You are on page 1of 21

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN

NAMA : ANNISA SYABATINI NIM : J1B107032 KELOMPOK : 1.4 ASISTEN : LAMINA PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2007 PERCOBAAN I PEMBUATAN DAN PENENTUAN KONSENTRASI LARUTAN I. TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan praktikum ini adalah diharapkan praktikan dapat membuat larutan dengan konsentrasi tertentu, mengencerkan larutan, dan menentukan konsentrasi larutan yang telah dibuat. II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Larutan Larutan didefinisikan sebagai campuran homogen antara dua atau lebih zat yang terdispersi baik sebagai molekul, atom maupun ion yang komposisinya dapat bervariasi. Larutan dapat berupa gas, cairan atau padatan. Larutan encer adalah larutan yang mengandung sejumlah kecil solute, relatif terhadap jumlah pelarut. Sedangkan larutan pekat adalah larutan yang mengandung sebagian besar solute. Solute adalah zat terlarut, sedangkan solvent (pelarut) adalah medium dalam mana solute terlarut (Baroroh, 2004). Pada umumnya zat yang digunakan sebagai pelarut adalah air, selain air yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzena, minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak disebutkan (Gunawan, 2004). Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan yaitu temperatur, sifat pelarut, efek ion sejenis, efek ion berlainan, pH, hidrolisis, pengaruh kompleks dan lain-lain (Khopkar, 2003). II.2. Konsentrasi Larutan Untuk menyatakan komposisi larutan secara kuantitatif digunakan konsentrasi. Konsentrasi adalah perbandingan jumlah zat terlarut dan jumlah pelarut, dinyatakan dalam satuan volume (berat, mol) zat terlarut dalam sejumlah volume tertentu dari pelarut. Berdasarkan hal ini muncul satuan-satuan konsentrasi, yaitu fraksi mol, molaritas, molalitas, normalitas, ppm serta ditambah dengan persen massa dan persen volume (Baroroh, 2004). Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus diperhatikan:

1. Apabila dari padatan, pahami terlebih dahulu satuan yang diinginkan. Berapa volum atau massa larutan yang akan dibuat. 2. M1 . V1 = M2 . V2

Apabila larutan yang lebih pekat, satuan konsentrasi larutan yang diketahui dengan satuan yang diinginkan harus disesuaikan. Jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama, dan memenuhi persamaan : M1 : Konsentrasi larutan sebelum diencerkan V1 : Volume larutan atau massa sebelum diencerkan M2 : Konsentrasi larutan setelah diencerkan V2 : Volume larutan atau massa setelah diencerkan II.3. Pembuatan Larutan dengan Cara Mengencerkan Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit (Brady, 1999). II.4. Titrasi Agar titrasi dapat berlangsung dengan baik, yang harus diperhatikan adalah : 1. Interaksi antara pentiter dan zat yang ditentukan harus berlangsung secara stoikiometri, artinya sesuai dengan ketetapan yang dicapai dengan peralatan yang lazim digunakan dalam titrimetri. Reaksi harus sempurna sekurang-kurangnya 99,9 % pada titik kesetaraan.

2. Laju reaksi harus cukup tinggi agar titrasi berlangsung dengan cepat. Titrasi dapat diklasifikasikan menjadi: 1. Berdasarkan reaksi; - Titrasi asam basa - Titrasi oksidasi reduksi - Titrasi pengendapan - Titrasi kompleksometri 2. Berdasarkan titran (larutan standar) yang dipakai; - Titrasi asidimetri 3. Campuran penetapan akhir; - Cara visual dengan indikator - Cara elektromagnetik 4. Berdasarkan kosentrasi; - Makro - Semimikro - Mikro 5. Berdasarkan teknik pelaksaan; - Tidak langsung - Titrasi plank - Titrasi tidak langsung (Keenan, 1999). III. ALAT DAN BAHAN A. Alat

Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah gelas piala, gelas ukur, pipet tetes, pipet ukur, pipet gondok, labu takar dan buret. B. Bahan Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah HCl pekat, larutan NaOH 0,1 M, pellet NaOH, larutan HCl 0,1 M, indikator metil merah, indikator fenoftalein, indikator metil orange dan akuades. IV. PROSEDUR KERJA A. Pembuatan dan Pengenceran Larutan HCl 1. Gelas ukur kosong ditimbang dan kemudian dicatat beratnya. 2. Larutan HCl pekat diambil 4,15 mL dengan pipet tetes, dimasukkan ke dalam gelas ukur yang telah ditimbang. Dilakukan dalam lemari asam. 3. Labu takar 100 mL yang kosong ditimbang, dicatat beratnya. diisi labu takar tersebut 20-25 mL akuades. 4. Perlahan-lahan, dimasukkan HCl pekat yang telah diambil ke dalam labu takar. 5. Ke dalam labu takar ditambahkan akuades hingga tanda batas. Ditutup labu takar dan dilakukan pengocokan hingga larutan homogen. Ditimbang berat labu takar yang telah berisi larutan. Larutan yang telah dibuat dalam tahap ini disebut sebagai Larutan A. 6. Dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur. Dipindahkan 20 mL larutan HCl yang telah dibuat (Larutan A) ke dalam labu takar 100 mL yang baru 7. Ditambahkan akuades ke dalam labu takar tersebut hingga tanda batas. Larutan HCl yang telah diencerkan ini disebut sebagai Larutan B. B. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl melalui Titrasi a. Titrasi dengan Indikator Metil Merah 1. Sebelum digunakan, dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas kembali dengan larutan NaOH yang akan digunakan. 2. Buret diisi dengan larutan NaOH.

3. Dicatat volume awal larutan NaOH dalam buret dengan membaca skala pada meniskus bawah larutan. 4. Dipindahkan 10 mL larutan HCl encer (Larutan B) ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur. Ditambahkan indikator metil merah ke dalam larutan tersebut. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH di dalam buret hingga terjadi perubahan warna. 5. Dihentikan titrasi, begitu terjadi perubahan warna konstan. 6. Dibaca volume akhir NaOH yang tersisa di dalam buret. Dihitung volume NaOH yang diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir NaOH dalam buret. 7. Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali. b. Titrasi dengan Indikator Fenoftalein 1. Dilakukan kembali prosedur titrasi terhadap 10 mL larutan HCl encer (Larutan B) dengan larutan NaOH 0,1 M, namun dengan menggunakan indikator fenoftalein. 2. Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan menggunakan indikator metil merah dan dengan menggunakan fenoftalein sebagai indikator. C. Pembuatan Larutan NaOH 1. Ditimbang secara teliti 0,4 gram butiran NaOH menggunakan kaca arloji dan neraca analitik. 2. Begitu penimbangan selesai dilakukan, dipindahkan NaOH dari gelas arloji ke dalam gelas beker yang telah berisi 20-25 mL akuades hangat. 3. Diaduk dengan pengaduk kaca hingga seluruh NaOH larut sempurna 4. Dipindahkan larutan dari gelas beker ke dalam labu takar 50 mL. 5. Ditambahkan akuades hingga tanda batas pada labu takar. Ditutup labu takar, kemudian dikocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh pada tahap ini disebut sebagai Larutan C. 6. Dengan menggunakan pipet gondok yang sesuai, dipindahkan 25 mL larutan C ke dalam labu takar 100 mL yang baru.

7. Ditambahkan akuades hingga tanda batas. Dikocok hingga homogen. Larutan yang diperoleh disebut Larutan D. D. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH melalui Titrasi a. Titrasi NaOH dengan Larutan HCl sebagai Titran 1. Sebelum digunakan, dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas kembali dengan larutan HCl 0,1 M yang akan digunakan. 2. Diisi buret dengan larutan HCl 0,1 M. 3. Dicatat volume awal larutan HCl 0,1 M dalam buret dengan membaca skala meniskus bawah larutan. 4. Dipindahkan 10 mL larutan NaOH encer (Larutan D) ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur. 5. Ditambahkan 2-3 tetes indikator metil merah ke dalam larutan tersebut. 6. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan HCl 0,1 M di dalam buret hingga terjadi perubahan warna. 7. Dihentikan titrasi begitu terjadi perubahan warna konstan. 8. Dibaca volume akhir HCl yang tersisa dalam buret. Dihitung volume HCl yang diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir HCl dalam buret. 9. Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali. b. Titrasi Larutan HCl 0,1 M dengan Larutan NaOH sebagai Titran 1. Dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas kembali dengan larutan NaOH yang telah dibuat (Larutan D). 2. Diisi buret dengan larutan NaOH encer (Larutan D). 3. Dipindahkan 10 mL larutan HCL 0,1 M ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur. 4. Ditambahkan 2-3 tetes indikator metil merah ke dalam larutan tersebut. 5. Dititrasi larutan dalam erlenmeyer dengan larutan NaOH encer di dalam buret hingga terjadi perubahan warna. 6. Dihentikan titrasi begitu terjadi perubahan warna konstan. 7. Dihitung volume NaOH yang diperlukan untuk menitrasi larutan HCl tersebut. 8. Dilakukan titrasi sebanyak 2 kali.

9. Dibandingkan hasil yang diperoleh antara perlakuan dengan larutan HCl 0,1 M sebagai titran, dan larutan NaOH encer sebagai titran. V. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Perhitungan 1. Hasil a. Pembuatan dan Pengenceran Larutan HCl No. 1. 2. 3. 4. 5. Percobaan Ditimbang Berat gelas ukur kosong Diukur volume HCl pekat Diisi dengan akuades 20-25 mL Dimasukkan HCl ke dalam labu takar Ditambahkan akuades ke dalam labu takar hingga tanda batas Ditutup labu takar dan mengocok larutan hingga homogen Ditimbang berat labu takar berisi larutan Diukur volume larutan A Dipindahkan larutan A ke dalam labu Pengamatan m = 29,90 gr 4,15 mL

6.

7. 8. 9.

m = 168,35 gr V = 100 mL m = 99,45 gr

takar 100 mL yang baru 10. Ditambahkan akuades ke dalam labu takar hingga tanda batas b. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl melalui Titrasi - Titrasi dengan Indikator Metil Merah No. Percobaan Pengamatan

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

Dibilas buret dengan aquades Dibilas kembali dengan larutan NaOH yang akan digunakan.

Berwarna bening 10 mL 2-3 tetes

Diisi buret dengan larutan NaOH Merah mudaDipindahkan larutan B ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok Ditambahkan indikator metil merah ke dalam larutan tersebut Diamati perubahan warna Volume NaOH yang terpakai untuk titrasi I Volume NaOH yang terpakai untuk titrasi II Kuning V NaOH = 12 mL V NaOH = 11 mL Vrata-rata = 11,5 mL

Dihitung volume rata-rata - Titrasi dengan Indikator Fenoftalein No. Percobaan 1. Dibilas buret dengan akuades 2. Dibilas kembali dengan larutan NaOH yang akan digunakan. 3. Diiisi Buret dengan larutan NaOH 4. Dipindahkan larutan B ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok 5. Ditambahkan indikator fenoftalein ke dalam larutan tersebut Pengamatan

Berwarna bening 10 mL

2-3 tetes

6. Diamati perubahan warna

Kuning merah muda V NaOH = 12 mL

7. Volume NaOH yang terpakai untuk titrasi I 8. Diulangi langkah 1-8

Kuning merah muda V NaOH = 11 mL

9. Volume NaOH yang terpakai untuk titrasi II 10. Dihitung volume rata-rata

Vrata-rata = 11,5 mL

c. Pembuatan Larutan NaOH No. Percobaan 1. Ditimbang butiran NaOH dengan kaca arloji atau neraca analitik 2. Dipindahkan NaOH ke dalam gelas beker yang berisi aquades 3. Diaduk dengan pengaduk kaca hingga seluruh NaOH larut sempurna 4. Dipindahkan larutan dari gelas beker ke dalam labu takar 50 mL 5. Ditambahkan akuades hingga tanda batas 6. Ditutup labu takar, kemudian dikocok hingga homogen 7. Dipindahkan larutan A ke dalam 8. labu takar 100 mL yang baru Ditambahkan aquades ke dalam labu takar hingga tanda batas d. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH melalui Titrasi - Titrasi NaOH dengan Larutan HCl sebagai Titran Pengamatan m = 0,4 gr

Vakuades = 20 mL

No. Percobaan Pengamatan 1. Dibilas buret dengan akuades, kemudian dibilas kembali dengan larutan HCl yang akan digunakan. 2. Diisi buret dengan HCl 10 mL larutan D 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Dipindahkan larutan D ke dalam erlenmeyer dengan menggunakan pipet gondok atau pipet ukur. Ditambahkan indikator metil merah ke dalam larutan tersebut. Diamati warna setelah ditetesi metil merah Dihentikan titrasi begitu terjadi perubahan warna yang konstan Dibaca volume akhir asam klorida yang tersisa dalam buret. Dihitung volume asam klorida yang diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir asam klorida dalam buret. Diulangi langkah 1-9 Dihitung volume rata-rata yang terpakai untuk menitrasi berwarna bening 2-3 tetes Berwarna kuning Perubahan warna: Kuning-merah muda Vtitrasi = 2 mL Perubahan warna: Kuning-merah muda Vtitrasi = 2 mL Vrata-rata = 2 mL

- Titrasi Larutan HCl 0,1 M dengan Larutan NaOH sebagai Titran No. Percobaan 1. Dibilas buret dengan akuades, 2. kemudian dibilas kembali dengan 3. larutan D yang akan digunakan. 4. Diisi buret dengan Larutan D 5. Dicatat volume awal larutan D 6. dalam buret 7. Ditambahkan indikator metil 8. merah ke dalam larutan tersebut 9. Diamati warna setelah ditetesi metil merah Dihentikan titrasi begitu terjadi perubahan warna yang konstan Dibaca volume akhir NaOH encer yang tersisa dalam buret. Dihitung volume Larutan D yang diperlukan untuk titrasi dari selisih volume awal dan volume akhir asam klorida dalam buret Diulangi langkah 1-9 Dihitung volume rata-rata yang terpakai untuk menitrasi 2. Perhitungan I. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl Pekat Pengamatan 2-3 tetes Berwarna merah muda Perubahan warna: kuning merah muda Vtitrasi = 1,6 mL Perubahan warna: Merah muda kuning Vtitrasi = 4,1 mL Vrata-rata = 2,85 mL

Diketahui : Massa jenis HCl = 1,19 kg/L = 1190 gram/L Persen berat HCl = 37 % (b/b) Massa 1 L larutan pekat HCl = 1190 gram/L x 1 L = 1190 gram Massa HCl dalam 1 L larutan pekat = 37 % x 1190 = 440,3 gram Mr HCl pekat = 36,5 gram/mol [HCl] pekat = 440,3 gram/36, 5 mol-1 1L = 12,06 M II. Penentuan Konsentrasi Larutan HCl Encer(Larutan A dan Larutan B) 1. Melalui Perhitungan Pengenceran a. Konsentrasi Larutan A Diketahui : Volume HCl pekat = 4,15 mL MHCl = 12,06 M VA = 100 mL Ditanya : MolaritasA = ..

Jawab : MA . VA = MHCl . VHCl MA . 100 = 12,06 . 4,15 MA = 0,5 M b. Konsentrasi Larutan B Diketahui : MA = 0,5 M VA = 20 mL VB = 100 mL Ditanya : MB = .. Jawab : MA . VA = MB . VB (0,5 . 20) = MB . 100 10 = MB . 100 MB = 0,1 M 2. Melalui Titrasi a. Dengan indikator metil merah Diketahui :

MNaOH = 0,1 M VHCl = 10 mL VNaOH = 11,5 mL Ditanya : NHCl = .. Jawab : NHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH X .10 mL = 0,1 . 11,5 10X = 1,15 X = 0,115M b. Dengan indikator fenophtalein Diketahui : MNaOH = 0,1 M VHCl = 10 mL VNaOH = 11,5 mL Ditanya : NHCl = .. Jawab : NHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH

X . 10 mL = 0,1 . 11,5 10X = 1,15 X = 0,115 M III. Penentuan Konsentrasi Larutan NaOH 1. Melalui Perhitungan Pengenceran a. Konsentrasi Larutan C Diketahui : massa NaOH = 0.4 gram Volume NaOH = 50 mL = 0,05 L Mr NaOH = 40 gr/mol Ditanya : M NaOH = .

Jawab : n=

= 0,01 mol MNaOH =

= = 0,2 M b. Konsentrasi Larutan D Diketahui : MC = 0,2 M VC = 25 mL VD = 100 mL Ditanya : MD = .. Jawab : MC . VC = MD . VD 0,2. 25 = MD . 100 5 = 100 MD MD = M 2. Melalui Titrasi dengan metil merah a. Titrasi NaOH oleh HCl Diketahui :

Konsentrasi NaOH = NNaOH VNaOH = 10 mL VHCl = 2 mL MHCl = 0,1 M NHCl = 0,1 N Ditanya : MNaOH = .. Jawab : NHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH 0,1 . 2 = MNaOH . 10 0,2 = 10 . MNaOH = 0,02 M b. Titrasi HCl oleh NaOH Diketahui : Konsentrasi NaOH = NNaOH VNaOH = 2,85 mL VHCl = 10 mL MHCl = 0,1 M NHCl = 0,1 N

Ditanya : MNaOH = .. Jawab : NHCl . VHCl = MNaOH . VNaOH 0,1 . 10 = X . 2,85 1 = 2,85X X = 0,35 M B. Pembahasan 1. Pembuatan Larutan NaOH Pada proses pembuatan larutan NaOH, dengan menembakan akuades ke dalam labu takar sampai pada titik tera, dan kemudian mengocoknya sampai homogen, maka terjadi reaksi ditandai dengan larutan menjadi panas, terjadi reaksi eksotermal, dan ketika diencerkan larutan menjadi bening. Reaksi kimia yang terjadi: NaOH(s) + H2O HCl encer 2. Titrasi NaOH dengan HCl sebagai titran Pada titrasi HCl terhadap NaOH, terlihat adanya perubahan warna ketika HCl ditetesi metil merah. Penggunaan indikator metil merah pada titrasi basa lemah dan amonium hidroksida karena memiliki pH 4,2 6,2. Perubahan warna menjadi kuning, kemudian berubah menjadi merah muda saat larutan HCl dan metil merah ditetesi NaOH. Untuk molaritas pengenceran didapatkan sebesar 0,02M. Reaksi kimia yang terjadi, yaitu HCl + NaOH NaCl + H2O

3. Titrasi HCL dengan NaOH sebagai titran Indikator fenoftalein memiliki pH antara 8 9,6 karena fenoftalein termasuk asam lemah dalam keadaan terionisasi. Perubahan warna yang terjadi adalah menjadi kuning, kemudian terjadi perubahan warna lagi setelah larutan NaOH dan HCl ditetesi fenoftalein dari buret dan warnanya menjadi merah muda. Molaritas yang dihasilkan adalah 0,03M. Reaksi yang terjadi, yaitu NaOH + HCl NaCl + H2O VI. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat diambil dari percobaan ini adalah : 1. Proses yang digunakan untuk menentukan secara teliti konsentrasi suatu larutan dikenal sebagai standarisasi. 2. Indikator yang digunakan dalam percobaan titrasi menentukan warna yang akan dihasilkan. Dengan menggunakan indikator yang sesuai maka akan dapat terbaca sifat larutan tersebut. 3. Hasil perhitungan didapatkan konsentrasi titrasi asam terhadap basa sebesar 0,02 M, titrasi basa terhadap asam sebesar 0,35 M

DAFTAR PUSTAKA
Baroroh, Umi L. U. 2004. Diktat Kimia Dasar I. Universitas Lambung Mangkurat. Banjarbaru. Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara: Jakarta. Gunawan, Adi dan Roeswati. 2004. Tangkas Kimia. Kartika. Surabaya. Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Universitas Indonesia: Jakarta. http://annisanfushie.wordpress.com/2008/09/29/74/

You might also like