman dalam pemancangan tiang dari jenis yang diusulkan, sedemikian sehingga mampu untuk mencapai kapasitas tiang seperti yang disyaratkan pada berbagai macam kondisi tanah yang akan dijumpai. 2) Kontraktor harus menyerahkan pernyataan tertulis kepada Engineer untuk menunjukkan bahwa pekerja yang akan terlibat dalam pekerjaan ini berpengalaman untuk pekerjaan demikian.

61

f. Persyaratan Lapangan 1) Kontraktor bertanggung jawab untuk memancang tiang dengan ukuran dan jumlah seperti disyaratkan pada posisi seperti dinyatakan pada gambar denah lokasi tiang, seperti yang telah disetujui oleh Engineer. Kontraktor harus didukung oleh team supervisi yang dapat dipertanggungjawabkan yang dilengkapi dengan peralatan yang presisi dan sedikitnya dua orang memeriksa kelurusan dari setiap tiang selama pemancangan. 2) Tiang-tiang pondasi harus dipancang sampai mencapai lapisan tanah keras atau sesuai dengan petunjuk manajemen konstruksi yang ditunjuk. 3) Urutan pemancangan tiang dalam satu kelompok harus sesuai dengan petunjuk manajemen konstruksi yang ditunjuk. 4) Tiang-tiang yang rusak akibat kelalain kontraktor atau ditolak, menjadi tanggung jawab Kontraktor dan harus dikeluarkan dari proyek. g. Perubahan dan Penambahan 1) Panjang tiang yang sebenarnya boleh dimodifikasi oleh Engineer setelah pelaksanaan (Pile Driving Analyzer) PDA test pada Tiang dan bilamana kondisi lapangan mensyaratkan perubahan demikian. 2) Setiap perintah perubahan harus mendapat persetujuan tertulis dari Engineer.

62

h. Penyerahan Sedikitnya 2 (dua) minggu sebelum pekerjaan dimulai. Kontraktor harus menyerahkan hal-hal berikut kepada Engineer. 1) Data Pabrik: Data produk dari pabrik tentang tiang harus diserahkan oleh Kontraktor untuk disetujui oleh Engineer. 2) Gambar kerja. Kontraktor harus membuat dan menyerahkan gambar kerja metoda konstruksi, jadwal kerja, dan daftar perlengkapan kepada Engineer untuk mendapat persetujuan. i. Kondisi Kerja : 1) Kontraktor harus mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk mencegah kerusakan dari tiang pancang pada waktu pengangkutan, penyimpanan dan pemancangan. 2) Tiang pancang harus dirawat dan disimpan sedemikian rupa sehinga tidak terjadi tegangan-tegangan yang melebihi rencana. 3) Tiang pancang harus ditumpuk pada tumpukan yang sesuai sehingga tidak terjadi kerusakan pada beton atau pengotoran dari permukaan. j. Material Bahan-bahan tiang. Bahan-bahan tiang yang akan dipakai pada pekerjaan ini harus sesuai dengan persyaratan-persyaratan berikut :

63

1) Dimensi/Ukuran-ukuran : Jenis tiang yang dipakai adalah tiang pancang spun type dengan diameter 400 mm, seperti ditunjukkan pada gambar-gambar struktur. 2) Beton Mutu beton minimum yang dipakai adalah K-300 Kg/cm2, yang harus sudah dicapai pada waktu pemancangan. 3) Penulangan menggunakan Mutu Baja tulangan utama (BJTD) U22, jumlah penulangan 12D13. dan SP 8-150. k. Peralatan Pemancangan. 1) Jenis peralatan pancang yang dipakai adalah HIDRAULIC STATIC PILE DRIVER (HSPD) 600 T. Minimum side pilling space 2000 mm, maximum load 50 % x 600 ton = 300 T.

Gambar 40. Hidraulic static pile driver Sumber: Dokumentasi lapangan

2) Sebelum pekerjaan dimulai, Konraktor harus mengajukan data lengkap dari peralatan yang akan dipergunakan, jadwal

64

pemancangan dan prosedur kerjanya termasuk mesin pancang dan peralatan yang akan digunakan dilapangan 3) Cara pemancangan yang dipakai harus tidak menyebabkan kerusakan pada bentuknya. Kondisi lapangan harus diperiksa untuk meyakinkan apakah memungkinkan untuk penempatan peralatan pemancangan, pelaksanaan pemancangan dan percobaan beban. 4) Bahan-bahan lain yang harus disediakan. Penggunaan bahan-

bahan khusus. Konraktor harus menyediakan bahan khusus seperti bahan tambahan, perlengkapan las, pencegah karat dan semua bahan lain yang tidak disyaratkan disini. Percobaan-percobaan ataupun biaya tambah lainnya sehubungan dengan pemakaian dari bahan-bahan tersebut diatas adalah sepenuhnya tanggung jawa Kontraktor. 2. Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang Tiang pancang bentuknya panjang dan langsing yang menyalurkan beban ke tanah yang lebih dalam. Bahan utama dari tiang adalah kayu, baja (steel), dan beton. Tiang pancang yang terbuat dari bahan ini adalah dipukul, di bor atau di dongkrak ke dalam tanah dan dihubungkan dengan Pile cap (poer). Tergantung juga pada tipe tanah, material dan karakteristik penyebaran beban tiang pancang diklasifikasikan berbeda beda. Hidrolik Static Pile Driver (HSVD) yang dipakai mempunyai 4 buah kaki yang terdiri dari 2 buah kaki terletak di bagian luar (rel besi berisi air) dan 2 kaki pada bagian dalam yang semuanya digerakkan secara hidrolis

65

Gambar 41. detail kolom dilatasi dan detail pondasi tiang pancang Sumber : dokumen Proyek Hotel Inna Muara

a. Persiapan 1) Seminggu sebelum dimulainya pekerjaan Kontraktor harus mengajukan usulan mengenai urutan rencana pemancangan yang harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak akan saling mengganggu.

66

2) Metoda pemancangan, perlengkapan, jadwal dan tahapan/urutan harus mendapat persetujuan dari Engineer. Persetujuan demikian tidak membebaskan Kontraktor dari tanggung jawabnya untuk pemancangan tiang yang lancar dan bermutu tinggi. Semua kerusakan, keterlambatan dan tambahan biaya yang disebabkan karena pemilihan metode harus ditanggung oleh Kontraktor. 3) Pengawas yang ditunjuk dapat meminta perubahan urutan pemancangan dari waktu ke waktu apabila diaggap perlu. 4) Pemancangan tiang harus dilakukan dalam suatu operasi yang menerus dan tidak terganggu. 5) Kontraktor harus memancang tiap tiang pancang tepat pada kordinat yang telah ditentukan pada dokumen pelaksanaan, setiap koordinat tiang harus mendapat persetujuan dari pengawas yang ditunjuk sebelum mulai pemancangan. 6) Kontraktor harus berusaha agar semua perlengkapan siap pakai untuk menjamin pemancangan tiang tepat pada lokasinya selama pemancangan. 7) Kontraktor harus mencegah pergeseran/pergerakan dari tiang yang sudah terpancang selama tiang-tiang selanjutnya dipancang ataupun karena fasilitas-fasilitas lainnya. 8) Kontraktor tidak diijinkan mendongkrak, atau mencoba untuk memindahkan atau membentuk tiang-tiang yang terpancang diluar posisi sebenarnya baik pada waktu maupun setelah pemancangan.

67

b. Pemancangan Tiang Dengan Menggunakan Sistem Hidrolik 1) Untuk pemancangan tiang pancang (pile foundation) pada proyek ini digunakan suatu alat pemancang dari jenis (Hidraulic Static Pile Driver). Dalam pemilihan haruslah dari berat yang memadai agar tidak merusak tiang. 2) Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai kedalaman yang ditunjukkan dalam gambar struktur atau dengan final set yang disetujui. 3) Tiang-tiang harus dipancang secara akurat, pada lokasi yang tepat; pada garis yang benar baik secara lateral maupun longitudinal. 4) Toleransi yang diijinkan tidak boleh melebihi yang dipersyaratkan dan tiang-tiang harus diarahkan selama pemancangan dan bila perlu harus dibantu/ diganjal untuk dapat menjaga posisi yang benar. Apabila ada tiang yang berubah bentuk atau bengkok, maka tidak boleh dipaksa untuk meluruskannya kembali kecuali dengan persetujuan tertulis dari pengawas yang ditunjuk. 5) Langkah-langkah pemancangannya sebagai berikut: a) Langkah pertama Tiang Pancang diangkat dan dimasukkan perlahan ke dalam lubang pengikat tiang yang disebut grip dengan bantuan loader, kemudian crane service dengan bantuan tenaga manusia mengikatkan sling ke pile, kemudian sistem jack-in

68

akan naik dan mengikat atau memegangi tiang tersebut. Ketika tiang sudah dipegang erat oleh grip, maka tiang mulai ditekan.

Gambar: 42. Proses pengangkatan tiang pancang ke grip untuk ditekan dengan menggunakan Hidrolik Static Pile Driver Sumber; dokumentasi lapangan

b) Langkah ke-dua Jika grip hanya mampu menekan tiang pancang sampai bagian pangkal lubang mesin saja, maka penekanan dihentikan dan grip bergerak naik ke atas untuk mengambil tiang pancang sambungan yang telah disiapkan. Tiang pancang sambungan (upper) kemudian diangkat dan dimasukkan ke dalam grip. Setelah itu sistem jack-in akan naik dan mengikat atau memegangi tiang tersebut. Ketika tiang sudah dipegang erat oleh grip, maka tiang mulai ditekan mendekati tiang pancang 1 (lower). Penekanan dihentikan sejenak saat kedua tiang sudah

69

bersentuhan.

Hal

ini

dilakukan

guna

mempersiapkan

penyambungan ke dua tiang pancang dengan cara pengelasan.

Gambar 43: proses perpindahan grip ke atas untuk melanjutkan penekanan tiang pancang. Sumber; dokumentasi lapangan

c) Langkah ke-tiga Untuk menyambung tiang pertama dan tiang kedua digunakan sistem pengelasan. Agar proses pengelasan berlangsung dengan baik dan sempurna, maka ke dua ujung tiang pancang yang di beri plat harus benar-benar tanpa rongga. Pengelasan harus dilakukan dengan teliti karena kecerobohan dapat berakibat fatal, yaitu beban tidak tersalur sempurna.

70

Gambar 44: proses penyambungan tiang pancang dengan pengelasan. Sumber; dokumentasi lapangan

c. Pemeriksaan Naiknya Kembali Suatu Tiang Akibat Pemancangan Tiang Didekatnya ( Heave Check ) Lakukan suatu heave check pada pemancangan kelompok tiang yang pertama, dan pada kelompok tiang yang dipilih. 1) Periksa heave dengan mengukur panjang dan dengan mencatat elevasi pada masing-masing tiang segera setelah pemancangan selesai. 2) Periksa ulang elevasi-elevasi dan panjang setelah semua tiang pada suatu kelompok selesai dipancang. 3) Bila ujung ( tip ) tiang mengalami heave lebih dari 6 mm dari posisi asli, tiang tersebut harus diturunkan kembali.

71

d. Penilaian dari Kapasitas Daya Dukung. Tiang-tiang harus dipancang sampai mencapai batas pemancangan yang diijinkan oleh manajemen konstruksi/pengawas yang ditunjuk. Pengukuran langsung dari Set (pengaturan) dan rebound

(melambung/memantul) harus memberikan kapasitas tiang yang ekivalen dengan beban kerja yang disyaratkan. Set (pengaturan) harus ditentukan dilapangan. Set (pengaturan) haruslah dibuktikan dengan dua percobaan. Nilai konstanta yang akan dipakai untuk memodifikasi rumus akan ditaksir oleh Engineer setelah tiang pertama selesai dipancang dan setelah grafik rebound/set diperoleh. e. Tiang-Tiang yang Rusak Sudah tak dapat dihindaari bahwa rencana selalu akan mengalami permasalahan-permasalahan yang membuat rencana itu harus memiliki alternatif-alternatif atau solusi-solusi yang apabila salah dalam bertindak maka akan menimbulkan kerugian jiwa, materi dan berbagai faktor lainnya. Jika suatu tiang rusak pada waktu pemancangan, percobaan atau oleh sebab atau gagal karena kelalaian kontraktor, Kontraktor diwajibkan untuk mengadakan penambahan tiang pada posisi yang ditentukan oleh Engineer sedemikian sehingga akhirnya dihasilkan daya dukung yang disyaratkan. Kasus lain ada kalanya tiang patah karena membentur batu saat pemancangan tiang maka solusinya yaitu mengalihkan

72

tiang/menggeser tiang didekat posi tiang rencana. Kalu dengan hal ini masih belum juga teratasi maka dilakukan pengalihan pemancangan ketitik lain dahulu sampai ada perubahan gambar rencana tentang tiang yang tidak bisa dipancang tersebut. f. Tiang yang Salah Tempat Bila tiang salah penempatan saat pemancangan apakah karena kelalaian surveyor atau karena kesalah-pahaman (misskomunikasi) antara surveyor dengan tim penancapan tiang maka tiang yang telah dipancang itu dicabut kembali. Walaupun tiang itu telah dirangkai 2 atau lebih. Karena itu kerja sama antara semua pihak (tim kerja) dalam pelaksanaan pekerjaan pondasi tiang pancang harus benar-benar terjalin dengan baik. g. Pendataan Pemancangan Tiang Kontraktor harus mengambil data dari setiap tiang yang dipancang dan dilengkapi dengan paraf pengawas yang ditunjuk. Bagian ini menggambarkan seberapa banyak tiang yang sudah selesai dan yang akan dipancangkan. h. Kepala Tiang 1) Setelah pemancangan selesai dilaksanakan, Kontraktor wajib untuk memotong kelebihan panjang tiang pancang sedemikian sehingga panjang stek tulangan setelah pemotongan kepala tiang minimum 40 diameter tulangan tiang pancang terbesar, sebagai pengikat ke poer ( pile cap ). Dalam proyek ini diameter terbesar tiang

73

pancang adalah 12 mm. Jadi maksimal kelebihan pancang adalah 40 x 12 = 480 mm.

Gambar 45. Pemotongan kelebihan kepala tiang Sumber; dokumentasi lapangan

2) Setelah pemancangan selesai, Kontraktor harus segera melanjutkan dengan memeriksa level dan mencatat posisi-posisi tiang secara detail dan akurat serta membandingkannya dengan posisi yang dicantumkan pada gambar denah tiang. Kontraktor harus menyediakan surveyor di lapangan untuk pekerjaan tersebut. 3) Stek tulangan tiang setelah permotongan kepala tiang harus dalam keadaan bersih, lurus dan baik.

74

4) Kepala tiang setelah dipotong harus dibersihkan dengan sikat kawat.


5) Batas pemotongan kepala tiang harus tepat sesuai dengan

petunjuk/gambar.

You might also like