Professional Documents
Culture Documents
Diajukan oleh: Pengurus Cabang Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama Sukabumi (PC KMNU Sukabumi)
Sekretariat: Jl. Siliwangi Gg. Oyo No. 4 Sukabumi Telp./Fax. 0266-9110565/ 214552
KATA PENGANTAR
Pemuda adalah salah satu komponen kekuatan bangsa dan negara. Dalam setiap sejarah suatu negara-bangsa, bahkan pemuda merupakan komponen yang utama bagi tegak dan eksisnya negara-bangsa yang bersangkutan. Di Indonesia sendiri, peran pemuda dalam sejarah perjuangan merebut kemerdekaan dari cengkraman bangsa asing dan mengisi kemerdekaan yang sudah diraih tersebut sangat besar. Jika dilihat dari kaca mata kepemimpinan, pemuda merupakan calon pemimpin sekarang apalagi masa datang yang sangat potensial. Jatuh bangunnya sebuah negarabangsa, dapat diukur bagaimana kualitas kepemimpinan pemuda yang dimiliki oleh negarabangsa tersebut. Ada banyak aspek yang sangat erat kaitannya atau menjadi faktor determinan kepemimpinan yang tangguh atau berkualitas. Di antaranya adalah aspek spiritual. Setiap manusia mempunyai potensi dan cenderung untuk menyetujui nilai-nilai positif yang merupakan atau lahir dari aspek spiritual. Setiap manusia secara jujur setuju bahwa nilai-nilai positif akan membawa ke arah kehidupan yang sangat ideal sepanjang sejarah kehidupan. Demikian juga dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, nilai-nilai positif sangat dipercaya dapat memberikan tuntunan menuju kehidupan ideal. Berbicara kehidupan berbangsa dan bernegara tidak akan lepas dari aspek kepemimpinan. Secara singkat dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan yang mempunyai ruh spiritual atau membawa misi nilai-nilai positif akan menghasilkan perikehidupan yang ideal. Melihat potensi pemuda yang dimiliki bangsa ini, baik secara kualitas maupun kuantitas, maka kami sebagai salah satu elemen bangsa yang terhimpun dalam Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama mendorong pada usaha-usaha yang mempunyai misi membangun dan mengopimalkan potensi serta peran pemuda dalam perjalanan hidup bangsa dan Negara Indonesia. Apalagi jika dikaitkan dengan aspek kepemimpinan, karena pemuda adalah generasi penerus bangsa. Pilarnya kehidupan bangsa dan Negara di masa sekarang, apalagi masa datang. Melalui program Training ESQ Power untuk pemuda diharapkan visi, misi, dan cita-cita kami untuk bersama-sama komponen bangsa lainnya berjuang dan berkarya membangun bangsa dan Negara kita yang sangat kita cintai ini mudah-mudahan dapat terealisasi. Amin!
Salam perjuangan!
PC KMNU Sukabumi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
............................................................................................... ii iii
HALAMAN REKOMENDASI ....................................................................... KATA PENGANTAR ................................................................................... DAFTAR ISI BAB I BAB II ........................................................................................................... PENDAHULUAN ....................................................................... ................................... 8
iv 1 6
BAB III RANCANGAN PEMBELAJARAN BAB IV RENCANA ANGGARAN BAB V PENUTUP LAMPIRAN
...............................................
...........................................................
12 13
...................................................................................
1. Latar Belakang KEMEROSOTAN suatu bangsa sebenarnya dapat diukur dalam statistik tentang kejahatan, anak-anak tanpa orang tua, hasil dan kesempatan pendidikan yang direduksi, distruth (rasa tidak percaya), yang semakin menggejala, serta minimnya daya peka masyarakat setempat terhadap ilmu pengetahuan. Rendahnya persentase jumlah masyarakat yang melek huruf merupakan bagian substansial dari kritik Francis Fukuyama sebagai salah satu faktor krusial kemerosotan suatu bangsa. Oleh karena itu dalam rangka memperingati Hari Aksara (8/9/06), mengoreksi kembali perkembangan melek huruf masyarakat menjadi penting sebagai upaya untuk mengubah kondisi Indonesia yang kian merosot ini. Jumlah masyarakat yang buta aksara memang masih berada pada level tertinggi dibanding masyarakat di negara-negara lainnya. Masih banyak masyarakat kita yang belum mampu menfungsikan daya inderanya untuk menangkap barisan huruf dalam satu kata apalagi kalimat. Terlepas apakah fenomena tersebut terjadi secara alamiah, karena dilatarbelakangi sikap kurang responsif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, atau karena adanya tekanan struktural yang mengharuskan rela menerima keadaan apa adanya. Yang pasti fenomena buta aksara atau huruf merupakan salah satu problem krusial di tengah-tengah masyarakat kita yang mesti ditekan semaksimal mungkin hingga mencapai pada titik persentase terbawah, nol. Sejumlah data memperlihatkan bahwa hingga akhir tahun 2004 lalu persentase jumlah masyarakat kita yang masih tergolong buta aksara masih mencapai angka 10,5 persen dari total jumlah penduduk Indonesia. Data terakhir yang diperlihatkan Balitbang Diknas, hingga akhir 2005 jumlah angka tersebut masih mencapai 5,39 juta orang yang terdiri dari 2,80 juta orang berusia 10-44 tahun, dan 2,59 juta orang dalam usia 44 tahun ke atas. Jumlah tersebut tentu saja sangat besar, hingga wajar jika persoalan buta aksara pada masyarakat kita menjadi bagian dari sekian faktor lambannya proses kemajuan di negeri ini. Di Jawa Barat saja, jumlah penduduk yang masih buta aksara mencapai 216.758 orang, sementara di Jawa Timur lebih parah lagi. Data Dinas P dan K Jawa Timur menunjukkan, bahwa jumlah penduduk Jawa Timur yang belum melek huruf masih mencapai 4,5 juta orang yang berkisar pada usia antara 45-70 tahun . Jumlah tersebut kemudian memosisikan Jawa Timur sebagai propensi tertinggi tingkat buta hurufnya yang kemudian disusul Jawa Tengah, Jawa Barat dan Sulawesi Selatan. Di beberapa wilayah lainnya, fenomena yang sama sebenarnya juga terjadi dalam skala yang begitu besar, meski tidak dipaparkan di sini.
Artinya di setiap pelosok negeri tak satu pun yang steril dari yang namanya buta aksara. Itu berarti pula negeri ini masih tergolong sebagai negeri nir-ilmu pengetahuan. Maka wajar, jika dalam setiap persoalan yang ada mesti menyisakan problem yang akut dan sulit untuk diselesaikan. Dalam ranah politik misalnya, ketidakjelasan orientasi kebijakan politik pemerintah, di satu sisi, sebenarnya bukan hanya disebabkan pemerintah itu sendiri yang kurang populis, manipulatif dan lain sebagainya. Akan tetapi pada sisi lain juga disebabkan oleh masyarakat yang kurang memahami alur dan orientasi kebijakan tersebut. Logikanya mana mungkin mereka akan memahami arah kebijakan politik pemerintah sementara untuk membaca saja mereka tidak bisa. Ketidakjelasan orientasi kebijakan politik pemerintah, di satu sisi, sebenarnya bukan hanya disebabkan pemerintah yang kurang populis, manipulatif dan lain sebagainya. Akan tetapi pada sisi lain juga disebabkan oleh masyarakat yang kurang memahami alur dan orientasi kebijakan tersebut. Logikanya mana mungkin mereka akan memahami arah kebijakan politik pemerintah sementara untuk membaca saja mereka tidak bisa. Melalui alat pendengaran mungkin iya, namun dampaknya adalah mereka akan memahaminya secara sepotong-sepotong. Apalagi dalam rangka membangun masyarakat yang sadar akan pemanfaatan information and communication technology (ICT), fenomena buta aksara merupakan faktor paling problematis yang bisa menghambat proses upaya tersebut. Alih-alih akan terlibat, bahkan upaya tersebut bisa jadi mengalami misinterpretasi pada diri mereka sehingga bermuara pada timbulnya sikap negative thinking terhadap pemerintah. Tanggung Jawab Pemerintah Sekali lagi buta aksara merupakan persoalan yang sangat dilematis bagi bangsa Indonesia. Meski, pada akhirnya pemerintah itu yang memang semestinya bertanggung jawab untuk mendongkrak jumlah angka dan persentasenya. Dalam ungkapan lain, sungguh pun persoalan buta aksara merupakan fenomena nir-kesadaran individu setiap masyarakat, namun untuk mengubahnya menjadi masyarakat yang melek huruf adalah merupakan tanggung jawab pemerintah secara utuh. Pemerintah tidak boleh lepas tanggung jawab dari persoalan ini. Apalagi hal itu sangat bersinggungan dengan upaya untuk membangun sumber daya manusia sebagai prakondisi elementer untuk memperbaiki segala problem yang melingkupi seluruh sistem kehidupan bangsa. Dengan demikian beberapa hal yang
semestinya dilakukan pemerintah, di antaranya adalah, pertama; memberdayakan setiap lokus-lokus yang dianggap cukup potensial untuk mengakomodasi masyarakat setempat supaya "kembali" pada "kesadaran barunya" tentang pentingnya memahami barisan setiap huruf dalam satu kata hingga kalimat. Dikatakan "kembali" pada "kesadaran barunya," karena masyarakat pada dasarnya sudah memahami bahwa belajar membaca merupakan bagian dari kewajiban setiap insan beragama, apalagi agama Islam. Hanya saja lingkungan sosiallah yang terkadang menjadikan mereka lupa akan kewajiban tersebut, sehingga ia seolah menjadi hal yang baru lagi. Tentang lokus-lokus apa saja yang dianggap potensial, tentunya masing-masing pemerintah daerah yang lebih tahu. Artinya, pendidikan formal tidaklah cukup untuk mendongkrak tingkat persentase jumlah penduduk yang buta aksara . Pendidikan formal masih menyisakan bintik-bintik negatif stratifikasi sosial baik secara biologis maupun ekonomis; bahwa pendidikan formal hanya berfungsi untuk kalangan anak-anak usia dini atau muda, atau pendidikan formal hanya bisa ditempuh oleh segelintir orang yang taraf perekonomiannya menengah ke atas. Berbeda dengan lokus-lokus nonformal lainnya, ia bisa mengakomodasi seluruh masyarakat tampa memandang usia maupun kelas ekonomi. Kedua, sebagai jalur utama yang harus ditempuh bagi anak-anak muda atau usia dini, maka pemerintah semestinya membuat kebijakan baru tentang pendidikan formal, terutama yang menyangkut persoalan biaya pendidikan. Selama ini pemerintah belum membuktikan janjinya secara total untuk menghapus biaya pendidikan. Yang terjadi di lapangan biaya pendidikan justru semakin jauh dari jangkauan masyarakat. Tak ayal banyak anak-anak di usia sekolah yang terpaksa hanya gigit jari melihat teman-temannya berangkat ke sekolah, sementara mereka berangkat ke tempat kerja. Sebabnya mereka tak cukup dana untuk memenuhi biaya sekolah.
Undang-Undang Dasar 1945 mencantumkan bahwa di antara didirikannya Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Lantas dengan jalan seperti apa tujuan yang diamanatkan
oleh konstitusi tersebut bisa dicapai? Barangkali sudah bisa dijawab oleh kita semua bahwa salah satu jalan untuk mencapai tujuan tersebut adalah melalui pendidikan. Menurut Undangundang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendikan Nasional (Sisdiknas), pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Masih menurut Undang-undang Sisdiknas tersebut bahwa prinsip-prinsip penyelenggaraan pendidikan di antaranya adalah demokratis; berkeadilan; tidak diskriminatif; menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, nilai kemajemukan bangsa; mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung; serta memberdayakan semua komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian mutu pendidikan. Yang juga perlu untuk tidak dilupakan dari Undang-undang Sisdiknas tersebut adalah bahwa setiap warga negara mempunyai hak untuk memperoleh pendidikan. Dalam tataran implementasi, sudahkan amanat UUD 1945 dan UU Sisdiknas tersebut terealisasi? Harus diakui atau tidak, disadari atau tidak bahwa implementasi konstitusi tersebut belum dapat dilaksanakan secara optimal. Banyak faktor yang mempengaruhinya, di antaranya adalah kebijakan, anggaran, sumberdaya manusia, dan lain sebagainya. Lepas dari faktor penyebabnya, marilah kita melihat realisasi dari implementasi konstitusi tentang pendidikan di Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta. Sebagai contoh adalah tentang buta aksara. Menurut hasil Survey Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003, bahwa jumlah penduduk Indonesia yang buta aksara adalah 9,6 % atau 14,8 juta orang. Pada tahun 2004, penduduk Indonesia yang tergolong buta aksara mencapai 10,5 % dari total jumlah penduduk. Pada tahun 2005, jumlah penduduk buta aksara adalah 5,39 juta orang (Balitbang Depdiknas RI). Menyangkut akurasi data buta aksara ini sebenarnya masih problematik. Pasalnya di lapangan masih ada banyak orang yang malu mengungkapkan kondisi diri mereka bahwa mereka masih buta huruf. Secara otomatis dimungkinkan persentase atau jumlah penduduk yang buta aksara bisa bertambah dari hasil Susenas BPS tersebut. Memang sejak berdirinya negeri ini, buta aksara selalu menjadi masalah yang tidak mudah dituntaskan. Lebih dari 90% penduduk Indonesia buta huruf pada tahun 1945. Meski begitu di tengah berbagai masalah, seperti di tengah agresi Belanda, pemerintah terus mencoba melakukan upaya pemberantasan. Tahun 1951, disusun program Sepuluh Tahun Pemberantasan Buta Huruf. Namun, tahun 1960 masih terdapat sekira 40% orang dewasa yang buta huruf. Dilanjutkan dengan program baru, tapi data tahun 1971 menunjukkan, jumlah buta huruf masih sekitar 30 juta orang. Sementara itu berdasarkan survey dari BPS dan Depdiknas RI (dalam HU Kompas, 2007) bahwa penduduk yang masih buta aksara berjumlah 18,1 juta orang. Sekitar 4,35 juta orang di antaranya usia penduduk produktif 15-44 tahun, 13,4 juta penduduk usia di atas 45 tahun, dan 336.785 penduduk usia antara 10-14 tahun. Dari total penduduk yang buta aksara tersebut 70 % adalah perempuan. Penduduk buta aksara menurut penelitian tersebar di 1.236 kecamatan atau di 20.633 desa tertinggal alias desa miskin di seluruh pelosok tanah air. Usaha pemberantasan buta aksara terus dilakukan pemerintah dengan menargetkan penurunan hingga 50% dari 15.414.211 orang menjadi 7.707.105 orang
pada akhir 2009, dengan asumsi bahwa setiap tahun terjadi kenaikan angka melek aksara sebesar 1,5 juta orang. Usaha pemberantasan buta aksara bukan tanpa alasan, karena banyak faktor yang mendorong untuk melakukan usaha tersebut, apalagi mengingat realitas bahwa dari 34 negara di dunia, Indonesia menduduki ranking pertama dalam hal penduduk yang buta aksara (www.indonesia.go.id, 2008).
Local Issue Jawa Barat Jawa Barat adalah salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk mencapai 39.140.812 jiwa dengan tingkat kepadatan penduduk 1.324,48 jiwa/ km2 (Puskerda, 2004). Sementara itu, bila dihitung dari angka pertumbuhan penduduk rata-rata yang mencapai 1,94% (2006), maka pertumbuhan penduduk di Jawa Barat berada di atas rata-rata pertumbuhan penduduk nasional dengan angka 1,49%. Dilihat dari data tersebut, maka Jawa Barat dapat dikatakan merupakan propinsi yang memiliki jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Dari sekitar 40 juta jiwa penduduk Jawa Barat, jumlah keluarga miskin dari golongan pra sejahtera dan sejahtera I masih tergolong tinggi, yaitu mencapai angka 4,9 juta jiwa atau sekitar 12,9% . Adapun angka pengangguran terbuka di Jawa Barat mencapai 1,2 juta jiwa (BKKBN, 2003). Sementara itu, daya beli masyarakat Jawa Barat masih tergolong rendah. Hal ini dapat dibuktikan dengan kondisi jumlah penduduk yang berpenghasilan rendah masih tinggi, yaitu sekitar 23,60% (World Bank, 2003). Dilihat dari aspek pendidikan, angka rata-rata lama sekolah penduduk Jawa Barat mencapai angka 7,2 (2003). Dengan demikian, rata-rata penduduk Jawa Barat menyelesaikan pendidikan baru sampai tingkat kelas 1 SLTP. Sementara itu angka melek huruf mencapai angka 93,93,6% tahun 2003 dari 93, 1 % tahun 2002 (BPS Propinsi Jawa Barat, 2004). Sementara itu berkaitan dengan penduduk yang buta aksara, terdapat sekitar 1,5 juta penduduk di Jawa Barat masih buta aksara. Dari jumlah tersebut sekitar 23 % adalah usia produktif, yaitu 15-44 tahun (dalam HU Pikiran Rakyat, 2003). Menurut laporan Disdik Jabar tahun 2003, jumlah penduduk Jawa Barat yang buta aksara usia 10-14 tahun ada sekitar 513.868 orang (www.jabar.go.id, 2008). Pada tahun 2006, jumlah penduduk Jawa Barat yang buta aksara adalah 1.512.899 orang (Kompas Cybermedia, 2007). Hasil pemetaan Direktorat PLS Depdiknas RI (2005), Propinsi Jawa Barat memiliki penduduk buta aksara di atas 8 % dari total penduduk, sekaligus menempati ranking 4 dalam skala nasional. Berdasarkan laporan Direktorat PLS Depdiknas RI tahun 2006, Jawa Barat menduduki urutan ke 3 setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah (www.eramuslim.com, 2008).
Peran Pemuda
Ketertinggalan suatu bangsa dapat diukur dalam statistik tentang kejahatan, anak-anak tanpa orang tua, hasil dan kesempatan pendidikan yang direduksi, serta minimnya daya peka masyarakat terhadap ilmu pengetahuan. Rendahnya persentase jumlah masyarakat yang melek huruf atau tingginya jumlah masyarakat buta aksara merupakan bagian substansial dari kritik Francis Fukuyama sebagai salah satu faktor krusial ketertinggalan suatu bangsa. Tentunya kita sebagai sebuah bangsa yang merdeka tidak menginginkan ketertinggalan menimpa NKRI yang kita cintai, bahkan kita mengharapakan sebaliknya, yaitu menjadikan NKRI sebagi sebuah bangsa dan negara yang maju dan memiliki derajat yang terhormat di antara bangsa-bangsa atau negaranegara lain di dunia. Dari beberapa permasalahan pendidikan, khususnya masalah buta aksara, di tingkat lokal Jawa Barat, pemuda sebagai salah satu elemen masyarakat berkewajiban berperan aktif dalam mencari solusi alternatif terhadap permasalahan yang dihadapi masyarakat dan mampu mengembangkan potensi yang dimiliki sendiri, sehingga menjadi potensi unggulan. Peran aktif pemuda yang dimaksud dalam konteks jangka pendek adalah peran aktif dalam usaha pencapaian Indeks Pembangunan Manusia (IPM) 80 tahun 2009 dengan menekan jumlah buta aksara sebesar 2,4 % dari jumlah penduduk Jawa Barat. Partisipasi pemuda kemungkinan besar akan terealisir manakala pemuda dapat menorehkan karyanya secara ril dalam setiap entitas yang dia miliki. Barangkali perlu disadari bahwa posisi pemuda sebagai salah satu komponen bangsa, apalagi sebagai generasi penerus, wajib berperan aktif dalam setiap usaha-usaha pembangunan untuk mencapai tujuan dan komitmen bersama rakyat Indonesia sejak Negara Kesatuan Republik Indonesia ini didirikan, yaitu memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
1. a. Tujuan Tujuan Umum Secara umum, kegiatan ini bertujuan untuk membangun mentalitas kepekaan pemuda terhadap berbagai permasalahan bangsa dan negara terutama berfokus pada bidang peningkatan sumberdaya manusia. b. Tujuan Khusus Secara khusus, kegiatan ini mempunyai tujuan sebagai berikut: Mengoptimalkan potensi intelektualitas dan kreatifitas pemuda Menstimulus kepekaan pemuda dalam setiap permasalahan bangsa Menstimulus social movement secara masif yang peduli terhadapa pemberantasan buta aksara Membantu pemerintah dalam usaha pemberantasan buta aksara Melakukan pembinaan belajar-mengajar terhadap masyarakat buta aksara Membantu usaha penambahan data masyarakat buta aksara
y y y y y y
usaha
2.
Hasil yang akan dicapai Secara konspesional kegiatan ini diarahkan untuk mengembangkan usaha pemberantasan buta aksara yang terjadi di masyarakat. Untuk itu kegiatan ini diharapakan mampu menghasilkan beberapa hal, yaitu : y Berkurangnya masyarakat buta aksara dengan indikator utama peserta mampu membaca, menulis, dan menghitung setelah mengikuti program ini Tercapainya peningkatan data dan informasi masyarakat buta aksara sebagai kerangka acuan dalam melakukan program pemberantasan buta aksara. Terbentuknya pusat-pusat pendidikan masyarakat yang memiliki kesadaran dalam pengembangan dan pelayanan pendidikan.
y y
1.
Gambaran Umum Kegiatan Kegiatan ini adalah kegiatan yang mempunyai maksud untuk membantu pemerintah dalam usaha melakukan pemberantasan buta aksara. Adapun kegiatan ini dimulai dengan mempersiapkan beberapa hal sebagai tahap prakegiatan. Hal-hal yang dimaksud di antaranya adalah pengumpulan data masyarakat buta aksara, pembentukan panitia kegiatan, pembuatan proposal, dan perekrutan calon peserta. Tahap selanjutnya adalah pelaksanaan program yang meliputi pelatihan calon tutor dan proses belajar mengajar (PBM) warga belajar. Tahap terakhir adalah program tindak lanjut atau pasca program dengan membentuk pusat pendidikan masyarakat yang akan digunakan untuk membina dan melayani masyarakat secara rutin terkait dengan usaha peningkatan melek aksara.
Organisasi Pelaksana Kegiatan Gerakan Pemuda untuk Pemberantasan Buta Aksara Masyarakat Jawa Barat ini dilaksanakan oleh Pengurus Wilayah Keluarga Mahasiswa Nahdlatul Ulama Jawa Barat (PW KMNU Jabar).KMNU sendiri merupakan organisasi kemahasiswaan ekstra kampus yang didirikan tahun 2003. Adapun susunan kepanitiaan kegiatan ini adalah sebagai berikut: Penanggung jawab program Ketua Sekretaris Bendahara Koord.Pelatihan Koord.Pengembangan Pendidikan Koord.Kebijakan Koord. Humas dan Perizinan Koord. Pubdok : Ketua Umum PB KMNU : A. Roni Syahbana : Ujang Suhendarsyah : Asep Zainal Mutaqin : Cucu Suhendar : Euis Siti Setiyasih Widuriani : Aceng Sudrajat : Andi Ihsan Sidik : Burhanudin HS
2.
3.
Rencana Jadwal Kegiatan Rencana kegiatan secara rinci dapat dilihat pada matrik di bawah ini: Jenis Kegiatan Persiapan: -Pengumpulan data -Pembentukan panitia -Perekrutan calon peserta -Persiapan teknis lainnya Januari-Februari 2009 Februari 2009 Februari 2009 Februari 2009 Waktu
No. 1.
2.
Pelaksanaan: -Pelatihan calon Tutor -PBM Warga Belajar Maret 2009 Maret-April 2009
Pasca Program/ Pendampingan: -Pembentukan pusat pendidikan masyarakat -Pembinaan & pelayanan pendidikan masyarakat April-Mei 2009
PESERTA KEGIATAN Peserta warga belajar program ini adalah masyarakat dengan rentang usia 17-60 tahun sebanyak 200 orang yang tersebar di kota Bandung Kabupaten Garut dan Kab/Kota Tasikmalaya.
4.
Tenaga Pendidik Pemateri dan tutor dalam program ini adalah orang yang memiliki kualifikasi pendidikan sarjana, pascasarjana, atau aktif di organisasi yang berasal dari kalangan akademisi yang kompeten, masyarakat, pegiat pendidikan untuk masyarakat, dan pemerintah melalui Dinas Pendidikan. Adapun jumlah pemateri untuk pelatihan calon tutor disesuaikan dengan jumlah peserta atau materi pelatihan, yaitu sebanyak 3 orang. Sedangkan tutor untuk proses pembelajaran warga belajar adalah sebanyak 10 orang, dengan asumsi bahwa 1orang tutor mendampingi 20 orang peserta warga belajar.
5.
6.
Sarana dan Prasarana Sarana atau pra sarana untuk mendukung kegiatan pelatihan ini yang sudah tersedia adalah 1 set komputer & printer dalam keadaan baik.
1.
Daftar Rancangan Instruktur dan Tutor Kualifikasi instruktur/ pemateri pelatihan calon tutor dalam program ini mengacu ke materi membaca, menulis, dan menghitung yang selengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini: No. 1 2 3 Nama Instruktur/ Pemateri Drs. Herang Abiyanto, MM Dr. Rd. Adjeng Ratna Suminar, SH Dr. Nahadi Pendidikan S2 S3 S3 Institusi/ Organisasi Disdik Jawa Barat Yayasan Peduli Dhuafa UPI Bandung
Adapun tutor untuk PBM (Proses Belajar Mengajar) program ini berjumlah 10 orang yang berasal dari kalangan akademik, masyarakat, atau pegiat pendidikan masyarakat dengan kualifikasi pendidikan sarjana atau pasca sarjana. No. 1 2 3 4 5 Nama Instruktur/ Pemateri Euis Siti Cucu Suhendarsyah Drs.Dadang Anshori, M.Si Iik Nurul Faik, S.Pd Asep Kusmiadi, S.Pd.I Pendidikan S2 S1 S2 S1 S1 Institusi/ Organisasi SMP KP Bandung West Java Institute UPI Bandung UPI Bandung MTS Persis Bandung 102
6 7 8 9
Heni, Rohaeni S.Pd Achmad Kusnandar, S.Pd Rendi Rendiaman, S.Pd Asep M. Setia, S.Pd.I
S1 S1 S1 S1
10 11
S1 S2
2.
Rancangan Materi Pelajaran Materi pembelajaran yang digunakan adalah materi yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran calistung (membaca, menulis, dan berhitung). Dalam pemberian materi ada beberapa hal yang akan diperhatikan untuk pembelajar yang buta aksara yakni pengenalan aksara, metode membaca, metode kecepatan dalam membaca, Quantum Reading, metode menulis dan materi lainnya yang urgen dalam pemberantasan buta aksara.
Media pengajaran yang dilakukan dalam melakukan proses belajar mengajar (PBM) adalah media yang bersifat audio visual. Media ini diperlukan sebagai alat untuk membantu PBM, sehingga dapat mempermudah pemahan masyarakat dalam kemampuan membaca dan menulis.
Bahan Ajar a. Buku Pelajaran Pedoman Tutor Modul Keaksaraan Fungsional Panduan Belajar Aksi yang di buat oleh master trainer Buku adminstrasi kejar (satu set) Bahan /alat keterampilan Alat-alat permainan (Game),Skrebel Ular Tangga, yudho, Congkak, atau permainan tradisional yang dicptakan sendiri - Sarana belajar pelengkap misalnya poster folmulir, liplet, dan bahan bacaan lainya - Sarana belajar yang ada disekitar warga belajar seperti buku cerita,puisi lagu, majalah, TV, Radio, surat kabat, buku telepon, selebaran, poster - Raambu, rambu, lalulintas, iklan, kalender jam, riwayat hidupsisilah, keluarga, kirtab suci, kwitansi, buku cerita, buku catatan buku tabanas, kartu menuju sehat, pertumbuhan anak, prangko, materai, mata uang, dan lain,lain, b. Pelajaran Lokal - Bahan belajar lokal yang di buat intansi sekitar maupun warga belajar sendiri - Penggunaan bahan ajar akan disesuaikan dengan kebtuhab warga belajar sendiri B. MATERI PEMBELAJARAN Berikut adalah rancangan materi secara keseluruhan tentang egiatan -
a. Tahap pembelajaran :
Karakteristik Kemampuan Warga Membaca 1. Mengenai huruf Vokal Menulis 1. Menulis Nama Sendiri 2. Menulis beberapa kata,tapi masih dibantu orang lain 3. Mencontoh/menyalin tulisan orang lain 4. Menulis kata/kalimat yang sudah di kenal 5. Menulis satu kalimat bantuan orang lain 6. Menulis kalimat dengan menggunakan tanda baca 7. Menulis kalimat dengan menggunakan huruf besar dan kecil (belum beraturan) 8. Menulis beberapa kalimat repetisi (3 sampai 5 kata) Berhitung 1. Mengenai Angka satuan,puluhan,ratusan,rinuan dengan melihat uang 2. Mengenalsimbol operasional (+,-) 3. Menghitung Bilangan dengan bilangan dengan menggunakan satu simbol (+,-) 4. Mengenal ukuran Panjang 5. Mengenal ukuran berat 6. Mengenal ukuran Takaran Keterangan Masih Perlu Bantuan Tutor
4. Merangkai huruf menjadi kata(2 sampai 3 suku Kata dan masih di bantu orang lain) 5. Membaca dengan di Eja kata
6. Membaca kalimat tanpa memperatikan tanda baca 7. Membaca kalimat dengan benar
8. Mengetahui istilah berdasarkan tempat susunan kata ( dengan kata-kata yang Familiar)
b.
Tahap Pembinaan
Karakteristik Kemampuan Warga Membaca Berhitung 1. Nama Anggota 1. Mengisi Keluarga Kwitansi 2. Biodata/KTP 2. Membat 3. Kartu Keluarga Daftar Belajar 4. Formulir 3. Menuat 5. Menulis benda kalkulasi yang harga dikenalkannya 4. Membuat 6. Menulis surat kalkulasi sederhana keuntungan 7. Kegiatan-sehari5. Membuat hari pembukuan 8. Resep masakan sederhana 9. Pembukuan 6. Mengukur sederhana panjang kayu luas tanah 10. Karang/artikel 7. Menimbang sederhana barang 11. Petunjuk dagangan kegiatan/keteram 8. Mengukur pilan tertentu takaran 12. Daftar kebutuhan minyak,beras sehari-hari dll 13. Menulis rencana 9. Mengambil kegiatan uang di Bank dan lembaga Keuangan lainnya 10. Meminjam uang dari Bank atau Lembanga keuangan lainya 11. Membuat Arisan Sederhana di Koperasi
Menulis Biodata KTP Kartu keluarga Formulir Kalender Jadwal Menu masakan Resep masakan Pengumuman Tulisan Orang Lain Surat yng di tulis orang lain Daftar Harga Kwitansi/fatur Iklan Membaca label kemasan Petunuk kegiatan Rambu-rambu lalulintas sederhana Buku agama
c. Tahap Pelestarian
1. 2. 3. 4. 5. 6.
7.
Membaca Membaca Surat Pribadi Membaca Surat kabar Membaca majalah tertentu Membacakan suatu bahan bacaan Membaca catatan surat dari sekolah Membaca buku hiburan (Jenis Petualangan,Mist eri Roman, sejarah dan buku tentang masyarakat Membaca bukubuku untuk mendapatkan informasi (Kisah nyata, pekerjaan anak-anak, kesehatan agama hobi, hiburan dan lainlain)
Karakteristik Kemampuan Warga Belajar Menulis Berhitung 1. Nama Anggota keluarga 2. Biodata/KTP 3. Meningkatkan kemampuan menulis tangan 4. Menuliskan surat untuk keperluan sekolah anakanak 5. Menulis catatan surat dari dan untuk sekolah 6. Menulis keperluan diri sendiri (Jurnal, catatan, harian pengalaman nasehat, pendapat, lporan yang pernah dibacanya riwayat hidup Cerita-cerita sajak dan syair 7. Menulis catatan 8. Menulis Laporan Pekerjaan, tabel, dan Pengumunan
Keterangan
3.
Metode dan Strategi Pembelajaran Metode pengajaran yang akan digunakan dalam kegiatan belajar mengajar adalah metode komunikatif kompeten. Pembelajar tidak hanya dituntut untuk bisa membaca dan menulis tetapi juga dituntut untuk bisa menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini materi yang diberikan merupakan materi terapan (applied materials) yang bisa
pembelajar langsung aplikasikan. Sementara itu pendekatan yang digunakan bisa berupa pendekatan individu (individual approach) dan pendekatan partisipasif. Pendekatan individu digunakan untuk mengintensifkan penerimaan materi oleh pembelajar karena kecepatan setiap pembelajar dalam menangkap materi berbeda-beda. Jadi dibutuhkan bimbingan khusus terhadap pembelajar demikian. Sedangkan secara umum dalam proses belajar mengajar akan digunakan pendekatan partisipasif karena dengan menggunakan pendekatan ini semua pembelajar diberikan keleluasaan (autonomes lernen) dalam menentukan kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan. Mereka dilibatkan dalam menentukan materi, media, dan proses yang akan dilaksanakan. Sementara itu tutor berfungsi untuk mengarahkan supaya pembelajar berada pada koridor tujuan yang telah ditetapkan. Strategi pembelajaran yang digunakan dalam program ini meliputi tahap proses pembelajaran dan evaluasi. Adapun secara lengkap dapat dilihat dalam matrik di bawah ini:
No. 1.
Output & Outcome -Peserta menyerapa dan memahami materi yang disampaikan -Peserta mampu berkomunikasi/ berkoordinasi dengan peserta lain atau tutor
2.
Evaluasi
-Tes -Diskusi
Hasil yang akan dicapai Hasil akhir yang diharapkan dapat dicapai dalam program ini secara kuantitatif adalah bahwa peserta dapat menyelesaikan kegiatan ini minimal sebanyak 75% dari total jumlah peserta. Sementara itu secara kualitatif, peserta dapat menyerap, memahami, dan menguasai materi minimal 75%.
4.
5.
Jadwal Proses Pembelajaran Jadwal proses pembelajaran 144 jam @ 60 (per minggu 12 jam pelajaran/2 jam/hari) secara lengkap dapat dilihat pada matrik di bawah ini:
M 1
M 2
M 3
M 4
M 5
M 6
M 7
M8 M 9
M10
M11
M12
y Mengenalkan dan melafalkan huruf y Mengenalkan dan melafalkan angka y Mengeja kata y Membaca kalimat sederhana y Membaca informasi dari media massa y Teknik membaca cepat 2 MENULIS y Menulis abjad y Merangkai hurup y Merangkai kata y Menulis kalimat
BERHITUNG y Pengenalan operasi penjumlahan sederhana y Pengenalan operasi pengurangan sederhana y Pengenalan operasi perkalian sederhana y Pengenalan operasi pembagian sederhana y Operasi bilangan komplek
No.
Uraian Keperluan
Jumlah
Harga (Rupiah)
Jumlah (Rupiah)
Kesekretariatan dan Logistik: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Sertifikat Vandel Kertas ID Card Tinta printer Tinta stempel Pulpen & Spidol Foto copy makalah Map 200 buah 6 buah 2 rim 30 buah 5 botol 5.000,00 50.000,00 30.000,00 1.000,00 20.000,00 150.000,00 300.000,00 60.000,00 30.000,00 100.000,00
10
CD
Jumlah Sub A B Acara: Pra Kegiatan -Pengumpulan Data Peserta Pelatihan Calon Tutor: Sewa Aula 1 ruangan x 2 Sewa Penginapan hari Honor Pemateri Konsumsi (panitia, peserta, 5 kamar x 1 pemateri) hari PBM Warga Belajar: 3 orang 5. Alat tulis + Buku tulis 6. Transportasi tutor 20 paket 7. Sewa tempat belajar 8. Konsumsi (snack) Pasca Program: 200 paket -Evaluasi program 10 orang x 12 mgg 10 kls x 12 mg 220x12mg 10.000,00 200 orang 1. 2. 3. 4. 500.000,00 100.000,00 500.000,00 15.000,00 200 orang 10.000,00
2.000.000,00
5000,00
2.000.000,00
Jumlah Sub B
65.100.000,0 0
Jumlah Total
BAB V PENUTUP
Kegiatan ini adalah program gerakan pemuda untuk pemberantasan buta aksara. Peserta program adalah masyarakat buta aksara dengan sasaran utama rentang usia 17-60 tahun yang berasal dari berbagai daerah di Jawa Barat. Orientasi program ini lebih dititikberatkan pada usaha peningkatan kemampuan masyarakat dalam membaca, menulis, dan menghitung. Kegiatan pelatihan ini meliputi beberapa tahap, yaitu tahap pra- pelaksanaan (pengumpulan data, persiapan teknis & perekrutan peserta), pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan (pendirian pusat pendidikan masyarakat dan pelayanan/ pembinaan masyarakat secara rutin).
Kegiatan semacam ini harus terus digalakan secara lebih luas dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia melalui pemberantasan buta aksara. Selain itu pembinaan pasca pelatihan harus berlangsung kontinyu sampai benar-benar menghasilkan out put yang ril sesuai dengan yang diharapkan.
Gd. E Lt.VI Jl. Jend. Sudirman - Senayan Jakarta 10270 Telp. : (021) 5725501, 5725502, 5725507, 5725715, 5725716 Fax. : (021) 5725039 E-mail : dikmas@depdiknas.go.id Website : www.dikmas.depdiknas.go.id
ii ACUAN BANTUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PBA iii MODEL PERCEPATAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA
Kata Sambutan
manusia karena dapat menginvestasikan perwujudan manusia Indonesia yang berakhlak mulia, berkarakter produktif, dan berdaya saing sehingga dapat meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Pendidikan sebagai hak azasi manusia tercantum pada pasal 28B ayat (2) UUD 1945 yang tertulis: Setiap anak berhak atas kelangsungan
hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Pasal 28C ayat (1) yang tertulis, Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia. Sejalan dengan Undang-undang tersebut untuk memenuhi hak-hak warga negara terhadap akses pendidikan bermutu dan kesempatan meningkatkan kualitas hidup, Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Departemen Pendidikan Nasional pada tahun 2009 membina dan mengembangkan program-program pendidikan masyarakat melalui Pendidikan Keaksaraan Dasar, Keaksaraan Keluarga, Keaksaraan Usaha Mandiri, Pendidikan Pemberdayaan Perempuan, Pendidikan Keluarga Berwawasan Gender, dan Peningkatan Budaya Baca. Pelaksanaan progam-program pendidikan masyarakat tersebut masih perlu dikembangkan dan diperbaharui, melalui pemikiran kreatif dan inovatif, khususnya dalam diversifi kasi layanan masyarakat mengingat luas dan heterogennya cakupan sasaran. Untuk itulah, maka acuan bantuan penyelenggaraan program ini disusun agar dapat menjadi pedoman bagi PKBM, LSM, Organisasi Sosial, Organisasi Perempuan, organisasi keagamaan dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengajukan permohonan bantuan dan dalam rangka ikut berpartisipasi dalam penyelenggaraan pendidikan nonformal dan informal. Saya ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada berbagai pihak atas kontribusi dan perannya dalam penyusunan acuan ini. Akhirnya semoga acuan yang disusun dengan kesungguhan, komitmen, dan keikhlasan ini dapat bermanfaat untuk kita semua, dengan harapan semoga Allah Swt berkenan memberikan rakhmat dan hidayahNya kepada kita semua. Amin. Jakarta, Januari 2009 Direktur Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal, Hamid Muhammad, Ph.D. NIP 195905121983111001 iv ACUAN BANTUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PBA v MODEL PERCEPATAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA
Kata Pengantar
kemampuan dasar belajar agar siapa pun dapat mencari, memperoleh, menggunakan dan mengelola informasi untuk meningkatkan mutu hidupnya. Oleh karena itu keaksaraan penting dibelajarkan bagi siapa pun dari berbagai kalangan dan kelompok usia. Hal ini sejalan dengan pembukaan Resolusi Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyatakan bahwa
keaksaraan penting bagi pemerolehan berbagai keterampilan hidup, baik bagi anak-anak, pemuda, maupun orang dewasa, sehingga mereka dapat mengatasi tantangan yang dihadapi dalam hidup mereka dan merupakan langkah pokok dalam pendidikan dasar, yang merupakan faktor yang sangat diperlukan untuk bisa berpartisipasi secara aktif dalam masyarakat dan ekonomi abad ke-21. Sampai akhir tahun 2008, terdapat 9.763.256 orang atau 5,97% penduduk usia 15 tahun ke atas yang masih buta aksara, sebagian besar diantaranya yaitu 6.248.484 orang atau 7,51% adalah perempuan, dan laki-laki sebanyak 3.514.772 orang atau 4,27%. Penduduk dewasa (15 tahun ke atas) yang tidak dapat membaca ini dengan sendirinya kurang mempunyai harapan yang cerah karena tidak mempunyai keterampilan untuk menghadapi tantangan dan mencari penyelesaian terhadap permasalahan-permasalahan dalam kehidupan orang dewasa. Departemen Pendidikan Nasional menetapkan pada tahun 2009 akan mencapai tingkat literasi sebesar 95% atau tersisa sekitar 7,7 juta orang. Untuk mencapai hal ini Direktorat Pendidikan Masyarakat melaksanakan program pemberantasan buta aksara yang sejalan dengan Prakarsa Keaksaraan untuk Pemberdayaan (Literacy Initiative for Empowerment-LIFE). Prakarsa ini dicanangkan oleh UNESCO dan dipahami sebagai kerangka kerja strategis global sebagai kunci mekanisme pelaksanaan untuk mencapai tujuan dan sasaran Dasawarsa Keaksaraan PBB (United Nations Literacy Decade-UNLD) pada skala internasional. Prakarsa Keaksaraan untuk Pemberdayaan ini dalam skala nasional terfokus pada pemberantasan buta aksara melalui Keaksaraan Dasar, Keaksaraan Keluarga, Keaksaraan Usaha Mandiri, Pendidikan Pemberdayaan Perempuan, Pendidikan Keluarga Berwawasan Gender, dan Peningkatan Budaya Baca. Tujuan Prakarsa Keaksaraan untuk Pemberdayaan adalah membangun keaksaraan penduduk dewasa yang belum bisa membaca, menulis, berhitung dan berkomunikasi dalam bahasa nasional melalui pengalaman dan penerapan keberhasilan seseorang dalam pendidikan keaksaraan dan pemberdayaan masyarakat. vi ACUAN BANTUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PBA vii MODEL PERCEPATAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA Acuan bantuan penyelenggaraan program ini diharapkan dapat dijadikan panduan bagi para pembina/penyelenggara program pendidikan nonformal dan informal, dan pemangku kepentingan lainnya dalam mengajukan permohonan bantuan penyelenggaraan program pendidikan masyarakat agar program dapat dilaksanakan sesuai peraturan dalam mencapai tujuan Prakarsa Keaksaraan untuk Pemberdayaan. Semoga acuan ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagaimana mestinya. Jakarta, Januari 2009 Direktur Pendidikan Masyarakat Ella Yulaelawati, MA., Ph.D. NIP 131386322
Daftar Isi
KATA SAMBUTAN .............................................................................. ii
KATA PENGANTAR ............................................................................ iv DAFTAR ISI .................................................................................... vii BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1 Latar Belakang A. .............................................................. 1 Dasar Hukum B. ................................................................ 2 Pengertian C. ..................................................................... 4 Tujuan D. ............................................................................ 5 Hasil yang Diharapkan E. ................................................. 6 BAB II SASARAN, ALOKASI BANTUAN, DAN PERSYARATAN ....... 7 Sasaran Pemberian Dana Bantuan A. .............................. 7 Alokasi Dana Bantuan B. .................................................. 7 Persyaratan C. ................................................................... 9 BAB III PROSEDUR DAN MEKANISME ............................................ 12 Tahapan Pelaksanaan A. ................................................... 12 Penyusunan Proposal B. ................................................... 12 Pengajuan Proposal C. ...................................................... 14 Penilaian Proposal D. ........................................................ 16 Penetapan Penerima Dana Bantuan E. ........................... 17 Penyaluran Dana Bantuan F. ........................................... 18 Pertanggungjawaban Dana Bantuan G. .......................... 20 El E la Yulaelawati, MA., Ph NIP 1313863 viii ACUAN BANTUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PBA 1 MODEL PERCEPATAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas pada tahun 2008 berjumlah 9.763.256 orang, sekitar 64% di antaranya adalah perempuan. Dari jumlah tersebut sebagian besar tinggal di daerah perdesaan seperti petani kecil, buruh, nelayan, dan kelompok masyarakat miskin perkotaan yaitu buruh berpenghasilan rendah atau penganggur. Mereka juga tertinggal dalam hal pengetahuan, keterampilan serta sikap mental pembaharuan dan pembangunan. Akibatnya, akses terhadap informasi dan komunikasi yang penting untuk membuka cakrawala kehidupan dunia juga terbatas karena mereka tidak memiliki kemampuan keaksaraan yang memadai. Kondisi ini telah mengakibatkan Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index) Indonesia tergolong rendah. Untuk menentukan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) suatu negara, United Nations Development Program (UNDP) menetapkan angka melek aksara sebagai variabel penting dari indeks pendidikan, di samping rata-rata lama sekolah. Oleh sebab itu, pemerintah berupaya mengurangi jumlah penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas melalui program pendidikan keaksaraan atau pemberantasan buta aksara. BAB IV PENYELENGGARAAN PROGRAM ....................................... 21 Pelaksanaan Program A. ................................................... 21
Monitoring dan Evaluasi B. .............................................. 22 Pelaporan C. ...................................................................... 22 LAMPIRAN-LAMPIRAN ...................................................................... 25 Lampiran 1 : Contoh Format Penyusunan Proposal........ 26 Lampiran 2 : Contoh Akad Kerjasama ............................. 39 Lampiran 3 : Contoh Format Laporan ............................. 50 2 ACUAN BANTUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PBA 3 MODEL PERCEPATAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA Sesuai dengan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara (GNP-PWB/PBA) yang telah ditindaklanjuti dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan GNP-PWB/PBA, maka untuk memperluas akses penyelenggaraan dan peningkatan kualitas layanan program pemberantasan buta aksara pada tahun 2009, Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Departemen Pendidikan Nasional memberikan berbagai bantuan penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan termasuk bantuan operasional keaksaraan, keaksaraan keluarga, keaksaraan usaha mandiri, program pendidikan pemberdayaan perempuan, program pengembangan budaya baca, dan pendidikan keluarga berwawasan gender. Bantuan Penyelenggaraan Program Pemberantasan Buta Aksara Model Percepatan PBA Kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota ini merupakan upaya pemerintah untuk mendorong partisipasi dan komitmen pemerintah daerah dalam mendukung program pendidikan keaksaraan. Bantuan ini dapat diakses oleh Pemerintah Kabupaten/Kota yang memenuhi persyaratan sesuai dengan acuan ini.
B. Dasar Hukum
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem 1. Pendidikan Nasional. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2004 tentang Rencana 2. Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2004-2009. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984 tentang Ratifi kasi Konvensi 3. Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita. Peraturan Pemerintah: 4. a. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. b. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2008 tentang Wajib Belajar Pendidikan Dasar. Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional 5. Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara (GNP-PWB/PBA). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2006 6. tentang Acuan Pelaksanaan Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara (GNP-PWB/PBA). Komitmen Internasional: 7.
a. Konvensi internasional tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Wanita (the Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against WomenCEDAW). b. Deklarasi dunia tahun 1997 tentang pendidikan orang dewasa atau CONFINTEA V, Adult Education, the Hamburg Declaration-the Agenda for the Future. c. Kerangka Aksi Dakar Pendidikan untuk Semua-PUS (The Dakar Framework for Action on Education for All). d. Tujuan Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals-MDGs). e. Dasawarsa Keaksaraan PBB (United Nations Literacy Decade) 2003-2015. 4 ACUAN BANTUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PBA 5 MODEL PERCEPATAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA Dasawarsa Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan 8. PBB (United Nations Decade of Education for Sustainable Development) 2004-2014.
C. Pengertian
Model Percepatan Pemberantasan Buta Aksara (PBA) 1. kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota merupakan upaya perce patan PBA secara serentak dan menyeluruh pada Kabupaten/Kota yang mempunyai tingkat keaksaraan rendah dengan melibatkan seluruh unsur pimpinan strategis daerah yang penyelenggaraan programnya dianggap unik sesuai dengan karakteristik daerah tersebut. Bantuan Model Percepatan Pemberantasan Buta Aksara (PBA) 2. Kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota adalah bagian dari program pendidikan keaksaraan yang dimaksudkan untuk mempercepat penuntasan buta aksara pada Kabupaten/Kota tertentu yang mempunyai jumlah penduduk buta aksara yang masih tinggi, melalui kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota. Pemerintah Kabupaten/Kota yang mengakses bantuan model percepatan PBA ini harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap program ini dengan melibatkan unsur pimpinan tertinggi dan strategis, yang ditunjukkan dengan dukungan anggaran dan prakarsa lainnya. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Kabupaten/ 3. Kota yang dipimpin oleh bupati/walikota sebagai kepala daerah dan dibantu jajarannya, khususnya Dinas Pendidikan sebagai pengusul dana bantuan penyelenggaraan Model Percepatan Pemberantasan Buta Aksara (PBA) kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.
D. Tujuan
1. Tujuan Acuan
Acuan ini bertujuan untuk: Sebagai panduan bagi pemerintah kabupaten/kota yang a. memenuhi syarat dalam menyusun dan mengajukan proposal. Sebagai panduan bagi Tim penilai proposal dalam b.
menyeleksi, menilai dan menentukan kelayakan proposal yang diajukan oleh pemerintah kabupaten/kota sebagai calon penerima bantuan. Peningkatan tata kelola, akuntabilitas dan pencitraan c. publik Direktorat Pendidikan Masyarakat dalam membina penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan dan penyaluran dana bantuan program.
buta aksara untuk mengejar target Inpres Nomor 5 Tahun 2006, dapat mengakses program ini ke pusat atau ke provinsi seperti tersebut di atas. Besarnya pengajuan usulan program, harus disesuaikan dengan jumlah target sasaran yang diprogramkan untuk tahun 2009 dan dana sharing yang dialokasikan melalui APBD setempat. Besarnya dana bantuan yang diusulkan dalam proposal penyelenggaraan program Model Percepatan PBA Kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota tahun 2009, harus berpatokan pada biaya satuan (unit cost) rata-rata per-warga belajar, yaitu sebesar Rp 360.000, dengan rincian alokasi (proporsi) penggunaan dananya sebagai berikut: No. Komponen yang dibiayai Poporsi biaya 1 Bantuan warga belajar (alat tulis, buku tulis, dll.) Maksimal 7% 2 Penyelenggaraan program dan Pembelajaran fungsional/tematik Minimal 40% 3 Penilaian hasil belajar (bahan, penyelenggaraan, SUKMA, STSB, dll.) Maksimal 3% 4 Transport tutor Minimal 50%
C. Persyaratan
Persyaratan atau kriteria Pemerintah Kabupaten/Kota Pene- 1. rima Dana Bantuan: Memiliki Subdinas yang menangani program pendidikan a. nonformal (pendidikan keaksaraan) pada Dinas Pendidikan, yang dibuktikan dengan fotocopy salinan peraturan daerah atau Surat Keputusan Bupati/Walikota setempat. Memiliki nomor rekening bank atas nama lembaga pada b. dinas pendidikan setempat. Memiliki semangat dan komitmen yang tinggi dalam upaya c. pemberantasan buta aksara, yang dibuktikan dengan: 1) Menerbitkan peraturan daerah atau surat keputusan bupati/walikota tentang kebijakan penuntasan buta aksara. 10 ACUAN BANTUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PBA 11 MODEL PERCEPATAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA 2) Adanya rencana pencapaian target penuntasan buta aksara yang tertuang dalam Rencana Strategis Daerah (Renstrada). 3) Adanya data dasar (data base) penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas. 4) Melakukan sosialisasi Gerakan Nasional Percepatan Pemberantasan Buta Aksara. 5) Mengalokasikan dana yang bersumber dari APBD setempat (dana sharing) untuk mendukung pembiayaan penyelenggaraan program secara berturut-turut untuk tahun 2008 dan 2009.
6) Melibatkan seluruh unsur pimpinan strategis daerah dan stakeholders lainnya untuk mendukung pelaksanaan program PBA. 7) Menggerakkan berbagai potensi yang tersedia untuk mendukung kualitas penyelenggaraan program PBA sesuai karakteristik setempat. 8) Mengembangkan inovasi program sebagai model percepatan PBA sesuai potensi dan karakteristik setempat. Mengoordinasikan kerjasama dengan berbagai instansi/ d. lembaga/organisasi masyarakat seperti perguruan tinggi, Unit Pelaksana Teknis (UPT) PNFI, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), organisasi perempuan, organisasi keagamaan, dan lembaga swadaya masyarakat lainnya, sebagai mitra penyelenggara program di lapangan. Instansi/lembaga/organisasi masyarakat yang dicalonkan e. sebagai mitra penyelenggara program PBA, harus memiliki: 1) Perizinan yang dibuktikan dengan akte notaris atau surat keterangan dari instansi yang berwewenang. 2) Nomor rekening atas nama lembaga. 3) Struktur organisasi yang jelas. 4) Alamat yang jelas. 5) Pengalaman dan kemampuan dalam menyelenggarakan program PBA. 6) Data sasaran (penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas) sebagai calon warga belajar yang akan dibelajarkan. 7) Data pengelola program dan tutor (pendidik) yang memiliki kompetensi. 8) Sarana dan fasilitas untuk proses pembelajaran. 9) Rencana dan program pembelajaraan sesuai kompetensi keaksaraan. 2. Kriteria Keberhasilan Pemerintah Kabupaten/Kota Penerima Dana Bantuan: Minimal 80% warga belajar sasaran (pasca) program, a. memiliki kemampuan membaca, menulis, berhitung, mendengarkan, dan berbicara untuk mengomunikasikan teks lisan dan tulis dengan menggunakan huruf dan angka dalam bahasa Indonesia sesuai dengan Standar Kompetensi Keaksaraan (SKK). Seluruh warga belajar (pasca program) yang dinyatakan b. mampu mencapai SKK tersebut, diberikan Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA). 3. Semua persyaratan yang memerlukan bukti administrasi seperti yang disyaratkan pada butir C.1 di atas, harus dilampirkan dalam proposal. 12 ACUAN BANTUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PBA 13 MODEL PERCEPATAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA
BAB III
B. Penyusunan Proposal
Proposal Penyelenggaraan Program Model Percepatan PBA Kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, disusun oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dengan mengacu pada persyaratan yang ditentukan pada BAB II butir C di atas. Proposal disusun dengan mengacu pada sistematika (kerangka dasar) sebagai berikut: 1. Halaman depan (sampul) memuat: Judul proposal. a. Nama lengkap Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota pengusul. b. Alamat lengkap Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota c. pengusul: nama jalan, nomor, kode pos, nomor telepon, nomor handphone Kasubdin PLS/PNFI, nomor faximile. 2. Halaman Rekomendasi: a. Mengetahui/pengesahan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. b. Rekomendasi dari Bupati/Walikota. 3. Halaman Kata Pengantar. 4. Halaman Daftar Isi. 5. Isi Proposal yang diajukan hendaknya mencakup: Pendahuluan, antara lain menjelaskan tentang: a. 1) Kondisi geografi s dan topografi s daerah. 2) Data dasar jumlah penduduk buta aksara laki-laki dan perempuan usia 15 tahun ke atas saat ini (sasaran program PBA). 3) Capaian penurunan sasaran buta aksara sejak tahun 2006. 4) Alokasi anggaran APBD untuk mendukung program PBA sejak tahun 2006. 5) Rencana dan target sasaran penuntasan buta aksara (sesuai Renstrada). 6) Usulan rencana target sasaran PBA dan rencana alokasi
anggaran APBD untuk PBA tahun 2009. 7) Potensi dukungan kerjasama dari jajaran pemerintah daerah, stakeholder dan masyarakat dalam penyelenggaraan program PBA. 8) Sarana dan prasarana pendukung dalam pelaksanaan program PBA. 14 ACUAN BANTUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PBA 15 MODEL PERCEPATAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA 9) Daftar profi l Instansi/lembaga/organisasi masyarakat yang dicalonkan sebagai mitra penyelenggara program PBA (sesuai butir II.C.1.e di atas). b. Rencana kegiatan pembelajaran, antara lain memuat: 1) Lokasi/tempat pembelajaran. 2) Frekuensi pembelajaran dan target waktu penyelesaian program. 3) Jadwal pembelajaran. 4) Strategi penyelenggaraan program. 5) Alat dan bahan pembelajaran. 6) Metode dan pendekatan pembelajaran. c. Uraian rencana tahapan penyelenggaraan program: 1) Tahap pertama persiapan. 2) Tahap kedua pelaksanaan. d. Struktur organisasi penyelenggara program dan uraian tugasnya. e. Lampiran-lampiran (daftar warga belajar, tutor, jadwal pembelajaran, foto copy rekening bank dan lain-lain yang diperlukan sesuai persyaratan yang ditentukan di atas). 6. Warna cover: biru tua. 7. Jenis kertas A4, jenis huruf Arial, ukuran 12 dan spasi 1,5. Format sederhana penyusunan proposal, khususnya yang akan diajukan oleh Instansi/lembaga/organisasi masyarakat yang dicalonkan sebagai mitra penyelenggara program PBA, dapat dilihat pada lampiran 1.
C. Pengajuan Proposal
1. Melalui Bantuan Dana Dekonsentrasi (Dinas Pendidikan Provinsi)
Jika bantuan penyelenggaraan program Model Percepatan PBA Kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota ini tersedia di Dinas Pendidikan Provinsi setempat, maka Pemerintah Kabupaten/Kota (Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota) dapat mengajukan proposal kepada Dinas Pendidikan Provinsi dengan rekomendasi dari Bupati/Walikota setempat. Proposal dibuat rangkap 2 dan dikirimkan kepada Dinas Pendidikan Provinsi setempat paling lambat pada akhir bulan Juni 2009. Salinan proposal (rangkap1) dikirimkan kepada Direktur Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Departemen Pendidikan Nasional.
tidak tersedia di Dinas Pendidikan Provinsi setempat, maka Pemerintah Kabupaten/Kota (Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota) dapat mengajukan proposal kepada Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Departemen Pendidikan Nasional. Proposal dibuat rangkap 2 dan dikirimkan paling lambat pada akhir bulan April 2009 untuk tahap pertama dan akhir bulan Juli 2009 untuk tahap kedua, yang ditujukan kepada: Direktur Pendidikan Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Departemen Pendidikan Nasional, Kompleks Depdiknas, Gedung E Lantai 6 Jalan Jenderal Sudirman Senayan Jakarta 10270 Salinan proposal (rangkap 1) dikirimkan kepada Dinas Pendidikan Provinsi setempat. 16 ACUAN BANTUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PBA 17 MODEL PERCEPATAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA
D. Penilaian Proposal
Setiap proposal yang masuk ke Direktorat Pendidikan 1. Masyarakat akan dinilai oleh Tim Penilai Proposal yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur Pendidikan Masyarakat Ditjen PNFI Depdiknas. Setiap proposal yang masuk ke Dinas Pendidikan Provinsi (13 2. provinsi seperti pada BAB II butir B. di atas, akan dinilai oleh Tim Penilai Proposal yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Provinsi setempat. Seluruh proposal akan diseleksi melalui dua tahap, yaitu: 3. a. Tahap pertama, seleksi administratif: 1) Proposal yang tidak lolos seleksi administratif dinyatakan gugur. 2) Proposal yang lolos seleksi administratif akan dinilai pada tahap kedua. b. Tahap kedua, seleksi subtansi/isi proposal: 1) Proposal dinilai berdasarkan bobot penilaian oleh tim penilai. 2) Tim penilai melakukan rangking menurut bobot penilaian dari yang terbesar sampai yang terkecil, sehingga diperoleh daftar kabupaten/kota calon penerima dana bantuan sesuai kuota yang tersedia. 3. Apabila dipandang perlu, tim penilai proposal dapat melakukan verifi kasi proposal atau visitasi ke lapangan. Hasil penilaian Tim Penilai Proposal di pusat, kemudian 4. diserahkan kepada Direktur Pendidikan Masyarakat melalui Kasubdit Kemitraan sebagai bahan pertimbangan untuk menerbitkan surat keputusan tentang kabupaten/kota penerima dana bantuan. Hasil penilaian Tim Penilai Proposal di provinsi, kemudian 5. diserahkan kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi melalui Kasubdin PLS/PNFI setempat sebagai bahan pertimbangan
sebagai mitra penyelenggara program PBA di lapangan. Transfer dana bantuan kepada Instansi/lembaga/ d. organisasi masyarakat yang ditetapkan sebagai mitra penyelenggara program PBA di lapangan, harus didahului dengan penandatanganan akad kerjasama dan kwitansi penerimaan dana sesuai prosedur yang berlaku. Pengambilan dana harus dilakukan oleh Ketua e. Penyelenggara program PBA yang namanya tercantum dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat. 2. Dana Bantuan Alokasi Pusat (Direktorat Pendidikan Masyarakat) Berdasarkan dokumen yang telah disiapkan sesuai a. ketentuan yang berlaku, Direktorat Pendidikan Masyarakat mengajukan usulan ke Biro Keuangan Depdiknas untuk memperoleh Surat Perintah Membayar (SPM). Biro Keuangan Depdiknas mengajukan SPM ke KPPN b. Jakarta III untuk penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D). KPPN Jakarta III meminta Bank penyalur untuk mentransfer c. dana bantuan ke rekening Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota sesuai daftar yang tercantum dalam Surat Keputusan Direktur Pendidikan Masyarakat Ditjen PNFI Depdiknas. Paling lambat 1 (satu) minggu setelah dana bantuan d. masuk ke rekening Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota yang bersangkutan, harus mentransfer dana bantuan ke rekening Instansi/lembaga/organisasi masyarakat yang ditetapkan sebagai mitra penyelenggara program PBA di lapangan. Transfer dana bantuan kepada Instansi/lembaga/ e. organisasi masyarakat yang ditetapkan sebagai mitra penyelenggara program PBA di lapangan, harus didahului dengan penandatanganan akad kerjasama dan kwitansi penerimaan dana sesuai prosedur yang berlaku. 20 ACUAN BANTUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PBA 21 MODEL PERCEPATAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA Pengambilan dana harus dilakukan oleh Ketua f. Penyelenggara program PBA yang namanya tercantum dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota setempat.
Catatan Khusus:
Direktorat Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Departemen Pendidikan Nasional beserta jajarannya, tidak memungut biaya apapun untuk proses penetapan dan pencairan dana bantuan penyelenggaraan program Model Percepatan PBA Kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota, serta tidak menerima pengembalian dana dalam bentuk apapun.
3. Direktorat Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Departemen Pendidikan Nasional beserta jajarannya, berwenang untuk melakukan supervisi dan monitoring penyelenggaraan program secara berkala, terhadap Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/kota maupun terhadap penyelenggara program di lapangan.
C. Pelaporan
1. Laporan pelaksanaan program disusun oleh Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota berdasarkan hasil analisis terhadap laporan hasil penyelenggaraan program yang disampaikan oleh Instansi/lembaga/organisasi masyarakat sebagai mitra penyelenggara program PBA di lapangan. 2. Laporan disusun dengan sistematika sebagai berikut: Ringkasan laporan kegiatan (gambaran kegiatan: jumlah a. WB, jumlah tutor, pembekalan tutor, pelaksanaan pembelajaran/jumlah jam pembelajaran, bahan/modul pembelajaran, metode pembelajaran, pelaksanaan, bahan dan alat evaluasi, serta prosentase kelulusan). Pendahuluan, antara lain memuat: latar belakang, tujuan, b. sasaran program. Penyelenggaraan kegiatan, antara lain memuat: tempat c. dan waktu pembelajaran, jumlah jam pembelajaran, kondisi awal dan akhir jumlah warga belajar, pelaksanaan, bahan dan alat evaluasi, tingkat pencapaian sasaran, tingkat pencapaian perkembangan warga belajar yang dibelajarkan sesuai hasil penilaian berdasarkan Standar Kompetensi Keaksaraan (SKK), hasil evaluasi pembelajaran, pemberian Surat Keterangan Melek Aksara (SUKMA), daya serap anggaran, faktor pendorong dan dukungan, masalah-masalah yang dihadapi, upaya untuk mengatasi permasalahan. Kesimpulan dan Rekomendasi. d. Lampiran, antara lain memuat: e. 1) Nama Warga Belajar, Tutor, Jadwal Kegiatan Pembelajaran, Jadwal Pembekalan Tutor, Struktur Tim Pelaksana, Foto Copy Sukma, Pedoman Pelaksanaan Program, Modul /Bahan Pembelajaran, Alat/Bahan Evaluasi, Dokumentasi Kegiatan (Satu Bundel). 2) Rekapitulasi Data Warga Belajar tiap Kabupaten. 3) Laporan Keuangan, SPJ (Satu Bundel). 24 ACUAN BANTUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PBA 25 MODEL PERCEPATAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA 3. Penyusunan laporan dilakukan dalam dua tahap, yaitu: Pertama, laporan pendahuluan/awal. Laporan pendahu- a. luan berisi tentang uraian persiapan, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Kedua, laporan akhir. Laporan akhir berisi tentang hasil b. yang telah dicapai dari seluruh rangkaian pelaksanaan program termasuk laporan keuangan dan tindak lanjut pembinaan terhadap warga belajar pasca program.
4. Jenis Kertas A4, Jenis Huruf Arial, Ukuran Tulisan 12 dan Spasi 1,5. 5. Cover laporan awal diberi warna kuning, sedangkan cover laporan akhir diberi warna merah. 6. Penyerahan Laporan Jika dana bantuan program diperoleh dari Dinas a. Pendidikan Provinsi, maka Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada Dinas Pendidikan Provinsi sebanyak 2 eksemplar, dan salinannya dikirim kepada Direktorat Pendidikan Masyarakat sebanyak 1 eksemplar. Jika dana bantuan program diperoleh dari Direktorat b. Pendidikan Masyarakat, maka Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota menyampaikan laporan pelaksanaan kegiatan kepada Direktorat Pendidikan Masyarakat sebanyak 2 eksemplar, dan salinannya dikirim kepada Dinas Pendidikan Provinsi setempat sebanyak 1 eksemplar.
LAMPIRAN-LAMPIRAN
26 ACUAN BANTUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PBA 27 MODEL PERCEPATAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA
Oleh: Nama Pemda Kabupaten/Kota : .................................. 4) Alamat : .................................. Nomor Telepon/HP/Faks : .................................. Nama Instansi/lembaga/organisasi : .................................. 5) Alamat : .................................. Nomor Telepon/HP/Faks : ..................................
Catatan:
1) Proposal diajukan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota kepada Direktur Pendidikan Masyarakat Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal 2) Proposal diajukan oleh Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota kepada Kepala Dinas Pendidikan Provinsi 3) Proposal diajukan oleh Instansi/lembaga/organisasi masyarakat sebagai mitra Pemerintah Kabupaten/Kota penyelenggara program PBA di lapangan, kepada Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. 4) Jika yang mengajukan proposal Dinas Pendidikan Kabupaten/
LAMPIRAN: 1
28 ACUAN BANTUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PBA 29 MODEL PERCEPATAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA Contoh Rekomendasi Bupati/Walikota untuk pengusulan proposal dana bantuan penyelenggaraan program Model Percepatan PBA Kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.
SURAT REKOMENDASI
Dalam rangka mencapai target percepatan penuntasan buta aksara di Kabupaten/Kota ....... sesuai Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2006 tentang Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara (GNP-PWB/PBA), dengan ini menugaskan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota ......... untuk mengkoordinasikan penyelenggaraan program pemberantasan buta aksara dengan lembaga/instansi terkait di lingkungan Pemerintah Kabupaten/Kota .......... serta dengan lembaga/organisasi masyarakat sebagai penyelenggara program PBA di lapangan. Pemerintah Kabupaten/Kota ................................ mendukung sepenuhnya penyelenggaraan program ini sesuai dengan potensi, tujuan dan ketentuan yang berlaku. Demikian rekomendasi ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya. .............., ................. 2009 Bupati/Walikota Kabupaten/Kota .............. (......................................) Contoh Rekomendasi Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota untuk instansi/lembaga/organisasi masyarakat sebagai penyelenggaraan program PBA.
SURAT REKOMENDASI
Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota .............., menerangkan bahwa:
No Nama Instansi/ Lembaga/ Organisasi Alamat Lembaga/ Organisasi Nomor Telp/ HP/Fax. Nama Ketua Penyelenggara Nomor Telp/HP
adalah instansi/lembaga/organisasi masyarakat yang kami tetapkan sebagai mitra pemerintah daerah dalam menye leng garakan program Pemberantasan Buta Aksara (PBA) di lapangan, dan memiliki kelayakan dan pengalaman untuk melaksanakan program PBA.
Kami bersedia memfasilitasi instansi/lembaga/organisasi masyarakat tersebut dalam penyelenggaraan program PBA sesuai dengan tujuan dan ketentuan yang berlaku. Demikian rekomendasi ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya. .................., ................. 2009 Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota .......... (......................................) 30 ACUAN BANTUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PBA 31 MODEL PERCEPATAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA Contoh Surat Pernyataan Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota tentang Kesanggupan Menyelenggarakan Program Model Percepatan PBA Kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten/Kota.
SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota .............. menyatakan dengan sesungguhnya bahwa kami sanggup: Menyelenggarakan Program Model Percepatan PBA Kerjasama dengan 1. Pemerintah Kabupaten/Kota tahun 2009, sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam akad kerjasama. Menyediakan dana pendamping yang bersumber dari APBD 2009 untuk 2. mendukung penyelenggaraan program. Membuat laporan kegiatan, yaitu: 3. a. Laporan awal, disampaikan paling lambat 2 (dua) minggu setelah dana diterima. b. Laporan akhir, disampaikan paling lambat 2 (dua) minggu setelah program selesai dilaksanakan. Berkoordinasi dengan instansi/lembaga/organisasi masya rakat setempat 4. dalam penyelenggaraan program. Mempertanggungjawabkan penggunaan dana sesuai ketentuan yang 5. berlaku. Demikian surat pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya untuk dapat digunakan sebagaimana mestinya. . 2009 Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota .............. (...) Materai Rp 6.000, Contoh Format lampiran Proposal yang diajukan oleh instansi/lembaga/ organisasi masyarakat sebagai mitra Pemda Kabupaten/Kota dalam penyelenggaraan program Pemberantasan Buta Aksara (PBA) di lapangan,
A. Identitas Lembaga
1. Nama Lembaga/ Organisasi 2. Alamat Lembaga 3. Tanggal Berdiri 4. Akte Notaris/Perijinan
5. Rekening Bank 6. NPWP (jika ada) 7. Kepengurusan Nama Jabatan Pendidikan Terakhir
Alat keterampilan memasak ......... paket Papan tulis ....... lembar Alat musik .............. set Buku/modul/bahan belajar lain ............ eksp Mobil Operasional ............ unit
34 ACUAN BANTUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PBA 35 MODEL PERCEPATAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA
Instansi/Lembaga Pemberi Bantuan Tahun Jumlah Bantuan Barang/Jasa Dana (Rp) 2. Daftar Instansi/Lembaga Organisasi sebagai mitra kerja No. Nama Instansi / Lembaga/Organisasi Bentuk Kerjasama / Kemitraan Bulan & Tahun Pelaksanaan
seperti di atas 3. Format data nama calon warga belajar (peserta didik) PBA yang diusulkan Nama Lembaga/Organisasi : ................................................ Alamat : ................................................ No. Nama Warga Belajar Jenis Kelamin Alamat Tempat Lahir Tanggal Lahir Pekerjaan Tgl Bln Thn 1. 2. 3. 4. dst. 4. Format data nama calon tutor PBA yang diusulkan Nama Lembaga/Organisasi : .............................................. Alamat : .............................................. No. Nama Tutor Jenis Kelamin Alamat Tempat Lahir Tanggal Lahir Ijazah Terakhir Tahun Lulus Ket. Tgl Bln Thn 1. 2. 3. 4. 5. dst. 5. Rincian Rencana Penggunaan Dana No. Kegiatan Volume Harga Satuan (Rp) Jumlah (Rp)
(1) (2) (3) (2 x 3)
b. .... c. dst. 2 Pembelajaran fungsional/tematik: a. .... b. .... c. dst. 3 Identifi kasi calon warga belajar 4 Penyelenggaraan penilaian pembelajaran: a. .... b. .... c. dst. 38 ACUAN BANTUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PBA 39 MODEL PERCEPATAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA 5 Bantuan transport tutor 6 Penyelenggaraan program: a. .... b. .... c. dst. Jumlah Jumlah keseluruhan yang diajukan: Rp ............................... Terbilang: ............................................................................ ................., .............. 2009 Ketua Lembaga, ......................................... Nama jelas
Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal Departemen Pendidikan Nasional (Ditjen PNFI Depdiknas), dan untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK PERTAMA.
LAMPIRAN: 2
40 ACUAN BANTUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PBA 41 MODEL PERCEPATAN PEMBERANTASAN BUTA AKSARA 2. Nama : Jabatan : Alamat : dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama dan untuk selanjutnya disebut sebagai PIHAK KEDUA. Secara bersama-sama, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA selanjutnya disebut sebagai PARA PIHAK, berdasarkan pertimbangan: Bahwa PIHAK PERTAMA sebagai institusi yang bertugas 1. melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Pendidikan Masyarakat. Bahwa PIHAK KEDUA sebagai ............. yang 2. menyelenggarakan Program Pemberantasan Buta Aksara. PARA PIHAK sepakat untuk mengikatkan diri dalam perjanjian kerjasama tentang program pemberantasan buta aksara, dengan ketentuan sebagaimana diatur pada pasalpasal berikut: Catatan: 1) Jika proposal diajukan oleh pemerintah kabupaten/kota kepada Direktorat Pendidikan Masyarakat.
Secara bersama-sama, PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA selanjutnya disebut sebagai PARA PIHAK, berdasarkan pertimbangan: Bahwa PIHAK PERTAMA sebagai institusi yang bertugas 1. melaksanakan penyiapan perumusan kebijakan, bimbingan teknis dan evaluasi di bidang Pendidikan Masyarakat. Bahwa PIHAK KEDUA sebagai ............. yang 2. menyelenggarakan Program Pemberantasan Buta Aksara. PARA PIHAK sepakat untuk mengikatkan diri dalam perjanjian kerjasama tentang program pemberantasan buta aksara, dengan ketentuan sebagaimana diatur pada pasalpasal berikut: Catatan: 2) Jika proposal diajukan oleh pemerintah kabupaten/kota kepada Dinas Pendidikan Provinsi.
Menggunakan dana sesuai dengan ketentuan yang e. berlaku; Mengadministrasikan penggunaan dana disertai f. dengan bukti fi sik pengeluaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku; Melaporkan pelaksanaan kegiatan kepada PIHAK g. PERTAMA dengan tembusan kepada Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupaten/Kota setempat sesuai dengan ketentuan yang berlaku minimal dua kali, yaitu laporan awal dikirim selambat-lambatnya satu bulan setelah dana diterima dan laporan akhir dikirim selambat-lambatnya 10 hari setelah selesai kegiatan; Menjamin terselenggaranya program kegiatan sesuai h. target yang ditentukan.
Pasal 5 SANKSI
Jika PIHAK KEDUA ternyata tidak menggunakan dana sesuai 1. peruntukannya, maka PIHAK PERTAMA dapat mengajukan gugatan pengembalian dana kepada PIHAK KEDUA, dan
selanjutnya disetorkan ke Kantor Kas Negara. Apabila dalam penyelenggaraan program yang dilakukan 2. oleh PIHAK KEDUA ternyata ditemukan penyimpangan, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab PIHAK KEDUA.
LAMPIRAN: 3
52 ACUAN BANTUAN PENYELENGGARAAN PROGRAM PBA
Lengkap Tpt, Tgl Lahir Jenis Kelamin Nilai Lulus (L)/ Ket. Baca Tulis Hitung Keterampilan Tidak Lulus (TL)