You are on page 1of 9

Paper Teknik Penyehatan Lingkungan Industri

Limbah Gas

Oleh : Md. Arif Sukmawan ( 081 120 5001 ) Nur Arifin ( 081 120 5013 ) Anggraeni Madik Linda ( 081 120 50 )

Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian 2011

1. Pengertian Limbah Gas Limbah adalah segala sesuatu yang dihasilkan sebagai sampingan akibat proses produksi dalam bentuk padatan, gas, bunyi, cairan dan radiasi yang tidak dapat dimanfaatkan sebagai produk. Limbah sisa hasil pengolahan ada 3 bentuk yaitu limbah padat, limbah cair, limbah gas. Limbah gas umumnya merupakan hasil pembakaran baik dari kegiatan industri, proses pembakaran maupun dari kendaraan bermotor. Pencemaran udara adalah masuk atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam udara dan atau berubahnya tatanan (komposisi) udara oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kualitas udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Kristanto, 2002). Semakin meningkat kegiatan manusia, semakin banyak pula limbah yang dihasilkan. Oleh karena itu perlu peraturan yang mengikat secara hukum terkait dengan limbah dan pengelolaannya. UU No 32 Tahun 2009 sudah memuat aturan segala sesuatu yang terkait limbah tersebut. Aturan itu menyangkut apa yang diperbolehkan, dilarang dan sanksi hukumnya.

2. Sumber Pencemaran Udara Berdasarkan asal dan kelanjutannya di udara pencemar udara dapat dibedakan menjadi pencemar udara primer dan pencemar udara sekunder. Pencemar udara primer yaitu pencemar di udara yang ada dalam bentuk yang hampir tidak berubah, sama seperti pada saat dibebaskan dari sumbernya sebagai hasil dari suatu proses tertentu. Pencemar udara primer umumnya berasal dari sumber-sumber yang diakibatkan oleh aktifitas manusia seperti dari industri (cerobong asap industri), dari sektor industri transportasi. Pencemar udara sekunder adalah semua pencemar di udara yang sudah berubah karena reaksi tertentu antara dua atau lebih kontaminan/ polutan. Umumnya polutan sekunder merupakan hasil antara polutan primer dengan polutan lain yang ada di udara. Reaksi-reaksi yang menimbulkan polutan sekunder diantaranya adalah reaksi fotokimia dan reaksi oksida katalis. Reaksi fotokimia misalnya oleh pembentukan ozon, reaksi-reaksi oksida katalis diwakili oleh polutan berbentuk oksida gas (Kristanto, 2002).

3. Komposisi Pencemar Udara Pencemar udara primer dapat digolongkan menjadi lima kelompok yaitu (Wardhana, 2004):

1. Karbon Monoksida (CO), komponen ini mempunyai berat sebesar 96,5% dari berat

air dan tidak dapat larut dalam air. CO yang terdapat di alam terbentuk dari satu proses sebagai berikut pembakaran tidak sempurna terhadap karbon atau komponen yang mengandung karbon, reaksi antara karbon dioksida dan komponen yang mengandung karbon pada suhu tinggi. Pada suhu tinggi karbon dioksida terurai menjadi karbon monoksida dan atom O.
2. Nitrogen Oksida (NO2), NO2 adalah kelompok gas yang terdapat di atmosfir, terdiri

dari gas NO dan NO2. NO merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau, sebaliknya NO2 mempunyai warna coklat kemerahan dan berbau tajam.
3. Hidrokarbon (HC), yaitu komponen-komponen hidrokarbon terdiri dari elemen

hidrogen dan karbon. Hidrokarbon yang sering menimbulkan masalah dalam pencemaran udara adalah yang berbentuk gas pada suhu normal atmosfir atau hidrokarbon yang bersifat sangat volatil (mudah berubah menjadi gas) pada suhu tersebut.
4. Sulfur Oksida (SO2), yaitu pencemaran olah SO2 terutama disebabkan oleh dua

komponen gas yang tidak berwarna yaitu SO2 dan SO3. SO2 mempunyai karakteristik bau yang tajam dan tidak terbakar di udara sedangkan SO3merupakan komponen yang tidak reaktif.
5. Partikel, polutan udara disamping berwujud gas dapat pula berbentuk partikel-

partikel kecil padat dan dropled cairan yang terdapat dalam jumlah cukup besar di udara. Pencemar udara sekunder dapat digolongkan menjadi dua yaitu ozon dan senyawa peroksida. Karakteristik pencemar udara : Karakteristik fisik dan kimia dibedakan menjadi gas dan partikel. Partikel merupakan benda-benda padat/ cair yang dimensinya sedemikian kecilnya sehingga memungkinkan melayang di udara. Bentuk khusus dari partikel dibedakan menjadi : a. Mist (kabut), partikel cair yang berada di udara karena kondensasi uap air. b. Fog (kabut yang padat/tebal), sama dengan mist tetapi dapat dilihat dengan mata telanjang. c. Smoke (asap), partikel karbon yang terjadi dari pembakaran tidak sempurna. d. Dust (debu), partikel padat yang terjadi karena proses mekanis. e. Fume, partikel padat yang terjadi karena kondensasi dari penguapan logam cair. f. Aerosol, partikel yang terlebur dan melayang di udara. g. Plume, asap yang keluar dari cerobong asap suatu industri (pabrik). h. Haze, bentuk aerosol yang mengganggu pandangan di udara. i. Smoge, campuran antara smoke dan fog.

j. Smaze, campuran antara smoke dan haze. Gas dan uap adalah molekul-molekulnya dapat bergerak sangat bebas, dan dapat mengisi seluruh ruangan yang ditempatinya, dapat dibedakan menjadi : a. Yang larut dalam air, misalnya oksigen larut dalam air. b. Yang tidak larut dalam air. Dibedakan lagi menjadi yang tidak larut tetapi berekasi dengan salah satu komponen dalam air lambat sekali, misalnya benzena.

4. Parameter Limbah Udara 4.1. Emisi Industri Udara alamiah selain terdiri dari gas dan uap air juga mengandung campuran partikel padat dan cair yang sangat halus yang disebut aerosol. Baku mutu emisi adalah batas kadar yang dikeluarkan dari zat-zat atau bahan pencemar yang dikeluarkan langsung dari sumber pencemar udara, sehingga kadar zat-zat atau bahan-bahan tersebut tidak menimbulkan gangguan pada manusia, hewan, tumbuhan dan benda-benda serta tidak melampaui baku mutu udara ambien (MenLH, 2002). Emisi sebagai salah satu penentu mutu udara berperan penting dalam menentukan kualitas udara. Sumber emisi bahan pencemar dalam hal ini dapat disebabkan oleh setiap orang atau kegiatan usaha yang menimbulkan emisi bahan pencemar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa emisi merupakan akibat dari aktifitas manusia yaitu pabrik-pabrik, kendaraan bermotor, pembakaran. Bahan pencemar yang dapat ditimbulkan oleh sumber stasioner (tak bergerak) tersebut adalah (Bapeldadasu, 2004): 1. Kabut asam sulfat atau sulfur Trioksida atau keduanya 2. Oksida Nitrogen (NO2) 3. Karbon Monoksida (CO) 4. Partikel padat 5. Hidrogen Sulfida (H2S) 6. Methyl Merpaktan (CH3SH) 7. Amonia (NH3) 8. Gas Klorin 9. Hidrogen Klorida (HCl) 10. Fluor atau asam Hydrofluorida atau senyawa organik fluor 11. Seng (Zn)

12. Air raksa (Hg) 13. Katmium (Cd) 14. Arsen (As) 15. Antimon (Sb) 16. Radio Nuklida dan Asat Bahan pencemar tersebut di atas walaupun akumulasinya banyak dipengaruhi oleh keadaan alam setempat (misalnya arah angin) tetapi asal bahan pencemar tetap (stationer) maka lingkungan sekitar terdekat dengan kegiatan yang potensil menimbulkan bahan pencemar, merupakan kelompok yang mempunyai resiko tinggi yang mendapat dampak negatif. 4.2. Tingkat Kebauan Kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Baku mutu tingkat kebauan adalah batas maksimal bau dalam udara yang diperbolehkan yang tidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Dalam KepmeLH No.50 tahun 1996 baku tingkat kebauan diatur dalam dua jenis zat odoran bau yaitu berupa zat odoran tunggal dan zat odoran campuran. A. Parameter bau dari odoran tunggal 1. Amoniak (NH3) 2. Metil Merkaptan (CH3SH) 3. Hidrogen 4. Metil Sulfida ((CH3)2)S 5. Stirena (C6H5CHCH2) B. Bau dari odoran campuran Tingkat kebauan yang dihasilkan oleh campuran odoran dinyatakan sebagai ambang bau yang dapat dideteksi secara sensorik oleh lebih dari 50% anggota penguji yang berjumlah minimal 8 orang.

5. Dampak Pencemaran Udara

a. Terhadap Lingkungan Partikel Partikel di atmosfir membuat dampak yang terbatas pada sejumlah radiasi matahari yang mencapai permukaan bumi. Satu prinsip efek adalah pengurangan kenampakan. Intensitas cahaya yang diterima dari benda dan latar belakang menjadi kurang. Jumlah polusi partikel tergantung pada musim ataupun lokasi sumber polusi dan emisinya. Debu pada daun jika terkena kabut atau hujan ringan akan membuat kerak yang tebal pada permukaan daun dapat mengganggu proses fotosintesis dengan menghalangi sinar matahari yang diperlukan daun dan mengacaukan proses pertukaran CO2 dengan atmosfer. Dengan demikian prtumbuhan tanaman akan terhenti. Partikulat debu yang ada juga dapat menimbulkan kerusakan material/bahan secara luas. Partikulat mempercepat korosi terutama adanya campuran yang mengandung sulfur (Bapedaldasu, 2004).
-

SO2 Kerusakan tanaman dapat terjadi oleh sulfur ioksida (SO2) . Uap asap sulfat dapat merusak tanaman dan dapat terlihat pada daun. Kerusakan kronis dapat terjadi bila kontak dengan SO2 dalam waktu yang lama ditandai dengan warna daun kuning karena terhambatnya pembentukan klorofil kemudian dapat mengkibatkan gugurnya daun. Pengaruh SO2 antara lain terhadap cat, dimana waktu pengeringan dan pengerasan beberapa cat meningkat jika mengalami kontak dengan SO2, beberapa film cat menjadi lunak dan rapuh jika dikeringkan, serat tekstil terutama yang terbuat dari serat tumbuhan menjadi lapuk. Kondisi lingkungan yang tercemar SO2 merangsang kecepatan korosi terutama besi, baja, dan zink (Sunu, 2001)

NO2 Adanya konsentrasi NO2 di udara dapat menimbulkan kerusakan tanaman . Percobaan cara fumigasi tanaman-tanaman dengan NO2 menunjukkan adanya bintikbintik pada daun. Pencemaran udara oleh gas NO2 juga menyebabkan timbulnya fitokimian yang sangat mengganggu lingkungan (Sunu, 2001)

b. Terhadap Kesehatan Manusia

Partikel Partikel (debu) yang masuk atau mengendap dalam paru-paru dapat mengakibatkan pneumoniosis, dan iritasi pada mata. Efek tidak langsung pada manusia bila partikel polutan yang mengandung zat kimia mengendap pada daun dan daun digunakan sebagai bahan makanan oleh manusia (Bapedaldasu, 2004).

SO2 SO2 mempunyai sifat iritasi/perangsang, gangguan yang lebih kuat. SO2 merupakan polutan yang berbahaya bagi kesehatan terutama bagi penyakit kronis sisitem pernafasan dan kardiofaskuler (Sunu, 2001).

NO2 Organ tubuh yang paling peka terhadap pencemaran gas nitrogen oksida adalah paruparu. Paru-paru terkontaminasi oleh gas NO2 akan membengkak sehingga penderita sulit bernafas dan menyebabkan kematian. Pengaruhnya terhadap kesehatan yaitu terganggunya sistem pernafasan, bila kondisinya kronis dapat berpotensi terjadi bronkhitis serta akan terjadi penimbunan nitrogen oksida dan dapat merupakan sumber karsinogenik (Sunu, 2001).

6. Tujuan Pengolahan Limbah Gas 1. Mencegah terjadinya penurunan kualitas udara di dalam area pabrik maupun di desadesa sekitarnya yang dekat dengan area pabrik sehingga berguna bagi hajat hidup orang banyak. 2. Minimalisasi atau mengurangi bau yang tidak menyenangkan yang disebabkan kegiatan operasional. 3. Minimalisasi atau mengurangi tingkat kebisingan di dalam area pabrik maupun di daerah sekitarnya.

7. Cara-cara Pengolahan Ada beberapa metode yang telah dikembangkan untuk penyederhanaan buangan gas. Dasar pengembangan yang dilakukan adalah penyapuan partikel (particulate scrubber),

penyerapan absorbsi, pembakaran, penutupan bau, dilusi, penyerapan ion excanger, dan kolam netralisasi (Bapedaldasu, 2004). Beberapa jenis peralatan yang digunakan untuk pengolahan limbah gas :
1. Scrubber, alat ini digunakan untuk membersihkan gas yang mudah bereaksi dengan

air.Prinsip kerjanya adalah mencampur air dengan uap/gas dalam suatu wadah. Alat ini terdiri dari beberapa tipe seperti wet scrubber, ventury scrubber dan vertical scrubber, spray tower, package tower, plate tower dan cyclon.
2. Menara isi, terdiri dari yang berbentuk silinder yang diisi dengan butiran pengisi

untuk memperluas permukaan kontak antara gas dan cairan penyerap.


3. Menara semprot (spray tower), pemakaiannya lebih banyak untuk keperluan

perpindahan panas.
4. Penyerapan berdasarkan tarikan cairan. Cara ini banyak dipakai untuk gas klor

yang membawa partikel-partikel kapur.


5. Ruang penyerapan berbentuk siklon. Cara ini adalah perpaduan antara teknik

penyemprotan dengan prinsip mekanis dari gaya sentrifugal. Alat ini bisa dipakai untuk menyerap buangan dalam bentuk gas seperti gas klor atau gas yang membawa partikel.
6. Penyerapan secara mekanis, dispersi cairan penyerap ke dalam gas pada alat ini

dilakukan dengan cara mekanis. Untuk menghilangkan bau gas yang mengganggu dilakukan dengan cara penutupan (counter of odor). Apabila bau yang keluar tidak efektif untuk dihilangkan dengan cara kimia, pembakaran atau absorbsi maka perlu diberi zat lain yang berbau lebih enak misalnya essens, parfum dan lain-lain yang dapat menutupi bau yang mengganggu tersebut. Penambahan zat tersebut dapat dilakukan dengan penyemprotan pada dasar cerobong dengan konsentrasi sampai 2%. Cara lain dapat pula dengan penambahan pada scrubber zat tambahan kimiawi yang mudah menguap dan dapat menetralkan bau (Bapedaldasu, 2004). Pembakaran dilakukan terhadap gas buangan yang mengganggu tetapi tidak mengandung pencemar yang berbahaya atau terhadap gas buangan yang sulit diolah tetapi mengandung zat-zat yang dapat dibakar dan biasanya dilakukan pembakaran sebelum dibuang ke udara. Pembakaran merupakan cara yang sangat efektif untuk menghilangkan pencemar yang dapat terbakar, bau, senyawa beracun dan dapat mengurangi bahaya ledakan.

Daftar Pustaka
Kristanto, Philip, 2002. Ekologi Industri. Andi, Yogyakarta. Gintings, Perdana 1992. Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta. Kementrian Negar Lingkungan Hidup, KepmenLH No. 04/MENLH/2007, Tentang Baku Mutu Air Limbah Bagi Usaha Dan/Atau Kegiatan Minyak dan Gas Serta Panas Bumi. Kementrian Lingkungan Hidup, Jakarta. Sunu, Pramudya, 2001. Melindungi Lingkungan dengan Menerapkan ISO 14001. PT Grasindo, Jakarta. Wardhana, Wisnu Arya, 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan. Andi, Yogyakarta.

You might also like