You are on page 1of 14

ACARA VI

URIN KUALITATIF


Tujuan Praktikum
Untuk mengetahui senyawa organik yang terdapat dalam urine, zat-
zat anorganik dan keadaan abnormal dalam urine.

Tinjauan pustaka
Di dalam tubuh setiap makhluk hidup terjadi proses metabolisme.
Proses metabolisme tersebut menghasilkan zat yang diperlukan juga zat
sisa yang tidak diperlukan lagi dalam tubuh dan harus dikeluarkan dari
tubuh antara lain karbon dioksida, air, dan amonia. Sedangkan zat warna
empedu dirombak terlebih dahulumenjadi urobilinogen dan asam urat
yang selanjutnya dirombak menjadi NH
3
sebelum dikeluarkan (Hickman,
1990).
Pada ginjal ini terjadi proses terbentuknya urin, yang dimana proses itu
melalui tiga tahapan.
1. Filtrasi dimana terjadi penyaringan zat sampah yang dapat menjadi
racun. Terjadi di badan malphigi,filtratnya disebut filtrat glumerulus
(urine primer). Kemudian masuk ke kapsula bowman, filtratnya
mengandung zat-zat yang masih berguna maupun yang tidak berguna
bagi tubuh.
2. Rearbsorpsi yaitu penyerapan kembali zat-zat yang berguna. Dari
kapsula Bowman filtrat masuk tubulus kontortus yang banyak dikelilingi
pembuluh darah (fasa recta), rearbsorpsi terjadi kadar urea meninggi
dan terbentuk urin sekunder (filtrat tubulus).
3. Augmentasi adalah pengeluaran zat yang tidak berguna dan tidak dapat
disimpan dalam tubuh. Keadaan urin sekunder ditambahkan lagi zat-
zat yang tidak diperlukan tubuh melalui pembuluh darah. Pada tubulus
kontortus distal, kemudian terbentuk urin yang sesungguhnya (Fikri,
2004 ).
Proses pembentukan urine dalam ginjal meliputi proses
penyaringan (filtrasi), penyerapan kembali (reabsorbsi), dan penambahan
zat zat (augmentasi). Proses filtrasi terjadi di glomerulus dan kapsula
bowman. Proses reabsorbsi terjadi di tubulus proksimal, dan augmentasi
terjadi di tubulus distal. Banyak sedikitnya urine yang dihasilkan
dipengaruhi oleh ADH (antidiuretik hormon), jumlah air yang diminum dan
hormon insulin (Roberts, 1993).
Darah yang meninggalkan glomerulus melumasi tubuli, mengumpulkan
material ke dalam cairan peritubuler yang telah di absorpsi oleh sel-sel
tubuler dari filtrat glomerulus. Tiap bagian dari tubuli gijal tersebut panjang
dengan lemun yang sempit, sedemikian sehingga tidak ada pembatas laju
difusi dari filtrat ke sel-sel tubuli. Tiap hari kira-kira 160 L cairan disaring,
namun volume urin biasanya hanya sekitar antara 500 sampai 2500
ml/hari, tergantung dari makanan dan aktivitas yang dilakukan. Jadi kira-
kira 99 % air yang tersaring diabsorpsi kembali. Urin memiliki berat jenis
1,003 sampai 1,030 tergantung pada pengendalian hemostatis terhadap
total cairan dan bahan padat tubuh (Montgomery, 1993 ).
Pada ginjal ini terjadi proses terbentuknya urin, yang dimana proses
itu melalui tiga tahapan.
1. Filtrasi dimana terjadi penyaringan zat sampah yang dapat menjadi
racun. Terjadi di badan malphigi,filtratnya disebut filtrat glumerulus
(urine primer). Kemudian masuk ke kapsula bowman, filtratnya
mengandung zat-zat yang masih berguna maupun yang tidak berguna
bagi tubuh.
2. Rearbsorpsi yaitu penyerapan kembali zat-zat yang berguna. Dari
kapsula Bowman filtrat masuk tubulus kontortus yang banyak dikelilingi
pembuluh darah (fasa recta), rearbsorpsi terjadi kadar urea meninggi
dan terbentuk urin sekunder (filtrat tubulus).
3. Augmentasi adalah pengeluaran zat yang tidak berguna dan tidak dapat
disimpan dalam tubuh. Keadaan urin sekunder ditambahkan lagi zat-zat
yang tidak diperlukan tubuh melalui pembuluh darah. Pada tubulus
kontortus distal, kemudian terbentuk urin yang sesungguhnya (Fikri,
2004).
Hasil-hasil pemecahan metabolisme, paling banyak dikelurkan dari
tubuh lewat ginjal bersama urine, terutama berlaku untuk akhir
metabolisme protein yang mengandung nitrogen. Pada keadaan sakit
metabolisme terganggu, ginjal mengeluarkan hasil-hasil pemecahan
metabolisme yang terganggu tersebut asalkan fungsi ginjal cukup baik,
juga banyak racun-racun dan obat-obat yang dikeluarkan oleh urine baik
dalam keadaan tidak diubah maupun dalam hasil-hasil pemecahanya. Zat
warna urin barasal dari metabolisme endogen yang dijabarkan dari zat
warna empedu. Urin segar yang normal mempunyai warna sitrum sampai
kuning batu ambar (Dawiesah, 1989).
Macam-macam proses pembentukan urine dalam ginjal yaitu
pengeluaran cairan pada glomelurus beserta semua bahan larut yang di
dalamnya ,penyerapan zat-zat yang di perlukan untuk sekresi zat pada
tubulus.Komposisis cairan keluar dari proksimal berupa cairan ultratilasi
,sehingga proses pengeluaran tersebut penyaringan .(Tenty,1994)











ateri dan etode

ateri
AIat. Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah tabung
reaksi, pembakar spiritus, penangas air, cawan porselin, kertas
saring,pipet tetes,gelas piala dan penjepit.
Bahan. Bahan yang digunakan pada praktikum kali ini adalah urine,
ureum, NaOH, NaOH encer, CuSO
4
, air, fenol merah, Na
2
CO
3
, asam
asetat, tepung kedelai, pereaksi benedict, pereaksi Folin, Na
2
SO
3
, HNO
3

pekat, asam urat padat, AgNO
3
, asam pikrat jenuh, Na-Nitroprosuda,
asam asetat glasial, fenolftaleina, NH
4
OH, asam asetat panas, amonium
molibdat, kalium noksalat, HCl encer, BaCl
2
, benzidin, H
2
O
2
, urine
abnormal, serbukbelerang, Pereaksi Obermeyer, dan khloroforal.

etode
Senyawa organik yang terdapat daIam urine

Uji Biuret terhadap ureum, Digunakan tabung reaksi yang berisi


dengan satu sendok ureum dipanaskan dengan api kecil sampai lebur,
kemudian ditambahkan 1 ml NaOH encer dan 1 ml CuSO
4
. Setelah itu,
dicatat warnanya.
Uji Enzimatik terhadap senyawa ureum, Digunakan pada tabung
satu 2 ml urine ditambahkan beberapa tetes fenol red dan 1 ml 2%
Na
2
CO
3
. Setelah itu, larutan tersebut ditambahkan 1 ml asam asetat,
selanjutnya dipanaskan beberapa menit, kemudian ditambahkan tepung
kedelai dan digojok. Pada tabung kedua 2 ml air ditambahkan beberapa
fenol red dan 1 ml 2% Na
2
CO
3.
Kemudian larutan tadi ditambahkan 1 ml
asam asetat dan dipanaskan. Selanjutnya ditambah tepung kedelai dan
digojok. Kedua tabung dibandingkan dan diamati warnanya.
Uji Benedict terhadap garam urat, Pada 2 ml urin ditambahkan
dengan 2 ml benedict dan sedikit Na
2
CO
3
padat, lalu dipanaskan selama 5
menit. Warna yang terjadi dicatat.
Uji urexida, Digunakan dalam cawan pirselin dimasukkan 3 tetes
HNO
3
pekat dn ditambahkan asam urat padat. Selanjutnya dipanaskan
dengan penangas air sampai menjadi kering. Lalu ditambahkan amonia
dan amati apa yang terjadi.
Uji Daya ereduksi Asam Urat, Disiapkan asam urat dilarutkan
dalam 1 ml Na
2
CO
3
. Kemudian kertas saring dibasahi dengan larutan
AgNO
3
dan larutan diteteskan diatas kertas saring, diamati apa yang
terjadi.
Uji Pikrat, Disiapkan 1 ml asam pikrat jenuh ditambahkan 0,5 ml
10% NaOH, dan dibagi dalam dua tabung. Pada tabung satu ditambahkan
3 ml air dan tabung dua ditambahkan dengan 3 ml urine, lalu
dibandingkan.
Uji Terhadap Garam Amonium, Digunakan 2 ml urine ditambahkan
dengan indikator fenolftalein dan sedikit 2% Na
2
CO
3
hingga warna merah,
lalu dipanaskan uap ditampung pada kaca yang dibasahi dengan
fenolftalein, maka kaca akan berwarna.
Uji KhIorida, Digunakan1 ml urine ditambahkan dengan 3 tetes
HNO
3
dan 1 ml AgNO
3
, kemudian dicatat warnanya. larutan tadi
ditambahkan dengan NH
3
berlebihan, lalu catat perubahannya.
Uji Fosfat dan KaIsium, Disiapkan10 ml urine ditambahkan dengan
3 ml NH
3
kemudin dididihkan dan disaring. Selnjutnya endapan dicuci
dengan air lalu ditambahkan 5 ml 2% asam asetat, dan dipanaskan. Lalu
dibagi dua tabung, tabung satu, larutan ditambahkan dengan 1 tetes
HNO
3
pekat dan 3 tetes amonium molibda, lalu dipanaskan. Pada tabung
dua, larutan ditambah dengan 3 tetes kalium oksalat, selanjutnya diamati.
Uji SuIfat, Digunakan 1 ml urine ditambahkan beberapa tetes HCl
encer dan 1 ml BaCl
2.
kemudian diamati.

Keadaan AbnormaI daIam urine
Uji Benedict terhadap urine abnormaI, Digunakan 0,5 ml urine
abnormal ditambah dengan 3 ml larutan benedict, kemudian dididihkan,
lalu didinginkan. Uji Heller, 1 ml HNO
3
pekat ditmbah urine yang dialirkan
melalui dinding tabung, kemudian diamati.
Uji Benzidin, 1 ml benzidin ditambahkan 1 ml H
2
O
2
lalu dbagi
menjadi dua tabung. Pada tabung satu ditambahkan dengan 1 ml urine
normal, pada tabung dua ditambahkan dengan urine abnormal, lalu
dibandingkan.
Uji GmeIin, 1 ml HNO
3
pekat ditmbah 1 ml urine, kemudian dicatat
warnanya.
Uji Hay, pada tabung satu urine ditambahkan dengan serbuk
belerang dan pada tabung dua urine ditambahkan dengan serbuk
belerang, lalu diamati warnanya.
Uji Obermeyer, Digunakan 4 ml urine ditambahkan dengan 5 ml
pereaksi obermeyer dan 2 ml khloroform, lalu digojok dan dibiarkan dan
diamati warnanya.



HasiI dan Pembahasan


Senyawa Organik daIam Urine
Uji Biuret Terhadap Ureum. Dari hasil pencampuran antara
ureum, NaOH, dan CuSO
4
ke dalam tabung reaksi, maka dihasilkan
perubahan warna larutan dari kuning bening menjadi biru keunguan. Hal
ini terjadi karena adanya ikatan antara Cu
2+
dengan N yang berasal dari
ureum menjadi CuN yang menyebabkan warna larutan berwarna ungu.
Hal ini menandakan bahwa pada senyawa ureum dalam urine terdapat
ikatan peptida. Ureum merupakan hasil akhir metabolisme protein yang
berasal dari asam amino yang telah dipindah amoniaknya di dalam hati
dan mencapai ginjal, sertadiekskresikan rata-rata 30 gram setiap hari.
Kadar ureum darah yang normal adalah 30 mg tiap 100 cc darah, namun
hal ini juga tergantung dari jumlah normal protein yang dimakan dan
fungsi hati dalam pembentukan ureum (Evelyn, 1993).
Uji Enzimatik terhadap Ureum. Pada uji enzimatik terhadap
ureum ini dibagi dalam dua sampel yaitu tabung 1 dan tabung 2. Tabung 1
warna campuran kerutan berwarna merah .Pada saat larutan berwarana
kuning dan basa berwarna kuning dan warna merah mengindikasikan
larutan pH basa.Pada percobaan di dalam urine terdapat subtract ureum
sehingga terjadi hidrolisis pada kedelai.Pad tabung 2 warna campuran
awal kuning ,setelah danya penambahan phenol red ,Na2CO3 dan 1ml
CH3COOH dan kedelai warnanya tetap ,karena didalam air tidak terdapat
urea sehinggaenzim pada tepung kedelai tidak bereaksi Timbulnya warna
merah muda menunjukkan bahwa terjadi hidrolisis dalam urine oleh enzim
urease kedelai sehingga dilepaskan amoniak, maka kondisinya semakin
basa. Pada tabung 2 direaksikan 2 ml air dengan beberapa tetes phenol
merah ditambah Na2CO3 2% kemudian dipanaskan pada penangas air
dengan suhu 60 C dengan penambahan 1 ml asam asetat kemudian
ditambahkan tepung kedelai dan digojog.
Pada tabung 2 yang berisi air, warna larutan berubah menjadi
warna merah muda ketika ditambahkan fenol merah dan Na
2
CO
3
2 %,
namun setelah ditambahkan asam asetat 2 % warna larutan tersebut
berubah menjadi kuning, kemudian saat larutan dipanaskan
menggunakan penangas air pada suhu 60C warnanya tidak berubah
(tetap berwarna kuning) begitu juga pada saat penambahan tepung
kedelai warnanya juga tetap kuning. Dari percobaan ini, terlihat adanya
perbedaan antara tabung 1 dan tabung 2. Pada tabung 1 saat
penambahan tepung kedelai terjadi perubahan warna dari merah menjadi
kuning. Hal ini dikarenakan tepung kedelai yang mengandung enzim
urease bereaksi dengan urea yang terdapat pada urine. Sehingga terjadi
reaksi enzimatik, yaitu hidrolisis urea dalam urine oleh urease yang
terdapat pada tepung kedelai.
NH
2


C = O 2NH
2
+ CO
2
(NH
4
)
2
CO
3

NH
2
(H
2
O)
(urea)
(Poedjiadi,1994)
Sedangkan pada tabung 2 setelah penambahan tepung kedelai tidak
mengalami perubahan warna karena di dalam air tidak terkandung urea
sehingga tidak ada reaksi enzimatik antara urease pada tepung kedelai
dengan air. Pada percobaan ini digunakan suhu 60C karena suhu ini
merupakan suhu optimum dari enzim urease (Poedjiadi,1994).
Uji Benedict terhadap Garam Urat. Pada saat percobaan warna
awal biru terang ,setelah penambaann larutan benedict yang berwarna
biru kemudian ditambahkan pula sedikit Na2CO3 bebas air dan setelah itu
dipanaskan selama 10 menit maka terbentuk endapan yang berwarna
hijau. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam urine terdapat garam urat
yang dapat mereduksi Benedict sehingga menghasilkan endapan
berwarna hijau(seharusnya merah bata. Larutan bnedict positip jika
berwarna selain biru .Benedict mengandung CuSO
4
. on Cu
2+
dari CuSO
4

:70,80

direduksi menjadi Cu
+
, kemudian membentuk Cu
2
O dan mengendap.
Endapan Cu
2
O berwarna merah bata (Poedjiadi,1994).
Uji urexida. Dalam cawan porselen yang dimasukkan 3 tetes
HNO3 pekat ditambahkan asam urat padat kemudian dipanaskan sampai
kering dan warna yang timbul endapan putih, kemudian setelah
ditambahkan 2 tetes NH
4
OH maka warna berubah dari merah keunguan
menjadi ungu. Hasil ini menunjukkan adanya HNO
3
pekat asam urat akan
terhidrolisis menjadi dialurat dan alloxan. Alloxan dan dialurat merupakan
penyusun asam urat. Menurut (Harper and Rodwel, 1986)
Uji Daya ereduksi Asam Urat. Uji daya mereduksi asam urat
dilakukan dengan melarutkan asam urat menggunakan larutan Na
2
CO
3
sehingga terjadi endapan putih. Setelah larutan tersebut diteteskan di atas
kertas saring yang telah dibasahi dengan larutan AgNO
3
, kertas saring
akan terbentuk noda hitam pada kertas saring. Hal ini menunjukkan
bahwa asam urat mampu mereduksi Ag
+
dari AgNO
3
menjadi Ag. Dalam
lingkungan yang alkalis asam urat mereduksi asam fosfowolframat
menjadi kompleks berwarna biru (Tenty,1994).
Uji Pikrat. Pada percobaan ini 1 ml asam Pikrat jenuh ditambahkan
0,5 ml NaOH 10% kemudian dibagi menjadi dua. Tabung 1 ditambahkan
air kemudian tabung 2 ditambahkan urine dan didapatkan hasil :

Reaksi Warna
yang timbul
As.Pikrat + NaOH (P.1) kuning
bening
(P.1) + air kuning
pekat
(P.1) + urine jingga
Asam Pikrat yang telah direaksikan dengan NaOH kemudian ditambahkan
air warna yang timbul adalah kuning karena reaksi ini tidak menghasilkan
kreatinin sehingga tidak terbentuk kreatin pikrat. Sedangkan pada
penambahan urin terbentuk kreatin pikrat dengan ditandai timbulnya
warna kuning ( Dawiesah, 1989 ).
Uji terhadap Garam Amonium. Pada percobaan ini 2 ml urine
ditambahkan indikator pp dan Na2CO3 2% sampai warna yang ditimbulkan
merah. Warna merah oleh karena adanya PP dan Na2CO3 2% sehingga
basa kemudian diuapkan akan dilepaskan amoniak dan jika bertemu
dengan uap membentuk NH4OH yang bersifat basa sehingga indikator pp
menunjukkan warna merah muda pada kaca. Warna merah muda ini
menunjukkan adanya garam amonium atau gas NH
3
yang mudah
menguap (Ganong, 2003).

Zat-Zat Anorganik DaIam Urin
Uji KhIorida. Pada percobaan ini urin ditambahkan HNO3
dan AGNO3 dan didapatkan warna yang timbul adalah merah muda.
Kemudian larutan tadi ditambahkan dengan 1 ml NH3 dan warna yang
timbul adalah kuning jernih dan kekeruhan yang tadi menghilang. Hal ini
terjadi karena adanya ikatan AgNO
3
dan Cl dari urine dan Cl-nya akan
dibebaskan oleh NH
4
OH (amonia). HNO
3
berfungsi untuk melepaskan Cl
dalam urin yang berikatan dengan Mg, Ca, fosfat. Menurut Ganong
(2003), HNO
3
berfungsi untuk mencegah terjadinya perak fofat.
Terbentuknya endapan AgCl (endapan putih) menunjukkan adanya ion Cl
-

yang berasal dari urin diikat oleh Ag
+
dari AgNO
3
. Penambahan amoniak
akan mengurangi endapan AgCl.
AgCl + NH
4
OH AgOH + NH
4
Cl (Ganong, 2003).
Uji Fosfat dan KaIsium. Percobaan ini direaksikan 10 ml urin
dengan NH3 kemudian dididihkan dan disaring lalu endapan ditambahkan
asam asetat. Campuran ini di bagi dua. Tabung 1 larutan ditambah HNO3
pekat dan amonium molibdat kemudian dipanaskan. Tabung 2
ditambahkan kalium oksalat pada larutan tersebut, dan didapatkan hasil
Pada tabung 1 larutan berwarna kuning keruh dan terdapat
endapan putih disini menunjukkan dalam urine terdapat amonium
fosfomolibdat dan dengan penambahan HNO3, fosfat dibebaskan dan
diikat oleh molibdat. Kemudian pada tabung 2 larutan berwarna bening
sedikit keruh, kekeruhan disini adalah endapan Ca oksalat karena
potensial Ca lebih tinggi bila dibandingkan dengan K sehingga terbentuk
kekeruhan. (Ganong, 2003).
Uji SuIfat. Pada percobaan ini direaksikan urine dengan HCl encer
dan BaCl2 dan didapatkan warna awal kuning bening menjadi putih kering.
Endapan putih ini adalah BaSO4. Karena adanya HCl encer maka sulfat
dalam urine akan dilepaskan dan diikat oleh BaCl2 membentuk BaSO4 (
endapan putih) dalam urine menjadi sulfat Berarti dalam urine terdapat
sulfat.( Dawiesah, 1989 ).

KeabnormaIan Urin
Uji Benedict terhadap Urin AbnormaI. Pada percobaan ini
direaksikan urin abnormal dengan larutan Benedict yang kemudian
diddihkan 10 menit dengan api spirtus. Dihasilkan warna awal bening
kemudian tidak ada perubahan pada urine normal. Endapan merah bata
ini menunjukkan dalam urine abnormal terdapat glukosa yang mereduksi
Benedict yang membentuk endapan merah bata. Pada umumnya
terdapatnya gula dalam urin dapat diabaikan, dengan kisaran 0,01 sampai
0,1%. Biasanya lewat ginjal glomeruli, dan dalam larutan aqueous,
mengalir ke dalam tubuli, disitu diserap kembali. Apabila penyerapan
kembali tidak bisa mengimbangi sekresi glomeruler, glukosa akan mencari
jalan menuju urine.
Uji HeIIer. Pada percobaan ini direaksikan HNO3 pekat dan urine
dan dihasilkan terbentuknya 2 lapisan yaitu merah dan kuning, reaksi ini
adalah reaksi yang negatif karena tidak terbentuknya endapan yang
berwarna putih. Uji ini positif bila terdapat endapan yang berwarna putih
yang menunjukkan adanya protein albumin yang terkoagulasi karena
penambahan HNO3 pekat. Protein albumin adalah merupakan protein
yang dapat larut dalam air dan pelarut garam encer ( Poedjiadi, 1994 )
Uji Benzidin terhadap Pigmen Darah. Pada percobaan ini
direaksikan benzidin dengan H2O2 kemudian larutan dibagi menjadi dua.
Pada tabung 1 ditambahkan urine normal sapi PO sedangkan pada
tabung 2 ditambahkan urine abnormal sapi PO. Hasil yang didapatkan
adalah :
Reaksi warna yang
terjadi
+ urine normal bening
+ urine abnormal kuning
kehijauan
Pada penambahan sedangkan urine normal didapatkan warna yang ada
adalah bening yang menunjukkan tidak adanya Hb kemudian dengan
penambahan urine abnormal didapatkan warna kuning kehijauan yang
menandakan adanya Hb. Dengan adanya Hb dalam darah akan
mengoksidasi H2O2 membentuk H2O dan 2OH berupa senyawa radikal
bebas senyawa.
Uji GmeIin terhadap Pigmen Empedu. Setelah urine FH abnormal
ditambahkan dengan HNO
3
pekat, maka terbentuk endapan putih keruh.
Pada urine normal warnanya terbentuk cincin warna kuning,bening,merah.
Hal ini terjadi karena HNO
3
mengkondensasi pigmen empedu yang
terdapat dalam urin. Di dalam urin terdapat pigmen bilisianin karena
kemungkinan cairan empedu terbawa oleh urin akibat kerusakan ginjal.
Menurut Poedjiadi (1994), dasar untuk uji pigmen empedu adalah oksidasi
reagen dengan berbagai bentuk seri tingkatan warna. Dengan uji gmelin
yang positif, akan menghasilkan bermacam-macam warna mulai dari
warna hijau, biru merah, dan kuning kemerah-merahan.
Uji Hay untuk Garam KhoIat. Pada uji Hay tabung 1 direaksikan
urine dan serbuk belerang, kemudian serbuk belerang mengendap
dibawah ini menandakan bahwa dalam urine abnormal mengandung
garam kholat sehingga serbuk belerang mengendap karena tegangan
permukaan turun. Kemudian pada tabung 2 direaksikan air dan serbuk
belerang dan didapatkan hasil serbuk belerang mengapung di permukaan,
hal ini menunjukkan dalam air tidak terkandung garam kholat sehingga
serbuk belerang berada di permukaan karena tegangan permukaan masih
tinggi. Menurut Poedjiadi (1994), garam kholat menjaga kolesterol tetap
larut dalam cairan empedu. Sehingga garam kholat mempunyai tegangan
muka untuk mengemulsikan lemak. Jadi dalam urin abnormal terkandung
garam kholat.
Uji Obermeyer terhadap Indikan. Dari hasil percobaan dengan
direaksikan antara urine dengan pereaksi obermeyer ditambahkan
Kholroform didapatkan hasil adanya tiga lapisan pada urine abnormal
yaitu merah,kuning, putih,pada urine normal terdapat tiga lapisan yaitu
hijau keruh,bening ,coklat. Pada percobaan ini tidak terdapat indikan,
karena bila terdapat indikan seharusnya warna yang terjadi adalah biru (
Ganong, 2003 ).

















Daftar Pustaka

Evelyn, C.P. 1993. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. PT Gramedia,


Jakarta.

Fikri, Nurul. 2004. !rogam !ersiapan Langsung Seleksi !erguruanTtinggi
Negri. Erlangga. Jakarta selatan.

Ganong. 2003. Fisiologi Kedokteran.. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.

Harper, H.,And Rodwel, V. W. 1986. Biokimia: Review of Physiological
Chemistry. Penerbit Buku Kedokteran Hewan EGC. Jakarta.

Hickman Jr, Cleveland P. 1990. Biology of Animal, 6
th
ed. WM. C. Brown
Publisher.

Montgomery Rex. Ph. D., Dr. Sc.. 1993. BIOKIMIA Suatu !endekatan
Berorientasi kasus. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Poedjiadi, A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Penerbit Universitas ndonesia.
Jakarta

Roberts, M. 1993. Biology !rinceple and !rocesses, 1 sted. Thomas
Nelson and Sons Ltd. London

Tenty,1994.Biokimia Dasar .Universitas ndonesia Press,Jakarta.

You might also like