You are on page 1of 17

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirrahim, Segala puji hanya untuk Allah, Tuhan seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, Rasulullah terakhir yang diutus dengan membawa syariah yang mudah, penuh rahmat, dan membawa keselamatan dalam kehidupan dunia dan akhirat. Makalah berjudul Seluk-Beluk Kalimat ini disusun untuk memenuhi tugas terstruktur pada mata kuliah bahasa indonesia. Kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang ada agar makalah ini dapat tersusun sesuai harapan. Sesuai dengan fitrahnya, manusia diciptakan Allah sebagai makhluk yang tak luput dari kesalahan dan kekhilafan, maka dalam makalah yang kami susun ini pun belum mencapai tahap kesempurnaan. Kami sampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam proses penyelesaian makalah ini, khususnya kepada Bpk. Dosen yang telah memberikan tugas makalah ini. Dan umumnya kepada rekan-rekan yang telah memberikan motivasi dalam bentuk moril maupun materiil. Mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan manfaat, dan semoga amal ibadah serta kerja keras kita, senantiasa mendapat ridho dan ampunan dariNya. Amin. Bangko, Oktober 2011

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................ DAFTAR ISI......................................................................................................... BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...........................................................................1 B. Rumusan Masalah.....................................................................................2 C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan...............................................................2 BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Kalimat...................................................................................3 B. Pola-Pola dan Bagian-Bagian Kalimat.....................................................4 C. Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas......................................................6 D. Prinsip-Prinsip Mencari Gatra Dan Macam Keterangan kalimat.............9 E. Kalimat analitas dan sentesis serta variasi susunanya...........................12 BAB III PENUTUP A. Simpulan.................................................................................................14 B. Saran.......................................................................................................14 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi manusia. Bahasa mengalami perkembangan sesuai tingkatan usianya, salah satu unsur bahasa adalah kalimat. Kalimat digunakan seseorang untuk mengungkapkan ide, gagasan dan perasaan. Ada berbagai cara yang dilakukan untuk mendeskripsikan berbagai kalimat yang ada dalam sebuah bahasa. Karena tidak terbatasnya jumlah kalimat, cara-cara yang digunakan untuk menentukan struktur sintaktiknya dilakukan melalui ragam dasar struktur kalimat yang menjadi pola kalimatkalimat lainnya. Menurut jumlah klausanya, kalimat tunggal dinyatakan sebagai pola dasar kalimat majemuk. Ditinjau dari pola-pola yang dimilikinya, kalimat dapat dibagi menjadi kalimat inti, kalimat luas, dan kalimat transformasional. Sehubungan dengan hal diatas, dalam makalah ini akan dibahas selukbeluk kalimat yang berkenaan dengan pengertian kalimat, pola-pola dan bagian-bagian kalimat, kalimat sederhana dan kalimat luas. Istilah-istilah tersebut sesungguhnya telah kita kenal sejak di bangku sekolah. Walaupun demikian, hal tersebut seringkali membuat bingung. Karena itu, dengan bahasan ini diharapkan kita dapat memiliki konsep yang jelas tentang ragam kalimat tersebut.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang kami bahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Apa pengertian kalimat? 2. Sebutkan pola-pola yang terdapat dalam kalimat? 3. Sebutkan bagian-bagian yang terdapat dalam kalimat? 4. Jelaskan mengenai kalimat sederhana? 5. Jelaskan mengenai kalimat luas?

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan. 1. Tujuan Adapun tujuan makalah ini adalah agar para mahasiswa diharapkan dapat: a. Mengungkapkan pengertian kalimat. b. Memaparkan pola-pola yang terdapat dalam kalimat. c. Mendeskripsikan bagian-bagian yang terdapat dalam kalimat. d. Menjelaskan kalimat sederhana. e. Menjelaskan kalimat luas. 2. Kegunaan Kegunaan dari makalah ini adalah untuk pengetahuan dan dapat digunakan dalamkehidupan sehari-hari.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian kalimat Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan kalimat diucapkan dengan suara naik-turun, keras-lembut, disela-jeda dan diakhiri dengan intonasi akhir. Dalam wujud tulisan berhuruf berlatin kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), dan tanda seru (!). Pendapat lain mengatakan,kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir naik dan turun. Sekurang-kurangnya kalimat dalam ragam resmi, baik lisan maupun tulisan harus memiliki subjek (S) dan predikat (P). Kalau tidak memiliki unsur subjek dan unsur predikat, pernyataan itu bukanlah kalimat. Deretan kata yang seperti itu hanya dapat disebut sebagai frasa. Kalau dilihat dari hal predikat kalimat-kalimat dalam bahasa indonesia ada dua macam, yaitu 1. Kalimat-kalimat yang berpredikat kata kerja, dan 2. Kalimat-kalimat yang berpredikat bukan kata kerja. Contoh: Tugas itu dikerjakan oleh para mahasiswa.

Kata kerja dalam kalimat ini dikerjakan. Kata dikerjakan adalah predikat dalam kalimat. Setelah ditemukan predikat dalam kalimat itu, subjek ditemukan dengan cara bertanya menggunakan predikat, sebagai berikut: pa yang dikerjakan oleh para mahasiswa? Siapa yang atau Apa yang + predikat. Bagaimana halnya dengan objek? Unsur objek dalam kalimat hanya ditemukan dalam kalimat yang berpredikat kata kerja. Namun, tidak semua kalimat yang berpredikat kata kerja harus mempunyai objek. Objek itu hanya muncul pada kalimat yang berpredikat kata kerja transitif. Objek tidak dapat mendahului predikat karena predikat dan objek merupakan suatu kesatuan. Jika dilihat dari segi makna kalimat objek merupakan unsur yang harus hadir setelah predikat yang berupa verbal transitif. Coba anda perhatikan pernyataan dibawah ini. Ekspor non migas mendatangkan. Frasa ekspor nonmigas merupakan subjek kalimat, sedangkan kata mendatangkan adalah unsur predikat yang berupa verba transitif. Kalimat ini belum memberikan informasi yang lengkap sebab belum ada kejelasan tentang mendatangkan itu.

B. Pola-Pola dan Bagian-Bagian Kalimat 1. Pola Kalimat Dasar Setelah membicarakan beberapa unsur yang membentuk sebuah kalimat yang benar, kita dapat menentukan pola kalimat dasar itu sendiri.

Berdasarkan penelitian para ahli, pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia adalah sebagai berikut: a. KB + KK b. KB + KS c. KB + KBil d. KB + (KD + KB) e. KB1 + KK + KB2 f. KB1 + KK + KB2 + KB3 g. KB1 + KB2 : Mahasiswa berdiskusi. : Dosen itu ramah. : Harga buku itu sepuluh ribu rupiah. : Tinggalnya di Palembang. : Mereka menonton film. : Paman mencarikan saya pekerjaan. : Rustam peneliti.

Ketujuh pola dasar kalimat ini dapat diperluas dengan berbagai keterangan dan dapat pula pola-pola dasar itu digabung-gabungkan sehingga kalimat menjadi luas dan kompleks. Catatan KB : Kata Benda (nomina) KK : Kata Kerja (verba) KS : Kata Sifat (adjektiva) KBil : Kata Bilangan (numeralia) KD : Kata Depan (preposisi) 2. Bagian-bagian Kalimat

Bagian-bagian kalimat adalah unsur kalimat yang menduduki salah satu fungsi dalam sebuah kalimat yang terdiri atas subyek (S), predikat (P), obyek (O) dan keterangan (K). Susunan unsur-unsur ini dalam dimensi linear disebut struktur kalimat. Di dalam berbahasa struktur dan kaidah bahasa diantaranya struktur kalimat perlu mendapat perhatian sehingga bahasa itu baik dan benar. Oleh karena itu, struktur kalimat dalam bahasa Indonesia sangat eksplisit sehingga ada bentuk kalimat yang terdiri atas satu kata, seperti lari, ada yang terdiri atas dua kata, seperti jangan bicara, ada yang tediri atas tiga kata, yakni pergilah dari sini!, dan seterusnya. Demikianlah kalimat itu dapat ditentukan oleh intonasi tertentu. Hal ini kalimat adalah merupakan ucapan bahasa yang mempunyai arti penuh dan batas keseluruhannya ditentukan oleh aturan dan turun naiknya suara. Sehingga terjadi pengucapan bahasa yang baik. Melihat segi maknanya (nilai komunikatifnya) kalimat terbagi menjadi kalimat berita (kalimat deklaratif) kalimat perintah (kalimat imperatif), kalimat tanya (kalimat interogatif) dan kalimat seru (kalimat interjektif). C. Kalimat Sederhana dan Kalimat Luas 1. Kalimat Sederhana Kalimat sederhana merupakan kalimat yang strukturnya menjadi dasar struktur kalimat suatu bahasa . Kalimat itu ditandai oleh faktor kesesuaian bentuk makna, fungsi, kesederhanaan unsur, dan posisi atau urutan unsur. Menurut kesesuain bentuk maknanya., kalimat sederhana memiliki bentuk yang utuh atau legkap. Menurut fungsinya, kalimat sederhana adalah kalimat berita. Ditinjau dari segi kesederhanaannya, kalimat sederhana memiliki unsur-unsur minimal. Berdasarkan urutan

unsur-unsurnya, posisi gatra-gatra kalimat sederhana berurutan menurut segi ketergantungan diantara sesamanya. Sifat ketergantungan ini ditentukan oleh struktur fungsionalnya: SP, SPO, SPK, SPOK. Syarat pertama struktur kalimat sederhana adalah bentuknya yang lengkap, dengan kata lain kalimat sederhana termasuk kalimat lengkap. Kelengkapan bentuk kalimat sederhana merupakan kelengkapan minimal. Artinya, bila unsur-unsur kalimat itu ditiadakan, maka kalimat itu bukan lagi kalimat sederhana. Contoh:

Dia duduk.

Dia berlari.

Dia menangis.

Dia membaca. Kalimat Sederhana dibagi atas dua bagian, yaitu kalimat yang tak berklausa dan kalimat yang berklausa satu. Sebelum kita membahas mengenai kalimat tak berklausa dan kalimat yang berklausa satu dalam kalimat sederhana, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu apa itu klausa? Klausa adalah satuan gramatikal yang berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri dari subjek dan predikat dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat. Pendapat lain mengatakan: Klausa adalah suatu kontruksi yang didalamnya terdapat beberapa kata yang mengandung hubungan

fungsional, yang dalam tatabahasa lama dikenal dengan pengertian subjek, predikat, objek, dan keterangan-keterangan. 1. Kalimat tak berklausa Kalimat tak berklausa adalah kalimat yang tidak terdiri dari klausa. Contoh:

Selamat pagi!

Pergi! 2. Kalimat berklausa satu Kalimat yang berklausa satu adalah kalimat yang terdiri dari satu klausa. Contoh:

Lembaga itu menerbitkan majalah sastra. 2. Kalimat Luas Kalimat luas adalah kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Kalimat luas itu bermacam-macam. Macam-macam kalimat luas terdiri atas kalimat luas setara dan kalimat luas tak setara. Sebuah kalimat luas dapat dipulangkan pada pola-pola dasar yang dianggap menjadi dasar pembentukan kalimat luas itu.

10

1. Pola kalimat I = kata benda-kata kerja Contoh: Adik menangis. Anjing dipukul. Pola kalimat I disebut kalimat verbal 2. Pola kalimat II = kata benda-kata sifat Contoh: Anak malas. Gunung tinggi. Pola kalimat II disebut pola kalimat atributif 3. Pola kalimat III = kata benda-kata benda Contoh: Bapak pengarang. Paman Guru Pola pikir kalimat III disebut kalimat nominal atau kalimat ekuasional. 4. Pola kalimat IV (pola tambahan) = kata benda-adverbial Contoh: Ibu ke pasar. Ayah dari kantor. Pola kalimat IV disebut kalimat adverbial Suatu bentuk kalimat luas hasil penggabungan atau perluasan kalimat tunggal Ciri-ciri kalimat luas antara lain sebagai berikut: 1. Kedudukan pola-pola kalimat, sama derajatnya. 2. Penggabungannya disertai perubahan intonasi.

11

3. Berkata tugas/penghubung, pembeda sifat kesetaraan. 4. Pola umum uraian jabatan kata : S-P+S-P Kalimat luas setara dibentuk dari dua buah klausa atau lebih yang digabungkan menjadi sebuah kalimat, baik dengan bantuan kata penghubung ataupun tidak. Kedudukan klausa-klausa di dalam kalimat setara ini adalah sama derajatnya, yang satu tidak lebih tinggi atau lebih rendah dari yang lain; atau yang satu mengikat atau terikat pada yang lain. Klausa-klausa itu mempunyai kedudukan yang bebas, sehingga kalau yang satu ditinggalkan, maka yang lain masih tetap berdiri sebagai sebuah klausa. C. Prinsip-Prinsip Mencari Gatra Dan Macam Macam

Keterangankalimat1. 1. Pengertian Gatra Kata - kata di dalam kalimat ada yang menyendiri dan ada yang berkelompok dengankata lain. Masing - masing kelompok kata tersebut disebut kesatuan sintaksis. Jadi hubunganantara kata satu dengan kata yang lain tidaklah sama eratnya.Kesatuan sintaksis itu ditentukan oleh permutasi atau pemindahan. Kata atau kelompok katayang dapat dipindahkan tempatnya tanpa mengubah arti merupakan suatu kesatuan sintaksis.Kata atau kelompok kata tersebut disebut gatra. Jadi, gatra ialah kesatuan sintaksis di dalamkalimat yang dapat diubahubah letaknya tanpa mengubah arti kalimat tersebut. Gatra gatratersebut disebut fungsi atau jabatannya. Fungsi-fungsi tersebut adalah subyek (S), predikat(P), objek (O) dan keterangan (K). Gatra subyek dan predikat dianggap sebagai gatra mutlak yang harus ada jika suatu ujaran mau disebut kalimat. Tetapi apabila sudah diketahui

12

olehkedua belah pihak yang berbicara, salah satu atau keduanya dapat juga tidak tidak disebutkan. 2. Analisis Unsur Bawahan LangsungUntuk menentukan gatra - gatra dalam sebuah kalimat dapat dilakukan dengan teknik analisis unsur bawahan (UBL). Prosedurnya sangat sederhana, yaitu dengan menganalisisunsur - unsur pembentuknya, yaitu unsur segmental (tidak bisa dianalisis lagi) dan unsur suprasegmental (masih bisa dianalisis lagi) seperti contoh dibawah ini :Kalimat yang akan dianalisis : Ia sudah mengerjakan soal itu dengan sungguh-sungguh. 3. Gatra Predikat Ciri-ciri gatra predikat adalah :a. Karena gatra predikat merupakan gatra inti, gatra predikat tidak bisadihilangkan atau dihapuskan. Jika dihapus maka struktur kalimat akan kacau. b. Berdasarkan intonasinya, suara makin merendah pada akhir gatra predikat dandiikuti kesenyapan.c. Gatra predikat bisa mendahului subyek (inversi) tanpa mengubah makna.d. Dapat dipertegas dengan melekatkan partikel lah pada akhir gatra predikatlebih lebih bila predikat berjenis bukan kata/frasa kerja. Terutama bila beradadi depan subyek/inversi..e. Cocok untuk menjawab pertanyaan dibalakang subyek seperti : mengapa ,bagaimana, berapa, apa atau siapa1.5 Gatra Objek Objek merupakan gatra tambahan. Ada empat macam objek yaitu objek penderita, objek pelaku, objek berperangkai/objek berkata depan dan objek penyerta/objek berkepentingan.Sebenarnya masih ada satu objek lagi yaitu objek semu atau sering disebut pula pelengkap.Ciri pokok objek semu adalah selalu berada di belakang kalimat aktif intrasitif tetapi tidak bisa dipindah/dipermutasikan dan tak dapat pula dipasifkan kalimatnya. Yang khas darisemua objek adalah bahwa objek hanya ada dalam kalimat verbal (kalimat yang predikatnyakata kerja) karena pengertian objek erat hubungannya dengan masalah aktif -pasif , transitif-intransitif. Hanya kata kerjalah yang berhubungan dengan aktifpasif, transitif-intrasitif.Adapun macam-macam objek antara lain

13

a. Objek PenderitaCiri-ciri objek penderita antara lain:(1) Hanya ada dalam kalimat verbal.(2) Selalu mengikuti kata kerja aktif transitif. (3) Akan menjadi subjek dalam kalimat pasifnya.(4) Selalu berada dibelakang predikat dalam keadaan aktifnya (tidak bisadipindah posisinya), tetapi tetap digolongkan sebagai gatra.(5) Karena hubungan dengan predikatnya sangat erat, kalimat belum lengkaptanpa objek ini. Namun demikian kalimat ini bukan gatra inti.(5) Bila bukan klausa, tak pernah didahului /diawali kata tugas (kata depan, katahubung, dsb).(6) Selalu berjenis kata / frasa benda ( secara stuktural ).(7) Bila objek berupa klausa, biasanya didahului kata hubung bahwa. b. Objek PelakuCiri-ciri objek pelaku antara lain:(1) Hanya ada dalam kalimat verbal(2) Selalu mengikuti predikat kalimat pasif (jadi hanya ada dalam bentuk pasif ).(3) Bisa didahului kata depan oleh.(4) Bila bisa diaktifkan (predikatnya berawalan di), objek pelaku akanmenjadi subjek kalimat aktifnya.(5) Bisa dipindahkan posisinya (tak harus di belakang predikatnya) (6) Tak pernah berupa klausa (jadi tak ada klausa anak/anak kalimat yangmenduduki jabatan objek pelaku.c. Objek Penyerta/Objek BerkepentinganCiri-ciri obek penyerta:(1) Hanya ada dalam kalimat verbal.(2) Selalu ada bersama objek lain. Jadi tak pernah sebuah kalimat atau klausahanya memiliki objek penyerta saja . Inilah sebabnya objek penyerta disebut juga objek kedua ( O2 ).(3) Bisa dipindahkan tempatnya tanpa mengubah makna.(4) Tak pernah berupa klausa.(5) Selalu berupa person (Orang, binatang, instansi, dsb.).d. Objek Berperangkai / Objek Berkata DepanCiriciri objek berperangkai:(1) Hanya ada dalam kalimat verbal.(2) Selalu mengikuti predikat kalimat yang berjenis aktif intrasitif.(3) Bisa dipindahkan posisinya tanpa mengubah makna kalimat.(4) Walaupun kalimatnya berupa kalimat aktif, tidak bisa dipasifkan.

14

(5) Biasanya didahului kata depan akan, tentang, atas, terhadap,mengenai, bila berupa klausa , dapat didahului kata hubung bahwa.e. Objek Semu Keterangan Tempat (Lokatif)Keterangan kalimat yang menerangkan tempat/dimana berlangsungnya peristiwa/tindakan yang tersebut pada predikat.Keterangan ini biasanyadiawali/dirangkaikan dengan kata tugas di, ke, dari, pada, kepada.Keterangan ini tak pernah berupa klausa. Jadi tidak akan pernah ada klausa anak/anak D. Kalimat analitas dan sentesis serta variasi susunanya .Kalimat analitis adalah kalimat yang didalamnya terkandung kebenaran yang umum dan berlaku dimana-mana. Sedangkan kalimat sintesis adalah kalimat yang kebenarannyadidasarkan pada hasil observasi dan pengamatan. Variasi susunan kalimat bisa didapatdengan cara mengubah urutan gatragatranya sehingga terjadilah variasi susunannya.2. SaranTermotivasi dalam percakapan sehari-hari, tidak sedikit orang, baik masyarkat awammaupun mahasiswa, masih mengalami kesulitan dalam penggunaan kalimat, khususnyakalimat yang baik dan benar sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Makin rumitmasalah yang menjadi bahan pembicaraan, makin rumit pula kalimat yang digunakan.Maka kami harapkan agar pembaca lebih menekankan dari segi komunikatif (keterampilan berbahasa) daripada segi teoritis (tentang bahasa), karena yang kamiharapkan adalah keterampilan menggunakan bahasa Indonesia untuk berkomunikasi.Penulis sadari sepenuhnya, bahwa penulisan makalah in masih jauh dari sempurna.Akhirnya urun pendapat dan saran yang bersi fat membangun akn kami terima dengansenang hati, Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca yang budiman.

15

BAB III PENUTUP A. Simpulan Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Bagian-bagian kalimat adalah unsur kalimat yang menduduki salah satu fungsi dalam sebuah kalimat yang terdiri atas subyek (S), predikat (P), obyek (O) dan keterangan (K). Kalimat sederhana merupakan kalimat yang strukturnya menjadi dasar struktur kalimat suatu bahasa . Kalimat itu ditandai oleh faktor kesesuaian bentuk makna, fungsi, kesederhanaan unsur, dan posisi atau urutan unsur. Menurut kesesuain bentuk maknanya., kalimat sederhana memiliki bentuk yang utuh atau legkapKalimat luas adalah kalimat yang merupakan bentuk perluasan dari kalimat sederhana. Perluasan ini ada yang mencapai batas struktur kalimat tunggal, dan ada pula yang mencapai batas struktur kalimat majemuk. B. Saran Bagi mahasiswa STAI Sukabumi, diharapkan agar mampu menyusun dan menggunakan kalimat sesuai dengan kaidah penggunaan berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Dan diharapkan mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

16

DAFTAR PUSTAKA Supriyadi, 1995. Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Tim 5 PB UIN SGD BANDUNG, 2006. Kaidah dan Pelatihan Bahasa Indonesia. Pusat Bahasa Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati. Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, Anton M. Moeliono, 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. www.google.com

17

You might also like