Sistem PLTB Kecepatan Rendah dan Berubah Tanpa Menggunakan Cearbox
Kadek Fendy Sutrisna
5 September 2011
Tenaga angin merupakan salah satu potensi yang belum dimanIaatkan secara maksimal sebagai pembangkit listrik energi terbarukan di Indonesia saat ini. Daya keluaran yang dapat dihasilkan untuk sebuah pembangkit listrik dari pemanIaatan energi angin (PLTB) adalah sebesar 1-100 kWatt. Pembangkit listrik dengan daya keluaran sebesar ini sebenarnya sangat cocok digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik rumah tangga/perkantoran di Indonesia. Alasan utama pembangkit listrik jenis ini belum berkembang karena kecepatan angin di Indonesia lebih rendah dan lebih berfluktuatif jika dibandingkan dengan kecepatan angin di Eropa ataupun di Jepang. Jadi dengan kata lain sebenarnya Indonesia tidak bisa mengadopsi langsung teknologi pembangkit listrik ini dari negara lain, dan harus mendesain sendiri sistem pembangkit listrik yang mampu mengkonversikan energi angin secara maksimal pada kecepatan angin yang rendah dan berubah-ubah, yang sesuai dengan karakteristik kecepatan angin di Indonesia. Perlu diketahui bahwa biasanya kecepatan putar turbin angin di Indonesia diantara 100-200 rpm. Untuk mengatasi kecepatan putar turbin angin yang rendah, biasanya digunakan komponen roda gigi untuk menyesuaikan dengan kecepatan putaran generator. Dan untuk mengatasi kecepatan angin yang berfluktuatif, biasanya turbin angin dioperasikan variable speed dengan mengunakan rangkaian elektronika daya. Pada artikel kali ini, akan dibahas tentang sistem PLTB kecepatan rendah berubah menggunakan generator permanen magnet. Semoga artikel ini bisa dijadikan reIerensi untuk perkembangan pembangkit listrik tenaga angin di Indonesia. Sistem Turbin Angin rect-dr;e (Cearless / tidak menggunakan roda gigi) Alasan utama penulis mengajukan sistem tanpa gearbox karena penggunaan roda gigi dapat menimbulkan adanya gesekan pada saat mengkonversikan putaran rendah pada baling-baling menjadi putaran tinggi pada generator. Gaya gesekan yang timbul ini akan menyebabkan turbin angin bergetar tak-seimbang, terkadang menimbulkan polusi suara bising, dan tentu saja hal ini nantinya akan membutuhkan perawatan khusus dengan memberikan pelumas secara rutin. Sistem PLTB tanpa menggunakan gearbox (gearless wind turbine system) atau sering juga disebur direct drive, selain membuat eIisiensi PLTB menjadi lebih tinggi diklaim juga dapat mengurangi polusi suara serta mengurangi biaya investasi awal dan perawatan pada sistem pembangkit listrik tenaga angin. Desain direct drive biasanya menggunakan generator sinkron rotor belitan atau generator sinkron magnet permanen. Alasannya karena kedua tipe generator ini memungkinkan untuk membuat generator dengan kutub banyak (perbanyak jumlah kutub rotor) yang kecepatan putarnya sesuai dengan putaran nominal turbin angin. Sayangnya generator kutub banyak ini hanya cocok untuk aplikasi PLTB daya kecil, karena semakin besar daya yang didesain akan menyebabkan generator menjadi lebih besar dan lebih berat. KESIMPULAN SEMENTARA : Untuk aplikasi PLTB berdaya rendah dan sedang, permasalahan penggunaan gerabox dapat dieliminasi dengan mendesain generator kutub banyak yang menghasilkan listrik secara optimal pada kecepatan angin yang rendah. Solusi dari permasalahan ini adalah Indonesia harus menguasai teknologi pembuatan generator kutub banyak. Bagaimana dengan permasalahan kecepatan angin di Indonesia yang sangat berfluktuasi? Kecepatan angin di Indonesia sering melonjak selama beberapa saat sehingga membutuhkan desain sistem PLTB yang dapat menghasilkan daya keluaran generator maksimum pada kecepatan angin yang berubah-ubah. Jika kita merancang generator pada satu kecepatan angin rendah (low fixed speed), generator tidak bisa mengkonversikan energi pada kecepatan angin yang tinggi untuk mengurangi resiko kerusakan generator. Sebaliknya, sistem PLTB yang biasanya dipasang di Indonesia memiliki eIisiensi konversi energi yang rendah karena generator dirancang berputar pada kecepatan yang sedikit lebih tinggi dari kecepatan angin rata-rata. Kedua sistem PLTB ini bukan merupakan solusi sistem PLTB di Indonesia. Sistem Turbin Angin rect r;e dan Jarable Speed dengan Generator Sinkron Magnet Permanen Dari gambar terlihat bahwa sistem ini memerlukan generator magnet permanen berkutub banyak, penyearah dioda, konverter DC-DC, dan Inverter. Dengan sistem seperti ini memungkinkan untuk mendesain turbin angin dapat berputar pada kecepatan poros yang berubah-ubah.
'arable speed dan drect-dr;e menggunakan generator magnet permanen Keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan sistem ini antara lain : O Generator bekerja maksimum pada kecepatan angin yang berubah-ubah, atau dengan kata lain sistem variable speed direct-drive ini dapat mengekstrak daya pada kecepatan putar turbin berapapun. O Menghindarkan penggunaan roda gigi / gearbox dengan menggunakan generator yang dapat beroperasi pada putaran rendah (multi-pole generator). O Tidak menggunakan brush, sehingga biaya perawatan komponen generator dan juga rugi- rugi daya pada rotor dapat dikurangi. O Tidak memerlukan sistem daya untuk medan eksitasinya. O Menggunakan magnet permanen untuk membangkitkan tegangan, sehingga rugi-rugi daya pada rotor yang biasanya timbul pada generator rotor belitan dapat dihilangkan. Sedangkan kekurangan sistem ini adalah : O Ukuran generator dapat menjadi besar dan berat. O Generator magnet permanen kutub banyak tidak dijual dipasaran secara umum, butuh keahlian khusus untuk mendesain generatornya. O Membutuhkan magnet permanen yang mahal dan sulit diperoleh di Indonesia. O Butuh keahlian khusus untuk mendesain rangkaian elektronika daya yang spesiIik.
Prinsip Kerja Pembangkit Listrik Tenaga Angin
Kadek Fendy Sutrisna 21 Mei 2011 Pembangkit Listrik Tenaga Angin atau sering juga disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) adalah salah satu pembangkit listrik energi terbarukan yang ramah lingkungan dan memiliki eIisiensi kerja yang baik jika dibandingkan dengan pembangkit listrik energi terbarukan lainnya. Prinsip kerja PLTB adalah dengan memanIaatkan energi kinetik angin yang masuk ke dalam area eIektiI turbin untuk memutar baling-baling/kincir angin, kemudian energi putar ini diteruskan ke generator untuk membangkitkan energi listrik. Berdasarkan data dari GWEC, jumlah PLTB yang ada di dunia saat ini adalah sebesar 157.900 MWatt (sampai dengan akhir tahun 2009), dan pembangkit jenis ini setiap tahunnya mengalami peningkatan dalam pembangunannya sebesar 20-30. Teknologi PLTB saat ini dapat mengubah energi gerak angin menjadi energi listrik dengan eIisiensi rata-rata sebesar 40. EIisiensi 40 ini disebabkan karena akan selalu ada energi kinetik yang tersisa pada angin karena angin yang keluar dari turbin tidak mungkin mempunyai kecepatan sama dengan nol. Gambar 1 merupakan laju pertumbuhan dan daya elektrik total PLTB di dunia yang ada sampai saat ini.
Gambar 1 Laju Pertumbuhan PLTB di Dunia 1. Energi Angin 1.1 Energi Kinetik Angin Sebagai Fungsi dari Kecepatan Angin Energi kinetik angin yang dapat masuk ke dalam area eIektiI turbin angin dapat dihitung berdasarkan persamaan 1.1 berikut : (1.1) dimana pada persamaan tersebut dapat kita lihat bahwa energi angin (P ; Watt) bergantung terhadap Iaktor-Iaktor seperti aliran massa angin (m ; kg/s), kecepatan angin (v ; m/s), densitas udara (p ; kg/m 3 ), luas permukaan area eIektiI turbin (A ; m 3 ). Di akhir persamaan, secara jelas dapat disimpulkan bahwa energi angin akan meningkat 8 kali lipat apabila kecepatan angin meningkat 2 kali lipatnya, atau dengan kata lain apabila kecepatan angin yang masuk ke dalam daerah eIektiI turbin memiliki perbedaan sebesar 10 maka energi kinetik angin akan meningkat sebesar 30. Apabila kecepatan kerja PLTB adalah 'rated, maka daya keluaran PLTB dapat diperoleh dari persamaan 1.1 dengan menuliskan kembali ke persamaan sebagai berikut. (1.2) (1.3) Gambar 2 merupakan kurva intensitas energi kinetik angin berdasarkan Iungsi dari kecepatan angin.
Gambar 2 Intensitas Energi Angin 1.2 Kecepatan Angin Berdasarkan Fungsi dari Ketinggiannya dari Permukaan Tanah Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kecepatan angin sangat dipengaruhi oleh ketinggiannya dari permukaan tanah. Semakin mendekati permukaan tanah, kecepatan angin semakin rendah karena adanya gaya gesek antara permukaan tanah dan angin. Untuk alasan ini, PLTB biasanya dibangun dengan menggunakan tower yang tinggi atau dipasang diatas bangunan. Berikut adalah rumus bagaimana cara mengukur kecepatan angin berdasarkan ketinggiannya dan jenis permukaan tanah sekitarnya.
Tabel 1 menunjukan besarnya nilai n sebagai Iaktor perbedaan jenis permukaan tanah yang mempengaruhi kecepatan angin. Tabel 1 Nilai n berdasarkan jenis permukaan tanah
Gambar 3 menunjukan hasil perhitungan kecepatan angin berdasarkan ketinggian, dengan garis putus-putus menggunakan asumsi n 7, sedangkan garis lurus dengan asumsi n 5.
Gambar 3 Kecepatan angin berdasarkan ketinggiannya dari permukaan tanah 2. 1enis-jenis Angin Angin timbul akibat sirkulasi di atmosIer yang dipengaruhi oleh aktivitas matahari dalam menyinari bumi yang berotasi. Dengan demikian, daerah khatulistiwa akan menerima energi radiasi matahari lebih banyak daripada di daerah kutub, atau dengan kata lain, udara di daerah khatulistiwa akan lebih tinggi dibandingkan dengan udara di daerah kutub. Perbedaan berat jenis dan tekanan udara inilah yang akan menimbulkan adanya pergerakan udara. Pergerakan udara inilah yang dideIinisikan sebagai angin. Gambar 4 merupakan pola sirkulasi pergerakan udara akibar aktivitas matahari dalam menyinari bumi yang berotasi.
Gambar 4 Pola sirkulasi udara akibat rotasi bumi (Sumber : Blog Konversi ITB, Energi Angin dan Potensinya) Berdasarkan prinsip dari terjadinya, angin dapat dibedakan sebagai berikut : 2.1 Angin Laut dan Angin Darat Angin laut adalah angin yang timbul akibat adanya perbedaan suhu antara daratan dan lautan. Seperti yang kita ketahui bahwa siIat air dalam melepaskan panas dari radiasi sinar matahari lebih lambat daripada daratan, sehingga suhu di laut pada malam hari akan lebih tinggi dibandingkan dengan suhu di daratan. Semakin tinggi suhu, tekanan udara akan semakin rendah. Akibat adanya perbedaan suhu ini akan menyebabkan terjadinya perbedaan tekanan udara di atas daratan dan lautan. Hal inilah yang menyebabkan angin akan bertiup dari arah darat ke arah laut. Sebaliknya, pada siang hari dari pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00 angin akan berhembus dari laut ke darat akibat siIat air yang lebih lambat menyerap panas matahari. 2.2 Angin Lembah Angin lembah adalah angin yang bertiup dari arah lembah ke arah puncak gunung yang biasa terjadi pada siang hari. Prinsip terjadinya hampir sama dengan terjadinya angin darat dan angin laut yaitu akibat adanya perbedaan suhu antara lembah dan puncak gunung. 2.3 Angin Musim Angin musim dibedakan menjadi 2, yaitu angin musim barat dan angin musim timur. Angin Musim Barat/Angin Muson Barat adalah angin yang mengalir dari Benua Asia (musim dingin) ke Benua Australia (musim panas). Apabila angin melewati tempat yang luas, seperti perairan dan samudra, maka angin ini akan mengandung curah hujan yang tinggi. Angin Musim Barat menyebabkan Indonesia mengalami musim hujan. Angin ini terjadi pada bulan Desember, januari dan Februari, dan maksimal pada bulan Januari dengan kecepatan minimum 3 m/s. Angin Musim Timur/Angin Muson Timur adalah angin yang mengalir dari Benua Australia (musim dingin) ke Benua Asia (musim panas). Angin ini menyebabkan Indonesia mengalami musim kemarau, karena angin melewati celah- celah sempit dan berbagai gurun (Gibson, Australia Besar, dan Victoria). Musim kemarau di Indonesia terjadi pada bulan Juni, Juli dan Agustus, dan maksimal pada bulan Juli. 2.4 Angin Permukaan Kecepatan dan arah angin ini dipengaruhi oleh perbedaan yang diakibatkan oleh material permukaan Bumi dan ketinggiannya. Secara umum, suatu tempat dengan perbedaan tekanan udara yang tinggi akan memiliki potensi angin yang kuat. Ketinggian mengakibatkan pusat tekanan menjadi lebih intensiI. Selain perbedaan tekanan udara, material permukaan bumi juga mempengaruhi kuat lemahnya kekuatan angin karena adanya gaya gesek antara angin dan material permukaan bumi ini. Disamping itu, material permukaan bumi juga mempengaruhi kemampuannya dalam menyerap dan melepaskan panas yang diterima dari sinar matahari. Sebagai contoh, belahan Bumi utara didominasi oleh daratan, sedangkan selatan sebaliknya lebih di dominasi oleh lautan. Hal ini saja sudah mengakibatkan angin di belahan Bumi utara dan selatan menjadi tidak seragam. Gambar 5 menunjukkan tekanan udara dan arah angin bulanan pada permukaan Bumi dari tahun 1959- 1997. Perbedaan tekanan terlihat dari perbedaan warna. Biru menyatakan tekanan rendah, sedangkan kuning hingga oranye menyatakan sebaliknya. Arah dan besar angin ditunjukkan dengan arah panah dan panjangnya.
Gambar 5. Arah angin permukaan dan pusat tekanan atmosIer rata-rata pada bulan Januari, 1959-1997. Garis merah merupakan zona konvergen intertropik (ITCZ). 2.5 Angin Topan Angin topan adalah pusaran angin kencang dengan kecepatan angin 120 km/jam atau lebih yang sering terjadi di wilayah tropis di antara garis balik utara dan selatan. Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan dalam suatu sistem cuaca. Di Indonesia dan daerah lainnya yang sangat berdekatan dengan khatulistiwa, jarang sekali dilewati oleh angin ini. Angin paling kencang yang terjadi di daerah tropis ini umumnya berpusar dengan radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrem dengan kecepatan sekitar 20 Km/jam. 3. Potensi Energi Angin Berdasarkan data dari GWEC, potensi sumber angin dunia diperkirakan sebesar 50,000 TWh/tahun. Total potensial ini dihitung pada daratan dengan kecepatan angin rata-rata diatas 5,1 m/s dan pada ketinggian 10 m. Data ini setelah direduksi sebesar 10 sebagai toleransi yang dipengaruhi oleh Iaktor-Iaktor seperti kepadatan penduduk, dan lain-lain. Tabel 2 Sebaran potensi energi angin. (TWh/tahun) Daerah Grubb and Meyer 4] Wijk and Coelingh 5] AIrika 10 600 - Australia 3 000 1 638 Amerika Utara 14 000 3 762 America Latin 5 400 - Eropa Barat 500 520 Europe Timur 10 600 - Asia 4 900 - Perkiraan Total 50 000 20 000 (+area lain) 3.1 Potensi Energi Angin Di Indonesia Berikut ini adalah peta potensi energi angin di Indonesia yang dapat digunakan sebagai reIerensi dalam mengembangkan pembangkit listrik tenaga angin di Indonesia. Perbedaan kecepatan udara terlihat dari perbedaan warnanya. Biru menyatakan kecepatan udara rendah, sedangkan hijau, kuning, merah dan sekitarnya menyatakan semakin besarnya kecepatan angin.
Gambar 6 Peta persebaran kecepatan angin di Indonesia 5.Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Angin/Bayu (PLTB) 5.1 Kincir Angin Secara umum kincir angin dapat di bagi menjadi 2, yaitu kincir angin yang berputar dengan sumbu horizontal, dan yang berputar dengan sumbu vertikal. Gambar 7 menunjukan jenis-jenis kincir angin berdasarkan bentuknya. Sedangkan gambar 8 menunjunkan karakteristik setiap kincir angin sebagai Iungsi dari kemampuannya untuk mengubah energi kinetik angin menjadi energi putar turbin untuk setiap kondisi kecepatan angin. Dari gambar 8 dapat disimpulkan bahwa kincir angin jenis multi-blade dan Savonius cocok digunakan untuk aplikasi PLTB kecepatan rendah. Sedangkan kincir angin tipe Propeller, paling umum digunakan karena dapat bekerja dengan lingkup kecepatan angin yang luas.
Gambar 7 Jenis-jenis kincir angin
Gambar 8 Karakterisrik kincir angin 5.2. Cearbox Alat ini berIungsi untuk mengubah putaran rendah pada kincir menjadi putaran tinggi. Biasanya earbox yang digunakan sekitar 1:60. 5.3. Brake System Alat ini diperlukan saat angin berhembus terlalu kencang yang dapat menimbulkan putaran berlebih pada generator. Dampak dari kerusakan akibat putaran berlebih diantaranya : overheat, rotor breakdown, terjadi arus lebih pada generator. 5.4. Generator Ada berbagai jenis generator yang dapat digunakan dalam sistem turbin angin, antara lain generator serempak (synchronous generator), generator tak-serempak (unsynchronous generator), rotor sangkar maupun rotor belitan ataupun generator magnet permanen. Penggunaan generator serempak memudahkan kita untuk mengatur tegangan dan Irekuensi keluaran generator dengan cara mengatur-atur arus medan dari generator. Sayangnya penggunaan generator serempak jarang diaplikasikan karena biayanya yang mahal, membutuhkan arus penguat dan membutuhkan sistem kontrol yang rumit. Generator tak-serempak sering digunakan untuk sistem turbin angin dan sistem mikrohidro, baik untuk sistem fixed-speed maupun sistem variable speed. 5.5. Penyimpan energi Pada sistem stand alone, dibutuhkan baterei untuk menyimpan energi listrik berlebih yang dihasilkan turbin angin. Contoh sederhana yang dapat dijadikan reIerensi sebagai alat penyimpan energi listrik adalah aki mobil. Aki 12 volt, 65 Ah dapat dipakai untuk mencatu rumah tangga selama 0.5 jam pada daya 780 watt. 5.6 Tower Tower PLTB dapat dibedakan menjadi 3 jenis seperti gambar 9 dibawah ini. Setiap jenis tower memiliki karakteristik masing-masing dalam hal biaya, perawatan, eIisiensinya, ataupun dari segi kesusahan dalam pembuatannya. Sedangkan gambar 10 menunjukan diagram skematik PLTB secara umum umum.
Gambar 9 Tower PLTB (kiri) uyed (Tengah) attice (kanan) ono-structure
Gambar 10 Diagram skematik dari turbin angin 6. Karakteristik Kerja Turbin Angin Gambar 11 menunjukan pembagian daerah kerja dari turbin angin. Berdasarkan gambar 11 ini, daerah kerja angin dapat dibagi menjadi 3, yaitu (a) cut-in speed (b) kecepatan kerja angin rata- rata (kecepatan nominal) (c) cut-out speed. Secara ideal, turbin angin dirancang dengan kecepatan cut-in yang seminimal mungkin, kecepatan nominal yang sesuai dengan potensi angin lokal, dan kecepatan cut-out yang semaksimal mungkin. Namun secara mekanik kondisi ini sulit diwujudkan karena kompensasi dari perancangan turbin angin dengan nilai kecepatan maksimal (' cutoII ) yang besar adalah ' cut dan ' rated yang relatiI akan besar pula.
Gambar 11 Karakteristik kerja turbin angin Selain dari data yang ditunjukan gambar 6 sebelumnya, penentuan kecepatan angin suatu daerah dapat juga dilakukan dengan menggunakan metode probalistik distribusi Weibull dalam mengolah kumpulan data hasil survey seperti yang diperlihatkan pada gambar 12.
Gambar 12 Penentuan kecepatan angin rata-rata suatu daerah 7. Sistem Mekanik PLTB
Gambar 13 Komponen Turbin Angin (sumber : BP, going with the wind) 8. Sistem Elektrik PLTB Secara umum sistem kelistrikan dari PLTB dapat dibagi menjadi 2 yaitu (i) kecepatan konstan (ii) kecepatan berubah. Keuntungan dari sistem kecepatan konstan (fixed-speed) adalah murah, sistemnya sederhana dan kokoh (robast). Sistem ini beroperasi pada kecepatan putar turbin yang konstan dan menghasilkan daya maksimum pada satu nilai kecepatan angin. Sistem ini biasanya menggunakan generator tak-serempak (unsynchronous generator), dan cocok diterapkan pada daerah yang memiliki potensi kecepatan angin yang besar. Kelemahan dari sistem ini adalah generator memerlukan daya reaktiI untuk bisa menghasilkan listrik sehingga harus dipasang kapasitor bank atau dihubungkan dengan grid. Sistem ini rentan terhadap pulsating power menuju grid dan rentan terhadap perubahan mekanis secara tiba-tiba. Gambar 14 (a) menunjukan diagram skematik dari sistem ini.
Gambar 14(a) Sistem PLTB kecepatan konstan (fixed-speed) Selain kecepatan konstan, ada juga sistem turbin angin yang menggunakan sistem kecepatan berubah (variable speed), artinya sistem didesain agar dapat mengekstrak daya maksimum pada berbagai macam kecepatan. Sistem variable speed dapat menghilangkan pulsating torque yang umumnya timbul pada sistem fixed speed. Secara umum sistem variable speed mengaplikasikan elektronika daya untuk mengkondisikan daya, seperti penyearah (rectifier), Konverter DC-DC, ataupun Inverter. Gambar 14 (b) sampai dengan 14(e) adalah jenis-jenis sistem PLTB kecepatan berubah. Pada sistem variable speed (b) menggunakan generator induksi rotor belitan. Karakteristik kerja generator induksi diatur dengan mengubah-ubah nilai resistansi rotor, sehingga torsi maksimum selalu didapatkan pada kecepatan putar turbin berapa pun. Sistem ini lebih aman terhadap perubahan beban mekanis secara tiba-tiba, terjadi reduksi pulsating power menuju grid dan memungkinkan memperoleh daya maksimum pada beberapa kecepatan angin yang berbeda. Sayangnya jangkauan kecepatan yang bisa dikendalikan masih terbatas.
(b) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed) (rotor belitan) Pada sistem variable speed (c) menggunakan rangkaian elektronika daya untuk mengatur nilai resistansi rotor. Sistem ini memungkinkan memperbaiki jangkauan kecepatan yang bisa dikendalikan sistem pertama.
(c) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed back to back conventer) Sistem variable speed (d) dan (e) adalah sistem PLTB yang dibedakan berdasarkan jenis generator yang digunakan.
(d) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed) (rotor sangkar)
(e) Sistem PLTB kecepatan berubah (variable-speed) (rotor permanen magnet)