You are on page 1of 18

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Preeklamsia merupakan penyulit kehamilan yang akut dan dapat terjadi ante, intra, dan post partum. Dari gejala-gejala klinik pre eklamsia dapat dibagi menjadi preeklamsia ringan dan preklamsia berat. Pembagian preeklamsia menjadi berat dan ringan tidaklah berarti adanya dua penyakit yang jelas berbeda, sebab seringkali ditemukan penderita dengan preeklamsia ringan dapat mendadak mengalami kejang dan jatuh dalam koma. ( Sarwono, 2008 : 542) Selama 15 tahun terakhir, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia tidak menunjukkan penurunan yang bermakna, dimana seharusnya sudah menjadi 225/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Tantangan yang dihadapi adalah menurunkan AKI menjadi 102/100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 15/1000 kelahiran hidup pada tahun 2015 seperti yang ingin dicapai dalam Millenium Development Goals (MDGs). Eklamsia merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu disemua negara dan mengakibatkan sekitar 50.000 kematian ibu di dunia setiap tahun. ( Bakti Husada, 2008 : 5-1) Di RSUD dr.Soetomo Surabaya didapatkan kasus ibu hamil dengan pre eklamsia sebanyak 65 kasus pada tahun 2005 yang terbagi dalam pre eklamsi aringan dengan hipertensi, oedem, dan proteinuria tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita yang bersangkutan. Tanpa disadari, dalam waktu singkat dapat timbul pre eklamsia berat, bahkan eklamsia. Tidak ada profil tertentu yang mengidentifikasi wanita yang akan menderita pre eklamsia. Akan tetapi, ada beberapa faktor resiko tertentu yang berkaitan dengan perkembangan penyakit, primigravida, grandemultigravida, janin besar, kehamilan dengan janin lebih dari satu, dan obesitas.

1.2 Tujuan 1.2.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada klien dengan Pre Eklamsia Berat (PEB)

1.2.2 Tujuan Khusus Mahasiswa diharapkan mampu : 1. Melakukan pengkajian data terhadap klien, baik subjektif maupun objektif 2. 3. 4. 5. 6. 7. Menegakkan diagnosa/asassement Mengantisipasi masalah/diagnosa potensial Mengidentifikasi tindakan/kebutuhan segera Merencanakan asuhan yang sesuai (intervensi) Melaksanakan asuhan yang telah direncanakan (implementasi) Melakukan evaluasi terhadap asuhan yang telah diberikan.

1.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penyusunan laporan ini dilaksanakan pada tanggal 17 s.d. 30 desember 2011 di Puskesmas Banyu Urip Surabaya.

BAB 2 LANDASAN TEORI

2.1 Konsep Dasar Pre Eklamsia Berat 2.1.1 Definisi Suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg disertai protein urine atau edema, pada kehamilan 20 minggu atau lebih.( Bag.SMF Kebidanan dan Kandungan RSUD dr Soetomo Sby, 2008 : 83) Pre eklamsia berat adalah pre eklamsia dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan diastolik 110 mmHg disertai proteinuria > 5 gr/24 jam. (Sarwono, 2009 : 544) Jadi, pre eklamsia berat adalah suatu kondisi yang spesifik pada kehamilan yang ditandai dengan timbulnya hipertensi 160/110 mmHg disertai proteinuria > 5 gr/24 jam atau oedem yang terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih.

2.1.2 Etiologi Sampai saat ini, etiologi pasti dari preeklamsia atau eklamsia belum diketahui. Ada beberapa teori mencoba menjelaskan perkiraan etiologi dari kelainan tersebut diatas, sehingga kelainan ini sering dikenal sebagai the disease of theory. Adapun teori-teori tersebut antara lain adalah peran protasiklin dan tromboksan, genetik/famili. peran faktor imunologis, peran faktor

2.1.3 Patofisiologi

Iskemia regio uteroplasenter : - Faktor herediter - Deficit vit. E, C, dan kalsium Pembentukan radikal bebas (toksin) - Oksidase asam lemak tak jenuh/jenuh - Merusak membran sel Pengobatan gestosis EHP - Isolasi (rehidrasi) - Medikamentosa : MgSO4, valium dan litik kotil - Khusus (antihipertensi dan diuretik)

Kerusakan fosfo lipid endotel pembuluh darah - Permeabilitas naik - Timbunan trombosit

Membran sel erittrosit - Hemolisis hiperglikemi dan Fe bebas meningkat

Gangguan metabolisme prostaglandin - Trombosit naik - Prostasiklin dan angiotensin turun menyebabkan sensitivitias vaskular naik Gangguan perfusi jaringan - Vasokonstriksi (Tekanan darah naik) - Ekstravasasi (edema) Kerusakan endorgan - Hati : Hepatoseluler enzim meningkat - Ginjal : glomerulo endotelial proteinuria

Gejala klinis - Gestosis EHP - Kejang-koma - Sindrom HELLP Terminasi kehamilan - Induksi - Pecah ketuban - SC

Kesembuhan baik - ANC optimal - Profilaksis vit.E & C, kalsium, aspirin - Persalinan indikasi obstetrik WBB/WHM Morbiditas/mortalitas - Ibu : stroke, gagal endrogen ginjal, hati, jantung, solusio plasenta, trauma karena kejang - Janin :asfiksia kronis, BBLR, IUGR,IUFD

Sistem kardiovaskular - Hipovolemiahemokonsentra si darah

Tabel 2.1 Patofisiologi Gestosis EHP (Pre eklamsia) Sumber : Manuaba, 2008 : 97, Gawat Darurat Obstetri dan Ginekologi&Obstetri Ginekologi Sosial untuk Profesi Bidan

2.1.4 Gejala Klinis/Symptom Menurut Bag/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD dr.Soetomo Surabaya tahun 2008: 83, terdapat 6 gejala klinis/symptom PEB yaitu : 1. 2. Kehamilan 20 minggu atau lebih Desakan darah sistolik 160 mmHg dan diastolik 110 mmHg. Desakan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di RS dan menjalani tirah baring. 3. 4. Protein urine 5 gr/24 jam atau kualitatif 4+ (++++) Oliguri, jumlah produksi urine 500 cc/24 jam atau disertai kenaikan kadar kreatinin darah 5. Adanya gejala-gejala eklamsia impending : gangguan visus, gangguan serebral, nyeri episgatrium, hiper refleksia. 6. Adanya sindroma HELLP ( H : hemolysis, EL : Elevated Liver enzyme, LP : Low Platelets). 2.1.5 Cara Pemeriksaan/Diagnosis 1. Kehamilan 20 minggu atau lebih 2. Didapatkan satu atau lebih gejala klinis pre eklamsia berat 2.1.6 Diagnosis Banding Kehamilan dengan sindroma nefrotik 2.1.7 Penyulit 1. Eklamsia 2. Kegagalan pada organ-organ : hepar, ginjal, anak ginjal, paru, jantung, dan CVA (Cerebro Vaskular Attack). 3. Janin : a. Prematuritas b. Intra Uterine Growth Retardation (IUGR) c. Fetal Distrees d. Intra Uterine Fetal Death (IUFD) (Bag/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD dr.Soetomo Surabaya tahun 2008: 83)

2.1.8 Penatalaksanaan Menurut Bag/SMF Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan RSUD dr.Soetomo Surabaya tahun 2008: 84, perawatan pada pasien dengan PEB terbagi berdasarkan usia kehamilan menjadi 2, yaitu perawatan konservatif dan perawatan aktif sebagai berikut : 2.1.8.1 Perawatan Konservatif Perawatan konservatif diperlukan sekitar 7-15 hari 1. Indikasi Pada usia kehamilan < 34 minggu (estimasi berat janin <2000gr tanpa ada tanda-tanda impending eklamsia) 2. Pengobatan a. Di kamar bersalin y Tirah baring y Infus RL yang mengandung 5% dekstrose 60-125cc/jam y 10 gr MgSO4 50%/i.m setiap 6 jam s.d. 24 jam pasca persalinan (kalau tidak ada kontraindikasi pemberian MgSO4) y Diberikan antihipertensi, dapat diberikan : Nifedipine 5-10 mg setiap 8 jam, dapat diberikan bersama sama methyldopa 250-500mg setiap 8 jam. Nifedipine dapat diberikan ulang sublingual 5-10mg dalam waktu 30 menit pada keadaan tekanan sistolik 180 mmHg dan diastolik 110 mmHg (cukup sekali saja) y Dilakukan pemeriksaan lab tertentu (fungsi hepar dan ginjal) dan produksi urine 24 jam. y Konsultasi dengan bagian lain : Bagian mata Bagian jantung Bagian lain sesuai indikasi

b. Pengobatan dan evaluasi selama rawat tinggal di ruang bersalin (setelah 24 jam masuk ruang bersalin) y Tirah baring y Obat-obat : - Roborantia : multivitamin - Aspirin dosis rendah 87,5 mg sehari satu kali - Antihipertensi (Nifedipine 5-10 mg setiap 8 jam, methyldopa 250mg setiap 8 jam) - Penggunaan atenolol dan bloker (dosis regimen) dapat

dipertimbangkan pada pemberian kombinasi y Pemeriksaan lab : - Hb, PCV, dan hapusan darah tepi - Asam urat darah, trombosit - Fungsi ginjal atau hepar : - Urine lengkap - Produksi urine per 24 jam (esbach), penimbangan BB setiap hari. Pemeriksaan laboratorium dapat diulangi sesuai dengan keperluan y Diet tinggi protein, rendah karbohidrat y Dilakukan penilaian kesejahteraan janin termasuk biometri, jumlah cairan ketuban, gerakan, respirasi, dan ekstensi janin, velosimetri (resistensi), umbilikalis dan rasio panjang femur terhadap lingkaran abdomen. 3. Perawatan konservatif dianggap gagal bila : a. Ada tanda-tanda impending eklamsia b. Kenaikan progresif tekanan darah c. Ada sindroma HELLP d. Ada kelainan fungsi ginjal e. Penilaian kesejahteraan janin jelek

2.1.8.2 Perawatan Aktif 1. Indikasi a. Hasil penilaian janin jelek Ada gejala-gejala impending eklamsia b. Ada sindroma HELLP c. Kehamilan late preterm ( 34 minggu, estimasi berat janin 2000 gram) 2. Pengobatan medisinal a. Segera rawat inap b. Tirah baring miring ke satu sisi c. Infus RL yang mengandung 5% dekstrose 60-125 cc/jam d. Pemberian antikonvulsan, obat terpilih MgSO4, y Dosis Awal MgSO4 20% 4gr i.v MgSO4 50% 10 gr i.m (pada bokong kanan-kiri,masingmasing 5 gr) y Dosis Ulangan MgSO4 50% 5gr i.v di ulangi tiap 6 jam setelah dosis awal s.d. 6 jam pasca persalinan. y Syarat Pemberian : - Reflek patela (+) - RR > 16x/mnt - Produksi urine 150 cc/6jam - Harus tersedia Calcium Gluconas 1 gr 10% (diberikan i.v pelan-pelan pada intoksikasi MgSO4) e. Antihipertensi dapat dipertimbangkan bila sistolik 180 mmHg, diastolik 120 mmHg : Nifedipine 5-10 mg setiap 8 jam, methyldopa 250mg setiap 8 jam 3. Pengobatan obstetrik a. Sedapat mungkin sebelum perawatan aktif pada tiap penderita dilakuakan pemeriksaan Non Stress Test

b. Tindakan seksio sesaria dikerjakan bila : y Non Stress Test jelek y Penderita belum inpartu dengan skor pelvik jelek (skor bishop < 5) y Kegagalan drip oxytocin c. Induksi dengan drip oxytocin dikerjakan bila : y NST baik y Penderita belum inpartu dengan skor pelvik baik (skor bishop 5).

2.2 Konsep Dasar Asuhan Kebidanan Pada Pre Eklamsia Berat 2.2.1 Pengkajian Data 2.2.1.1 Data Subjektif A. Identitas 1. Nama Ibu dan Suami Untuk membedakan atau menetapkan identitas pasien karena mungkin memiliki nama yang sama. 2. Umur Dalam kurun waktu reproduksi sehat, dikenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-30 tahun. 3. Suku/Bangsa Mengetahui kondisi sosial budaya ibu yang mempengaruhi perilaku kesehatan. 4. Agama Dalam hal ini berhubungan dengan tingkat penderitaan sesuai dengan keyakinan 5. Pendidikan Mengetahui tingkat intelektual 6. Pekerjaan Mengetahui taraf hidup dan sosial ekonomi dan apakah pekerjaannya berdampak buruk untuk bayinya atau tidak.

7.

Alamat Untuk mengetahui ibu tinggal dimana bila ada kunjungan rumah

B. Keluhan Utama Pasien dengan preeklamsia berat biasanya datang dengan keluhan nyeri daerah epigastrium atau kuadran atas kanan perut, gangguan penglihatan (skotoma atau penglihatan yang berkabut), nyeri kepala hebat yang tidak berkurang dengan pemberian anlgetika biasa (Paket Pelatihan, 2008)

C. Riwayat Menstruasi Menarche Siklus Teratur/Tidak Sifat darah Lama Dismenorea Flour albus HPHT : 12-16 tahun : 28-32 hari : Teratur : Merah, encer, gumpalan : 3-7 hari : Ya/Tidak : Sedikit/Banyak, Gatal/tidak, Bau/tidak : Untuk Mengetahui UK

D. Riwayat Obstetri Yang Lalu


Kehamilan No Suami ke UK Penyulit Penolong Jenis Tempat Penyulit Peyulit Seks BB/PB Hidup/ mati ASI Persalinan Nifas Anak KB Ket

Preeklamsi berat banyak terjadi pada primigravida terutama pada primigravida muda dan timbul sesudah usia kehamilan 20 minggu. Riwayat ibu hamil dengan preeklamsi yang lalu meningkatkan resiko terjadinya preeklamsi pada hamil ini.

E. Riwayat Kehamilan Sekarang 1. Jumlah kehamilan ke. Biasanya sering terjadi pada primigravida . 2. Usia kehamilan preeklamsi terjadi pada umur kehamilan diatas 20 minggu. 3. Keluhan : a. TM I : mual muntah, perubahan payudara yang membesar, nocturia, letih, lesu, lemah, hipersalivasi, hidung tersumbat, keputihan, dan mengidam. b. TM II : hiperpigmentasi, timbul jerawat, pruritus, palpitasi, pusing c. TM III : sering kencing, oedema pada ekstremitas bawah. 4. Gerakan janin pertama yang dirasakan Ibu primigravida mulai merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 19-20 minggu. Sedangkan ibu multigravida mulai merasakan gerakan janin pada usia kehamilan 16 munggu. 5. Imunisasi TT. Imunisasi TT lengkap dilakukan sebanyak 5 kali.

6. Riwayat Perkawinan Dikaji untuk mengetahui status bayi/kehamilan, apakah

bayi/kehamilan tersebut adalah diinginkan/direncanakan, mahal, tidak di inginkan.

7. Riwayat Kesehatan Klien/Keluarga Dikaji untuk mengetahui keadaan atau riwayat penyakit sistemik yang pernah dimiliki klien. Ibu dengan preeklamsi berat biasanya diikuti dengan penyakit diabetes mellitus, kegemukan, hipertensi. Hipertensi merupakan penyakit menurun 8. Riwayat Psikososial

Ditanyakan perasaan ibu tentang kehamilannya saat ini. Ibu dengan preeklamsi berat diikuti perasaan khawatir 9. Pola Kehidupan Sehari-hari Dikaji pola kehidupan sebelum hamil dan selama hamil, seperti pola nutrisi, pola eliminasi, pola aktivitas, serta pola istirahat y Pola Kebiasaan Selama Hamil Merokok : ya / tidak Alkohol : ya / tidak Narkoba : ya / tidak 2.2.1.2 Data Objektif A. Pemeriksaan Umum 1. Keadaan Umum : baik/lemah. Kesadaran : composmentis, sopor, somnolen, apatis, koma. Ibu dengan preeklamsi berat kesadarannya bisa composmentis bahkan bisa sampai koma. 2. Tanda-Tanda Vital Tekanan darah : Pre eklamsia berat adalah pre eklamsia dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan diastolik 110 mmHg (Sarwono, 2009 : 544). Nadi, normalnya 80-100x/mnt RR, normalnya 16-24x/mnt Preeklamsia berat juga terkadang ditemui edema paru (nafas pendek) Suhu, nilai normal adalah 36,5o-37,5o C. Pada penderita preeklamsi berat suhu tubuh tidak berbeda dengan kondisi normal. B. Pemeriksaan Khusus y Inspeksi 1. Muka : apakah muka ibu pucat, oedema, terjadi cloasmagravidarum. Ibu dengan preeklamsi diikuti adanya oedema pada muka. Obat-obatan Jamu-jamuan : ya / tidak : ya / tidak

Binatang peliharaan : ada / tidak

2. Mata : perlu dikaji yaitu daerah sklera kanan dan kiri apakah berwarna putih(normal) atau kuning. Warna kuning

menandakan bahwa ibu mengalami kegagalan fungsi hatinya. Konjungtiva kanan dan kiri apakah berwarna merah

muda(normal), pucat(anemis). Kelopak mata apakah oedema atau tidak. Ibu dengan preeklamsi berat diikuti oedema pada kelopak mata. 3. Mulut : pada daerah mulut perlu dilihat apakah mukosa bibir ibu kering atau lembab. Jika kering menandakan bahwa ibu mengalami dehidrasi. Perlu dikaji juga apakah ada gigi yang karies. Adanya gigi yang karies menandakan ibu kurang kalsium. Maka dari itu diperlikan adanya perbaikan gizi 4. Leher : perlu diakji apakah terjadi pembengkakan pada kelenjar tyroid dan limfe. Jika terjadi pembengkakan dapat sebagai indikasi bahwa ibu mengalami infeksi. Adakah bendungan vena jugularis. Jika ada bendungan vena jugularis menandakan bahwa kerja jantung ibu mengalami gangguan. 5. Dada : payudara :perlu dikaji tentang kebersihan, kondisi puting susu, hiperpigmentasi areola. 6. Abdomen : dikaji adanya luka bekas SC, adanya linea nigra/alba, strie livide/albican. Ibu dengan perut bekas luka SC tidak dianjurkan biasa lahir normal. Bisa lahir normal jika bayi tidak terlalu besar dan perlu ddikaji pula alasan dilakukan SC pada persalinan yang lalu. 7. Ekstremitas atas dan bawah : dikaji adakah oedema dan kecacatan. Pada ibu dengan preeklamsi berat yang terjadi pada trimester tua biasanya terjadi oedema kaki/oedem pretibia. y Palpasi 1. Leher : perlunya dikaji adakah pembesaran kelenjar limfe dan tyroid, adakah bendungan vena jugularis. Jika terjadi pembengkakan dapat sebagai indikasi bahwa ibu mengalami

infeksi. Jika ada bendungan vena jugularis menandakan bahwa kerja jantung ibu mengalami gangguan. 2. Dada : payudara : kaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada payudara, dan apakah kolostrum sudah keluar. Kolostrum dapat keluar setelah usia kehamilan 32 minggu. 3. Abdomen : maksudnya periksa raba ialah untuk menentukan besarnya rahum dan dengan ini menentukan tuanya kehamilan serta menentukan letaknya anak dalam rahim. Selain itu juga harus diraba apakah ada masa abnormal lain. Pengukuran TFU dengan Mc. Donald Umur Kehamilan 22-28 mgg 28 mgg 30 mgg 32 mgg 34 mgg 36 mgg 38 mgg 40 mgg Usia Kehamilan 12 minggu 16 minggu 20 minggu 24 minggu 28 minggu 32 minggu 36 minggu 40 minggu 3 jari di atas sympisis pusat sympisis 3 jari dibawah pusat setinggi pusat 3 jari diatas pusat pusat processus xypoideus 3 jari di bawah processus xypoideus pusat processus xypoideus 24-25 cm 26 cm 29,5-30 cm 29,5-30 cm 31 cm 32 cm 33 cm 37 cm Tinggi Fundus Uteri TFU (diukur dari atas symphisis)

Cara melakukan palpasi ialah menurut leopold, sebagai berikut : Leopold I : berfungsi untuk menentukan tinggi fundus uteri dan menentukan bagian apa dari anak yang terdapat dalam fundus. Sifat kepala ialah keras, bundar, dan melenting. Sifat bokonh yaitu lunak, kurang bundar, dan kurang melenting. Pada letak lintang fundus uteri teraba kosong. Leopold II : terutama untuk menentukan letak punggung anak dan letak bagian-bagian kecil. Punggung janin terdapat di pihak yang memberikan rintangan yang terbesar, teraba keras rata seperti papan. Bagian-bagian kecil janin biasanya bertentangan degan pihak yang memberi rintangan terbesar Leopold III : untuk menentukan apa yang terdapat di bagian bawah dan apakah bagian terendah janin sudah atau belum terpegang oleh pintu atas panggul. Leopold IV : untuk menentukan apa yang menjadi bagian bawah dan berapa masuknya bagian bawah ke dalam rongga panggul. y Auskultasi Denyut jantung janin normal berkisar antara 120-160 kali per menit, dikaji teratur/tidak. Punctum maximum atau bunyi jantung paling jelas terdengar di daerah punggung anak dekat kepala. y Perkusi Dilakukan pemeriksaan reflek patela. Reflek patela normal adalah positif, dimana ekstrimitas bawah ibu akan bergerak ketika diketuk. Pada Preeklamsia, untuk pemberian MgSO4 salah satu syarat pemberiannya adalah reflek patela positif. C. Pemeriksaan Penunjang y Tes Darah Lengkap pada penderita PEB biasanya SGOT dan SGPT naik, trombosit kurang dari 100.000/mm. y Tes Urine Pada PEB didapatkan :

- Protein urine 5 gr/24 jam atau kualitatif +4 (++++) - Oliguria (jumlah produksi urine 500 cc/24 jam) atau disertai kenaikan kadar kreatinin darah. 2.2.2 Asassement/Diagnosa/Masalah Diagnosa ditegakkan berdasarkan pengkajian data yang diperoleh : G...P.......... uk.......mg, Tunggal/Ganda, Hidup/Mati, Intrauterine/Ekstrauterine, Letak Janin (Jika kepala, sudah masuk PAP atau belum), Keadaan jalan lahir normal/tidak, k/u ibu dan janin baik atau tidak dengan Preeklamsia Berat Diagnosa Banding : Kehamilan dengan syndroma nefrotik

2.2.3 Antisipasi Masalah/Diagnosa Potensial Eklamsia

2.2.4 Identifikasi Tindakan Kebutuhan Segera Kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi.

2.2.5 Intervensi Tanggal Jam Tujuan Kriteria Waktu : setelah dilakukan asuhan kebidanan selama.........jam, diharapkan tidak terjadi komplikasi dan ibu sudah dirujuk. Kriteria Hasil : Dituliskan data subjektif dan objektif yang diharapkan setelah diberikan asuhan kebidanan. Intervensi : 1. Jelaskan hasil pemeriksaan kepada klien dan keluarga. Rasional : Klien dan keluarga mengetahui kondisi janin dan dirinya 2. Lakukan kolaborasi dengan dokter Sp.OG untuk pemberian terapi. Rasional : melaksanakan fungsi interdependent. 3. Lakukan informed consent : :

Rasional : sebagai bukti tertulis bagi bidan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan 4. Anjurkan pasien tirah baring miring ke satu sisi Rasional : mencegah terjadinya ablatio retina 5. Pasang O2 masker 4-6 liter/ menit Rasional : pemenuhan kebutuhan oksigen 6. Pasang infus RL yang mengandung 5% dekstrose 60-125 cc/jam Rasional : memenuhi kebutuhan cairan tubuh ibu 7. Berikan Anti konvulsan Anti konvulsan terpilih adalah MgSO4. Alternatif lain adalah diazepam, dengan resiko terjadinya depresi neonatal. Pemberian MgSO4 y Dosis Awal MgSO4 20% 4gr i.v MgSO4 50% 10 gr i.m (pada bokong kanan-kiri,masing-masing 5 gr) y Dosis Ulangan MgSO4 50% 5gr i.v di ulangi tiap 6 jam setelah dosis awal s.d. 6 jam pasca persalinan. y Syarat Pemberian : - Reflek patela (+) - RR > 16x/mnt - Produksi urine 150 cc/6jam - Harus tersedia Calcium Gluconas 1 gr 10% (diberikan i.v pelanpelan pada intoksikasi MgSO4) Rasional : PEB beresiko jatuh menjadi eklamsia 8. Pasang dower kateter Rasional : observasi balance cairan 9. Auskultasi paru Rasional : menilai tanda-tanda adanya oedem paru 10. Berikan obat antihipertensi Antihipertensi terpilih adalah : Nifedipine 5-10mg tiap 8 jam, atau

Methyldopa 250 mg tiap 8 jam Rasional : antihipertensi menyababkan vasodilator pembuluh darah 11. Lakukan rujukan dengan BAKSOKU y B (bidan) : pastikan ibu/bayi/klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan y A (alat) : bawa perlengkapan dan bahan bahan yang diperlukan, seperti spuit, infus set, tensimeter, stetoskop, partus set, O2. y K (keluarga) : beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alas an mengapa ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima Ibu (klien) ke tempat rujukan. y S (surat) : beri surat ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan rujukan, uraian hasil rujukan, asuhan, atau obat obat yang telah diterima ibu (klien) y O (obat) : bawa obat obat esensial diperlukan selama perjalanan merujuk. (MgSO4 20%, sintocynon, nifedipine, ca.gluconas) y K (kendaraan) : siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien) dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat. y U (uang) : ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat dan bahan kesehatan yang di perlukan di temapat rujukan Rasional : agar pasien mendapatkan penanganan yang lebih lanjut

2.2.6 Implementasi Merupakan langkah pelaksanaan dari asuhan kebidanan yang telah direncanakan sebelumnya. Ditulis tanggal serta dicantumkan jam pada setiap point pelaksanaannya.

2.2.7 Evaluasi Merupakan langkah penilaian atau evaluasi keberhasilan atas asuhan kebidanan yang telah diberikan.

You might also like