You are on page 1of 14

PENGANTAR SEMIKONDUKTOR TUGAS RANGKUMAN MATERI KULIAH FISIKA ZAT PADAT diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

sejarah fisika Dosen : Dedi Kuntadi M. Pd

Disusun Oleh : Kelompok 7 Robi Darwis Ojin Makbul Faizin Rudiyanto Vitrie Purnamasari Penti Reny Yuliyanti : 208 204 061 : 208 204 053 : 208 204 062 : 208 204 074 : 208 204 054 : 208 204 058

PRODI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2011

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...............................................................................................................................1 PENGANTAR SEMIKONDUKTOR .....................................................................................2 A. Teori Pita Zat Padat..........................................................................................................2 Mempelajari tingkatan energi pada padatan B. Semikonduktor.................................................................................................................5 Mengetahui proses terjadinya semikonduktor serta perangkatnya C. Perangkat Semikonduktor................................................................................................6 D. Superkonduktor................................................................................................................6 Mempelajari sifat dan terbentuknya superkonduktor DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................13

PEMBAHASAN PENGANTAR SEMIKONDUKTOR A. Teori Pita Zat Padat Model elektron bebas pada logam dapat memberikan penjelasan yang baik terhadap kapasitas panas, hantaran listrik dan kalor, dan elektrodinamika logam. Namun model ini todak bias mamberikan oenjelasan terhadap berbagai mkasalah seperti : perbedaan antara logomlogam, semi-logam, semi konduktor dan isolator; terjadinya harga koefisien hal yang positif; hubungan antara elektron konduksi dalam logam terhadap elektron valensi atom atom bebas; dan banyak sifat-sifat transport terutama mengenai magneto transport. Hampir dalam semua kristal zat padat baik logam maupun yang non-logam, atom-atomnya tersusun sangat rapat dan valensinya terbentuk suatu system elektron bersama pada keseluruhan kristal. Sistem elektron ini mengikuti prinsip larangan, maka dari interaksinya dengan atom-atom itu menyebabkan tingkat-tingkat energi pada kulit elektron terluar semuanya agak berubah. Tataran energi tertentu dari masing-masing atom pada keseluruhan kristal tingkat energi yang terpisah yang amat berdekatan satu dengan lainnya. Karena pada tiap pita terdapat tingkat yang terpisah sebanyak atom dalam kristal, maka pita itu tidak dapatlagi did bedakan dari energi yang tersebar secaran kontuniu. Pada bab ini akan di bahas bahwa elektron dalam kristal tersusun dalam pita-pita energi. Pita-pita energi ini di pisahkan oleh daerah energi dimana prilaku gelombang orbit elektron itu tidak ada. Daerah ini yang di sebut senjang energi, disebabkan oleh interaksi gelombang elektron dengan teras iondalam kristal. Adanya pita energi, terjadinya senjang energi diantara pita-pita itu, dan adanya tingkat-tangkat yang diisi elektron, bukan saja menemukan sifat kelistrikan zat padat tetapi juga terhadap sifat-sifat fisis lainnya. 1. Terbentuknya Pita Energi Dalam pembahasan mengenai ikatan atom kita lihat bahwa dua atom akan membentuk membentuk ikatan yang stabil jika kedua atom berjarak r0 yaitu jarak yang memberikan energi terendah. Dua atom H misalnya, setelah membentuk H2 yang stabil, keduanya berada pada jarak keseimbangan r0 dimana dua electron dengan spin berlawanan menempati orbital 1s. Tingkat energi elektron yang berperan dalam pembentukan ikatan akan terpecah menjadi dua, sebagaimana diperlihatkan oleh Gb.8.2. Satu kurva akan diikuti oleh terbentuknya ikatan stabil dan satu kurva lagi menggambarkan situasi yang tidak memungkinkan tercapainya ikatan stabil; dalam hal terakhir ini kedua elektron yang seharusnya berperan dalam pembentukan ikatan, memiliki spin berlawanan. Jika dua atom H berdekatan menyebabkan terpecahnya tingkat energi pertama terpecah menjadi dua, maka jika ada enam atom H tingkat energi tersebut akan terpecah menjadi enam (terjadinya banyak atom hidrogen berdekatan adalah di sekitar titik beku; gas hidrogen membeku 3

pada 252,7oC). Jika ada N atom hidrogen, maka tingkat energi s akan terpecah menjadi N. Jika N makin besar maka perbedaan antara dua tingkat yang berdekatan akan semakin kecil dan mendekati kontintyu. Kita katakan bahwa orbital s telah berubah menjadi pita energi s. Terbentuknya pita energi bias terjadi pada semua orbital. Jadi kita memperoleh pita energi 1s, 2s, 2p, dan seterusnya, yang ditunjukkan secara skematis pada Gb.8.3.

Peristiwa ini tentu tidak terjadi hanya pada atom H saja, akan tetapi terjadi pula pada kumpulan sejumlah besar atom-atom yang menyusun padatan. Gejala terbentuknya pita energi inilah yang menjadi dasar dikembangkannya teori pita energi yang akan kita bahas berikut ini. Tingkat-tingkat energi electron dalam atom makin rumit jika nomer atom makin besar. Gb.8.4. memperlihatkan tingkat-tingkat energi atom Na yang memiliki konfigurasi elektron 1s2 2s2 2p6 3s1. Orbital terluar yang ditempati electron adalah 3s.

Jika ada N atom Na maka tingkat-tingkat energi terpecah menjadi N tingkat dengan perbedaan energi yang kecil dan tingkat energi berubah menjadi pita energi, seperti diperlihatkan oleh Gb.8.5. Gambar ini memperlihatkan pita-pita energi yang terbentuk pada tingkat energi ke-3 dari Na. Perhatikan bahwa mulai pada jarak atom tertentu, pita 3s bertumpang-tindih dengan pita 3p; pita 3p bertumpang-tindih dengan pita 3d mulai pada jarak atom tertentu pula. Kita perhatikan pula bahwa tumpang-tindih pita energi sudah terjadi pada jarak r0, yaitu jarak keseimbangan antar atom.

B.

Semikonduktor Semikonduktor adalah sebuah bahan dengan konduktivitas listrik yang berada di antara

insulator dan konduktor. Semikonduktor disebut juga sebagai bahan setengah penghantar listrik. Sebuah semikonduktor bersifat sebagai insulator pada temperatur yang sangat rendah, namun pada temperatur ruangan besifat sebagai konduktor. Bahan semikonduksi yang sering digunakan adalah silikon, germanium, dan gallium arsenide. Semikonduktor sangat berguna dalam bidang elektronik, karena konduktansinya yang dapat diubah-ubah dengan menyuntikkan materi lain (biasa disebut pendonor elektron). Secara sederhana zat padat dapat dikelompokkan sebagai Isolator, Semikonduktor dan Konduktor. Bahan semikonduktor adalah suatu material dengan sifat konduktivitas diantara konduktor dan isolator, contoh Silikon (Si), Ge (Germanium). Saat ini Si umumnya digunakan sebagai devais elektronik, seperti dioda, transistor, IC (integrated circuit) namun GaAs memiliki potensi yang besar untuk digunakan sebagai devais elektronika pada masa datang, terutama ditujukan untuk Untuk menjelaskan konduktivitas bahan sering kali menggunakan konsep pita energi. Ada dua pita energi, yaitu pita valensi dan pita konduksi. Pita valensi adalah pita energi yang mungkin diisi oleh elektron dari zat padat hingga komplit. Setiap pita memiliki 2N elektron dengan N adalah jumlah atom. Bila masih ada elektron yang tersisa akan mengisi pita konduksi. Pada suhu 0 K, pita konduksi terisi sebagian untuk bahan konduktor, sedangkan untuk isolator dan semikonduktor tidak sedangkan untuk isolator dan semikonduktor tidak ada yang mengisi pita energy. Perbedaannya terletak pada energy Eg yaitu selang energy antara pita konduksi minimum dengan pita valensi maksimum. Pada bahan semikonduktor Eg ~1eV. sedang pada isolator Eg~ 6 eV. Semikonduktor Intrinsik dan Ekstrinsik Suatu kristal Silikon yang murni, dimana setiap atomnya adalah atom Silikon saja, disebut sebagai semikonduktor intrinsik. Untuk kebanyakan aplikasi, tidak terdapat pasangan elektronhole yang cukup banyak didalam suatu semikonduktor intrinsik untuk dapat menghasilkan arus yang berguna. Doping adalah penambahan atom-atom impuritas pada suatu kristal untuk menambah jumlah elektron maupun hole. Suatu kristal yang telah di-dop disebut semikonduktor ekstrinsik. 5

Untuk memperoleh tambahan elektron pada jalur konduksi, diperlukan atom pentavalent (atom yang memiliki 5 buah elektron valensi, lihat Tabel 2.1). Atom pentavalen ini juga disebut sebagai atom donor. Setelah membentuk ikatan kovalen dengan tetangganya, atom pentavalen ini mempunyai kelebihan sebuah elektron, yang dapat beredar pula pada jalur konduksi, seperti pada Gambar 2.10. Sehingga terbentuk jumlah elektron yang cukup banyak dan jumlah hole yang sedikit. Keadaan ini diistilahkan dengan elektron sebagai pembawa mayoritas dan hole sebagai pembawa minoritas. Semikonduktor yang di-dop seperti ini disebut dengan semikonduktor typen.

Demikian pula jika semikonduktor di-dop bahan trivalent, atau atom akseptor, akan terbentuk jumlah hole pada jalur valensi yang banyak. Maka, akan terbentuk keadaan dimana hole menjadi pembawa mayoritas dan elektron menjadi pembawa minoritas. Semikonduktor ini disebut semikonduktor type-p. Gambar 2.11 memperlihatkan struktur semikonduktor type-p dengan atom Boron sebagai akseptornya.

C.

Perangkat Semikonduktor Perangkat Semikonduktor atau semiconductor devices, adalah sejumlah komponen

elektronik yang menggunakan sifat-sifat materi semikonduktor, yaitu Silikon, Germanium, dan Gallium Arsenide. Alat-alat semikonduktor zaman sekarang telah menggantikan alat thermionik (seperti tabung hampa). Alat-alat semikonduktor ini menggunakan konduksi elektronik dalam bentuk padat (solid state), bukannya bentuk hampa (vacuum state) atau bentuk gas (gaseous state). Alat-alat semikonduktor dapat ditemukan dalam bentuk-bentuk dicrete (potongan) seperti transistor, diode, dll, atau dapat juga ditemukan sebagai bentuk terintegrasi dalam jumlah yang sangat besar (jutaan) dalam satu keping Silikon yang dinamakan Sirkuit terpadu (IC). D.
1.

Superkonduktor
Sejarah Superkonduktor

Superkonduktor pertama kali ditemukan oleh seorang fisikawan Belanda, Heike Kamerlingh Onnes, dari Universitas Leiden pada tahun 1911. Pada tanggal 10 Juli 1908, Onnes berhasil mencairkan helium dengan cara mendinginkan hingga 4 K atau 269oC. Kemudian pada 6

tahun 1911, Onnes mulai mempelajari sifat-sifat listrik dari logam pada suhu yang sangat dingin. Pada waktu itu telah diketahui bahwa hambatan suatu logam akan turun ketika didinginkan dibawah suhu ruang, akan tetapi belum ada yang dapat mengetahui berapa batas bawah hambatan yang dicapai ketika temperature logam mendekati 0 K atau nol mutlak. Beberapa ilmuwan pada waktu itu seperti William Kelvin memperkirakan bahwa elektron yang mengalir dalam konduktor akan berhenti ketika suhu mencapai nol mutlak. Dilain pihak, ilmuwan yang lain termasuk Onnes memperkirakan bahwa hambatan akan menghilang pada keadaan tersebut. Untuk mengetahui yang sebenarnya terjadi, Onnes kemudian mengalirkan arus pada kawat merkuri yang sangat murni dan kemudian mengukur hambatannya sambil menurunkan suhunya. Pada suhu 4,2 K, Onnes mendapatkan hambatannya tiba-tiba menjadi hilang. Arus mengalir melalui kawat merkuri terus-menerus. Dengan tidak adanya hambatan, maka arus dapat mengalir tanpa kehilangan energi. Percobaan Onnes dengan mengalirkan arus pada suatu kumparan superkonduktor dalam suatu rangkaian tertutup dan kemudian mencabut sumber arusnya lalu mengukur arusnya satu tahun kemudian ternyata arus masih tetap mengalir. Fenomena ini kemudian oleh Onnes diberi nama superkondutivitas. Atas penemuannya itu, Onnes dianugerahi Nobel Fisika pada tahun 1913. 2. Teori Superkonduktor Pengertian Superkonduktor Superkonduktor merupakan bahan material yang memiliki hambatan listrik bernilai nol pada suhu yang sangat rendah. Artinya superkonduktor dapat menghantarkan arus walaupun tanpa adanya sumber tegangan. Karakteristik dari bahan Superkonduktor adalah medan magnet dalam superkonduktor bernilai nol dan mengalami efek meissner. Resistivitas suatu bahan bernilai nol jika dibawah suhu kritisnya.

3.

Sifat Kelistrikan Superkonduktor Sebelum menjelaskan prinsip superkonduktor, akan lebih baik jika terlebih dahulu

menjelaskan bagaimana kerja logam konduktor pada umumnya. Bahan logam tersusun dari kisikisi dan basis serta electron bebas. Ketika medan listrik diberikan pada bahan, elektron akan mendapat percepatan. Medan listrik akan menghamburkan elektron ke segala arah dan menumbuk atom-atom pada kisi. Hal ini menyebabkan adanya hambatan listrik pada logam konduktor.

Pada bahan superkonduktor terjadi juga interaksi antara electron dengan inti atom. Namun elektron dapat melewati inti tanpa mengalami hambatan dari atom kisi. Efek ini dapat dijelaskan oleh Teori BCS. Ketika elektron melewati kisi, inti yang bermuatan positif menarik elektron yang bermuatan negatif dan mengakibatkan elektron bergetar

Jika ada dua buah elektron yang melewati kisi, elektron kedua akan mendekati elektron pertama karena gaya tarik dari inti atom-atom kisi lebih besar. Gaya ini melebihi gaya tolakmenolak antar electron sehingga kedua elektron bergerak berpasangan. Pasangan ini disebut Cooper Pairs. Efek ini dapat dijelaskan dengan istilah Phonons. Ketika elektron pertama pada Cooper Pairs melewati inti atom kisi. Elektron yang mendekati inti atom kisi akan bergetar dan memancarkan Phonon. Sedangkan elektron lainnya menyerap Phonon. Pertukaran Phonon ini mengakibatkan gaya tarik menarik antar elektron. Pasangan elektron ini akan melalu kisi tanpa gangguan dengan kata lain tanpa hambatan. 4. Sifat Kemagnetan Superkonduktor Sifat lain dari superkonduktor yaitu bersifat diamagnetisme sempurna. Jika sebuah superkonduktor ditempatkan pada medan magnet, maka tidak akan ada medan magnet dalam superkonduktor. Hal ini terjadi karena superkonduktor menghasilkan medan magnet dalam bahan yang berlawanan arah dengan medan magnet luar yang diberikan. Efek Gambar 3. Keadaan Superkonduktor Atom Kisi pada logam yang sama dapat diamati jika medan magnet diberikan Meissner. pada bahan dalam suhu normal kemudian didinginkan sampai menjadi superkonduktor. Pada suhu kritis, medan magnet akan ditolak. Efek ini dinamakan Efek

5.

Sifat Quantum Superkonduktor Teori dasar Quantum untuk superkonduktor dirumuskan melalui tulisan Bardeen, Cooper

dan Schriefer pada tahun 1957. Teori dinamakan teori BCS. Fungsi gelombang BCS menyusun pasangan partikel dan. Ini adalah bentuk lain dari pasangan partikel yang mungkin dengan Teori BCS. Teori BCS menjelaskan bahwa : Interaksi tarik menarik antara elektron dapat menyebabkan keadaan dasar terpisah dengan keadaan tereksitasi oleh energi gap. Interaksi antara elektron, elektron dan kisi menyebabkan adanya energi gap yang diamati. Mekanisme interaksi yang tidak langsung ini terjadi ketika satu elektron berinteraksi dengan kisi dan merusaknya. Elektron kedua memanfaatkan keuntungan dari deformasi kisi. Kedua elektron ini beronteraksi melalui deformasikisi. London Penetration Depth merupakan konsekuensi dari Teori BCS. Teori BCS memprediksi suhu kritis untuk , yaitusebesar :
6. Efek Meissner

Ketika superkonduktor ditempatkan di medan magnet luar yang lemah, medan magnet akan menembus superkonduktor pada jarak yang sangat kecil dan dinamakan London Penetration Depth. Pada bahan superkonduktor umumnya London Penetration Depth sekitar 100 nm. Setelah itu medan magnet bernilai nol. Peristiwa ini dinamakan Efek Meissner dan merupakan karakteristik dari superkonduktor. Efek Meissner adalah efek dimana superkonduktor menghasilkan medan magnet. Efek Meissner ini sangat kuat sehingga sebuah magnet dapat melayang karena ditolak oleh superkonduktor. Medan magnet ini juga tidak boleh terlalu besar. Apabila medan magnetnya terlalu besar, maka efek Meissner ini akan hilang dan material akan kehilangan sifat superkonduktivitasnya. Suhu dan Medan Magnet Kritis Suhu kritis adalah suhu yang membatasi antara sifat konduktor dan superkonduktor. Jika suhu suatu bahan dinaikan, maka getaran electron akan bertambah sehingga banyak Phonons yang dipancarkan. Ketika mencapai suhu kritis tertentu, maka Phonons akan memecahkan Cooper Pairs dan bahan kembali ke keadaan normal. Contoh grafik Hambatan terhadap suhu pada bahan YBa2Cu3O7 sebagai berikut, 9

Medan magnet kritis adalah batas kuatnya medan magnet sehingga bahan superkonduktor memiliki medan magnet. Jika medan magnet yang diberikan pada bahan superkonduktor, maka bahan superkonduktor tak akan mengalami efek meissner lagi. Tipe tipe Superkonduktor Berdasarkan interaksi dengan medan magnetnya, maka superkonduktor dapat dibagi menjadi dua tipe yaitu Superkonduktor Tipe I dan Superkonduktor Tipe II.
Superkonduktor Tipe I : Superkonduktor tipe I menurut teori BCS (Bardeen, Cooper, dan Schrieffer) dijelaskan dengan menggunakan pasangan elektron (yang sering disebut pasangan Cooper). Pasangan elektron bergerak sepanjang terowongan penarik yang dibentuk ion-ion logam yang bermuatan positif. Gambar 7. Grafik Hambatan terhadap Suhu Akibat dari adanya pembentukan pasangan dan tarikan ini arus listrik akan bergerak dengan merata dan superkonduktivitas akan terjadi. Superkonduktor yang berkelakuan seperti ini disebut superkonduktor jenis pertama yang secara fisik ditandai dengan efek Meissner, yakni gejala penolakan medan magnet luar (asalkan kuat medannya tidak terlalu tinggi) oleh superkonduktor. Bila kuat medannya melebihi batas kritis, gejala superkonduktivitasnya akan menghilang. Maka pada superkonduktor tipe I akan terus menerus menolak medan magnet yang diberikan hingga mencapai medan magnet kritis. Kemudian dengan tibatiba bahan akan berubah kembali ke keadaan normal.

Superkonduktor Tipe II : Superkonduktor tipe II ini tidak dapat dijelaskan dengan teori BCS karena apabila superkonduktor jenis II ini dijelaskan dengan teori BCS, efek Meissner nya tidak terjadi. Abrisokov berhasil memformulasikan teori baru untuk menjelaskan superkonduktor jenis II ini. Ia mendasarkan

10

teorinya pada kerapatan pasangan elektron yang dinyatakan dalam parameter keteraturan fungsi gelombang. Abrisokov dapat menunjukkan bahwa parameter tersebut dapat mendeskripsikan pusaran (vortices) dan bagaimana medan magnet dapat memenetrasi bahan sepanjang terowongan dalam pusaranpusaran ini. Lebih lanjut ia pun dengan secara mendetail dapat memprediksikan jumlah pusaran yang tumbuh seiring meningkatnya medan magnet. Teori ini merupakan terobosan dan masih digunakan dalam pengembangan dan analisis superkonduktor dan magnet. Superkonduktor tipe II akan menolak medan magnet yang diberikan. Namun perubahan sifat kemagnetan tidak tiba-tiba tetapi secara bertahap. Pada suhu kritis, maka bahan akan kembali ke keadaan semula. Superkonduktor Tipe II memiliki suhu kritis yang lebih tinggi dari superkonduktor tipe I. Kelompok Superkonduktor

Superkonduktor bersuhu kritis rendah : Superkonduktor jenis ini memiliki suhu kritis lebih kecil dari 23 K. Superkonduktor jenis ini sudah ditinggalkan karena biaya yang mahal untuk mendinginkan bahan. Superkonduktor bersuhu kritis tinggi : Superkonduktor jenis ini memiliki suhu kritis lebih besar dari 78 K. Superkonduktor jenis ini merupakan bahan yang sedang dikembangkan sehingga diharapkan memperoleh superkonduktor pada suhu kamar sehingga lebih ekonomis. Suhu Pemadaman Suhu pemadaman merupakan batas suhu untuk merusak sifat superkonduktor. Artinya pada suhu ini superkonduktor akan rusak

Pada grafik diatas dapat kita lihat bahwasanya makin tinggi suhu yang diberikan pada bahan superkonduktor, maka struktur Kristal superkonduktor tidak lagi berbentuk ortorombik. Maka dengan adanya perubahan struktur kristal superkonduktor, suatu bahan akan kehilangan sifat superkonduktornya. Perkembangan Superkonduktor Perkembangan peningkatan suhu kritis Tc pada superkonduktor ditunjukkan dalam grafik dibawah ini.

11

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa terjadi peningkatan dalam suhu kritis superkonduktor. Pada awalnya suhu kritis superkonduktor itu sangat rendah yaitu kurang dari 4,2 K untuk logam raksa, tetapi pada perkrmbangan selanjutnya suhu kritis dari superkonduktor itu meningkat secara perlahanlahan hingga mencapai suhu kritis tertinggi pada suhu 138 K untuk HgBaCaCuO. Penemuan yang berkaitan dengan superkonduktor terzjadi pada tahun 1933. Walter Meissner dan Robert Ochsenfeld menemukan bahwa suatu superkonduktor akan menolak medan magnet. Sebagaimana diketahui, apabila suatu konduktor digerakkan dalam medan magnet, suatu arus induksi akan mengalir dalam konduktor tersebut. Akan tetapi, dalam superkonduktor arus yang dihasilkan tepat berlawanan dengan medan tersebut sehingga medan tersebut tidak dapat menembus material superkonduktor tersebut. Hal ini akan menyebabkan magnet tersebut ditolak. Fenomena ini dikenal dengan istilah Diamagnetisme dan efek ini kemudian dinamakan Efek Meissner. Selanjutnya ditemukan juga superkonduktor-superkonduktor lainnya. Selain merkuri, ternyata beberapa unsur-unsur lainnya juga menunjukkan sifat superkonduktor dengan harga Tc yang berbeda. Sebagai contoh, karbon bersifat superkonduktor dengan Tc 15 K. Hal yang ironis adalah logam emas, tembaga dan perak yang merupakan logam konduktor terbaik bukanlah superkonduktor. Pada tahun 1986 Alex Mller and Georg Bednorz, peneliti di Laboratorium Riset IBM di Rschlikon, Switzerland berhasil membuat suatu keramik yang terdiri dari unsur Lanthanum, Barium, Tembaga, dan Oksigen yang bersifat superkonduktor pada suhu tertinggi pada waktu itu, 30 K. Penemuan ini menjadi spektakuler karena keramik selama ini dikenal sebagai isolator. Keramik tidak menghantarkan listrik sama sekali pada suhu ruang. Penemuan ini membuat keduanya diberi penghargaan hadiah Nobel setahun kemudian. Pada bulan Februari 1987, ditemukan suatu keramik yang bersifat superkonduktor pada suhu 90 K. Penemuan ini menjadi penting karena dengan demikian dapat digunakan nitrogen cair sebagai pendinginnya. Karena suhunya cukup tinggi dibandingkan dengan material superkonduktor yang lain, maka material-material tersebut diberi nama superkonduktor suhu tinggi. Suhu tertinggi suatu bahan menjadi superkonduktor saat ini adalah 138 K, Aplikasi Superkonduktor Aplikasi Superkonduktor dalam kehidupan diantaranya : Kabel Listrik. 12

Dengan menggunakan bahan superkonduktor, maka energi listrik tidak akan mengalami disipasi karena hambatan pada bahan superkonduktor bernilai nol. Maka penggunaan energi listrik akan semakin hemat. Alat Transportasi Penggunaan superkonduktor dalam bidang transportasi adalah Kereta Listrik super cepat yang dikenal dengan sebutan Magnetik Levitation (MAGLEV).

13

DAFTAR PUSTAKA 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kumpulan Catatan Kuliah Elektronika . 2009 http://www.fisikanet.lipi.go.id/ Mengenal Superkonduktor http://www.google.com/Teori Pita Zat Padat filetype : pdf http://www.google.com/Semikonduktor filetype : pdf http://www.google.com/Perangkat Semikonduktor filetype : pdf http://www.google.com/Superkonduktor filetype : pdf http://dc243.4shared.com/doc/rREbgUnB/preview.html

14

You might also like