You are on page 1of 11

Irvan Ramadhani 240210100012 BAB VI PEMBAHASAN Untuk mengembang-biakkan mikroorganisme seperti kapang, khamir, jamur ataupun yang lainya

diperlukan medium. Medium ialah bahan yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di atas atau didalamnya. Sebelum menumbuhkan mikroorganisme, pertama-tama kita harus dapat memahami kebutuhan dasarnya lalu mencoba memformulasikan suatu medium yang memberikan hasil baik. Medium yang digunakan untuk menumbuhkan mikroba dapat diklasifikasikan berdasarkan pada komposisi (medium sintetis, semi sintetis, dan non sintetis), konsentrasi (solid medium, semi solid medium, dan broth medium), dan selektivitas (medium umum, selektif, diferensial, medium uji, dan medium diperkaya) (Waluyo, 2005). Hampir semua tindakan yang dilakukan dalam diagnosa mikrobiologis, sterilisasi sangat diutamakan baik alat-alat yang siap pakai maupun medianya. Suatu alat atau bahan dikatakan steril apabila alat atau bahan tersebut bebas dari mikroba baik dalam bentuk vegetatif maupun spora. Oleh karena itu, bagi seorang pemula di bidang mikrobiologi sangat perlu mengenal teknik sterilisasi, pembuatan media serta teknik penanaman, hal ini semua merupakan dasar-dasar kerja dalam laboratorium mikrobiologi (Volk & Wheeler, 1993). Secara umum, sterilisasi merupakan suatu proses pemusnahan kehidupan khususnya mikrobia dalam suatu wadah ataupun peralatan laboratorium. Sesuai tujuan percobaan dalam percobaan ini diharapkan praktikan dapat membuat dan mensterilkan media dan alat yang akan digunakan. Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan semua mikroorganisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Ada tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaaan panas, penggunaan bahan kimia, dan penyaringan (filtrasi). Apabila panas digunakan bersama-sama dengan uap air maka disebut sterilisasi basah, bila tanpa kelembapan maka disebut sterilisasi kering (Achmad, 2007).

Irvan Ramadhani 240210100012 6.1 Pembuatan Medium Mikroorganisme dapat dibiakan dalam air yang sudah ditambah dengan nutrien yang sesuai. Medium biakan adalah larutan encer yang mengandung nutrient penting, yang menyediakan kebutuhan bagi sel mikroba supaya dapat tumbuh dan menghasilkan banyak sel yang serupa. Di samping sumber energi berupa senyawa organik dan anorganik atau cahaya, medium biakan harus memiliki sumber karbon, nitrogen dan nutrien penting lainnya. Medium biakan dapat disiapkan dalam keadaan cair maupun gel (semi padat). Dari cair dapat diubah menjadi padat dengan penambahan agar. Medium biakan yang mengandung agar dapat disimpan dalam bentuk lempeng pada cawan Petri tertutup, dimana sel mikroba dapat tumbuh dan membentuk massa yang terlihat sebagai koloni sel. Disamping itu medium biakan yang mengandung agar dapat pula disimpan dalam tabung reaksi dengan kemiringan tertentu, dimana sel mikroba dapat tumbuh dengan memberikan karakteristik pertumbuhan yang khas (Kusnadi et al, 2003) Berdasarkan komposisi kimiawi medium dikenal medium sintetik, medium semi sintetik dan medium non sintetik atau kompleks. Komposisi kimiawi medium sintetik diketahui dengan pasti dan biasanya dibuat dari bahan-bahan kimia yang kemurniannya tinggi dan ditentukan dengan tepat. Medium semacam ini dapat diulangi perbuatannya kapan saja dan akan diperoleh hasil yang sama. Medium semi sintetik komposisi kimianya hanya diketahui sebagian saja. Sedangkan komposisi medium non-sistetik tidak diketahui dengan pasti komposisinya (Lay & Hastowo, 1992). Konsistensi medium dapat dibuat bermacam-macam bergantung pada keperluannya. Misalnya medium cair seperti kaldu nutrient atau kaldu glukosa dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti pembiakan organism dalam jumlah besar. Penelaahan fermentasi dan berbagai macam uji. Bila diinginkan medium padat dapat ditambahkan bahan pemadat ke dalam medium kaldu. Medium padat biasanya digunakan untuk mengamati penampilan atau morfologi koloni dan mengisolasi biakan murni. Sedangkan medium dengan konsistensi pertengahan disebut dengan

Irvan Ramadhani 240210100012 medium setengah padat. Kegunaan antara lain untuk menguji ada tidaknya motilitas dan kemampuan fermentasi. Medium setengah padat seringkali mengandung baik gelatin maupun agar-agar namun dalam konsentrasi lebih kecil dari pada medium padat (Hadioetomo, 1993). Media yang padanya ditumbuhkan bakteri akan beranak dalam sesuai kebutuhan jenis-jenis yang bersangkutan. Beberapa bakteri dapat hidup baik pada medium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anorganik ditambah sumber karbon organic, seperti gula. Bakteri lain memerlukan suatu medium yang sangat kompleks yang kepadanya ditambahkan darah atau bahan-bahan kompleks lain (Suriawirnia, 1995). Kebanyakan bakteri dapat hidup paling baik dalam keadaan sekitar netral, oleh karena itu sebelum digunakan biasanya medium disesuaikan pada pH nya 8,5 atau 2,2. Karena itu pH harus disesuaikan dengan jenis mikroba yang ditumbuhkan (Volk & Wheeler, 1993). Faktor-faktor yang dapat menyebabkan berhentinya pertumbuhan mikroba antara lain: 1. Penyusutan konsentrasi nutrisi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan mikroba karena habis terkonsumsi. 2. Produk akhir metabolisme yang menghambat pertumbuhan mikroba karena terjadinya inhibisi dan represi (Banyu, 2010). Perhitungan Kebutuhan Sampel No Kelompok Media Merk Volume yang akan dibuat 1 2 1 2 NA NB Oxoid Merck 100 ml 100 ml 20 gram 28 gram Berat di kemasan Perhitungan

Irvan Ramadhani 240210100012 3 3 PCA Oxoid 100 ml 22,5 gram 4 4 PDA Oxoid 100 ml 39 gram

Untuk pembuatan sampel digunakan perhitungan untuk menentukan komposisi dari sampel tersebut. Rumus perhitungan untuk penentuan komposisi seperti dibawah ini:

Identifikasi Medium No Kelompok Medium 1 3 PCA Warna Kuning keruh 2 1 NA Kuning Padat Bentuk Komposisi Padat Semi sintetik Semi sintetik 3 2 NB Kuning jernih Cair Semi sintetik Media pertumbuhan bakteri 4 4 PDA kuning padat Semi sintetik Menumbuhkan kapang, khamir Umum Fungsi Umum
Gambar

1. Medium PCA Medium PCA berdasarkan bentuknya merupakan medium padat. Berdasarkan komposisinya bersifat semi sintetik karena komponen dan takarannya sebagian

Irvan Ramadhani 240210100012 diketahui dan sebagian lagi tidak diketahui secara pasti. Medium PCA ini baik untuk pertumbuhan total mikroba (semua jenis mikroba) karena di dalamnya mengandung komposisi casein enzymic hydrolisate yang menyediakan asam amino dan substansi nitrogen komplek lainnya serta ekstrak yeast mensuplai vitamin B kompleks. 2. Medium NA Medium NA berdasarkan bentuknya merupakan medium padat. Berdasarkan komposisinya bersifat semi sintetik karena komponen dan takarannya sebagian diketahui dan sebagian lagi tidak diketahui secara pasti. Komposisi NA yang terdiri dari: beef ekstract berfungsi sebagai sumber karbohidrat, mengandung senyawa nitrogen organik yang dibutuhkan mikroba. Pepton merupakan sumber protein dan penghasil nitrogen, agar berfungsi sebagai pemadat medium, dan aquades berfungsi sebagai pelarut. Berdasarkan fungsinya, NA bersifat umum karena digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof. 3. Medium NB Medium NB berdasarkan bentuknya merupakan medium cair. Berdasarkan komposisinya bersifat semi sintetik karena komponen dan takarannya sebagian diketahui dan sebagian lagi tidak diketahui secara pasti. Komposisi NB yang terdiri dari: beef ekstract berfungsi sebagai sumber karbohidrat, mengandung senyawa nitrogen organik yang dibutuhkan mikroba. Pepton merupakan sumber protein dan penghasil nitrogen, dan aquades berfungsi sebagai pelarut. Medium NB digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri. 4. Medium PDA Medium PDA berdasarkan bentuknya merupakan medium padat. Berdasarkan komposisinya bersifat semi sintetik karena komponen dan takarannya sebagian diketahui dan sebagian lagi tidak diketahui secara pasti. Komposisi PDA yang terdiri dari: glukosa berfungsi sebagai sumber karbon. Potato ekstract sebagai sumber karbohidrat, agar berfungsi memadatkan medium serta aquades berfungsi sebagai

Irvan Ramadhani 240210100012 pelarut dan sumber oksigen. Medium PDA digunakan sebagai media pertumbuhan kapang dan khamir. 6.2 Sterilisasi Peralatan dan Kemasan Agar biakan bakteri dapat dibuat, maka medium dan alat-alat yang diperlukan harus disterilisasi sebelum inokulasi. Sterilisasi yaitu suatu proses untuk mematikan semua organisme yang dapat menjadi kontaminan. Sterilisasi yang umum dilakukan dapat berupa: 1. Sterilisasi secara fisik (pemanasan, penggunaan sinar gelombang pendek yang dapat dilakukan selama senyawa kimia yang akan disterilkan tidak akan berubah atau terurai akibat temperatur atau tekanan tinggi). Dengan udara panas, dipergunakan alat bejana/ruang panas (oven dengan temperatur 170o 180oC dan waktu yang digunakan adalah 2 jam yang umumnya untuk peralatan gelas). 2. Sterilisasi secara kimia (misalnya dengan penggunaan disinfektan, larutan alkohol, larutan formalin). 3. Sterilisasi secara mekanik, digunakan untuk beberapa bahan yang akibat pemanasan tinggi atau tekanan tinggi akan mengalami perubahan, misalnya adalah dengan saringan/filter. Sistem kerja filter, seperti pada saringan lain adalah melakukan seleksi terhadap partikel-partikel yang lewat (dalam hal ini adalah mikroba) (Suriawiria, 2005). Metode yang lazim digunakan untuk mensterilisasikan media dan alat-alat ialah dengan pemanasan. Jika panas digunakan bersama-sama dengan uap air disebut sterilisasi basah (menggunakan autaclave), sedangkan jika tanpa uap air disebut sterilisasi kering (menggunakan oven). A. Sterilisasi basah Sterilisasi uap dilakukan dengan autoklaf menggunakan uap air dalam tekanan sebagai pensterilnya. Bila ada kelembapan (uap air) bakteri akan terkoagulasi dan dirusak pada temperature yang lebih rendah dibandingkan bila tidak ada kelembapan.

Irvan Ramadhani 240210100012 Mekanisme penghancuran bakteri oleh uap air panas adalah karena terjadinya denaturasi dan koagulasi beberapa protein esensial dari organisme tersebut.

Prinsip cara kerja autoclave Autoclave adalah alat untuk memsterilkan berbagai macam alat & bahan yang menggunakan tekanan 1 atm dan suhu 1210C. Untuk cara kerja penggunaan autoclave telah disampaikan di depan. Suhu dan tekanan tinggi yang diberikan kepada alat dan media yang disterilisasi memberikan kekuatan yang lebih besar untuk membunuh sel dibanding dengan udara panas. Biasanya untuk mesterilkan media digunakan suhu 1210C dan tekanan 15 lb/in2 (SI = 103,4 Kpa) selama 15 menit. Alasan digunakan suhu 1210C atau 249,8 0F adalah karena air mendidih pada suhu tersebut jika digunakan tekanan 15 psi. Untuk tekanan 0 psi pada ketinggian di permukaan laut (sea level) air mendidih pada suhu 1000C, sedangkan untuk autoclave yang diletakkan di ketinggian sama, menggunakan tekanan 15 psi maka air akan memdididh pada suhu 1210C. Ingat kejadian ini hanya berlaku untuk sea level, jika dilaboratorium terletak pada ketinggian tertentu, maka pengaturan tekanan perlu disetting ulang. Misalnya autoklaf diletakkan pada ketinggian 2700 kaki dpl, maka tekanan dinaikkan menjadi 20 psi supaya tercapai suhu 1210C untuk mendidihkan air. Semua bentuk kehidupan akan mati jika dididihkan pada suhu 1210C dan tekanan 15 psi selama 15 menit. Pada saat sumber panas dinyalakan, air dalam autoclave lama kelamaan akan mendidih dan uap air yang terbentuk mendesak udara yang mengisi autoklaf. Setelah semua udara dalam autoklaf diganti dengan uap air, katup uap/udara ditutup sehingga tekanan udara dalam autoklaf naik. Pada saat tercapai tekanan dan suhu yang sesuai, maka proses sterilisasi dimulai dan timer mulai menghitung waktu mundur. Setelah proses sterilisasi selesai, sumber panas dimatikan dan tekanan dibiarkan turun

Irvan Ramadhani 240210100012 perlahan hingga mencapai 0 psi. Autoclave tidak boleh dibuka sebelum tekanan mencapai 0 psi. Untuk mendeteksi bahwa autoclave bekerja dengan sempurna dapat digunakan mikroba pengguji yang bersifat termofilik dan memiliki endospora yaitu Bacillus stearothermophillus, lazimnya mikroba ini tersedia secara komersial dalam bentuk spore strip. Kertas spore strip ini dimasukkan dalam autoklaf dan disterilkan. Setelah proses sterilisai lalu ditumbuhkan pada media. Jika media tetap bening maka menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik. B. Sterilisasi Kering Sterilisasi panas kering biasanya dilakukan dengan menggunakan oven pensteril. Karena panas kering kurang efektif untuk membunuh mikroba dibandingkan dengan uap air panas maka metode ini memerlukan temperature yang lebih tinggi dan waktu yang lebih panjang. Sterilisasi panas kering biasanya ditetapkan pada temperature 160-170oC dengan waktu 1-2 jam. Sterilisasi panas kering umumnya digunakan untuk senyawa-senyawa yang tidak efektif untuk disterilkan dengan uap air panas, karena sifatnya yang tidak dapat ditembus atau tidak tahan dengan uap air. Senyawa-senyawa tersebut meliputi minyak lemak, gliserin (berbagai jenis minyak), dan serbuk yang tidak stabil dengan uap air. Metode ini juga efektif untuk mensterilkan alat-alat gelas dan bedah. Karena suhunya sterilisasi yang tinggi sterilisasi panas kering tidak dapat digunakan untuk alat-alat gelas yang membutuhkan keakuratan (contoh:alat ukur) dan penutup karet atau plastik.

Irvan Ramadhani 240210100012 BAB VII KESIMPULAN

Dari pelaksanaan kegiatan pembuatan medium dan sterilisasi ini, dapat disimpulkan beberapa hal: 1. Medium merupakan suatu media untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi dan perhitungan jumlah mikroba. 2. Untuk mengembangbiakkan mikroorganisme tersebut harus sesuai susunanya dengan kebutuhan jenis-jenis mikroorganisme yang bersangkutan. 3. Medium berdasarkan bentuk terbagi tiga bagian, yaitu: medium cair, semi cair, dan padat 4. Berdasarkan komposisinya medium juga terbagi tiga bagian, yaitu : medium alami, medium semisintetk, dan medium sintetik 5. Medium berdasarkan fungsinya terbagi empat, yaitu : medium umum, medium selektif, medium diferensial, medium pengaya. 6. Sebelum membiakkan mikroorganisme, terlebih dahulu alat dan medium disterilisasi supaya tidak terjadi kontaminasi bahan lain. 7. Sterilisasi yang umum dilakukan dalam laboratorium mikrobiologi adalah dengan cara pemanasan, yaitu dengan penggunaan oven dan autoclave. 8. Oven merupakan alat sterilisasi kering sedangkan autoclave merupakan alat sterilisasi basah dengan prinsip yang sama dengan pengukusan tetapi menggunakan tekanan uap.

Irvan Ramadhani 240210100012 Daftar Pustaka

Anonim. 2010. Pembuatan Medium dan Sterilisasi. pebrinmanurung.blogspot.com (diakses 26 Februari 2011) Banyu. 2010. Fermentasi. http://banyublogz.blogspot.com/2010_01_01_archive.html (diakses 26 Februari 2011) Dinoto, Achmad. 2007. Media Agar. Ide Besar Istri Peneliti. www.nvtech.com (diakses 26 Februari 2011) Fardiaz, Srikandi. 1992. Mikrobiologi Pangan 1. PT Gramedia: Jakarta. Hadioetomo, R.S. 1993. Mikrobiologi Dasar dalam Praktik : Teknik dan Prosedur Dasar Laboratorium. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Idafi, Mahfuz. 2010. Sterilisasi Dan Pembuatan Medium Mikrobia Dafi017. www.scribd.com (diakses 26 Februari 2011) Lay, B.W & S. Hastowo. 1992. Mikrobiologi. Rajawali Pers, Jakarta. Saqidul, M.I. 2010. Lap praktikum 2 Sterilisasi Dan Pembuatan Media Mikrobia. www.scribd.com. (diakses 26 Februari 2011) Suriawirnia, U. 1995. Pengantar Biologi Umum. Angkasa, Bandung. Volk & Wheeler. 1993. Mikrobiologi Dasar. Penerbit Erlangga, Jakarta. Waluyo, L. 2005. Mikrobiologi Umum. UMM Press. Malang.

Irvan Ramadhani 240210100012 Pertanyaan

1. Setelah saudara pelajari dan dipraktekkan, jelaskan fungsi penambahan beef extract pada pembuatan media NA dan fungsi penambahan kentang pada pembuatan media PDA! Mengapa berbeda? Jawab : Fungsi penambahan beef ekstract berfungsi sebagai sumber karbohidrat, mengandung senyawa nitrogen organik yang dibutuhkan mikroba. Sedangkan penambahan kentang berfungsi sebagai sebagai sumber karbohidrat dalam jumlah cukup yaitu terdiri dari 20% ekstrak kentang dan 2% glukosa sehingga baik untuk pertumbuhan kapang dan khamir tetapi kurang baik untuk pertumbuhan mikroba. Berbeda karena NA lebih dominan untuk pertumbuhan mikroba sedangkan PDA untuk pertumbuhan kapang dan khamir. 2. Jelaskan fungsi dari larutan pengencer? Mengapa harus menggunakan KH2PO4? Dapatkah digantikan dengan senyawa kimia lain? Jawab : Fungsi dari larutan pengencer adalah untuk mengencerkan contoh pada analisis mikrobiologi. Pengenceran dilakukan untuk memperoleh contoh dengan jumlah mikroba terbaik untuk dapat dihitung yaitu antara 30 sampai 300 sel mikroba per ml. Larutan pengencer harus menggunakan KH2PO4 karena kalium dan fosfatnya berguna untuk memberi nutrisi sel mikroorganisme. Larutan pengencer dapat diganti dengan air sadah air sadah umumnya mengandung ion kalsium dan magnesium yang tinggi. Pada medium yang mengandung pepton dan ektrak daging, air dengan kualitas air sadah sudah dapat menyebabkan terbentuknya endapan fosfat dan magnesium fosfat.

You might also like