You are on page 1of 7

Tiga Fitnah Dunia Yang Menimpa Dai

Oleh: Iman Santoso, Lc

Fitnah dunia telah sedemikian hebatnya mengganas, menyerang dan menguasai pikiran mayoritas umat manusia. Fitnah itu mengkristal menjadi ideologi yang banyak dianut manusia, yaitu materialisme. Rasulullah saw., pada 14 abad lalu telah memprediksinya dalam sebuah hadits yang terkenal disebut dengan hadits Wahn, Hampir saja bangsa-bangsa mengepung kalian, sebagaimana orang lapar mengepung tempat makanan. Berkata seorang sahabat, Apakah karena kita sedikit pada saat itu ? Rasul saw. bersabda, Bahkan kalian pada saat itu banyak, tetapi kalian seperti buih, seperti buih lautan. Allah akan mencabut dari hati musuh kalian rasa takut pada kalian. Dan Allah memasukkan ke dalam hati kalian Wahn. Berkata seorang sahabat, Apakah Wahn itu wahai Rasulullah saw ? Rasul saw, bersabda, Cinta dunia dan takut mati (HR Abu Dawud) Dunia dengan segala isinya adalah fitnah yang banyak menipu manusia. Dan Rasulullah saw., telah memberikan peringatan kepada umatnya dalam berbagai kesempatan, beliau bersabda dalam haditsnya: Dari Abu Said Al-Khudri ra dari Nabi saw bersabda: Sesungguhnya dunia itu manis dan lezat, dan sesungguhnya Allah menitipkannya padamu, kemudian melihat bagaimana kamu menggunakannya. Maka hati-hatilah terhadap dunia dan hati-hatilah terhadap wanita, karena fitnah pertama yang menimpa bani Israel disebabkan wanita(HR Muslim) (AtTaghaabun 14-15). Macam-macam Fitnah Dunia Secara umum fitnah kehidupan dunia dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk, yaitu: wanita, harta dan kekuasaan. Fitnah Wanita Dahsyatnya fitnah wanita telah disebutkan dalam Al-Quran dan Hadits. Bahkan surat Ali Imran 14 menempatkan wanita sebagai urutan pertama yang banyak dicintai oleh manusia dan pada saat yang sama menjadi fitnah yang paling berbahaya untuk manusia. Rasulullah saw. bersabda, Tidaklah aku tinggalkan fitnah yang lebih besar bagi kaum lelaki melebihi fitnah wanita (HR Bukhari dan Muslim). Fitnah wanita dapat menimpa siapa saja dari seluruh level tingkatan manusia baik dari kalangan pemimpin maupun rakyat biasa. Sejarah telah membuktikan kenyataan tersebut. Banyak para pemimpin dunia yang jatuh karena faktor fitnah wanita. Dan fitnah wanita juga dapat menimpa para dai dan pemimpin dai. Bahkan salah satu hadits yang paling terkenal dalam Islam, yaitu hadits niat, sebab keluarnya karena ada salah seorang yang hijrah ke Madinah untuk menikahi wanita yang bernama Ummu Qois. Maka dikenallah dengan sebutan Muhajir Ummu Qois. Banyak sekali bentuk fitnah wanita, jika wanita itu istri maka banyak para istri dapat memalingkan suaminya dari ibadah, dakwah dan amal shalih yang prioritas lainnya. Jika wanita

itu wanita selain istrinya, maka fitnah dapat berbentuk perselingkuhan dan perzinahan. Fitnah inilah yang sangat dahsyat yang menimpa banyak umat Islam. Ada banyak cerita masa lalu baik yang terjadi di masa Bani Israil maupun di masa Rasululullah saw yang menyangkut wanita yang dijadikan obyek fitnah. Kisah seorang rahib yang membakar jari-jari tangannya untuk mengingatkan diri dari azab neraka ketika berhadapan dengan wanita yang sangat siap pakai, kisah penjual minyak wangi yang mengotori dirinya dengan kotoran dirinya agar wanita yang menggodanya lari, dan cerita nabi Yusuf a.s. yang diabadikan AlQuran. Itu kisah-kisah mereka yang selamat dari fitnah wanita. Sedangkan kisah mereka yang menjadi korban fitnah wanita lebih banyak lagi. Kisah rahib yang mengobati wanita kemudian berzina sampai hamil dan membunuhnya, sampai akhirnya musyrik karena menyembah setan. Kisah raja Arab dari Bani Umayyah yang meninggal dalam pelukan wanita dan banyak lagi kisah-kisah lainnya. Fitnah Harta Fitnah dunia termasuk bentuk fitnah yang sangat dahsyat yang dikhawatirkan Rasulullah saw, Dari Amru bin Auf al-Anshari ra bahwa Rasulullah saw. mengutus Abu Ubaidah bin al-Jarrah ke al-Bahrain untuk mengambil jizyahnya. Kemudian Abu Ubaidah datang dari bahrain dengan membawa harta dan orang-orang Anshar mendengar kedatangan Abu Ubaidah. Mereka berkumpul untuk shalat Subuh dengan Nabi saw. tatkala selesai dan hendak pergi mereka mendatangi Rasul saw., dan beliau tersenyum ketika melihat mereka kemudian bersabda,Saya yakin kalian mendengar bahwa Abu Ubaidah datang dari Bahrain dengan membawa sesuatu? Mereka menjawab, Betul wahai Rasulullah. Rasul saw. bersabda, Berikanlah kabar gembira dan harapan apa yang menyenangkan kalian, demi Allah bukanlah kefakiran yang paling aku takutkan padamu tetapi aku takut dibukanya dunia untukmu sebagaimana telah dibuka bagi orang-orang sebelummu dan kalian akan berlomba-lomba mendapatkannya sebagaimana mereka berlomba-lomba, dan akan menghancurkanmu sebagaimana telah menghancurkan mereka. (HR Bukhari dan Muslim). Pada saat dimana dakwah sudah memasuki wilayah negara, maka fitnah harta harus semakin diwaspadai. Karena pintu-pintu perbendaharaan harta sudah sedemikian rupa terbuka lebar. Dan fitnah harta, nampaknya sudah mulai menimpa sebagian aktifitas dakwah. Aromanya sudah sedemikian rupa tercium menyengat. Kegemaran main dan beraktivitas di hotel, berganti-ganti mobil dan membeli mobil mewah, berlomba-lomba membeli rumah yang mewah dan berlebihlebihan dengan perabot rumah tangga, lebih asyik bertemu dengan teman yang memiliki level sama dan para pejabat lainnya adalah beberapa fenomena fitnah harta. Yang paling parah dari fitnah harta bagi para dai adalah menjadikan dakwah sebagai dagangan politik. Segala sesuatu mengatasnamakan dakwah. Berbuat untuk dakwah dengan berbuat atas nama dakwah bedanya sangat tipis. Menerima hadiah atas nama dakwah, menerima dana dan sumbangan musyarokah atas nama dakwah. Mendekat kepada penguasa dan menjilat pada mereka atas nama dakwah dan sebagainya. Dalam konteks ini Rasulullah saw. dan para sahabatnya pernah ditegur keras oleh Allah karena memilih mendapatkan ghonimah dan tawanan perang, padahal itu semua dengan pertimbangan

dakwah dan bukan atas nama dakwah. Kejadian ini diabadikan Al-Quran surat Al-Anfaal (8): 67-68, Tidak patut, bagi seorang nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu) Fitnah Kekuasaan Fitnah kekuasaan biasanya menimpa kalangan elit dan level tertentu dalam tubuh umat. Fitnah inilah yang menjadi pemicu fitnah kubra di masa sahabat, antara Ali r.a. dengan siti Aisyah r.a. dalam perang Jamal, antara Ali r.a. dengan Muawiyah r.a. dalam perang Siffin, antara Ali r.a. dengan kaum Khawarij. Fitnah kekuasaan ini juga dapat menimpa gerakan dakwah dan memang telah banyak menimpa gerakan dakwah. Para aktifis gerakan dakwah termasuk para pemimpin gerakan dakwah adalah manusia biasa yang tidak mashum dan tidak terbebas dari dosa dan fitnah. Yang terbebas dari fitnah dan kesalahan adalah manhaj Islam. Sehingga fitnah kekuasaan dapat menimpa mereka kecuali yang dirahmati Allah. Kecintaan untuk terus memimpin dan berkuasa baik dalam wilayah publik maupun struktur suatu organisasi adalah bagian dari fitnah kekuasaan. Fitnah kekuasaan yang paling dahsyat menimpa aktifis dakwah adalah perpecahan, saling menjatuhkan, saling memfitnah bahkan saling membunuh. Dan semua itu pernah terjadi dalam sejarah Islam. Semoga kita semua diselamatkan dari semua bentuk fitnah ini. Untuk mengantisipasi semua bentuk fitnah dunia ini, maka kita harus senantiasa mendekatkan diri kepada Allah dan berlindung dari keburukan fitnah dunia. Mengokohkan pribadi kita sehingga menjadi jiwa rabbani bukan jiwa maadi (materialis) dan juga bukan jiwa rahbani (jiwa pendeta yang suka kultus). Disamping itu kita harus mengokohkan pemahaman kita tentang hakekat dunia, risalah manusia dan keyakinan tentang hisab dan hari akhir. 1. Hakekat Harta dan Dunia Dunia adalah permainan dan senda gurau. [QS. Al-Ankabuut (29): 64] Kesenangan yang menipu. [QS. Ali Imran (3): 185] Kesenangan yang terbatas dan sementara. [QS. Ali Imran (3): 196-197] Jalan atau jembatan menuju akhirat, Rasulullah saw bersabda, Jadilah engkau di dunia seperti orang asing atau musafir. (HR Bukhari dari Ibnu Umar) Manusia diciptakan Allah sebagai pemimpin yang harus memakmurkan bumi. Maka mereka harus menguasai dunia atau harta bukan dikuasai oleh harta. Sebagaimana doa yang diungkapkan oleh Abu Bakar r.a., Ya Allah jadikanlah dunia di tanganku, bukan masuk ke dalam hatiku. Seperti itulah seharusnya seorang pemimpin. Memberi teladan tentang pengorbanan total dengan segala harta yang dimiliki, bukan malah mencontohkan kepada pengikutnya mengelus-elus mobil mewah dengan hati penuh harap bisa memiliki.

2. Meyakini hari Hisab dan Pembalasan. Manusia harus mengetahui dan sadar bahwa kekayaan yang mereka miliki akan dihisab dan dibalas di akhirat kelak. Bahkan semua yang dimiliki dan dinikmati manusia baik kecil maupun besar akan dicatat dan dipertanggungjawabkannya. Oleh karenanya mereka harus berhati-hati dalam mencari harta kekayaan dan dalam membelanjakannya. 3. Sadar dan menyakini bahwa kenikmatan di akhirat jauh lebih nikmat dan abadi. Rasulullah saw bersabda: Allah menjadikan rahmat 100 bagian, 99 bagian Allah tahan dan Allah turunkan ke bumi satu bagian. Satu bagian itulah yang menyebabkan sesama mahluk saling menyayangi sampai kuda mengangkat telapak kakinya dari anaknya khawatir mengenainya. (Muttafaqun alaihi) Begitulah, kenikmatan paling nikmat yang Allah berikan di dunia hanyalah satu bagian saja dari rahmat Allah swt sedangkan sisanya Allah tahan dan hanya akan diberikan kepada orang-orang beriman di surga. Dan kesimpulannya agar kita terbebas dari fitnah dunia, maka kita harus membentuk diri kita menjadi karaktersitik rabbaniyah bukan madiyah dan juga bukan rahbaniyah. Jiwa inilah yang selalu mendapat bimbingan Allah karena senantiasa berintraksi dengan Al-Quran baik dengan cara mempelajarinya maupun dengan cara mengajarkannya. Wallahu alam
@@@

Fitnah Wanita
Feb 18 Islam datang di kala orang-orang jahiliyah mengubur hidup-hidup anak perempuan mereka. Islam datang di kala wanita tidak mempunyai hak waris sepeserpun. Islam datang ketika seorang istri tidak mempunyai hak apapun terhadap suaminya. Islam datang di kala wanita bisa diwariskan. Islam datang di kala seorang suami bisa menyerahkan istrinya digauli oleh lelaki hebat, agar bisa mendapatkan keturunan yang hebat. Dan Islam datang di kala wanita yang ditinggal mati suaminya harus berkabung selama setahun penuh. Allah Subhanahu Wa Taala telah memuliakan, mensucikan, dan mengangkat kedudukan wanita. Tidak ada ajaran manapun yang lebih tinggi mengangkat derajat wanita selain ajaran Islam. Bahkan Allah Subhanahu Wa Taala banyak menurunkan hukum-hukum khusus berkenaan dengan masalah wanita di dalam kitab-Nya yang mulia. Namun sayangnya, banyak di antara kaum muslimah yang terhasut oleh propaganda kebebasan wanita. Banyak di antara wanita muslimah yang menanggalkan hijab syari dengan segala konsekuensinya, yaitu melepaskan keimanan, rasa malu, dan kesucian demi sesuatu yang mereka namakan kebebasan. Padahal tolok ukur kualitas suatu kaum adalah wanitanya. Jika wanitanya

baik, maka baik pula kaum tersebut. Sebaliknya, jika wanitanya rusak, maka rusak pula kaum tersebut. Mereka tidak sadar bahwa mereka adalah penebar fitnah. Dari Usamah bin Zaid, Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wasallam bersabda yang artinya, Tidak pernah kutinggalkan sepeninggalku godaan yang lebih berbahaya bagi kaum lelaki daripada (godaan) wanita. (Muttafaq `Alaih) Dari Abu Said Al-Khudri, Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wasallam bersabda yang artinya, Sesungguhnya dunia ini indah dan manis, dan sesungguhnya Allah telah menjadikan kamu sekalian sebagai khilafah lalu melihat apa yang kalian perbuat. Maka waspadailah dunia dan wanita. Sesungguhnya godaan dan bencana yang menimpa Bani Israil adalah wanita. (H.R. Muslim) Nah, di baris-baris berikut ini saya akan petikkan beberapa kisah ulama salaf dalam menghadapi fitnah wanita. Semoga bermanfaat. Muhammad bin Ishaq menyatakan, As-Sirri bin Dinar pernah singgah di kota Dzarib di Mesir. Di sana tinggal seorang wanita cantik yang amat menggoda karena kecantikannya. Karena tahu dirinya menarik, sang wanita berkata, `Aku akan menggoda lelaki ini. Maka wanita itupun masuk ke tempat lelaki itu dari pintunya. Wanita itu membuka wajahnya dan memperlihatkan dirinya di hadapan As-Sirri. Beliau bertanya, `Ada apa denganmu? Wanita itu berkata, `Maukah Anda merasakan kasur yang empuk dan kehidupan yang nikmat? Beliau menghadap wanita itu sambil melantunkan syair: Berapa banyak pecandu kemaksiatan yang mereguk kenikmatan dari wanita-wanita itu, namun akhirnya ia mati meninggalkan mereka untuk merasakan siksa yang nyata, Mereka merasakan kemaksiatan yang tiada abadi, untuk merasakan akibat kemaksiatan yang tak kunjung sirna. Wahai kejahatan, sesungguhnya Allah melihat dan mendengar hambaNya, dengan kehendak Dia pulalah kemaksiatan itu tertutupi jua. (Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin, Ibnul Qayyim, hal.339) Abul Faraj dan yang lainnya menuturkan, bahwa pernah seorang wanita cantik tinggal di Makkah. Ia sudah bersuami. Suatu hari ia bercermin dan menatap wajahnya sambil bertanya kepada suaminya, Apakah menurutmu ada seorang lelaki yang melihat wajah ini dan tidak tergoda? Sang suami menjawab, Ada. Si istri bertanya lagi, Siapa dia? Suaminya menjawab, Ubaid bin Umair. Si istri menjawab, Izinkan aku untuk menggodanya. Aku sejak tadi sudah mengizinkanmu. Jawabnya. Abul Faraj menuturkan, Maka wanita itu mendatangi Ubaid seperti layaknya orang yang meminta fatwa. Ia berduaan dengan beliau di ujung masjid Al-Haram dan menyingkapkan wajahnya yang bagai kilauan cahaya rembulan. Maka Ubaid berujar kepadanya, Wahai budak Allah, tutuplah wajahmu. Si wanita menjawab, Aku sudah tergoda denganmu. Beliau menanggapi, Baik. Saya akan bertanya kepadamu tentang satu hal, apabila engkau menjawabnya dengan jujur, aku akan perhatikan keinginanmu. Si wanita berujar, Saya akan jawab setiap pertanyaanmu dengan jujur.

Beliau bertanya, Seandainya sekarang ini malaikat maut datang kepadamu untuk mencabut nyawamu, apakah engkau ingin aku memenuhi keinginanmu? Si wanita menjawab, Tentu tidak. Beliau berujar, Bagus, engkau telah menjawabnya dengan jujur. Beliau bertanya lagi, Seandainya engkau telah masuk kubur dan bersiap-siap untuk ditanya, apakah engkau suka bila sekarang kupenuhi keinginanmu? Si wanita menjawab, Tentu tidak. Beliau berujar, Bagus, engkau telah menjawabnya dengan jujur. Beliau bertanya lagi, Apabila manusia sedang menerima catatan amal perbuatan mereka, lalu engkau tidak mengetahui apakah akan menerimanya dengan tangan kanan atau dengan tangan kiri, apakah engkau suka bila sekarang kupenuhi keinginanmu? Si wanita menjawab, Tentu tidak. Beliau berujar, Bagus, engkau telah menjawabnya dengan jujur. Beliau bertanya lagi, Apabila engkau sedang akan melewati Ash-Shirath, sementara engkau tidak mengetahui apakah akan selamat atau tidak, apakah engkau suka bila sekarang kupenuhi keinginanmu? Si wanita menjawab, Tentu tidak. Beliau berujar, Bagus, engkau telah menjawabnya dengan jujur. Beliau bertanya lagi, Apabila telah didatangkan neraca keadilan, sementara engkau tidak mengetahui apakah timbangan amal perbuatanmu akan ringan atau berat, apakah engkau suka bila sekarang kupenuhi keinginanmu? Si wanita menjawab, Tentu tidak. Beliau berujar, Bagus, engkau telah menjawabnya dengan jujur. Beliau bertanya lagi, Apabila manusia sedang menerima catatan amal perbuatan mereka, lalu engkau tidak mengetahui apakah akan menerimanya dengan tangan kanan atau dengan tangan kiri, apakah engkau suka bila sekarang kupenuhi keinginanmu? Si wanita menjawab, Tentu tidak. Beliau berujar, Bagus, engkau telah menjawabnya dengan jujur. Beliau bertanya lagi, Apabila engaku sedang berdiri di hadapan Allah untuk ditanya, apakah engkau suka bila sekarang kupenuhi keinginanmu? Si wanita menjawab, Tentu tidak. Beliau berujar, Bagus, engkau telah menjawabnya dengan jujur. Beliau lalu berujar, Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah telah memberi karuniaNya kepadamu dan telah berbuat baik kepadamu. Ibnul Faraj menveritakan, Maka wanita itupun pulang ke rumah menemui suaminya. Si suami bertanya, Apa yang telah engkau perbuat? si istri menjawab, Sungguh engkau ini pengangguran (kurang ibadah) dan kita semuanya pengangguran. Setelah itu si istri menjadi giat sekali melaksanakan shalat, shaum, dan ibadahibadah lain. Konon si suami sampai berkata, Apa yang terjadi antara aku dengan Ubaid? Ia telah merubah istriku. Dahulu setiap malam bagi kami bagaikan malam pengantin, sekarang ia telah berubah menjadi pendeta (ahli ibadah). (Raudhatul Muhibbin wa Nuzhatul Musytaqin, Ibnul Qayyim, hal. 340) Islam adalah benteng yang amat kokoh untuk memelihara kesucian, rasa malu, dan kemuliaan seorang wanita. Islam memerintahkan wanita untuk berhijab dan memiliki rasa malu. Wanita adalah sekolah pertama di dalam membangun masyarakat yang shalih jika ia berjalan sesuai

dengan petunjuk Al-Quran dan Sunnah Rasulullah Shallallahu `Alaihi Wasallam. Coba simak tentang kisah kesetiaan seorang wanita berikut ini. Ketika kaum pendosa lagi fasik mengepung pemimpin yang berbakti dan sang korban pembunuhan kaum berdosa, `Utsman bin `Affan Radhiyallahu `Anhu dan mereka menyerangnya dengan pedang, maka isterinya (Nailah binti Al-Furafishah) maju ke hadapan beliau sehingga menjadi pelindung baginya dari kematian. Para pembunuh yang bengis ini tidak menghiraukan kehormatan wanita ini dan mereka terus menebas `Utsman dengan pedang, (namun sang isteri menangkisnya) dengan mengepalkan jari-jari tangannya, hingga jari-jarinya terlepas dari tangannya. Isterinya menggandengnya lalu terjatuh bersamanya, kemudian mereka membunuh `Utsman. (Audatul Hijaab (II/533), dan dinisbatkan kepada ad-Durrul Mantsuur fii Thabaqaat Rabaatil Khuduur (hal. 517) Cukuplah kisah Nabi, shahabat, dan orang-orang shalih menjadi teladan kita. Dan semoga muslimah-muslimah di zaman sekarang ini tidak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengambil teladan dari shahabiah Nailah binti Al-Furafishah yang sangat setia kepada suaminya. Wallahu alam. Maraji: Belajar Etika dari Generasi Salaf, Abdul Aziz bin Nashir Al-Jalil dan Bahauddin bin Fatih Uqail, Darul Haq Ensiklopedi Wanita Muslimah, Haya binti Mubarok Al-Barik, Darul Falah Kesetiaan Istri Pada Suaminya, Abu Hafsh Usamah bin Kamal bin Abdir Razzaq, artikel dalam CHM Al Manhaj Mengungkap Kelicikan Yahudi dalam Al Quran, Hadits, dan Sejarah, Didik Hariyanto, LC., Menara Kudus Ukhti, Apakah Engkau Menginginkan Kebahagiaan, Syaikh Ali Bin Abdul Khaliq Al-Qorny, Maktabah Ummu Salma al Atsariyah http://www.ummusalma.wordpress.com
@@@

You might also like