You are on page 1of 12

KARAKTERISTIK EKOSISTEM PERAIRAN MENGALIR (Studi kasus : Sungai Cihedeung Kuadrand I Stasiun 5)

Penulis : Kelompok 5*

ABSTRAK Praktikum ekosistem perairan mengalir dilaksanakan pada hari Minggu, 2 Oktober 2011, di sungai Cihedeung, Bogor, Jawa Barat. Bagian sungai yang diteliti adalah bagian tengah sungai. Hal ini dapat dilihat dari karakteristik arus sungai, mata air, dan substratnya. Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan interaksi komponen abiotik dan biotik ekosistem perairan mengalir. Metode yang digunakan adalah metode sampling yang meliputi teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi lapangan, dan mengambil sampel mengenai sifat fisika, kimia dan biologi perairan sungai Cihedeung untuk selanjutnya dianalisis di laboratorium. Sungai adalah perairan terbuka yang memiliki arus dan masih banyak terpengaruh oleh prosesproses yang terjadi di darat. Sungai berukuran relatif kecil, baik luas, kedalaman, maupun volume airnya. Karakteristik sungai Cihedeung adalah perairan berwarna bening kecoklatan, rata-rata kecerahan adalah 37,33 m, memiliki kedalaman berkisar antara 29,67-49,33 cm, dengan tipe substrat berupa batuanbatuan, kerikil, dan pasir. Suhunya berkisar 27-28 C, serta memiliki pH sebesar 7. Komponen penyusunnya terdiri dari komponen abiotik yaitu arus, warna perairan, suhu, pH, kecerahan, dan kedalaman. Komponen biotik yaitu plankton, bentos, perifiton, nekton, neuston, dan tumbuhan-tumbuhan air. Beberapa karakteristik umum tersebut merupakan faktor pembatas yang mempengaruhi kelangsungan hidup organisme pada ekosistem perairan mengalir. Sungai ini memiliki fungsi yang sangat penting bagi masyarakat sekitar seperti untuk irigasi, memancing, kebutuhan rumah tangga, dan tempat masyarakat cuci kakus. PENDAHULUAN Dasar sungai terdiri dari bebatuan (potongan-potongan batu) mulai dari yang runcing-runcing sampai pada yang bulat-bulat licin karena aksi dari air. Airnya jernih, dan aksi turbulensinya memungkinkan potongan-potongan batu yang kecil terbawa ke hilir sungai dengan cepat. Semakin jauh ke hilir sungai tersebut menyatu dengan anak-anak sungai. Menurut Ilyas at al. (1990) in Meidiana (2003) sungai adalah perairan yang airnya mengalir secara terus menerus pada arah tertentu menuju ke hilir. Sungai merupakan sumber air untuk makhluk hidup. Pencemaran sungai yang sering terjadi karena kesalahan manusia menyebabkan penurunan kualitas komponen abiotik dan kerusakan komponen biotik. Pengambilan sampel di Sungai Cihedeung bertujuan untuk mengetahui parameter baik fisika, kimia, dan biologi serta interaksi komponen-komponennya. Interaksi antara komponen abiotik dengan biotik akan menghasilkan suatu bentuk adaptasi pada organisme yang hidup di sungai tersebut, sedangkan interaksi antara komponen biotik dengan biotik akan menghasilkan suatu rantai makanan dan struktur trofik yang khusus. Pembagian sungai berdasarkan aliran air adalah zona air cepat dan zona air tenang. Zona air cepat adalah daerah yang dangkal dengan kecepatan arus cukup tinggi untuk menyebabkan dasar sungai bersih dari endapan dan materi lain yang lepas sehingga dasarnya padat. Zona ini dihuni oleh bentos yang beradaptasi khusus atau organisme perifiton yang dapat melekat atau berpegang dengan kuat pada dasar yang padat, dan oleh ikan yang kuat berenang. Zona air tenang adalah bagian air yang dalam dengan kecepatan arus sudah berkurang, maka lumpur dan materi lepas cenderung mengendap di dasar, sehingga dasarnya lunak tidak sesuai untuk bentos permukaan tetapi cocok untuk penggali nekton dan pada beberapa kasus plankton (Odum 1993).

NamaMahasiswa: Ria Asnita (C24100008), Theo Filius Manurung (C24100009), Anis Haerunnisa (C24100027), Widyanti Octoriani (C24100049), Nur Sifa Fauziyah (C24100067), Wahyu Azizi (C24100081), Deti Triani (G24100026) Dibawah bimbingan:Rodearni Simarmata (C24090007)

BAHAN DAN METODE Alat-alat yang digunakan saat praktikum di lapangan antara lain, transek kuadrat 1x1m, termometer raksa, secchi disk dengan diameter 20 cm, paralon berskala sepanjang 3 m dengan diameter 3 inchi, ember berukuran 10 liter, botol film (10 buah), jar (3 buah), kertas label, spidolpermanen, planktonnet, cutter, sikatgigi, talirafia, bola pingpong, stopwatch dan alat surber. Bahan-bahan yang digunakan adalah indikator pH, akuades, lugoldan formalin. Transek kuadrat 1x1m berfungsi sebagai bidang pembatas area yang diteliti. Termometer berfungsi untuk mengukur suhu kawasan perairan yang akan diambil sampelnya. Secchi disk berdiameter 20 cm berfungsi untuk mengukur kecerahan perairan. Paralon berskala sepanjang 3 m berfungsi untuk mengukur kedalaman. Ember 10 liter berfungsi sebagai wadah mengambil sampel. Botol film (10 buah) berfungsi sebagai tempat untuk menyimpan plankton hasil dari saringan plankton net dan perifiton hasil kerikan, serta benthos. Spidol permanen berfungsi untuk menandai wadah sampel dan juga pemberian skala pada paralon. Plankton net berfungsi untuk menyaring plankton (penyaringan dilakukan diluar transek). Sikat gigi berfungsi untuk mengerik substrat untuk mengambil sampel perifiton. Tali raffia berfungsi untuk mengukur lebar sungai dan lebar badan sungai. Bola pingpong berfungsi untuk mengukur kecepatan arus aliran sungai. Stopwatch berfungsi untuk mengukur waktu kecepatan arus. Alat surber berfungsi untuk menyaring benthos. Adapun bahan-bahan yang digunakan seperti kertas indikator pH berfungsi untuk mengukur derajat keasaman. Akuades, lugol dan formalin yang berfungsi sebagai pengawet hasil parameter biologi. Plankton dan perifiton diberi akuades dan lugol, sedangkan neuston dan nekton diberi akuades dan formalin. Metode yang dipakai dalam praktikum ini adalah metode sampling. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi lapangan dan sampling data mengenai sifat fisika, kimia dan biologi perairan yang dilakukan di Sungai Cihedeung Bogor pada tanggal 2 Oktober 2011. Pengambilan sampel dilakukan 3x pengulangan pada tiap stasiun. Hasil sampling kelompok selanjutnya digabungkan dengan data kelompok lain dalam satu kuadran.

Pengambilan Sampel di Lapang


Pengambilan dan pengukuran sampel di Sungai Cihedeung dilakukan berdasarkan parameter fisika, kimia dan biologi. Berdasarkan parameter fisika, dimulai dengan melihat rona perairan untuk menentukan warna kondisi perairan sungai kemudian diletakan transek kuadrat di atas permukaan air sebagai batas wilayah pengamatan. Lebar sungai diukur dengan membentangkan tali tambang dari tepi sungai sampai kebagian seberang tepi sungai tersebut. Kecepatan arus diukur dengan bola pingpong yang diletakan di bagian ujung wilayah transek kuadrat sampai terbawa arus kebagian ujung lainnya yang kemudian diukur waktunya dengan stopwatch. Suhu diukur dengan menggunakan thermometer yang diletakan di atas permukaan air di tiga tempat secara diagonal di dalam transek kuadrat. Dilanjutkan dengan kecerahan diukur menggunakan secchi disk yang celupkan di dalam transek kuadrat sampai piringannya tidak tampak dilanjutkan dengan diukurnya skala yang terdapat pada secchi disk (D1) kemudian diangkat sampai piringan tersebut tampak pertama kali dan melihat skalanya kembali (D2). Selanjutnya, setelah mengukur kecerahan, praktikum dilanjutkan dengan kedalaman sungai menggunakan paralon di daerah transek kuadrat dengan dicelupkan sampai ujung paralon menyentuh dasar perairan. Kemudian, dilanjutkan dengan diletakan alat surber didasar perairan lalu diaduk-aduk substrat di sekitar alat ini, untuk mencari bentos yang ada.Setelah itu dilanjutkan plankton disaring dengan menggunakan plankton net yang sebelumnya telah diikatkan botol film untuk menampung plankton. Cara yang digunakan dengan mengambil air menggunakan ember di daerah transek kuadrat dan dituang keplankton net sebanyak sepuluh kali (penuangan dilakukan di luar transek). Untuk mencari perifiton, dilakukan dengan mengerik bagian yang pada substrat, lalu dimasukkan kedalam botol film.

Rangkaian-rangkaian pengambilan sampel tersebut dilakukan di tempat yang dinamakan Sub Stasiun (SS) dan dalam praktikum ini dilakukan dalam tiga Sub Stasiun (SS1, SS2 dan SS3). Untuk parameter kimia, yaitu mengukur kadar pH perairan menggunakan kertas indikator pH dengan cara mencelupkannya kepermukaan perairan. Sedangkan untuk parameter biologi, dilakukan pencarian plankton, bentos dan perifiton. Kemudian hasil-hasil sampel biologis ini diawetkan menggunakan lugol untuk perifiton dan plankton sedangkan untuk bentos digunakan formalin. Analisis Laboratorium dan Data Setelah memperoleh sampel dari lapang, kemudian sampel dianalisis di laboratorium untuk memperoleh data sesuai parameter yaitu fisika, kimia dan biologi. Data-data tersebut diolah untuk kemudian disajikan, sehingga dapat diketahui mengenai populasi, faktor pembatas dan kesuburan sungai tersebut. Data yang dianalisis di laboratorium adalah kepadatan, kelimpahan plankton, kelimpahan perifiton, dan kepadatan benthos. Sedangkan untuk parameter fisika yang dinalisis adalah kecerahan, kedalaman, lebar sungai, lebar badan sungai , kecepatan arus dan suhu.Rumus yang digunakan adalah Kecerahan (m) Kecerahan = Keterangan: d1 = titik dimana secchi disc mulai tidaj terlihat ketika dibenamkan (m) d2 = titik dimana secchi disc mulai terlihat ketika diangkat (m) Kecepatan arus (m/s) V= Keterangan: V = kecepatan (m/s) S = jarak (m) T = waktu (s) Debit air ( Q= /s)

Keterangan: Q= debit air (m^3/s) P= panjang transek (m) L= lebar transek (m) H rata-rata= tinggi rata-rata per stasiun (m) T rata-rata= waktu rata-rata per stasiun (s) Kelimpahan plankton N= x x x

Kelimpahan Perifiton

N=

x x x

Keterangan: Oi=luas gelas penutup (324 mm ) Op=luas sudut lapang pandang (1.306 mm ) Vr=volume botol contoh (30 ml) Vo=volume 1 tetes contoh (0.05 ml) Vs=volume air yang disaring (100 l) A=luas bidang kerikan (25 cm ) n=jumlah perifiton yang tercacah(individu) a=jumlah ulangan (3) P=jumlah lapang pandang (5) Kepadatan benthos X= Keterangan: X= kepadatan benthos x= jumlah individu per satuan alat M= luas bukaan mulut alat jumlah individu per satuan alat M= luas bukaan mulut alat (9x )

HASIL DAN PEMBAHASAN

Lingkungan Perairan
Setelah melakukan pengamatan secara langsung pada Minggu, 2 0ktober 2011 di Sungai Cihideung yang terletak di belakang Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, diketahui bahwa perairan Sungai Cihideung berwarna cokelat, tipe substrat yang diperoleh berupa batu dan kerikil, suhu perairan berkisar antara 27-28C, kedalaman tiap substasiun berbeda-beda berkisar antara2961cm. Untuk lebar sungai dan lebar badan sungai diperoleh 12,87m dan 15,28m. Ditinjau dari paremater kimia, perairan Sungai Cihideung memiliki pH 6. Hasil parameter fisika dan kimia dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Parameter Fisika Kimia Perairan Mengalir Sungai Cihideung Fisika Warna Suhu Kedalaman Kecerahan Tipe Substrat Lebar Badan Sungai Lebar Sungai Kecepatan Arus Debit Air Unit Cm M M m/s m^3/s SS1 Kecoklatan 27 20,66 33-41 Batu Batuan 15,28 12,87 2,12-3,15 27,3809x10^-3 SS2 Kecoklatan 27,16 49.33 41-61 Kerikir 15,28 12,87 7,05-12,41 1,8468x10^-3 SS3 Kecoklatan 27.66 39 30-45 Batu Besar 15,28 12,87 2,34-4,11 12,46x10^-3

Kimia

pH

Dari ketiga substasiun, Sungai Cihideung memiliki warna perairan yang sama.yaitu cokelat.. Seharusnya, warna sungai adalah jernih karena ia tidak memiliki substrat berupa lumpur yang mudah larut dengan air (Setiowati dan Furqonita 2007). Hasil pengamatan kami menunjukkan warna sungai tidak jernih hal ini dapat disebabkan oleh sampah yang dibuang oleh warga sekitar ke dalam sungai. Tipe substrat yang tedapat disungai Cihideung adalah berupa batuan besar dan kerikil-kerikil tajam. Suhu di Sungai Cihideung relatif stabil pada setiap substasiun berkisar antara 27-28 Tingginya suhu pada saat pengukuran dapat disebabkan oleh pengaruh dari suhu tubuh praktikan ekologi perairan yang masuk ke dalam air sungai sehingga berdampak kenaikan suhu air sungai tersebut pada pagi hari. Suhu dapat memberikan pengaruh baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Reid dkk (1998) suhu dapat berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol laju proses metabolisme dalam tumbuhan tersebut. Kecerahan adalah bentuk pencerminan daya tembus atau intensitas cahaya yang masuk ke dalam perairan (Odum 1971). Sungai ini tergolong cukup cerah karena kecerahannya masih di bawah 40 cm, yaitu sekitar 33-61 cm. Kedalaman sungai substasiun dua mengalami perbedaan yang signifikan yaitu 49,33 cm. Hal tersebut dikarenakan tidak ada substrat batuan pada dasar substasiun dua. Sedangkan pada substaiun satu dan tiga kedalamannya adalah 20,66cm dan 39cm yang pada umumnya terdapat batuan besar di dasar sungai yang menyebabkan kedalamannya berbeda dengan substasiun dua. Kecepatan arus dipengaruhi oleh perbedaan gradien atau ketinggian antara hulu dan hilir. Apabila perbedaan ketinggian cukup besar maka arus air makin deras. Menurut Whitton (1975) kecepatan arus adalah faktor penting di perairan. Jika kecepatannya besar (>5 m/s), maka akan sedikit sekali biota yang ada di sana karena hanya beberapa biota saja yang dapat melakukan adaptasi. Kecepatan arus di tiap stasiun berbeda-beda. Hal ini dikarenakan adanya batu sehingga arus menjadi terhambat. Seperti halnya pada substasiun dua yang memiliki kecepatan arus relatif lambat jika dibandingkan dengan substaiun satu dan tiga. Pada substasiun dua terdapat substrat berupa batuan besar yang menghambat laju arus sungai.Kecepatan arus pada Sungai Cihideung pada substasiun satu dan tiga berkisar antara 2,12-3,15 m/s dan 2,34-4,11 m/s. Sedangkan pada substasiun dua kecepatan arusnya mencapai 7,05-12,41m/s. Debit air dinyatakan dengan satuan m^3/s. Debit air dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang menggunakan lahan di sekitar dan curah hujan. Semakin tinggi aktivitas manusia dan curah hujan, maka debit air akan semakin tinggi. Pada pengamatan yang dilakukan, diketahui bahwa debit air Sungai Cihideung adalah sekitar 1,8468x10^-3-27,380x10^-3 m^3/s. Debit yang didapatkan ini dipengaruhi oleh kegiatan manusia di sekitar sungai. Lebar sungai merupakan lebar batas sungai yang dialiri oleh air. Lebar ini diukur dari salah satu pinggiran sungai ke seberangnya. Lebar sungai Cihideung adalah 12,87meter. Sedangkan lebar badan sungai adalah lebar daerah yang dapat dialiri oleh air saat pasang tetinggi. Biasanya daerah ini ditandai oleh adanya sisa aliran di pinggir sungai yang masih basah. Lebar badan Sungai Cihideung adalah 15,28 meter. Lebar sungai dan lebar badan sungai diukur dengan menggunakan meteran. Sedangkan untuk parameter kimia adalah pH atau derajat keasaman.. Setelah diukur menggunakan indikator pH,diketahui pH Sungai Cihideung adalah 6. Derajat keasaman yang ideal berkisar antara 6,5-8,5. Suatu perairan dikatakan asam jika pH-nya berada di bawah 7, dikatakan basa jika berada di atas 7, dan dikatakan seimbang jika sama dengan 7 (Purba 1994). Sehinggah dapat disimpulkan perairan Sungai Cihideung bersifat basa. Dilihat dari parameter fisika dan kimianya, dapat dikatakan bahwa perairan Sungai Cihideung dapat dikatakan baik. Sungai Cihideung memiliki karakteristik yang cukup baik. Kecerahannya lumayan baik meskipun agak keruh. Kecepatan arusnya tidak terlalu besar sehingga masih banyak biota yang dapat bertahan.

Biologi Plankton Tabel 2. Kelimpahan Plankton Kelompok 1 3 5 7 9 11 SS1 793 594 1471 6642 473 1188 Kelimpahan Total (ind/L) Fitoplakton SS2 SS3 396 595 396 297 11926 27828 3107 1863 1489 695 3168 1980 Kelimpahan Total (Ind/L) Zooplakton SS2 SS3 99 99 396 0 3975 17885 414 0 298 0 0 198

SS1 0 0 13914 415 0 0

30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 SS1 SS2 SS3 KELOMPOK 1 KELOMPOK 3 KELOMPOK 5 KELOMPOK 7 KELOMPOK 9 KELOMPOK 11

Gambar.1.Kelimpahan fitoplankton Kelimpahan Fitoplangton berdasarkan pengamatan pada Sub-Stasiun (SS) 3 lebih banyak ditemukan dibandingkan SS 1 dan SS 2 karena area SS 3 lebih besar debit air dan kuat arus dibandingkan SS 2 dan SS 1.
20000 15000 10000 5000 0 SS1 SS2 SS3 KELOMPOK 1 KELOMPOK 3 KELOMPOK 5 KELOMPOK 7 KELOMPOK 9 KELOMPOK 11

Gambar 2 Kelimpahan Zooplankton

Kelimpahan Zooplankton berdasarkan pengamatan pada Sub-Stasiun (SS) 3 lebih banyak ditemukan dibandingkan SS 1 dan SS 2 karena area SS 3 lebih besar debit air dan kuat arus dibandingkan SS 2 dan SS 1. Table 3 Kelimpahan Perifiton

Kelompok 1 3 5 7 9 11 x

SS1 7 0 0 144 322 44

Benthos SS2 15 44 11 0 0 11

SS3 3 33 0 7 806 44

90000 80000 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 SS1 SS2 SS3

KELOMPOK 1 KELOMPOK 3 KELOMPOK 5 KELOMPOK 7

Gambar 3. kelimpahan perifiton


Perifiton adalah organisme yang tumbuh atau hidup pada permukaan bebas dari benda yang melayang dalam air seperti tanaman, kayu, batu dan sebagainya. Organisme ini banyak terdapat pada serbagai substrat, misalnya ujung kayu yang berada dalam air beberapa centimeter dari dasar. Kelimpahan perifiton di suatu perairan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor fisika, biologi, dan kimia yang meliputi suhu, kecerahan, pH, debit, arus, unsur hara dan adanya interaksi dengan organisme lain (Odum 1971). Kelimpahan perifiton pada 3 substasiun di sungsi Ci Hideung , cukup beragam. Jumlah paling banyak terdapat di SS 1, hal ini dikarenakan pada SS 1 dasar substratnya lebih keras sehingga pertumbuhan perifiton lebih mendukung dibandingkan SS2 dan SS1.

Tabel 4 kelimpahan benthos

Kelompok 1 3 5 7 9 11

Periifiton SS1 37212 2330 471 831 80133 22040

SS2 14885 1943 471 1455 13162 12122

SS32 32251 5056 272 3325 1588 27550

Benthos merupakan faktor yang melekat atau beristirahat pada dasar perairan (Odum, 1998). Benthos hidup relatif menetap sehingga baik digunakan petunjuk kualitas lingkungan, karena selalu kontak dengan limbah yang masuk ke habitatnya. Kelompok hewan tersebut dapat lebih mencerminkan adanya perubahan faktor-faktor lingkungan dari waktu ke wakt, karena hewan benthos terus-menerus terdedah oleh air yang kualitasnya berubah-ubah. Kelimpahan benthos berdasarkan pengamatan pada substasiun 2 lebih banyak ditemukan dibandingkan pada substasiun 1 dan 3, itu dikarenakan substrat pada substasiun 2 dasarnya lebih keras sehingga lebih cocok untuk pertumbuhan benthos di bandingkan pada substasiun 1 dan 3
2000 1800 1600 1400 1200 1000 800 600 400 200 0 SS1 SS2 SS3

KELOMPOK 1 KELOMPOK 3 KELOMPOK 5 KELOMPOK 7 KELOMPOK 9 KELOMPOK 11

Gambar 4 Kelimpahan Benthos

Nekton Ekosistem air tawar dihuni oleh nekton. Nekton merupakan hewan yang bergerak aktif dengan menggunakan otot yang kuat. Hewan tingkat tinggi yang hidup di ekosistem air tawar, misalnya ikan dalam mengatasi perbedaan tekanan osmosis melakukan osmoregulasi untuk memmelihara keseimbangan air dalam tumbuhnya melalui system ekresi, insang dan pencernaan. Nekton merupakan organism yang dapat bergerak dan berenang dengan kemauan sendiri (dengan demikian dapat menghindari jarring plankton) contohnya seperti ikan, ampibi, serangga air besar, dan lain-lain (E.P. Odum 1998). Neuston Nekton merupakan organsme yang mengapung atau berenang di permukaan air atau bertempat. Pada permukaan air, misalnya serangga air. Organism yang tinggal atau beristirahat di atas permukaan air, yang pergerakannya tidak dipengaruhi oleh gerakan arus (Odum 1998). Tumbuhan Air Tumbuhan air merupakan tumbuhan yang tinggal di sekitar air dan di dalam air, yang berfungsi sebagai produsen penghasil energy. Tumbuhan air dapat dikelompokan menjadi terrestrial adalah tumbuhan air yang seluruh organ tubuhnya belum ertutup oleh air, energged plants adalah tumbuhan air yang akarnya berada dalam air dan bagian lainnya berada dalam air, sedangkan daunnya mencuat ke permukaan air, dan submerged plants adalah tumbuhan air yang seluruh bagian tubuhnya berada dalam air (Odum 1959 Rantai Makanan

Rantai makanan merupakan proses perpindahan energi dari berupa proses makan dan dimakan. Aliran energi terjadi dari tumbuhan sebagai produsen dimakan oleh konsumen tingkat 1 dan konsumen tingkat 1 dimakan oleh konsumen tingkat 2, lalu konsumen tingkat 2 dimakan oleh detritus atau penurai yang menguraikan bahan organic menjadi anorganik yang dibutuhkan oleh tumbuhan. INTERAKSI KOMPONEN ABIOTIK DAN BIOTIK Interaksi antara komponen abiotik dan biotik Ekosistem adalah sistem ekologi dimana terjadi interaksi antara komponen abiotik dan biotik, Hubungan antara organisme dengan lingkungannya menyebabkan terjadinya aliran energi dalam sistem tersebut. Keanekaragaman biotik dapat terjadi karena adanya daya dukung hayati yang dibutuhkan oleh organisme, sehingga semakin baik kualitas suatu perairan maka akan semmakin bergam organisme yang dapat bertahan hidup.

Interaksi antara komponen biotik penyusun ekosistem perairan mengalir


Komponen biotik di perairan mengalir mempunyai keanekaragaman yang sama seperti komponen biotik yang ada di perairan menggenang. Pada perairan mengalir terdapat juga benthos, neuston, nekton, perifiton, dan plankton. Biota di perairan mengalir butuh adaptasi khusus. Hal ini dikarenakan adanya arus pada perairan mengalir. Plankton pada dasarnya adalah organisme yang tidak tahan terhadap arus. Pada aliran yang kecil plankton bisa berasal dari perairan menggenang akan hancur ketika melewati aliran deras. Hanya pada aliran yang tenang plankton bisa berkembang biak dan menyatu sebagai bagian dari komunitas. Menurut Odum (1993) kehadiran sementara plankton dalam aliran air diremehkan, tetapi organisme ini tetap berfungsi sebagai pemasok makanan bagi benthos, nekton, dan perifiton . Fitoplankton di perairan sebagai makanan bagi zooplankton dan beberapa jenis ikan serta larva biota yang masih muda, mengubah zat organik menjadi organik dan mengoksigenasi air (Wardianto dalam Ferianita 2008). Benthos yang memiliki kaitan dan penghisap sebagai adaptasi khusus yang ia miliki, menangkap zooplankton dsan nutrisi di sekitarnya yang terbawa arus. Karena tidak ditemukannya nekton pada substasiun 5 artinya adalah plankton hanya dimanfaatkan oleh benthos.Perifiton yang menempel pada substrat juga dimanfaatkan oleh benthos. Benthos yang menempel pada substrat menghisap perfiton dibawahnya. Akar-akar tumbuhan di sekitar sungai biasanya dimanfaatkan oleh nekton sebagai tempat memijah. Karena pada bagian sungai yang terdapat akar tumbuhan arusnya cenderung lebih tenang daripada arus disekitarnya. Ada beberapa jenis ikan laut yang berenang melawan arus sungai hanya untuk menemukan tempat memijah.

KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa ekosistem perairan mengalir dipengaruhi oleh faktor abiotik dan biotik. Faktor-faktor yang berpengaruh pada komponen subsrat dan abiotik adalah faktor fisika, Faktor kimia dan biologi. Faktor fisika adalah suhu, kecerahan air, warna, tipe subsdan kedalaman perairan. Faktor kimia adalah pH. Faktor biologi adalah nekton, bentos, perifiton, neston, dan plangkton. Pada ekosistem perairan mengalir populasi organisme dan keanekaragaman cinderum lebih banyak dari ekosistem menggenang. Hal ini dikarenakan pada ekosistem perairan mengalir organisme membentuk kemampuan adaptasi khusus.

Daftar Pustaka

Ferianita, Fachrul M. 2008. Metode Sampling Bioekologi. Jakarta : Bumi Aksara Odum, E.P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi : Edisi ketiga. Yogyakarta. UGM Press Odum, E.P. 1998. Dasar-DasarEkologi.Fourth Edition.GadjahMada University Press.Yogyakarta Suwigyo, Sugiarti, et al. 2005. Avertebrata Air. First Edition.PenebarSwadaya. Jakarta

LAMPIRAN
Hasil Wawancara Lampiran Hasil wawancara dengan penduduk di sekitar sungai Cihideung. 1. Apa saja manfaat sungai bagi masyarakat setempat? Warga memanfaatkan sungai untuk keperluan sehari-hari sperti mencuci pakaian dan mandi. Namun, air sungai tidak digunakan untuk minum karena sudah tercemar dan tidak sebersih dulu. 2. Sumberdaya hayati/nonhayati apa saja yang dapat dimanfaatkan? Sumberdaya hayati tidak ada yang dapat dimanfaatkan oleh warga sekitar karena sudah jarang sekali ditemukan ikan di sungai Cihideung. Sedangkan sumberdaya nonhayati yang dapat dimanfaatkan adalah air sugai itu sendiri yang digunakan untuk mandi dan mencuci pakaian. 3. Aktivitas apa saja yang ada di sekitar sungai? Warga biasanya mandi, mencuci pakaian,berenang dan bermain di sekitar sungai Cihideung. 4. Bagaimana pengelolaan sungai selama ini? Tidak ada pengelolaan sungai secara khusus. Namun, warga sering melakukan kerja bakti untuk memebersihkan sampah di sekitar sungai dengan cara menjaringnya dengan jala/menarik tumpukan sampah yang tersangkut di batuan sugai. Sampah tersebut di tarik ke atas batu dan kemudian di bakar di atas batu tersebut. Hal tersebut dikarenakan sampah yang menumpuk terlalu banyak dan menggunung sehingga sulit untuk melakukan pengangkutan ke pingir sungai.

Foto-Foto Kegiatan:

Gambar 1

Gambar 2

Pengambilan sampel Substasiun 1

Pengukuran kedalaman Substasiun 1

Gambar 3 Pengukuran kedalaman

Gambar 4 Pengambilan substrat

Substasiun 2

Substasiun 3

Gambar 5 Pengambilan sampel Substasiun 3

Gambar 6 Pengkuran lebar sungai dan lebar badan sungai

You might also like