You are on page 1of 6

PROPOSAL PENGEMBANGAN AGROINDUSTRI BIOETANOL BERBASIS SORGUM SECARA TERPADU DAN BERKELANJUTAN

(Kebun Sorgum Pabrik Bioetanol Pabrik Tepung Sorgum Pabrik Pulp Penggemukan Sapi Biogas Pupuk Organik)

Supriyanto dan Bambang Purnomo PENDAHULUAN Ada kekuatiran dalam pengembangan Bahan Bakar Nabati yang memanfaatkan beberapa komoditi tanaman pangan seperti tebu, singkong, kedelai, jagung, dan lainlain, akan menyebabkan kenaikkan harga komoditi tersebut secara global. Sebenarnya bagi Indonesia sebagai negara agraris merupakan suatu peluang untuk mengembangkan komoditi-komoditi tersebut di seluruh wilayah Indonesia yang masih luas. Apalagi dengan dikeluarkannya Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti BBM dan Instruksi Presiden No 1 Tahun 2006 tanggal 25 Januari 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai bahan bakar lain. Salah satu jenis bahan bakar nabati yang sudah lama dikembangkan untuk menggantikan BBM adalah bioetanol (etil alkohol) yang dibuat dari biomassa (tanaman) melalui proses biologi (enzimatik dan fermentasi). Ada berbagai jenis tanaman yang dapat dijadikan sebagai sumber bahan baku bioetanol, salah satu diantaranya yang paling potensial dikembangkan di Indonesia adalah tanaman sorgum manis (Sorgum bicolor L. Moench). Menurut Sumarno dan S. Karsono (1995), tanaman sorgum memiliki keunggulan tahan terhadap kekeringan dibanding jenis tanaman serealia o lainnya. Tanaman ini mampu beradaptasi pada daerah yang luas mulai 45 LU sampai o dengan 40 LS, mulai dari daerah dengan iklim tropis-kering (semi arid) sampai daerah beriklim basah. Tanaman sorgum masih dapat menghasilkan pada lahan marginal. Budidayanya mudah dengan biaya yang relatif murah, dapat ditanam monokultur maupun tumpangsari, produktifitas sangat tinggi dan dapat diratun (dapat dipanen lebih dari 1x dalam sekali tanam dengan hasil yang tidak jauh berbeda, tergantung pemeliharaan tanamannya). Selain itu tanaman sorgum lebih resisten terhadap serangan hama dan penyakit sehingga resiko gagal relatif kecil. Tanaman sorgum berfungsi sebagai bahan baku industri yang ragam kegunaannya besar dan merupakan komoditas ekspor dunia. POTENSI TANAMAN SORGUM Tanaman sorgum termasuk tanaman pangan (biji-bijian), tetapi lebih banyak dimanfaatkan sebagai pakan ternak (livestock fodder). Tanaman sorgum manis sering disebut sebagai bahan baku industri bersih (clean industry) karena hampir semua komponen biomasa dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan industri. Pemanfaatan sorgum manis secara umum diperoleh dari hasil-hasil utama (batang dan biji) serta limbah (daun) dan hasil ikutannya (ampas/bagasse) (Sumantri, A. et. al. 1996).

Bioetanol dibuat dari nira batang sorgum manis, bijinya diproses menjadi tepung untuk menggantikan tepung beras atau terigu sebagai bahan pangan. Biji sorgum juga bisa menggantikan jagung yang banyak digunakan sebagai bahan baku dalam industi pakan ternak. Daun sorgum dapat dimanfaatkan sebagai hijauan pakan ternak. Selain itu ternyata ampas batang sorgum (bagasse) yang telah diambil niranya dapat dimanfaatkan seratnya sebagai bahan baku pulp dalam industri kertas. Dalam hal ini pengembangan tanaman sorgum justru mendukung program pemerintah dalam rangka ketahanan pangan (program swasembada pangan) dan energi (program desa mandiri energi), selain itu juga mendukung pengembangan industri lainnya yaitu penggemukan sapi (swasembada daging) dan industri pulp (kertas).

Gambar 1. Diagaram pemanfaatan biomassa sorgum manis (Schaffert, R. E. and L. M. Gourley, 1982)

TUJUAN DAN MANFAAT Hampir sebagian besar wilayah Indonesia sesuai untuk pengembangan budidaya sorgum sehingga sangat memungkinkan dibentuknya Cluster-cluster Industri Bioetanol terpadu di daerah-daerah. Adapun tujuannya dari proposal Pengembangan Agroindustri Bioetanol Berbasis Sorgum Secara Terpadu Dan Berkelanjutan ini adalah sebagai berikut: Memberikan alternatif atau model dalam pengembangan Bahan Bakar Nabati (khususnya bioetanol) di seluruh wilayah Indonesia; Menyediakan sumber Bahan Bakar Nabati (BBN) sebagai bahan bakar alternatif khususnya untuk daerah - daerah yang sering mengalami kekurangan pasokan BBM. Bioetanol dapat dimanfaatkan untuk menggantikan bahan bakar bensin dan minyak tanah. Optimalisasi potensi lahan marginal dan lahan di daerah beriklim tropis yang kering dengan mengembangkan kebun sorgum sebagai alternatif sumber bahan pangan, energi, dan mendukung industri lainnya;

Diharapkan keberadaan proyek ini dapat memberikan manfaat yang nyata masyarakat disekitarnya, yaitu: Menyerap tenaga kerja setempat dalam budidaya tanaman mulai dari pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan dan panen; Meningkatkan pemasaran dan memberikan meningkatkan kesejahteraan bagi petani sorgum; nilai tambah sorgum dan

Menggerakan perekonomian lainnya yang terkait seperti: perdagangan sarana produksi, transportasi, dll. AGROINDUSTRI BIOETANOL TERPADU Pada proposal ini kebun sorgum dikembangkan dalam konsep Cluster Agro Industri terpadu yang berkelanjutan dengan mengkombinasikan beberapa unit bisnis yang saling mendukung. Hal didasarkan pada potensi tanaman sorgum yang hampir semua komponen biomasa dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan industri. Industri yang utamanya adalah industri bioetanol, dalam proposal ini kapasitas produksi yang diusulkan adalah 1,000 liter/hari atau 324.000 liter/tahun (1 bulan 27 hari kerja). Bahan baku yang digunakan adalah nira dari batang sorgum. Produktifitas ratarata batang tanaman sorgum berkisar antara 30 50 ton/hektar, biji 4 5 ton /hektar dan daun 20 40 ton/hektar. Sedangkan untuk pembuatan 1 liter bioetanol membutuhkan 22 25 kg batang sorgum (Yudiarto, M. A., 2007). Pada umur 2 3 bulan dilakukan pengletekan daun (defoliasi) dengan menyisakan 7 10 daun segar pada setiap batangnya. Panen batang dilakukan pada saat kemasakan optimal, pada umumnya terjadi pada umur 16 18 minggu (112 126 hari), sedangkan biji umumnya matang pada umur 90 100 hari. Oleh karena itu biji dipanen terlebih dahulu (Sumantri A., 1993). Luas kebun sorgum yang dibutuhkan untuk mendukung pasokan bahan baku secara kontinyu adalah seluas 98,8 hektar. Tanaman sorgum minimal diraton satu kali dan dalam satu tahun dapat ditanami 2 kali, sebagaimana diuraikan pada tabel 1. Keberadaan kebun sorgum tersebut selain dapat mendukung pasokkan bahan baku pabrik bioetanol yang berupa batang sorgum juga dapat mendukung industri yang lainnya. Biji sorgum yang dihasilkan diproses jadi tepung sorgum yang dapat dimanfaatkan untuk subtitusi gandum pada industri mie atau makanan lainnya. Daun dan ampas tepung sorgum yang berupa dedak atau menir dapat diolah sebagai pakan ternak untuk penggemukan sapi. Pakan ternak tersebut cukup untuk memelihara 352 ekor/4 bulan atau 1.056 ekor/tahun. Ampas batang sorgum (baggase) seratnya dapat dijadikan sebagai bahan baku pulp pada pabrik kertas. Pada proposal pengembangan agroindustri bioetanol terpadu ini dibatasi hanya 3 unit bisnis terkait yang dikaji kelayakannya, yaitu: Unit Budidaya Sorgum, Unit Pengolahan Bioetanol, dan Unit Penggemukan Sapi. Unit bisnis yang lainnya seperti Biogas, dan Industri Pupuk Organik merupakan tambahan keuntungan. Secara keseluruhan agroindustri bioetanol berbasis sorgum secara terpadu dan berkelanjutan dapat dijelaskan pada gambar 2 berikut ini.

Gambar 2. Skema AgroIndusti Bioetanol berbasis sorgum yang dikelola secara terpadu dan berkelanjutan.

Seluruh proses proses produksi dan besarnya unit bisnis yang terkait dalam cluster induster tersebut ditentukan berdasarkan tahap produksi kebun sorgum. Sebagaimana diuraikan dalam tabel 2 di bawah ini.
Tabel 1. Rencana Produksi Kebun Sorgum terpadu (Bulanan)
NO TAHAP PRODUKSI
9-2009 10-2009 11-2009 12-2009 1-2010 2-2010 3-2010 4-2010 5-2010 6-2010 7-2010 8-2010 1 Pengolahan Tanah dan Pupuk Dasar 2,1 Pengolahan Tanah (bajak-1, bajak-2, ridger) 2,2 Pemupukan Pupuk Organik 2 Penanaman 3 Pemeliharaan 3,1 Pupuk Anorganik/Kimia Pupuk dan Bumbun-1 Pupuk dan Bumbun-2 3,2 Pupuk Organik Cair Pemupukan-1 Pemupukan-2 3,3 Pengendalian gulma (PG) 3,4 Koret dan Pangkas 4 Panen dan Pasca Panen 4.1 Luas Panen Induk Kletekan daun (ha) Biji sorgum (ha) Batang sorgum (ha) 4.2 Luas Panen Ratun (ha) Kletekan daun (ha) Biji sorgum (ha) Batang sorgum (ha) 4.3 Produksi Daun sorgum (ton) Biji sorgum (ton) Batang sorgum (ton) 5 Pasca Panen 5.1 Unit Pengolahan Batang Sorgum Produksi Bioetanol (liter) Kebutuhan batang sorgum Produksi baggase (ton) 5.2 Unit Pengolahan Biji Sorgum Tepung sorgum 5.3 Unit Pakan Ternak Sisa batang sorgum (ton) Daun sorgum (ton) Pakan konsentrat (menir/dedak sorgum) 468 624 62 624 468 62 312 390 39 156 31 507 39 468 585 55 624 624 62 624 468 62 312 468 39 273 31 273 31 624 47 125 125 78 62 78 109 125 125 78 62 62 94 24.960 624 437 24.960 624 499 31.200 780 437 24.960 624 250 31.200 780 312 24.960 624 437 24.960 624 499 24.960 624 499 31.200 780 437 24.960 624 250 24.960 624 250 31.200 780 312 624 187 1.092 468 187 1.248 390 117 1.092 156 94 624 507 117 780 585 164 1.092 624 187 1.248 468 187 1.248 468 117 1.092 273 94 624 273 94 624 624 140 780 21 21 16 21 21 21 26 26 26 21 21 16 10 21 16 5 21 21 21 21 21 21 21 26 26 16 21 5 26 5 21 21 21 21 21 10 10 21 10 26 26 26 21 21 21 21 21 21 21 21 5 10 21 5 21 21 16 26 26 26 16 16 26 10 26 26 21 21 21 21 26 26 26 26 16 21 10 5 5 10 21 21 26 21 26 26 21 21 21 21 21 21 21 21 21 26 5 5 21 26 21 16 21 26 21 10 21 21 5 26 5 21 21 21 21 26 21 21 10 21 21 21 26 26 26 21 21 21 10 10 21 21 21 10 21 21 21 26 26 26 21 21 21 10 10 21 -

diproses pada bulan yang sama tapi pada tahun selanjutnya

ANALISA KELAYAKAN PROYEK Ada beberapa analisis ekonomi yang dijadikan sebagai tolak ukur kelayakan proyek, yaitu: Revenue/Cost (R/C Ratio), Internal Rate of Return (IRR) dan Pay Back Periode (PBP). Berdasarkan hasil perhitungan diketahui bahwa usulan proyek Pengembangan Agroindustri Bioetanol Berbasis Sorgum Secara Terpadu Dan Berkelanjutan layak dilaksanakan.
Tabel 2. Ringkasan Bisnis dan Analisa Ekonomi Agroindustri Bioetanol Terpadu Berbasis Sorgum
BUDIDAYA SORGUM MANIS 98,8 HEKTAR
PRODUK
Biji Sorgum Tepung Sorgum KEBUTUHAN MODAL INVESTASI MODAL KERJA PROVISI IDC Rp Rp Rp Rp Rp 1.217 ton/th 812 ton/th 2.911.322.673 2.108.881.500 498.000.000 26.068.815 278.372.358 KEBUTUHAN MODAL INVESTASI MODAL KERJA PROVISI IDC Rp Rp Rp Rp Rp 2.721.743.000 2.236.500.000 166.000.000 24.025.000 295.218.000 KEBUTUHAN MODAL INVESTASI MODAL KERJA PROVISI IDC Rp Rp Rp Rp Rp 4.461.470.300 883.500.000 3.418.330.000 43.018.300 116.622.000

PRODUKSI BIOETANOL 99.5% 1000 LITER / HARI


PRODUK
Bioetanol 324.000 ltr/th

PENGGEMUKAN SAPI 352 EKOR / 4 BULAN


PRODUK
Sapi 1.056 ekor/th

PROYEKSI LABA (RUGI)


TOTAL PENERIMAAN
Penjualan Tepung Sorgum

PROYEKSI LABA (RUGI)


TOTAL PENERIMAAN
Penjualan Bioetanol

PROYEKSI LABA (RUGI)


TOTAL PENERIMAAN
Penjualan Sapi

Rp 16.241.440.800
Rp 16.241.440.800

Rp
Rp

9.720.000.000
9.720.000.000

Rp 59.558.400.000
Rp 59.558.400.000

TOTAL PENGELUARAN
Biaya Variabel Biaya Tetap Depresiasi dan Amortisasi

Rp
Rp Rp Rp

9.762.313.087
6.443.736.000 1.852.500.000 1.466.077.087

TOTAL PENGELUARAN
Biaya Variabel Biaya Tetap Depresiasi dan Amortisasi

Rp
Rp Rp Rp

5.767.344.300
3.126.097.800 1.508.500.000 1.132.746.500

TOTAL PENGELUARAN
Biaya Variabel Biaya Tetap Depresiasi dan Amortisasi

Rp 48.936.770.197
Rp Rp Rp 47.071.200.000 1.785.750.000 79.820.197

LABA (RUGI) KOTOR


Pengembalian Kredit Laba (Rugi) Sebelum Pajak Pajak

Rp
Rp Rp Rp

6.479.127.714
2.421.336.648 4.057.791.065 1.420.226.873

LABA (RUGI) KOTOR


Pengembalian Kredit Laba (Rugi) Sebelum Pajak Pajak

Rp
Rp Rp Rp

3.952.655.700
2.231.502.006 1.721.153.694 602.403.793

LABA (RUGI) KOTOR


Pengembalian Kredit Laba (Rugi) Sebelum Pajak Pajak

Rp 10.621.629.803
Rp Rp Rp 3.995.647.149 6.625.982.653 1.472.793.929

LABA (RUGI) BERSIH

Rp

2.637.564.192

LABA (RUGI) BERSIH

Rp

1.118.749.901

LABA (RUGI) BERSIH

Rp

5.153.188.724

ANALISA EKONOMI
Harga Pokok Produksi
Tepung Sorgum Rp 2.404/kg Bioetanol

ANALISA EKONOMI
Harga Pokok Produksi
Rp 3.560/ltr Sapi hidup

ANALISA EKONOMI
Harga Pokok Produksi
Rp 20.694/kg

Harga Jual
Biji Sorgum Revenu / Cost (R/C Ratio) Rp 4.000/kg 1,66

Harga Jual
Bioetanol Revenu / Cost Ratio (R/C) Rp 6.000/ltr 1,69

Harga Jual
Sapi hidup Revenu / Cost Ratio (R/C) Rp 24.000/kg 1,16

Internal Rate of Return (IRR) Pay Back Periode (PBP)

38% 1,99 Tahun

Internal Rate of Return (IRR) Pay Back Periode (PBP)

27% 3,04 Tahun

Internal Rate of Return (IRR) Pay Back Periode (PBP)

31% 2,38 Tahun

PENYERAPAN TENAGA KERJA


T. Kerja Langsung T. Kerja Tidak Langsung JUMLAH 6.224 hok/th 2.268 hok/th 8.492 hok/th

PENYERAPAN TENAGA KERJA


T. Kerja Langsung T. Kerja Tidak Langsung JUMLAH 7.776 hok/th 1.944 hok/th 9.720 hok/th

PENYERAPAN TENAGA KERJA


T. Kerja Langsung T. Kerja Tidak Langsung JUMLAH 12.600 hok/th 2.880 hok/th 15.480 hok/th

Tabel 3. Konsolidasi Proyeksi Arus Kas Pengembangan Agroindustri Bioetanol Berbasis Sorgum
URAIAN
ARUS KAS MASUK
Penjualan Tepung Sorgum Bioetanol Sapi Hidup Modal Sendiri Kredit Investasi Kredit Modal Kerja Nilai sisa Rp Rp Rp 794.928.911 5.228.881.500 5.242.773.793 Rp 2.211.750.000 Rp Rp Rp Rp 17.103.968.160 3.248.288.160 1.944.000.000 11.911.680.000 Rp Rp Rp Rp 17.103.968.160 3.248.288.160 1.944.000.000 11.911.680.000 Rp Rp Rp Rp 17.103.968.160 3.248.288.160 1.944.000.000 11.911.680.000 Rp Rp Rp Rp 17.103.968.160 3.248.288.160 1.944.000.000 11.911.680.000 Rp Rp Rp Rp 17.103.968.160 3.248.288.160 1.944.000.000 11.911.680.000

TH-1

TH-2

TH-3

TH-4

TH-5

JUMLAH ARUS KAS MASUK UNTUK IRR KAS KELUAR


Biaya Investasi Unit Produksi Bioetanol Unit Budidaya Sorgum Unit Penggemukan Sapi Biaya Modal Kerja Unit Produksi Bioetanol Unit Budidaya Sorgum Unit Penggemukan Sapi Provisi IDC Biaya Operasional Biaya Variabel Biaya Tetap Angsuran Kredit Bunga KI dan KMK Angsuran Pokok KI dan KMK Pajak

Rp 11.266.584.204 Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp 5.228.881.500 2.108.881.500 2.236.500.000 883.500.000 5.242.773.793 1.659.247.200 165.196.593 3.418.330.000 104.716.553 690.212.358

Rp 17.103.968.160 Rp 17.103.968.160

Rp 17.103.968.160 Rp 17.103.968.160

Rp 17.103.968.160 Rp 17.103.968.160

Rp 17.103.968.160 Rp 17.103.968.160

Rp 19.315.718.160 Rp 19.315.718.160

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

12.357.556.760 11.328.206.760 1.029.350.000 1.945.266.997 1.382.258.499 563.008.498 980.400.541

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

12.357.556.760 11.328.206.760 1.029.350.000 1.945.266.997 1.307.941.377 637.325.620 980.400.541

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

12.357.556.760 11.328.206.760 1.029.350.000 1.945.266.997 1.223.814.395 721.452.602 980.400.541

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

12.357.556.760 11.328.206.760 1.029.350.000 1.945.266.997 1.128.582.652 816.684.345 980.400.541

Rp Rp Rp Rp Rp Rp Rp

12.357.556.760 11.328.206.760 1.029.350.000 1.945.266.997 1.020.780.318 924.486.679 980.400.541

JUMLAH ARUS KAS KELUAR UNTUK IRR ARUS KAS BERSIH ARUS KAS KUMULATIF ARUS KAS KUMULATIF-NILAI SISA ARUS KAS UNTUK IRR
Internal Rate of Return (IRR) Pay Back Periode (PBP)

Rp 15.283.224.298 Rp 13.337.957.301 Rp 1.820.743.862 Rp 1.820.743.862 Rp 1.820.743.862 Rp (11.266.584.204) Rp 3.766.010.859


23% 2,99

Rp 11.266.584.204 Rp 11.266.584.204 Rp -

Rp 15.283.224.298 Rp 13.337.957.301 Rp 1.820.743.862 Rp 3.641.487.724 Rp 3.641.487.724 Rp 3.766.010.859

Rp 15.283.224.298 Rp 13.337.957.301 Rp 1.820.743.862 Rp 5.462.231.586 Rp 5.462.231.586 Rp 3.766.010.859

Rp 15.283.224.298 Rp 13.337.957.301 Rp 1.820.743.862 Rp 7.282.975.448 Rp 7.282.975.448 Rp 3.766.010.859

Rp 15.283.224.298 Rp 13.337.957.301 Rp 4.032.493.862 Rp 11.315.469.311 Rp 9.103.719.311 Rp 5.977.760.859

DAFTAR PUSTAKA Schaffert, R. E. and L. M. Gourley. 1982. Sorghum as an Energy Source. Proceeding of International Symposium on Sorghum. Vol. 2. ICRISAT Centre, India. 2 7 November 1981. Sumarno dan S. Karsono. 1995. Perkembangan Produksi Sorgum di Dunia dan Penggunaannya. Edisi Khusus Balitkabi No. 4-1995, p. 13 24. Sumantri A. 1993. Pedoman Teknis Budidaya Sorgum Manis sebagai Bahan Baku Industri Gula. Kerjasama Direktorat Jenderal Perkebunan dengan Pusat Penelitian Perkebunan Gula Indonesia. Sumantri, A., Hanyokrowati, dan B. Guritno. 1996. Prospek Pengembangan Sorgum Manis untuk Menunjang Pembangunan Agroindustri di Lahan Kering. Makalah dalam Lokakarya Nasional Pertanian Lahan Kering Beberapa Kawasan Pembangunan Ekonomi Terpadu di Kawasan Timur Indonesia. Malang, 10 12 Oktober 1996. Yudiarto, M. A. 2006. Pemanfaatan Sorgum sebagai Bahan Baku Bioetanol. Makalah dalam Fokus Grup Diskusi Prospek Sorgum untuk Mendukung Ketahanan Pangan dan Energi. MENRISTEK BATAN. Serpong, 5 September 2006.

You might also like