You are on page 1of 7

PENGARUH TATA KELOLA PERUSAHAAN DAN KEPATUHAN PENERAPAN IFRS TERHADAP KUALITAS LAPORAN KEUANGAN

Latar Belakang Konvergensi standar akuntansi keuangan merupakan isu yang banyak diskusikan oleh para akademisi di berbagai seminar. Konvergensi standar akuntansi timbul karena perkembangan dunia bisnis dan pasar modal di dunia. Globalisasi bisnis dan pasar modal membutuhkan standar akuntansi yang memungkinkan dihasikannya laporan keuangan yang dapat diperbandingkan untuk mendukung keputusan investasi investor. Laporan keuangan yang dapat diperbandingkan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pengungkapan laporan keuangan dan relevansi nilai laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan salah satu informasi penting yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan investasi investor. Laporan keuangan yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan harus memiliki karakteristik kualitatif seperti relevan dan dapat diperbandingkan. Usaha untuk menghasilkan konvergensi standar akuntansi keuangan dilakukan oleh International Accounting Standard Board (IASB). Berdasarkan usaha tersebut dihasilkan standar internasional yaitu International Financial Reporting Standard (IFRS). IFRS telah diterapkan oleh beberapa negara di dunia. Misalnya, Uni Eropa menerapkan IFRS sejak 1 Januari 2005. Uni Eropa mengeluarkan regulasi 1606/2002 yang mengharuskan penerapan IFRS oleh perusahaan bisnis yang terdaftar di Bursa Efek Eropa mulai 1 Januari 2005. Tujuan penerapan adalah untuk meningkatkan komparabilitas internasional. Penerapan IFRS secara wajib pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Eropa telah menjadi isu penelitian penting. Pengujian atas harapan untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan. Dampak penerapan IFRS di perusahaan yang terdaftar di bursa negara Eropa terhadap kualitas laporan keuangan diteliti beberapa peneliti, seperti Latridis (2010); Latridis & Rouvolis (2010); Callao, Jarne, & Lainez (2007); Djatej, Gao, Sarikas, & Senteney (2009), Gjerde, Knivsfla, & Ttern (2008), Hodgdon, Tondkar, Harless, & Adhikari (2009), Hodgdon, Tondkar, Harless, & Adhikari (2008), Joshi, Bremser, & Al-

Ajmi (2008). Penelitian-penelitian tersebut mengukur kualitas laporan keuangan dengan beberapa pendekatan, seperti keterbandingan, nilai relevan, dan manajemen laba. Penelitian dampak IFRS terhadap kualitas laporan keuangan difokuskan pada periode pergantian ke IFRS untuk melihat dampak dari perubahan Standar Akuntansi terhadap perilaku manajemen perusahaan dalam menyusun laporan keuangan. Latridis (2010) meneliti mengenai meneliti mengenai dampak penerapan IFRS terhadap kualitas laporan keuangan pada negara dengan sistem common law. Sample yang digunakan adalah perusahaan yang terdaftar di London Stock Exchange. Kualitas laporan keuangan dapat dilihat dari tingkat manajemen laba pada periode setelah penerapan IFRS dan relevansi nilai item-item laporan keuangan. Manajemen laba diukur dengan akrual deskresioner, sedangkan relevansi nilai laporan keuangan diukur dengan hubungan antara item laporan keuangan (seperti laba dan nilai buku ekutitas) dan abnormal return kumulatif. Manajemen laba diukur dengan akrual deskesioner, sedangkan respon pasar diukur dengan return abnormal kumulatif. Variabel independen adalah nilai buku ekuitas dan laba bersih. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan IFRS mengurangi tingkat manajemen laba. Perusahaan dengan aliran kas rendah cenderung meningkatkan akrual, sebaliknya perusahaan dengan arus kas tinggi akan mengurangi akrual. Latridis (2010) menemukan adanya peningkatan relevansi nilai laporan keuangan pada perioede penerapan IFRS. Simpulan penelitian adalah penerapan IFRS mengurangi skope manipulasi laba, mengurangi asimetri informasi, dan meningkatkan efisiensi pasar. Latridis & Rouvolis (2010) meneliti dampak penerapan IFRS terhadap penyajian laporan keuangan dan kualitas laporan keuangan. Penelian Latridis & Rouvolis (2010) menggunakan sampel perusahaan yang terdaftar di Busrsa Yunani. Fokus penelitian adalah pada periode transisi, yaitu periode perubahan dari prinsip akuntansi berterima umum (GAAP) ke IFRS. Tujuan penelitian adalah (1) menguji adanya perbedaan antara laporan keuangan yang disusun berdasarkan IFRS dan GAAP, (2) mencari faktor yang memotivasi perusahaan menerapkan secara sukarela IFRS sebelum 1 Januari 2005, (3) dampak penerapan IFRS terhadap tingkat manajemen laba dan relevansi nilai laporan keuangan. Latridis & Rouvolis (2010) menduga bahwa implementasi IFRS pada tahun 2005 akan

membantu pengambilan keputusan investor dan efisiensi pasar. Penerapan IFRS akan akan memotivasi manajer untuk meningkatkan variabel akuntansi tertentu seperti profitabilitas dan kompensasi, menghindari pelanggaran perjanjian utang, memperkuat posisi keuangan. Hasil penelitian menemukan adanya perbedaan laporan keuangan berbasiskan IFRS dengan laporan keuangan disesuaikan IFRS tahun 2004. Pengungkapan sukarela IFRS ditemukan pada perusahaan dengan hutang tinggi, dan butuh pendanaan. Penerapan IFRS mengurangi level manajemen laba, dan laporan keuangan berbasiskan IFRS memiliki relevansi nilai lebih tinggi dari pada laporan keuangan yang disusun berdasarkan GAAP. Gjerde, Knivsfla, & Ttern (2008) menggunakan sample perusahaan yang terdaftar di Bursa Norwegia untuk meneliti dampak penerapan IFRS terhadap kualitas penyajian informasi keuangan. Kualitas informasi keuangan diperkirakan akan meningkat setelah penerapan IFRS. Penelitian tidak berhasil membuktikan adanya penengkatan relevansi nilai informasi keuangan setelah penerapan IFRS. Relevansi nilai informasi keuangan yang berbasiskan IFRS tidak lebih baik dari informasi keuangan berbesiskan prinsip akuntansi berterima umum Norwegia (NGAAP). Penelitian menemukan relevansi nilai marginal setelah penerapan IFRS, yaitu komponen ekuitas dan laba operasi. Hasil penelitian berbeda dengan penelitian sebelumnya, sehingga mempertanyakan superioritas dari orientasi laporan posisi keuangan. Isu peningkatan daya banding laporan keuangan dan relevansi nilai laporan keuangan diteliti oleh Callao, Jarne, & Lainez (2007). Isu penelitian dalah regulasi 1606/2002 yang mengharuskan penerapan IFRS oleh perusahaan bisnis yang terdaftar di Bursa Efek Eropa mulai 1 Januari 2005. Penerapan IFRS diharapkan meningkatkan komparabilitas internasional. Penelitian difokuskan pada karakteritik kualitatif dari laporan keuangan yaitu daya banding dan revansi dari laporan keuangan. Sampel penelitian adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Spanyol. Penelitian menemukan beberapa variasi pada akun laporan keuangan, seperti pada aktiva lancar dan utang. Penelitian tidak menemukan adanya variasi pada akun aktiva tetap dan persediaan.Variasi juga ditemukan pada laba operasi dan laba luar biasa.

Dampak penerapan IFRS tidak hanya diteliti pada perusahaan di satu negara. Djatej, Gao, Sarikas, & Senteney (2009) mencari perbedaan dampak penerapan IFRS terhadap informasi publik dan privat di negara-negara Eropa Timur dan Barat. Isu penelitian adalah tingkat penerapan IFRS dalam menyusun laporan keuangan di suatu negara. Peneliti menduga adanya perbedagaan tingkat penerapan IFRS di dua belahan negara tersebut. Perbedaaan tingkat penerapan IFRS akan mempengaruhi kualitas informasi publik dan privat. Kualitas informasi publik lebih baik di negara Eropa Barat dari pada Eropa Timur, sebaliknya kualitas informasi privat lebih baik di negara Eropa Timur dari pada Eropa Barat. Temuan penelitian lainya adalah tingkat penerapan IFRS meningkatkan kualitas informasi publik dan menurunkan kualitas iinformasi privat. Peningkatan kualitas informasi publik dan penurunan kualitas informasi privat lebih tinggi di negara Eropa Timur akibat dari penerapan IFRS. Beberapa peneliti, seperti Hodgdon, Tondkar, Harless, & Adhikari (2008) dan Hodgdon,Tondkar, Harless, & Adhikari (2009), melihat isu keputuhan penerapan IFRS sebagai isu penting dalam periode transisi dari GAAP ke IFRS. Isu penelitian ini timbul karena adanya variasi tingkat kepatuhan perusahaan terhadap IFRS dalam menyusun laporan keuangan pada periode transisi. Hodgdon, Tondkar, Harless, & Adhikari (2008) meneliti tingkat kesalahan ramalan analisis setelah penerapa IFRS. Laporan keuangan berbasiskan IFRS dianggap dapat memberikan informasi yang lebih baik bagi para analis dalam rangka menyusun ramalan, sehingga tingkat kepatuhan terhadap IFRS diduga akan mengurangi kesalahan ramalan analis. Penelitian menggunakan 89 perusahaan yang terdaftar di bursa negara-negara Eropa dan telah menerapkan IFRS pada periode 1999 dan 2000. Tingkat kepatuhan diukur dengan indeks Gray dan Saidin. Hasil penelitian sesuai dengan dugaan bahwa tingkat kepatuhan terhadap IFRS bekorelasi negatif dengan kesalahan ramalan analis. Hodgdon,Tondkar, Harless, & Adhikari (2009) meneliti aspek lain dari dampak kepatuhan IFRS terhadap perilaku perusahaan dalam memilih auditor, serta determinan dari tingkat kepatuhan IFRS. Sampel peneltian Hodgdon,Tondkar, Harless, & Adhikari (2009) sama dengan penelitian sebelumnya. Penelitian menemukan ada adanya hubungan antara tingkat kepatuhan dan auditor Big 5+2 (lima kantor akuntan

besar ditambah dua kantor akuntan lainnya). Tingkat kepatuhan penerapan IFRS dapat dijelaskan oleh ukuran perusahaan. Perusahaan yang relatif lebih besar akan lebih patuh dalam menerapkan IFRS. Penelitian penerapan IFRS pihak hanya diteliti dengan menggunakan metode berbasiskan pasar. Penggunaan metode penelitian survey dan eksperimen juga ditemui di beberapa penelitian seperti Joshi, Bremser, & Al-Ajmi (2008) dan Agoglia, Doupnik, & Tsakumis (2011). Joshi, Bremser, & Al-Ajmi (2008) menilai persepsi profesional akuntansi dan auditing terkait dengan penerapan standar akuntansi global (IFRS). Survey ini sangat penting untuk menilai kesiapan akuntan dan auditor dalam menerapkan IFRS. Survey dilakukan atas seluruh akuntan dan auditor yang bekerja di Bahrain. Tingkat pengembalian kuesioner cukup tinggi yaitu sebesar 52,2 % (akuntan perusahaan), dan 58,3 % (auditor). Hasil jawaban kuesioner menunjukan bahwa responden merasa optimis terhadap harmonisasi akuntansi, namun implemetasinya merupakan tantangan. Tantangan berasal dari transaksi khusus pada jenis usaha tertentu. Akuntan asing menganggap tangangan lebih banyak berasal dari faktor lokal. Lembaga akuntansi nasional

menganggap tanggung jawab dari penrapan IFRS adalah tanggung jawab kantor akuntan publik (KAP), Komite IFRS, dan regulator nasional. Survey juga menemukan perlunya pelatihan bagi akuntan tentang IFRS dalam menyusun laporan keuangan. Penelitian mengenai IFRS tidak hanya dapat dilakukan metode survey dan penelitian berbasiskan pasar, namun juga dengan metode eksperimen. Agoglia, Doupnik, & Tsakumis (2011) meneliti dampak dari presisi standar kebijakan pelaporan keuangan dan peran komite audit dalam mengurangi pelaporan keuangan yang agresif. Penelitian dilakukan untuk menguji perilaku penyusun laporan keuangan setelah perubahan standar dari rule-based ke principal-based. Standar akuntansi di Amerika Serikat dinai bersifat rule-based, sedangkan IFRS bersifat principal-based. Standar akuntansi rule-based memiliki presisi aturan yang lebih tinggi dari principal-based, sehingga membuka peluang penyusun laporan keuangan untuk membuat pelaporan keuangan yang agresif. Keberadaan komite audit diperkirakan akan mengurangi perilaku pelaporan akuntansi yang agresif tersebut. Metode eksperimen menggunakan partisipan kontroler, manajer keuangan, dan

wakil direktur keuangan dari perusahaan publik di Amerika Serikat. Peneliti menemukan penyusun laporan keuangan cenderung memilih kebiajkan akuntansi agresif ketika standar kurang presisinya dari pada lebih tinggi presisinya. Hal ini berarti penerapan standar akuntansi principal-based rentan terhadap pelaporan keuangan agresif. Penelitan juga menemukan bahwa komite audit yang kuat berpengaruh besar dalam regim rule-based, sebaliknya pada regim principles-based peran komite audit tidak signifikan. Berdasarkan beberapa penelitian berbasis pasar, seperti Latridis (2010); Latridis & Rouvolis (2010); Callao, Jarne, & Lainez (2007); Djatej, Gao, Sarikas, & Senteney (2009), Gjerde, Knivsfla, & Ttern (2008), Hodgdon, Tondkar, Harless, & Adhikari (2009), dan Hodgdon, Tondkar, Harless, & Adhikari (2008), serta eksperimen yang dilakukan oleh Agoglia, Doupnik, & Tsakumis (2011), diperoleh hasil yang bervariasi mengenai dampak penerapan IFRS terhadap kualitas pelaporan keuangan. Latridis (2010) dan Latridis & Rouvolis (2010) menemukan adanya penurunan tingkat manajemen laba pada periode setelah penerapan IFRS, sebaliknya Agoglia, Doupnik, & Tsakumis (2011) menemukan hal sebaliknya. Penerapan standar principal-based seperti IFRS akan meningkatkan pelaporan keuangan yang agresif. Perbedaan hasil juga ditemu pada dampak IFRS terhadap relevansi nilai laporan keuangan Sebagian besar penelitian, seperti Latridis (2010); Latridis & Rouvolis (2010); Callao, Jarne, & Lainez (2007); Hodgdon, Tondkar, Harless, & Adhikari (2008), namun Gjerde, Knivsfla, & Ttern (2008) gagal membuktikan adanya peningkatan revensi nilai laporan keuangan setelah penerapan IFRS. Perbedaan hasil dampak penerapan IFRS di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat menarik untuk diteliti kembali untuk mencari penyebab ketidak konsistenan hasil tersebut. Indonesia saat ini sedang mempersiapkan diri untuk menerapkan IFRS, sehingga topik penelitian penerapan IFRS menarik untuk diteliti di Indonesia. Hal yang perlu diteliti adalah menguji dampak dari penerapan IFRS terhadap kualitas laporan keuangan. Perubahan standar akuntansi dari standar akuntani yang berlaku saat ini ke standar akuntani berbasiskan IFRS tentu akan berdampak terhadap pelaku penyusun laporan keuangan. Harapan penerapan IFRS adalah untuk meningkatkan kualitas laporan keuangan. Kualitas laporan keuangan dapat dilihat tingkat manajemen laba perusahaan dan

relevansi nilai laporan keuangan. Topik penelitian sejenis di Eropa dan Amerika Serikat juga dapat dikembangkan di Indonesia. Perbedaan hasil penelitian sebelumnya mengenai dampak penerapan IFRS terhadap kualitas laporan keuangan juga perlu diteliti lebih lanjut. Perbedaan hasil mungkin disebabkan oleh praktik tata kelola pada masing-masing perusahaan.

You might also like