You are on page 1of 32

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Didalam perusahaan harga atau nilai serta kegunaan merupakan hal-hal yang sangat berkaitan. Barang-barang dan jasa mempunyai harga atau nilai tukar karena barang diperlukan oleh pembeli, ada manfaatnya, langka dan oleh perusahaan tidak dapat disediakan dalam jumlah yang tidak terbatas. Dalam masyarakat yang sudah menggunakan uang sebagai alat tukar menukar atau pengukur nilai, pertukar barang dinyatakan dalam satuan uang. Jumlah yang dipergunakan dalam pertukaran tersebut mencerminkan tingkat harga dari suatu barang. Dalam praktek, terjadinya harga ditentukan oleh penjual atau perusahaan dan pembeli. Makin besar daya beli konsumen, semakin besar pula kemungkinan bagi perusahaan untuk menetapkan tingkat harga lebih tinggi. Dengan demikian perusahaan mempunyai harapan untuk mendapatkan keuntungan maksimum sesuai dengan kondisi yang ada, melalui penetapan harga jual. Penentuan harga jual produk dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya biaya. Walaupun demikian pengaruh biaya terhadap harga jual tidak dapat diabaikan. Penetapan harga jual yang berorientasi biaya adalah penetapan harga jual dengan menjadikan biaya masa datang sebagai dasar perhitungan, dan dalam jangka panjang harga jual harus cukup untuk menutup biaya produksi dan non produksi. Biaya masa datang merupakan biaya yang diprediksi akan terjadi jika suatu keputusan diambil. Perusahaan perlu mengetahui seberapa besar harga jual yang ditentukan sehingga dapat memberikan imbalan jasa atas usahanya, oleh karena itu semua biaya

yang telah digunakan untuk memproduksi barang dan jasa harus diketahui agar dapat ditentukan tingkat harga minimalnya atau batas bawah suatu harga jual harus ditentukan. Suatu tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya-biaya akan mengakibatkan kerugian. Suhubungan dengan hal tersebut diatas, maka penulis mencoba mengambil sebuah judul PERBANDINGAN METODE FULL COSTING DAN VARIABEL COSTING DALAM PENENTUAN KEBIJAKAN HARGA JUAL PRODUK PADA BAKSO CAK LAN).

1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang telah diuraikan diatas, penulis berpendapat bahwa yang menjadi pokok permasalahan adalah, Apakah ada perbedaan yang signifikan dalam penentuan kebijakan harga jual produk antara perhitungann menurut metode full costing dengan variable costing.

1.3 Tujuan Penelitian


Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut 1. Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai penetapan harga jual

bakso yang dilakukan oleh Cak Lan


2. Untuk mengetahui apakah penerapan perhitungan dengan metode full costing

dalam penentuan harga jual yang dilakukan kios bakso Cak Lan sudah dapat menutup biaya-biaya yang telah dikeluarkan serta memperoleh laba yang diharapkan.

3. Untuk mengetahui apakah penerapan perhitungan dengan metode variable

costing dalam penentuan harga jual yang dilakukan kios bakso Cak Lan sudah dapat menutup biaya-biaya yang telah dikeluarkan serta memperoleh laba yang diharapkan.

1.4 Manfaat Penelitian Dalam penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat antara lain:
1.

Bagi perusahaan yang diteliti, sebagai masukan yang dapat membantu

perusahaan sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan, strategi yang digunakan manajemen untuk menentukan kebijaksanaan bagi kepentingan dalam menghadapi persaingan
2.

Bagi pihak-pihak yang berkepentingan, sebagai bahan masukan dan

perbandingan dalam pembahasan masalah yang berkaitan dengan penelitian ini


3.

Bagi peneliti, sebagai wadah untuk melatih penulis dalam memecahkan

masalah secara metode ilmiah berdasarkan disiplin ilmu yang telah penulis peroleh selama perkuliahan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Akuntansi Manajemen Akuntansi manajemen adalah suatu kegiatan (proses) yang menghasilkan informasi keuangan bagi manajemen untuk pengambilan keputusan ekonomi dalam melaksanakan fungsi manajemen. (Abdul Halim, 2001 : 3) Akuntansi Manajemen atau Akuntansi Manajerial adalah sistem akuntansi yang berkaitan dengan ketentuan dan penggunaan informasi akuntansi untuk manajer atau manajemen dalam suatu organisasi dan untuk memberikan dasar kepada manajemen untuk membuat keputusan bisnis yang akan memungkinkan manajemen akan lebih siap dalam pengelolaan dan melakukan fungsi control 2.2 Harga Jual 2.2.1 Pengertian Harga Jual Harga jual adalah sejumlah kompensasi (uang ataupun barang) yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinasi barang atau jasa. Perusahaan selalu menetapkan harga produknya dengan harapan produk tersebut laku terjual dan boleh memperoleh laba yang maksimal. Hansen dan Mowen (2001:633) mendefinisikan harga jual adalah jumlah moneter yang dibebankan oleh suatu unit usaha kepada pembeli atau pelanggan atas barang atau jasa yang dijual atau diserahkan. Menurut Mulyadi (2001:78) pada prinsipnya harga jual harus dapat menutupi biaya penuh ditambah dengan laba yang wajar. Harga jual sama dengan biaya produksi ditambah mark-up.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang diinginkan perusahaan, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Harga yang tepat adalah harga yang sesuai dengan kualitas produk suatu barang dan harga tersebut dapat memberikan kepuasan kepada konsumen.

2.2.2 Strategi Penentuan Harga Jual Harga yang ditentukan untuk sebuah produk akan mempengaruhi pendapatan perusahaan dan pada akhirnya tingkat laba. Perusahaan menentukan harga jual produknya dengan tiga dasar pertimbangan yaitu biaya produksi, suplai persediaan, dan harga persaingan. 1. Penentuan harga berdasarkan biaya produksi Pada strategi ini, perusahaan menentukan harga untuk sebuah produk dengan mengestimasi biaya per unit untuk memproduksi produk tersebut dan menambahkan suatu kenaikan. Jika metode ini digunakan, perusahaan harus mencatat semua biaya yang melengkapi produksi sebuah produk dan diupayakan agar harga tersebut dapat menutupi semua biaya tersebut.Sebuah strategi harga harus menghitung skala ekonomis. Bagi produk atau jasa yang berada di dalam skala ekonomis, harga harus cukup rendah agar dapat mencapai volume tingkat penjualan yang tinggi sehingga biaya produksi mengalami penurunan.

2.

Penentuan harga berdasarkan suplai persediaan Pada umumnya perusahaan cenderung menurunkan harga jika mereka harus

mengurangi persediaan 3. Penentuan harga berdasarkan harga pesaing Penentuan harga berdasarkan harga pesaing dibagi atas tiga yaitu:
a.

Penentuan harga penetrasi, dimana perusahaan menentukan harga yang lebih

rendah dari harga pesaing agar dapat menembus pasar. Keberhasilan penentuan harga penetrasi tergantung pada seberapa besar tanggapan konsumen terhadap penurunan harga dan juga perusahaan tidak perlu menggunakan strategi ini bila produknya tidak elastic terhadap harga karena kebanyakan konsumen tidak akan beralih ke produk pesaing untuk mengambil keuntungan dari harga yang lebuh rendah.
b.

Penentuan harga defensive, dimana perusahaan menrunkan harga produk

untuk mempertahankan pangsa pasarnya. Selain itu beberapa perusahaan juga menurunkan harga untuk menyerang pesaing baru yang masuk ke dalam pasar, disebut dengan biaya predatori.
c.

Penentuan harga prestise, harga prestise ditentukan dengan tujuan untuk

memberikan kesan lini terbaik bagi produk perusahaan. Perusahaan yang memiliki diversifikasi bauran produk akan menggunakan strategi penetrasi harga pada beberapa produk dan penentuan harga prestise untuk produk lainnya.

2.2.3 Metode Penetapan Harga Menurut Herman (2006:175) ada beberapa metode penetapan harga (methods of price determination) yang dapat dilakukan budgeter dalam perusahaan, yaitu:
1.

Metode berbasis biaya (cost-based pricing)


a. Biaya penuh plus tambahan tertentu (full cost plus mark-up)

Dalam metode ini budgeter harus mengetahui berapa proyeksi full cost untuk produk tertentu. Full cost adalah seluruh biaya yang dikeluarkan dan atau dibebankan sejak bahan baku mulai diproses sampai produk jadi siap untuk dijual. Hasil penjumlahan antara full cost dengan tingkat keuntungan yang diharapkan (required profit margin) yang ditentukan oleh direktur pemasaran atau personalia yang diberikan wewenang dalam penetapan harga, akan membentuk proyeksi harga untuk produk itu pada tahun anggaran mendatang. Required profit margin dapat juga ditetapkan dalam persentase. Untuk menetapkan profit, budgeter harus mengalikan full cost dengan persentase required profit margin. Penjumlahan antara profit dengan full cost akan menghasilkan proyeksi harga.
b. Biaya variabel plus tambahan tertentu (variable cos plus mark-up)

Dengan metode ini budgeter menggunakan basis variblel cost. Proyeksi harga diperoleh dengan menambahkan mark-up laba yang diinginkan. Mark-up yang diinginkan pada metode ini lebih tinggi dari mark-up dengan basis full cost. Hal ini disebabkan biaya variabel selalu lebih rendah daripada full cost.
2.

Metode taksiran (judgemental method)

Perusahaan yang baru saja berdiri biasanya memakai metode ini. Pnetapan harga dilakukan dengan menggunakan instink saja walaupun market survey telah dilakukan. Biasanya metode ini digunakn oleh para pengusaha yang tidak terbiasa dengan data statistik. Penggunaan metode ini sangat murah karena perusahaan tidak memerlukan konsultan untuk surveyor. Akan tetapi tingkat kekuatan prediksi sangat rendah karena ditetapkan oleh instink.
3.

Metode berbasis pasar (market-based pricing)


a.

Harga pasar saat ini (current market price)

Metode ini dipakai apabila perusahaan mengeluarkan produk baru, yaitu hasil modifikasi dari produk yang lama. Perusahaan akan menetapkan produk baru tersebut seharga dengan produk yang lama. Penggunaan metode ini murah dan cepat. Akan tetapi pangsa pasar yang didapat pada tahun pertama relative kecil karena konsumen belum mengetahui profil produk baru perusahaan tersebut, seperti kualitas, rasa, dan sebagainya.
b.

Harga pesaing (competitor price) Metode ini hampir sama dengan metode harga pasar saat ini. Perbedaannya

menetapkan harga produknya dengan mereplikasi langsung harga produk perusahaan saingannya untuk produk yang sama atau berkaitan. Dengan metode perusahaan berpotensi mengalami kehilangan pangsa pasar karena dianggap sebagai pemalsu. Ini dapat terjadi apabila produk perusahaan tidak mampu menyaingi produk pesaing dalam hal kualitas, ketahanan, rasa, dan sebagainya.

c.

Harga pasar yang disesuaikan (adjusted current marker price) Penyesuaian dapat dilakukan berdasarkan pada faktor eksternal dan internal.

Faktor eksternal tersebut dapat berupa antisipasi terhadap inflasi, nilai tukar mata uang, suku bunga perbankan, tingkat keuntungan yang diharapkan (required rate of return), tingkat pertumbuhan ekonomi nasional atau internasional, perubahan dalam trend consumer spendling, siklus dalam trendi dan model, perubahan cuaca, dan sebagainya. Faktor internalnya yaitu kemungkinan kenaikan gaji dan upah, peningkatan efisiensi produk atau operasi, peluncuran produk baru, penarikan produk lama dari pasar, dan sebagainya. Dengan metode ini, perusahaan mengidentifikasi harga pasar yang berlaku pada saat penyiapan anggaran dengan melakukan survey pasar atau memperoleh data sekunder. Harga yang berlaku tersebut dikalikan dengan penyesuaian (price adjustment) setelah mempertimbangkan faktor internal dan eksternal yang ditetapkan dalam angka indeks (persentase). Indeks 87 berarti 87/100. 2.3 Harga Pokok Produksi 2.3.1 Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi adalah biaya produksi setelah memperhitungkan barang dalam proses atau barang setengah jadi. Menurut Rybun (1999:31) harga pokok produksi meliputi keseluruhan bahan langsung, tenaga kerja langsung dan overhead pabrik yang dikeluarkan untuk memproduksi barang atau jasa. Penetapan jumlah harga pokok produksi diawali dengan jumlah harga pokok produksi barang dalam proses pada awal periode. Jumlah ini kemudian ditambah dengan biaya bahan baku yang dimasukkan dalam produksi; biaya upah yang

diperlukan untuk memproses bahan baku dan seluruh biaya lainnya untuk jasa- jasa dan fasilitas yang digunakan dalam produksi, termasuk supervisi pabrik, upah tak langsung, pemakaian bahan pembantu pabrik, amortisasi paten, penerangan, pemanasan, pembangkit pabrik. Biaya-biaya ini merupakan produk cost yang akan tetap melekat pada nilai persediaan sampai produk tersebut dijual. Pada saaat dijual, nilai persediaan barang jadi akan ditransfer menjadi harga pokok penjualan. 2.3.2 Unsur-unsur Harga Pokok Produksi Unsur-unsur harga pokok produksi adalah biaya bahan baku langsung, upah langsung dan biaya tidak langsung pabrik atau biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku langsung dan upah langsung digabungkan dalam kelompok biaya utama (prime cost). Upah langsung dan overhead pabrik digabung dalam kelompok biaya konversi (conversion cost), yang mencerminkan biaya pengubahan bahan baku langsung menjadi barang jadi. Berikut ini peneliti akan membahas unsur-unsur biaya produksi

2.3.2.1 Biaya bahan baku Bahan baku adalah bahan yang menjadi bagian utama dan dapat diidentifikasikan secara langsung pada produk jadi. Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2002:14), dinyatakan bahwa biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan barang dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau dipakai. Bahan baku yang digunakan dalam suatu proses produksi biasanya dikelompokkan atas bahan baku langsung dan bahan baku tidak langsung atau bahan penolong. Pertimbangan utama dalam

10

pengelompokkan bahan baku ini adalah kemudahan penelusuran bahan tersebut sampai menjadi barang jadi. Bahan baku langsung merupakan keseluruhan bahan baku yang diolah menjadi barang jadi dan dapat ditetapkan langsung pada harga pokok dari barang jadi. Atau dengan kata lain merupakan komponen biaya yang jumlahnya relative besar dalam menghasilkan output dan biasanya merupakan bagian integral dari output tersebut. Biaya bahan baku langsung ini biasanya dianggap sebagai biaya variabel, yaitu biaya yang bergerak secara proporsional sesuai dengan perubahan volume kegiatan. Secara teoritis, biaya bahan baku langsung terdiri dari harga pokok pembelian bahan baku langsung ditambah semua biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh dan menyiapkannya untuk memasuki proses produksi, misalnya biaya pengangkutan, biaya bongkar muat, biaya gudang dan biaya asuransi. Syarat jual beli dan potongan pembelian juga harus diperhatikan. Bahan baku tidak langsung disebut juga biaya bahan penolong, yaitu bahan baku yang jumlahnya relatif kecil untuk menghasilkan produk. Walaupun penggunaan bahan ini relatif kecil tetapi merupakan bagian dari barang jadi. 2.3.2.2 Biaya tenaga kerja langsung Mulyadi (2001:343), mendefinisikan biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut. Biaya tenaga kerja pada fungsi produksi diklasifikasikan atas biaya tenaga kerja langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung. Biaya tenaga kerja langsung adalah jumlah upah yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara langsung menangani pengolahan bahan baku menjadi produk jadi, sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung adalah jumlah gaji yang

11

dibayarkan kepada tenaga kerja yang secara tidak langsung menangani pengolahan bahan. 2.3.2.3 Biaya pabrik tidak langsung Biaya tidak langsung merupakan biaya bahan tidak langsung, pekerja tidak langsung dan semua biaya pabrikasi lainnya tidak dapat dibebankan langsung ke pabrik tertentu. Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa biaya overhead adalah keseluruhan biaya yang terjadi pada departemen produksi selain biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung.

2.3.3 Metode Penilaian Harga Pokok Produksi Menurut Mulyadi (2001:18),metode penilaian harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya kebutuhan dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi terdapat dua pendekatan, yaitu: 2.3.3.1 Metode pembiayaan penuh (full costing) Metode pembiayaan penuh (full costing) atau sering pula disebut absorption costing atau conventional costing adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang membebankan seluruh biaya produksi baik yang berprilaku tetap maupun periodik kepada produk. Harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari: Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Overhead pabrik-biaya tetap Overhead pabrik-biaya variabel

12

Dalam metode full costing overhead pabrik, baik yang berprilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar periode yang telah ditentukan pada kapasitas normal atas dasar overhead pabrik sesungguhnya. Oleh karena itu, overhead pabrik tetap akan melekat pada harga pokok persediaan produk dalam proses dan persediaan produk jadi yang belum laku dijual dan baru dianggap sebagai biaya (periode harga pokok penjualan) apabila produk jadi tersebut telah terjadi. Karena overhead pabrik dibebankan kepada produk atas dasar periode yang ditentukan di muka pada kapasitas normal, maka jika dalam suatu periode overhead pabrik sesungguhnya berbeda dengan yang dibebankan tersebut akan terjadi pembebanan biaya overhead lebih (overapplied factory overhead) atau pembebanan biaya overhead pabrik kurang (underapplied factory overhead). Jika semua produk yang diolah dalam periode tersebut belum laku dijual maka pembebanan overhead lebih atau kurang tersebut digunakan untuk mengurangi atau menambah harga pokok produk yang masih dalam persediaan tersebut (baik yang berupa persediaan produk dalam proses maupun produk jadi). Namun jika dalam suatu periode akuntansi tidak terjadi pembebanan overhead lebih atau kurang, maka biaya overhead pabrik tetap tidak mempunyai pengaruh terhadap perhitungan laba-rugi sebelum produk dijual. Metode full costing menunda pembebenan overhead pabrik tetap sebagai biaya sampai saat produk yang bersangkutan dijual. Jadi overhead pabrik yang terjadi baik yang berprilaku tetap maupun yang variabel, masih dianggap sebagai aktiva (karena melekat pada persediaan) sebelum persediaan tersebut dijual.

13

2.3.3.2 Metode pembiayaan variabel (vaiable costing) Metode pembiayaan variabel (vaiable costing) atau periodic costing atau sering pula disebut direct costing adalah metode penentuan harga pokok produksi, yang hanya membebankan biaya-biaya produksi periodik saja ke dalam harga pokok produk. Harga pokok produk menurut metode variable costing terdiri dari: Biaya bahan baku Biaya tenaga kerja Overhead pabrik variabel Dalam metode variable costing overhead pabrik tetap diberlakukan sebagai periode harga pokok produk, sehingga overhead pabrik tetap dibebankan sebagai biaya dalam periode terjadinya. Dengan demikian overhead pabrik tetap dalam metode variable costing tidak melekat pada persediaan produk yang belum laku dijual, tetapi langsung dianggap sebagai biaya dalam periode terjadinya. Jika metode full costing menunda pembebanan overhead pabrik tetap maka metode variable costing sebaliknya tidak menyetujui penundaan pembebanan biaya overhead pabrik tetap tersebut. Menurut metode variable costing, penundaan pembebanan suatu biaya hanya bermanfaat juka dengan penundaan tersebut diharapkan dapat dihindati terjadinya biaya yang sama dalam periode yang akan datang. Apabila diperhatikan, maka metode

pembiayaan variabel ini mempunyai keuntungan bagi manajemen untuk membuat keputusan dan juga untuk pengendalian biaya. Misalnya, menentukan penerimaan pesanan khusus. Tatapi di luar kebutuhan manajemen tersebut, konsep ini masih diragukan, terutama dalam penilaian aset dan penentuan laba periodic.

14

2.3.4 Pengembangan Hipotesis H1: Diduga penggunaan metode variable costing berpengaruh signifikan terhadap Penentuan kebijakan harga jual produk. H2: Diduga penggunaan metode full costing berpengaruh signifikan terhadap Penentuan harga jual produk.

2.3.5 Kerangka Konsep

VARIABLE COSTING

FULL COSTING

PENENTUAN KEBIJAKAN HARGA JUAL PRODUK

15

BAB III METODA PENELITIAN

3.1

Identifikasi Variabel Variabel dependen dari penelitian ini adalah variabel penentuan kebijakan harga jual

produk. Sedangkan variabel variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode variable costing, dan metode full costing. 3.2 Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel 3.2.1 penentuan kebijakan harga jual produk Ukuran yang seringkali dipakai untuk menilai berhasil atau tidaknya manajemen suatu perusahaan adalah laba yang diperoleh perusahaan. Laba terutama dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu : volume produk yang dijual, harga jual produk dan biaya. Biaya menentukan harga jual untuk mencapai tingkat laba yang dikehendaki, harga jual mempengaruhi volume penjualanr' volume penjualan langsung mempengaruhi volume produksi, volume produksi mempengaruhi biaya. Terlihat jelas ketiga faktor tersebut berkaitan erat satu sama lain. Oleh karena itu dalam perencanaan laba jangka pendek, hubungan antara biaya, volume dan laba memegang peranan yang sangat penting, sehingga dalam pemilihan alternatif tindakan dan perumusan kebijakan untuk masa yang akan datang manajemen memerlukan informasi untuk menilai berbagai macam kemungkinan yang berakibat terhadap laba yang akan datang.

16

3.2.2 metode variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi variable ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya factory overhead. Maka perhitungan harga pokok produksi menurut metode variable costing adalah sebagai berikut : Biaya bahan bakuu variable Biaya tenaga kerja variable Biaya factory overhead variable Harga pokok produksi xx xx xx xx +

Adakalanya produk yang dipesan oleh pemesan telah tebentuk di pasar, sehingga keputusan yang perlu dilakukan oleh manajemen adalah menerima atau menolak pesanan. Untuk itu memungkinkan pengambilan keputusan tersebut, manajemen memerlukan informasi total harga pokok pesanan yang akan diterima tersebut. 3.2.3 Metode Full Costing Merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang membebankan seluruh biaya produksi sebagai harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik variable maupun tetap. Dengan demikian harga pokok produksi menurut metode full costing terdiri dari : Biaya bahan baku langsung Biaya tenaga kerja langsung Biaya FOH variable Biaya FOH tetap Harga pokok produksi xx xx xx xx xx +

17

3.3

Sumber Data Data yang digunakan digunakan dalam penelitian ini adalah berupa data kualitatif

yang bersifat induktif dalam arti cara menerangkannya dari data ke arah teori (sugiyono,memahami penelitian kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2005, hal 42). Yang bersumber dari data primer dan data sekunder. Data primer berupa sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (peneliti) atau data yang diperoleh langsung dari lapangan (objek penelitian), sedangkan data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data (peneliti) atau data yang diambil peeliti sebagai pendukung atas penelitian dari sumber-sumber yang dapat dipercaya dan di pertanggungjawabkan secara ilmiah (Ibid, hlm. 42). Yaitu dengan melakukan studi pustaka melalui buku, artikel, internet, jurnal, dan sumber lainnya. Data-data yang digunakan diantaranya adalah 1. 2. 3. Teori-teori yang penulis ambil dari berbagai literature Data-data yang diambil dari kios Bakso Cak Lan tempat penelitian Penelasan secara lisan yang penulis terima.

3.4

Tempat Penelitian Dalam penelitian yang ingin dilakukan oleh penulis bertempat di Kios Bakso Cak Lan.

3.5

Teknik Pengumpulan Data Teknik-teknik pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini penulis

melakukan beberapa hal meliputi : 1. observasi /pengamatan langsung

18

Dimana penulis melakukan pengamatan langsung kelapangan terhadap praktek penerapan kebijakan penentuan harga (marjin) jual beli bakso. 2. Studi pustaka Salah satu jenis kegiatan yang dilakukan penulis dalam rangka pengumpulan bahanbahan penelitian adalah dengan studi pustaka. Yang merupakan suatu studi dokumentasi dengan cara menelaah buku-buku, maupun dengan penelusuran melalui internet dan literature-literatur lain yang relevan dengan permasalahan yang akan diteliti oleh penulis. 3. Wawancara atau interview Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi secara langsung tentang kebijakan penentuan harga jual produk bakso yang ada di Kios Bakso Cak Lan dimana informasi yang diperoleh adalah dari internal perusahaan yang mengetahui secara jelas bagaimana kebijakan penentuan harga jual produk itu diberikan.

19

BAB IV PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kios Bakso Cak Lan 4.1.1 Sejarah Singkat Bakso Cak Lan Kios Bakso Cak Lan ini merupakan salah satu cabang usaha CV Yasmin. Bagi CV Yasmin, hanya kios inilah yang bergerak dalam bidang makanan, sementara usaha yang lain bergerak di bidang jasa yakni digital printing, percetakan, rental komputer dan internet, dan fotocopy center. Berkenaan kios Bakso Cak Lan, sebenarnya kios ini merupakan usaha lanjutan, yang sebelumnya kios bakso telah dibuka di Teluk Dalam berdekatan dengan kantor pusat CV Yasmin, namun kemudian tutup. Selang beberapa minggu kemudian, yaitu pada tanggal 9 Januari 2008, kios bakso pun dibuka kembali di daerah Bendang Raya, tepatnya di Bendang Raya Ujung yang berdekatan dengan Yasmin bawah, rental komputer dan internet (salah satu cabang CV Yasmin). Untuk mengawali usaha Bakso Cak Lan ini, modal yang dikucurkan oleh pemilik sebesar Rp 600.000,00. Modal tersebut merupakan biaya operasional kios, atau biaya belanja bahan-bahan bakso sehingga bakso siap dihidangkan untuk konsumen.

20

4.1.2 Struktur Organisasi Cukup sederhana untuk menggambarkan struktur organisasi Kios Bakso Cak Lan. Seperti yang dipaparkan sebelumnya, hanya satu pengelola untuk menangani Kios Bakso Cak Lan, yaitu Mas Wahidi. Mas Wahidi menjelaskan, dalam hal pertanggungjawaban usaha dan laporan keuangan, berhubungan langsung dengan pemilik CV Yasmin setiap bulannya. Sehingga struktur organisasi digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1 Struktur Organisasi

PEMILIK CV YASMIN

PENGELOLA KIOS BAKSO CAK LAN

Garis Perintah Garis Pertanggung Jawaban Dan Pelaporan

21

4.1.3 Bahan dan Alat Produksi a. Bahan Secara umum bahan-bahan untuk pembuatan semangkok bakso bukan suatu hal yang bersifat rahasia. Hampir semua penikmat dan penggemar bakso, pasti mengetahuinya. Hanya saja, ada rahasia tersendiri bagi para pedagang bakso untuk meracik bumbu-bumbu bakso tersebut. Bahan utama untuk membuat bakso urat yaitu daging yang dicampur urat. Secara terperinci bahan yang digunakan untuk membuat bakso adalah:

Tabel 1 Bahan pembuatan bakso


No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Keterangan

Daging Urat Mie kuning Mie putih Sayuran (toge, sawi, seledri, dll) Saos Kecap Cuka Cabe Bawang goreng Garam Penyedap rasa Bahan penolong (air)

b. Alat Berkenaan dengan peralatan yang digunakan pada usaha Kios Bakso Cak Lan ini, penyusun mengkategorikan peralatan tersebut menjadi dua bagian, yaitu alat produksi dan alat/item pendukung.
22

Alat produksi ini berhubungan langsung dengan proses pembuatan bakso. Alat produksi tersebut adalah :
Tabel 2 Alat Produksi

No Keterangan 1 Kompor gas + tabung 2 Kompor 3 Panci air baso 4 Panci masak air 5 Baskom besar 6 Wajan 7 Pisau 8 Talenan 9 Sendok baso 10 Saringan 11 Wadah bumbu

Adapun peralatan dan item pendukung yang digunakan adalah : Tabel 3 Alat/item pendukung No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Keterangan Gerobak bakso Rak piring Lap Meja Kursi Mangkok Sendok Garpu Tempat Sendok Gelas Wadah tisu Dispenser Asbak

23

4.1.4 Siklus Produksi Asumsi dasar yang penyusun gunakan berkenaan dengan siklus produksi dalam penelitian ini adalah siklus penjualan harian. Dengan kata lain, siklus ini dimulai dari belanja bahan-bahan, buka kios, penjualan bakso, hingga kios tutup. 4.1.5 Data Biaya dan Volume Produksi Untuk perlu diketahui, bahwa usaha Kios Bakso Cak Lan ini merupakan usaha yang menggunakan model usaha bagi hasil, sehingga untuk biaya tenaga kerja ditiadakan. a. Data Biaya Tabel 4 Biaya bahan-bahan

No Keterangan 1 Daging 2 Urat 3 Mie kuning 4 Mie putih 5 Toge, sayur, seledri 6 Saos 7 Kecap 8 Cuka 9 Cabe 10 Bawang goreng 11 Garam 12 Penyedap rasa 13 Biaya giling total

Harga 255.000 84.000 20.000 20.000 12.000 30.000 21.000 4.000 5.500 21.000 2.000 10.500 23.000 508.000

24

Tabel 5 Biaya Peralatan


Penyusutan Per Bulan Perhari (Rp) (Rp)
8.333 13.194 12.500 22.917 4.167 417 2.917 833 417 833 833 2.500 4.167 3.333 8.333 15.333 3.125 729 729 667 1.042 1.667 8.333 417 117.736 278 440 417 764 139 14 97 28 14 28 28 83 139 111 278 511 104 24 24 22 35 56 278 14 3.925

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24

Keterangan
Gerobak bakso 1 Kompor gas + tabung Kompor Panci air baso Panci masak air Baskom besar Wajan Pisau Talenan Sendok baso Saringan Wadah bumbu Rak piring Lap Meja Kursi Mangkok Sendok Garpu Tempat Sendok Gelas Wadah tisu Dispenser Asbak

Banyak
1 1 2 1 1 1 1 2 1 1 1 4 1 6 4 16 30 30 30 4 30 4 1 4

Harga (Rp)
500.000 475.000 75.000 275.000 50.000 5.000 35.000 2.500 5.000 10.000 10.000 7.500 100.000 3.333 50.000 23.000 2.500 583 583 4.000 833 10.000 100.000 2.500

Total (Rp)
500.000 475.000 150.000 275.000 50.000 5.000 35.000 5.000 5.000 10.000 10.000 30.000 100.000 20.000 200.000 368.000 75.000 17.500 17.500 16.000 25.000 40.000 100.000 10.000 2.539.00 0

Masa Pakai
5 3 1 1 1 1 1 0,5 1 1 1 1 2 0,5 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2

Total

Keterangan : *) per tahun dan habis pakai **) metode yang digunakan adalah metode rata-rata ***) kapasitas produksi 500 unit

25

Tabel 6 Biaya lain-lain


Per bulan (Rp)

No 1 2 3 4

Keterangan

Per hari (Rp)

Biaya sewa gedung Biaya listrik Biaya Air BBM Total

666.667 100.000 150.000

22.222 3.333 5.000 17.500 48.055

4.1.6 Perhitungan HPP Total Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa asumsi dasar yang digunakan adalah asumsi penjualan harian, sehingga HPP total yang dimaksud dalam penelitian ini adalah HPP per hari.

Tabel 7 HPP Total


No 1 2 Keterangan Biaya bahan-bahan Biaya Overhead Per hari

508.000

- BBM - Biaya sewa gedung - Biaya listrik - Biaya Air 5.000 - Biaya Penyusutan
Total

17.500 22.222 3.333

3.925 559.980

26

Dari tabel 7 dapat diketahui bahwa HPP total pada Kios Bakso Cak Lan adalah sebesar Rp559.980,00.

4.1.7 Perhitungan HPP Per Satuan Untuk HPP per satuan yang penyusun maksudkan disini adalah HPP untuk menghasilkan semangkok bakso, sehingga perhitungan HPP per satuan untuk Kios
Bakso Cak Lan adalah HPP total harian dibagi dengan jumlah bakso yang dihasilkan dalam satuan mangkok. Perhitungannya dapat dirumuskan sebagai berikut:

HPP Per Satuan =

HPP Total Harian Jumlah Bakso dalam Satuan Mangkok

Sementara, untuk jumlah bakso yang dihasilkan dengan bahan-bahan yang dipaparkan di atas, dapat menghasilkan rata-rata 125 mangkok bakso. Dari data di atas maka dapat diketahui bahwa HPP per satuan pada Kios Bakso Cak Lan adalah sebesar Rp4.480,00. Perhitungannya adalah:
559.980 125

HPP Per Satuan =

=4.480

27

Dalam perhitungan tersebut menyajikan biaya-biaya menurut hubungan biaya dengan fungsi pokok dalam kios Bakso Cak Lan, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran dan fungsi administrasi dan umum. Fungsi-fungi tersebut bagi manajemen, salah satunya adalah sebagai batasan harga jual produk bakso dalam menentukan laba yang diinginkan oleh perusahaan. Untuk menambah pendapatan, pemilik kios bakso cak lan ini menerima pesanan khusus. Biasanya pelanggan meminta harga yang lebih rendah daripada harga normal yang ditentukan perusahaan. Disinilah peran manajemen perusahaan dibutuhkan dalam menentukan kebijakan harga jual tersebut menerima atau menolak pesanannya. Seperti contoh kasus dibawah ini: Kios bakso cak lan menerima pesanan dari tetangganya yang mengadakan suatu acara sebanyak 250 mangkok bakso, pelanggan tersebut meminta harga Rp 4.500, per mangkok. Apakah penawaran tersebut diterima atau di tolak oleh manajemen kios bakso cak lan. Perhitungannya sebagai berikut: Pendapatan Rp 4.500 x 250 Dikurangi: Biaya bahan baku Biaya listrik Variabel Biaya air Variabel Laba operasi Rp 1.016.000 Rp. Rp Rp 4.000 2.000 103.000 Rp 1.125.000

28

BAB V KESIMPULAN

Kesalahan dalam perhitungan HPP dapat mengakibatkan penentuan harga jual pada suatu perusahaan menjadi terlalu tinggi atau terlalu rendah. Oleh karena perhitungan HPP pun menjadi satu hal penting untuk dilakukan bagi setiap perusahaan. Salah satu unit usaha dari CV Yasmin yaitu Kios Bakso Cak Lan yang terletak di Teluk Dalam, setelah dilakukan penelitian sederhana berkenaan dengan perhitungan HPP dengan metode full costing, telah diketahui bahwa HPP total hariannya adalah Rp559.980,00, dan HPP per satuan atau HPP per mangkoknya adalah Rp4.480,00. Dengan penjualan dengan harga Rp5.000,00 per mangkoknya, Kios Bakso Cak Lan masih mendapatkan keuntungan sebesar Rp520,00.

29

Sedangkan dalam kasus pesanan khusus kios bakso cak lan menggunakan perhitungan hpp dengan metode variable costing dalam pengambilan keputusannya menerima atau menolak pesanan tersebut. Dengan pesanan khusus berjumlah 250 mangkok dengan harga Rp 4.500 per mangkok, kios bakso cak lan masih mendapatkan laba total sebesar Rp 103.000,Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa analisis penentuan harga jual penting untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan jangka pendek seperti menerima atau menolak pesanan khusus. Untuk memudahkan penerapan analisis harga jual sebaiknya perusahaan menerapkan metode variabel costing dalam penentuan harga pokok produksinya sehingga dapat dipisahkan biayabiaya yang terjadi secara tegas ke dalam biaya tetap dan biaya variabel. Adanya kapasitas yang menganggur juga menjadi pertimbangan yang penting untuk keputusan jangka pendek, seperti menerima atau menolak pesanan khusus.

30

DAFTAR PUSTAKA

Hansen dan Mowen,et al. 1997. Akuntansi Manajemen jilid 2, diterjemahkan oleh Ancella A. Hermawan. Jakarta. Penerbit Erlangga Supriyono, Akuntansi Biaya : Pengumpulan Biaya dan Penentuan Harga Pokok, BPFE YOGYAKARTA, Yogyakarta,1999. Almilia Spica Luciana 2004. PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI Metode Variable Costing & Full Costing. Simposium Nasional Akuntansi II Ikatan Akuntan Indonesia. Hal: 66-77. Hilmi utari. 2004. PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI (HPP) DENGAN METODE FULL COSTING. Simposium Nasional Akuntansi VII.( Desember ) : pp 1202 1222 Budi Tutik. 2006. Penentuan harga jual cost plus pricing dengan metode full costing

31

wingko babat cap Gading di Gading Kidul Surakarta. Simposium Nasional Akuntansi VII.( Desember ) : pp 897 910

32

You might also like