You are on page 1of 18

Terapi Operatif Abortus

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Obstetri Operatif

Disusun Oleh Kelompok 1

Resti Nur Annisa Yoseu Novieliya P. W Fitri Nurmalasari Aliah S. Winarsih Seny Rumintang Nurul Hanisa Angkatan : VI A

130103100002 130103100015 130103100036 130103100040 130103100043 130103090070

PROGRAM STUDI DIPLOMA 3 KEBIDANAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PADJADJARAN BANDUNG 2012

A. Kontrasepsi Suntikan (Injectables)

Salah satu tajuan utama dari penelitian kontrasepsi adalah untuk mengembangkan suatu metode kontrasepsi yang berdaya-kerja panjang (lama), yang tidak membutuhkan pemakaian setiap, hari atau setiap, akan bersanggama, tetapi tetap reversibel. Dua kontrasepsi suntikan berdaya-kerja lama yang sekarang banyak dipakai adalah: 1. DMPA (Depot Medroxyprogesteroite asetat) = Depo-Provera a. Dipakai di lebih dari 90 negara, telah digunakan selama kurang lebih 20 tahun dan sampai saat ini akseptornya berjumlah kira-kira 5 juta wanita. b. Diberikan sekali setiap - 3 bulan dengan dosis 150 mg.

2.

NET-EN (Norethindrone enanthate) = Noristerat a. Dipakai di lebih dari 40 negara, dengan jumlah akseptor kirakira 1,5 juta wanita. b. Diberikan dalam dosis 200 mg sekali setiap 8- minggu atau sekali setiap 8-minggu untuk 6 bulan pertama (= 3 x suntikan pertama) kemudian selanjutnya sekali setiap-12 minggu.

Baik DMPA maupun NET EN sangat efektif, dengan angka kegagalan untuk: DMPA : < 1 per 100 wanita per tahun NET EN : 2 per 100 wanita per tahun

Efek samping utama: gangguan pola. haid. Sedangkan efek samping lain kecil sekali, antara lain: Berat badan naik, antara 1 - 5 kg (DMPA). Sebagian besar wanita belum kembali fertilitasnya selaina 4 - 5 bulan setelah menghentikan suntikannya. Kontinuitas kontrasepsi suntikan cukup tinggi, 50 - 75% setelah 1 tahun. Kelainan haid merupakan sebab utarnadari penghentian kontrasepsi suntikan. Penelitian penelitian membuktikan bahwasampai saat ini kontrasepsi suntikan tidak menambah risiko teriadinya karsinoma seperti karsinoma payudara atau cervix, malah progesterone, termasuk DMPA, digunakan untuk mengobati karsinoma endometrium.

Latar Belakang dan Sejarah Kontrasepsi Suntikan Kontrasepsi suntikan progestin yang pertama dkembangkan tahun 1953 oleh Karl Junkmann. Tahun 1957 Junkmatin dan kawan-kawan menemukan NET EN. Pada saat yang sama, Upjohn Conipany di Amerika Serikat menemukan DMPA yang berasal dan hormon alamiah progesterone. NET EN merupakan suntikan progestin pertama yang di pakai sebagai kontrasepsi, dan diberi nama dagang Noristerat. Percobaan-percobaan klinik pertama dari DMPA sebagai metode kontrasepsi dimulai pada tahun 1963, diikuti percobaan-percobaan di lapangan pada tahun 1965. Tahun 1967 Upjohn Company meminta izin FDA US ("POM"nya Amerika Serikat) untuk memasarkan DMPA sebagai kontrasepsi di Amerika Serikat. Pada saat itu telah

diketahui dengan jelas bahwa estrogen dalam kontrasepsi hormonal per-oral merupakan penyebab dari timbulnya efek samping seperti mual, muntah, timbulnya bekuan darah. Sehingga adanya metode kontrasepsi yang bebas estrogen seperti DMPA dan MiniPil merupakan hal yang sangat menzirik. Tetapi tahun 1970, penelitian-penelitian menunjukkan bahwa progestin, termasuk DMPA, menyebabkan timbulnya benjolanbenjolan pada payudara binatang percobaan anjing beagle, sehingga menyebabkan timbulnya kewaspadaan dari FDA. Bulan September 1974 FDA menyatakan keinginannya untuk menyetujui DMPA sebagai suatu metode kontrasepsi tetapi hanya bagi wanita yang telah mengalami kegagalan kontrasepsi dengan maksudnya tersebut, setelah timbul pertanyaan apakah DMPA dapat meninggikan risiko karsinoma serviks. Tahun 1975 dinyatakan bahwa tidak ads bukti-bukti bertambahnya risiko karsinoma seviks, dan diusulkan kembali penggunaan DMPA untuk kalangan wanita yang terbatas. Tetapi pada tahun 1978 FDA secara resmi menolak pemakaian DMPA sebagai suatu metode kontrasepsi, dengan alasan: 1. Masalah timbulnya benjolan-benjolan pada payudara binatang anjing beagle yang diberikan DMPA belum terpecahkan. a. Aadanya risiko yang potensial timbulnya cacad bawaan pada kasus kegagalan kontrasepsi. b. Pemberian estrogen untuk menanggulangi perdarahan haid ireguler karma DMPA, akan mengurangi keuntungan dari kontrasepsi berisi-progestinsaja. c. Belurn dapat ditunjukkan adanya kebutuhan yang mendesak dari pemakaian DMPA di Amerika Serikat.

Di samping itu, fihak-fihak yang tidak menyetujui metode kontrasepsi suntikan jugs mengatakan bahwa: a. Wanita mungkin tidak mengetahui obat spa yang disuntikan kepadanya atau wanita disuntik tanpa seizinnya (tanpa informed consent), b. sebagai obat suntik berdaya-kerja panjang, efeknya - termasuk efek samping utama maupun yang minor - tidak dapat segera dihentikan dengan jalan

menghentikan suntikannya. Baru pada bulan Oktober 1992 FDA menyetujui Depo-Provera sebagai kontrasepsi suntikan.

Farmakologi dari Kontrasepsi Suntikan DMPA


1. 2.

Tersedia dalam larutan mikrokristaline. setelah I minggu penyuntikan 150 mg, tercapai kadar puncak, lalu kadarnya tetap tinggi untuk 2 - 3 bulan, selanjutnya menurun kembali.

3.

Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setelah 73 hari penyuntikan, tetapi umumnya ovulasi bare timbul kembali setelah 4 bulan atau lebih.

4.

Pada pemakaian jangka lama, tidak terjadi efek akumulatif dari DMPA dalam darah/serum.

NET EN

1. Merupakan suatu progestin yang berasal dari testosterone, di buat dalam larutan minyak. 2. Larutan minyak tidak mempunyai ukuran partikel yang tetap dengan akibat pelepasan obat dari tempat suntikan kedal.am sirkulasi darah dapat sangat bervariasi. 3. Lebih cepat di metabolisir dan kembalinya kesuburan lebih cepat dibandingkan dengan DMPA. 4. Setelah disuntikan, NET EN harus di ubah menjadi norethindrone (NET) sebelum ia menjadi aktif secara biologis. 5. Kadar puncak dalam serum tercapai dalam hari setelah penyuntikan, kemudian menurun secara tetap dan tidak ditemukan lagi dalam waktu 2,5 - 4 bulan setelah disuntikan.

Mekanisme Kerja Kontrasepsi Suntikan 1. Primer: Mencegah ovulasi Kadar FSH dan LH menurun dan tidak terjadi sentakan LH. (LH surge). Respons kelenjar hypophyse terhadap gonadotropin-releasing hormon eksogenous tidak berubah, sehingga memberi kesan proses terjadi di

hipotalamus daripada di kelenjay, hypophyse. Ini berbeda dengan POK, yang tampaknya menghambat ovulasi melalui efek langsung pads kelenjar hypophyse. Penggunaan kontrasepsi suntikan tidak menyebabkan keadaan hipo-estrogenik. Pada pemakaian DMPA, endometrium meniadi'dangkal dan atrofis dengan kelenjar-kelenjar yang tidak aktif. Sexing stroma menjadi oedematous. Denganpemakaianja-rigka-lania,endometrium dapat menjadi

sedemikian sedikitnya, sehingga tidak didapatkan atau hanya didapatkan sedikit sekali jaringan bila dilakuka biopsi. Tetapi, perubahan-perubahan tersebut ak.an kembali menjadi normal dalam. waktu. 90 hari setelah suntikan DMPA yarg terakhir.

2. Sekunder: a. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga n-,,enlpakan barter terhadap spermatozoa, b. Membuat endometrium menjadi kurang baik/la.vak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuah,,. c. Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopii.

Efektivitas Kontrasepsi Suntikan a. Baik DMPA maupun NET EN sangat efektif sebagai metode kontrasepsi. Kurang dari 1 per 100-wanita akan mengalami kehamilan dalam 1 tahun pemakaian DMPA, dan 2 per 100- wanita-per tahun pemakaian NET EN. b. Kontrasepsi suntikan sama efektifnya seperti POK, dan lebih efektif daripada IUD. c. Dosis DMPA dengan daya kerja kontraseptif yang paling sexing dipakai 150 mg setiap 3 bulan - adalah dosis yang tinggi. Setelah suntikan 150 mg DMPA, ovulasi tidak akan terjadi untuk minimal 14 minggu. Sehingga terdapat periode "tenggang-waktu/ waktu-kelonggaran" (grace period) selama 2 minggu untuk akseptor DMPA yang disuntik-ulang setiap 3

bulan. d. Penelitian dalam Skala kecil akhir-akhir ini menemukan bahwa dosis lebih rendah dari DMPA - 100 mg sekali setiap 3-bulan hampir sama efektifnya dengan suntikan 150 mg, dengan angka kegagalan 0,44 per 100 wanita-per tahun. Sedangkan pemberian sekali setiap 6-bulan dengan dosis 250, 300, 400 atau 450 mg DMPA umumnya menunjukkan angka kegagalan yang sedikit lebih tinggi, 0- 3,6 kehamilan per 100 wanita-per tahun. e. NET EN 200 mg lebih efektif bila diberikan dalarn jarak waktu yang lebih pendek. Penyuntikan sekali setiap 8-minggu: angka kegagalan 0,4 - 1,8 per 100 wanita-per 24 bulan. f. kerja NET EN lebih singkat daripada DMPA, sehingga tidak terdapat "tenggang-waktu/waktu-kelonggaran" (grace period) untuk akseptor NET EN yang terlambat disuntik-ulang.

WHO telah melakukan dua penelitian: 1. DMPA dosis standard : angka kegagalan 0,7%. 2. NET EN: a. Dosis standard sekali setiap 12-minggu: angka kegagalan 3,6% per 100 wanita per 36 minggu. Penelitian ini kemudian dihentikan karena angka kegagalannya terlalu tinggi.kemudian penelitian dilanjutkan dengan b. Dosis standar sekali setiap 8 minggu : angka kegagalan 0,4 per wanita per 24 bulan c. Dosis standar setiap 8 minggu selama 6 bulan, di susul sunitikan sekali setiap 12 minggu : angka kegagalan 1,4 per 100 wanita per 24 bulan.

Jadi menurut WHO : pemakaian sekali setiap 8 minggu sedikit lebih efektif dibandingkan sekali setiap 8 minggu selama 6 bulan yang disusul suntikan sekali setiap 12 minggu.

g. Efektivitas kontrasepsi suntikan, terutama NET EN, dapat bervariasi, mungkin tergantung kepada : a. Waktu penyuntikan pada saat siklus haid, b. Metabolisme obatnya. c. Berat badan akseptor. d. Tehnik penyuntikan.

ad a: Waktu penyuntikan pada saat siklus haid

Disarankan untuk mulai menggunakan kontrasepsi suntikan selama 5 - 7 hari pertama dari siklus haid.

Dari penelitian di Thailand terbukti bahwa DMPA yang disuntikan setelah 7 hari pertama dari siklus haid tidak selalu mencegah ovulasi dalam siklus tersebut .

ad b: Metabolisme obatnya

Faktor-faktoryangmempengaruliikecepatanmetabolisms obat suntikan belurd diketahui dengan jelas. Faktor ras tampaknya memegang peranan, misalnya : DMPA 150 mg : wanita India berovulasi dalam waktu 2,5 bulan, sedangkan wanita Swedia t"dak mengalami ovulasi untuk minimal 5 bulan. NET EN 200 mg : Wanita India dan"bailand ovulasinva timbal 2 x lebih lama dibandingkan wanita Brazil.

ad c: Berat badan akseptor

Pada penelitian WHO yang peeama, Aseptor NET EN Yang menjadi hamil mempunyai ber-at tadan yang lellih rendah.

Tidak dijumpai perbedaan pada akseptor DMPA.

ad d: Tehnik penyuntikan

Tehnik penyuntikan sangat panting pada DMPA maupun NET EN. Semua obat, suntik harus diisap ke dalam. alat suntiknya. DMPA harus dikocok terlebih dahulu dengan baik.

Penyuntikan harus dilakukan dalam-dalam pada otot, Jangan melakukan masase pada tempat suntikan.

Kedua hal terakhir ini sangat penting karena kalau tidak dipercepat dengan akibat masa efektif kontrasepsinya menjadi lebih pendek.

Kontra-Indikasi suntikan WHO menganjurkan untuk tidak menggunakan kontrasepsi suntikan pada: 1. Kehamilan. 2. Karsinoma payudara. 3. Karsinoma traktus genitalia. 4. Perdarahan abnormal uterus. Di samping itu WHO juga menganjurkan untuk : a. Mempertimbangkan kontra-indikasi yang berlaku untuk POK. b. Pada wanita dengan diabetes atau riwayat diabetes selama kehamilan, harus dilakukan follow-up dengan teliti, karena dari beberap a percobaan laboratorium ditemukan bahwa DMPA mempengaruhi metabolisms karbohidrat.

Efek Samping 1. Gangguan haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling mengganggu. 2. Berat badan yang bertambah. 3. Sakit kepala. 4. Pada sistem kardiovaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin ada sedikit peninggian dari kadar insulin dan penurunan HDL kolesterol.

ad 1: Gangguan Haid a. Pola haid yang normal dapat berubah menjadi : Amenore. Perdarahan ireguler. Perdarahan-bercak. Peribahan dalam frekuensi, lama dan jumlah darah yang hilang.

b. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan inter-menstrual dan perdarahan-bercak berkurang dengan. jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah besar. c. Insidens yang tinggi dari amenore diduga berhubungan dengan atrofi endometrium. sedangkan sebab-sebab dari perdarahan

Penanggulangan perdarahan Percobaan untuk mencegah perdarahan ireguler yang disebabkan oleh kontrasepsi suntikan pada umumnya tidak memuaskan. Meskipun pernah dicoba untuk menggunakan suplemen estrogen secara rutin, tetap tidak terbukti bahwa hal ini mengurangi atau menghentikan gangguan pola haid. Sekarang sebagian bestir para ahli tidak menganjurkan pema kaian rutin dari suplemen estrogen pada kontrasepsi suntikan, karena itu akan mengurangi sebagian keuntungan dari kontrasepsinya serta keharusan akseptor untuk mengingatkan untuk meminum tabletnya di samping efek samping dari estrogennya. Yang terpenting adalah konseling sebelum dan selama pemakaian metode kontrasepsi suntikan. Jadi pada umumnya perdarahan, bercak atau amenore tidak perlu diobati secara rutin. Yang Perin mendapat perhatian dan pertolongan medis adalah perdarahan. hebat atau, perdarahan yang lama.

Untuk hal tersebut, WHO menganjurkan :


1. 2.

Singkirkan dulu kemungkinan-kemungkinan Penyebab lain dari perdarahannya. Bila perdarahan hebat atau lama di sebabkan oleh kontrasepsi suntikan, maka tindakan yang harus diambil adalah : a. Pemberian tablet estradiol 25 mcg 3 kali sehari untuk 3 hari, atau 1 tablet Pil Oral Kombinasi rx!r hari untuk 14 hari. b. Bila hal tersebut tidak menolong, diberikan suntikan intramuskuler estrogen sintetis seperti 5 mg estradiolcypionate atau estradiol valerate dalam larutan minyak, yang harus diulangi sekali lagi bila perdarahan tidak berhenti dalam waktu 24 jam.

c.

Bilaperdarahantetapsajaberlangsungterus,pertimbangkan untuk melakukan dilatasi dan kuretase.

Sedangkan pabrik pembuat DMPA menganjutkan untuk kejathan perdarahan hebat atau lama, pemberian per-oral ethinylestradiol 0.05 - 1.0 mg selama 7 - 21 hari. Bila perdarahan tidak berkurang dalam 1 atau. 2 siklus, akseptor harus ganti ke metode kontrasepsi lain.

ad2: Berat Badan yang Bertambah a. Umum nya pertambahan berat badan tidak terlalu besar, bervarasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama. b. Penyebab pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh, dan bukan karena retensi cairan tubuh. c. Hipotesa para ahli : DMPA merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus, yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada biasanya.
ad 3:

Sakit Kepala

a. Insidens sakit kepala adalah sama pada DMPA maupun NET EN, dan terjadi pada < 1 - 17% akseptor.
ad 4:

Efek pada Sistem Kardio-Vaskuler

a. Tampaknya hampir tidak ada efek pada tekanan darah atau sistem. pembekuan darah maupun sistem fibrinolitik. Tidak ditemukan bukti-bukti bahwa DMPA maupun NET EN menambah risiko timbulnya bekuan darah atau gangguan sirkulasi lain. b. Perubahan dalam metabolisme lemak, terutama penurunan HDLkolesterol, baik pada DMPA maupun NET EN, dicurigai da pat menambah bestir risiko timbulnya penyakit kardiovaskuler. HDL kolesterol yang rendah menyebabkan timbulnya aterosclerosis. Sedangkan terhadap

trighserida dan kolesteroltotal tidak ditemukan efek apapun dari kontrasepsi suntikan.

Efek Metabolik 1. DMPA mempengaruhi metabolisme karbohidrat, tetapi Tidak

ditemukan terjadinya diabetes pada akseptor. 2. WHO tidak menganggap diabetes sebagai kontra indikasi untuk pemakaian kontrasepsi suntikan, hanya disarankan untuk melakukan pemantauan glukosa toleransi 3. tidak di temukan efek pada fungsi hepar beberapa peneliti menyimpulkan bahwa kontrasepsi suntikan dapat di pakai dengan aman padawanita riwayat ikterus atau penyakit hepar 4. kontrasepsi suntikan tdak mempengaruhi metabolisme protein atau vitamin

Efek pada Sistem Reproduksi


1.

Kembalinya Kesuburan/Fertilitas Suntikan DMPA 150 mg dianggap tidak efektif` lagi sebagal ktl-,Iitrasepsi setelah 90 hari, tetapi pada kebanyakan akseptor, DMPA mencegah kehamilan untuk jangka waktu yang lebih lama. Rata-rata, mantan akseptor suntikan DMPA memerlukan 1,5 - 3 bulan lebih lama untuk kembali hamil dibandingkan Pil-oral atau IUD. Lamanya masa-tidak-subur/infertil mungkin tergantung pada kecepatan metabolisms DMPA'dan juga pada berat badan akseptor. Tidak ditemukan buktibukti bahwa kontrasepsi suntikan mengganggu fertilitas secara permanen. Lebih dari 50% mantan akseptor akan mengalami haid kembali setelah 6 bulan, dan kira-kira 85% setelah 1 tahun. Lebih dari 60% mantan akseptor sudah hamil dalam waktu 1 tahun, dan lebih dari 90% dalam waktu 2tahun.

Obat-obat untuk merangsang ovulasi seperti Chlomiphene sitrat, dapat mengembalikan kesuburan pada wanita yang mengalami amenore

berkepanjangan setelah memakai DMP-A. Akseptor yang memakai kontrasepsi

suntikan untuk waktu yang lama, dapat menjadi hamil sama cepatnya dengan akseptor yang hanya ikut beberapa kali suntikan, yang in vnun,julkkan bahwa tidak terjadi efek kumulatif dari obatnya. Pada NET EN, kembalinya kesuburan dapat lebih cepat dibandingkan dengan DMPA, karena NET EN di metaboliser lebih cepat. Ovulasi sering terjadi dalam waktu Sbulan setelah penyuntikan, kadang-kadang dapat terlambat sam pai 5 bulan.

Efek pada Fetus/Janin Tidak di temukan bertambahnya kelainan kongenital atau prematuritas pada wanita hamil yang tanpa sengaja diberikan DMPA maupun wanita yang hamil setelah efek kontraseptif DMPA berakhir. Juga tidak ditemukan perbedaan dalam insidens IUFD, kehamilan kembar, sex ratio atau berat badan bayi pada wanita mantan DMPA dibandingkan wanita yang tidak ber-KB. Pada tahun 1950-an dan awal 1960-an, progestin dosis tinggi diberikan kepada wanita hamil dengan abortus habitualis atau abortus yang mengancam. Ternyata pengobatan ini samasekali tidak terbukti efektif, dan sekarang tidak dianjurkan lagi. Beberapa progestin, terutama yang berasal dari testosterone, kadang-kadang dapat menyebabkan maskulinisasi dari genitalia eksterna (klitoris membesar dan/atau perlekatan/fusi labia) bayi perempuan.
3.

Laktasi Pada DMPA tidak ditemukan efek terhadap laktasi, malah mungkin dapat memperbaiki kuantitas ASI (memperbanyak produksi ASI). DMPA. tidak merubah komposisi dari ASI. Juga tidak ditemukan efek immunologik (perubahan konsentrasi immunoglobulin) pada ASI mantan akseptor DMPA atau NET EN. Memang ditemukan sejumlah kecil hormon di dalam ASI, tetapi ini tidak mempunyai efek pada bayinya misalnya berat badan serta perkembangan bayi tidak terganggu. NET EN tampaknya juga tidak berefek buruk terhadap laktasi, tetapi karena penelitian terhadap NET EN masih terbatas, WHO menganjurkan agar selama

laktasi hanya dipakai DMPA atau metode kontrasepsi lain. Pabrik pembuat DMPA juga menganjurkan agar pemberian post-partum ditunda sampai 6 minggu, karena pada saat tersebut bayi. sudah lebih mampu untuk memetabolisir dan mengekskresikan obatnya.

Hubungan Kontrasepsi Suntikan dengan Neoplasma 1. Sampai saat ini hal tersebut masih merupakan kontroversi. Disatu pihak, beberapa binatang percobaan tertentu menunjukkan terjadinya tumor pada uterus dan payudara; di pihak lain tidak ads bukti-bukti yang menghubungkan pemakaian progest in dengan neoplasma pada wanita. Malah, beberapa progestin, termasuk DMPA, dipakai dalam dosis tinggi untuk menghambat pertumbuhan neoplasma tertentu dari organ

reproduksi. 2. FDA di amerika serikat harusnya mengharuskan setiap kontrasepsi hormon monal dicobakan pada 3 species binatang yaitu tikus, anjing beagle dan kera. Dari percobaan-percobaan dengan DMPA dan NET EN pada ketiga binatang tersebut, ditemukan : a. Pada tikus Timbulnya tumor payudara dengan NET EN, tetapi tidak dengan DMPA. b. Pada anjing Tumor payudara dengan DMPA; NET EN beagle belum ada datanya. c. Pada kera Karsinoma endometrium dengan DMPA dan NET EN. Benjolan payudara jinak dengan DMPA; NET EN belum ada datanya.
3.

Dua persoalan ilmiah-dasar yang belum terpecahkan sampai saat ini adalah: a. Relevansinya untuk manusia/wanita dari basil-hash percobaan pada binatang percobaan.

b. Sudah sejauh mana kesimpulan-kesimpulan dari penelitian pada manusia, yang sampai saat ini tidak menemukan adanya efek yang merugikan, tetapi masih terbatas dalam )umlah, lama dan follow-up pernakaian.
4.

Dari percobaan-percobaan ditemukan adanya perbedaan yang bermakna sebagai akibat pemberian progestin pada tingkat sel tubuh. Pada anjing beagle, pemberian progestin dengan jelas menambah jumlah reseptor progesterone dalam payudara dan endometrium. Sedangkan pada wanita, progestin malah mengurangi jumlah reseptor progesterone dan estradiol di dalam jaringan uterus. (Reseptor adalah protein spesifik di dalam sel yang mengikatkan diri secara kimiawi dengan hormon, dan menyebabkan respons seluler).

5.

Pada kera, karsinoma endometrium tewjadi pada endometrium yang atrofis. Pada wanita, karsinoma endometrium sering dihubungkan dengan hiperplasia yang disebabkan oleh estrogen. DMPA dan progestin lain menekan pertumbuhan endometrium dan mencegah hiperplasia pada wanita.

6.

Sampai sekarang terdapat 3 btikti yang menunjukkan bahwa kontrasepsi suntikan progestin tidak menyebabkan neoplasms pada wanita : a. Hasil-hasil penelitian epidemiologis dan k1hus sampai saat ini. b. Fakta bahwa progestin justru di gunakan sebagai pengobatan pada beberapa macam karsinoma c. Hasil-hasil penelitian kontrasepsi hormonal per-oral yang tidak menunjukkan bertambahnya risiko terjadinya karsino ma payudara, malah terdapat efek protektif terhadap karsinoma endometrium dan karsinoma ovarium.

7. Hasil-hasil sementara dari penelitian WHO menunjukkan bahwa DMPA

tidak menambah risiko karsinoma serviks (baik yang in-situ maupun yang invasif), karsinoma payudara, karsinoma endometrium, karsinoma ovarium atau karsinoma hepar.
8. Wanita yang diberi dosis tinggi DMPA atau MPA per-oral untuk

pengobatankarsinoma endometrium atau gejala-gejalapostmenopause, ternyata tidak menunjukkan bertambahnya risiko mendapatkan tumor

payudara.
9. Olen FDA di Amerika Serikat, DMPA malah diberi izin untuk digunakan

sebagai tempi karsinoma endometrium, baik yang metastatik maupun yang rekuren atau digunakan sebelum dilakukan histerektomi. Terjadi remisi komplit atau partial pada 18 - 57% kasus. Penerimaan dan Kontinuitas
1. Kontinuitas dari kontrasepsi suntikan sangat bervariasi. Pada DMPA

maupun NET EN, 50 - 75% akseptor tetap menggunakannya setelah 1 tahun.


2. Ketidak-puasan dengan kontrasepsi suntikan berasal dari gangguan pola

haid yang ditimbulkannya. Perdarahan ireguler menyebabkan 20 - 25% akseptor menghentikan suntikannya.
3. Amenore yanglamadan perdarahan yang lama merupakan sebab utama. dari

ketidak-puasan skseptor.
4. Wanita akan dapat lebih mentolerir perdarahan ireguler bila mereka dan

partnernya diberikan konseling yang baik sebelum suntikan pertama dan diulangi setiap kali pada penyuntikanpenyuntikan berikutnya.
5. Di dalam masyarakat sendiri, masih terdapat anggapan yang salah perihal

haid, antara lain:


a. Haid berguna untuk menghilangkan "darah kotor/jelek"dari

badan.
b. Tanpa haid yang teratur, darah akan berakumulasi di dalam badan dan

menyebabkan sakit kepala, lethargi, gila dan lain-lain

Kerugian dari Kontrasepsi Suntikan-Sekali-Sebulan:


1. 2. 3.

Penyuntikan lebih sering. Biaya keseluruhan lebih tinggi. Kemungkinan efek samping karena estrogennya.

Sediaan yang sudah beredar pada saat ini ada 2 macaw, yaitu: 1. Kombinasi 75 - 150 mg dihydroxyprogesterone acetophenide dan 5 - 10 mg estradiol enanthate.

a. b.

Dipakai di negara-negara Amerika Latin. Nama dagang: Perlutal, Agurin. Di Amerika Serikat : Deladroxate, tetapi sekarang sudah tidak dibuat dan tidak dipasarkan lagi karena dari percobaan klinik pada akhir 1960-an ternyata: Timbul tumor payudara pada anjing beagle. Hiperplasia kelenjar hypophyse. Kemungkinan timbul efek, kumulatif dari estradiol di dalam tubuh.

c.

Dari pemakaian hampir 23.000 siklus pada 2400 wanita, tidak ditemukan kegagalan/kehamilan.

d.

8 - 26% s kseptor berhenti karena persoalan-persoal an perdarahan.

2. Kombinasi 250 mg 17-hydroxyprogesterone caproate dan 5 mg estradiol vale-rate. a. Hanya dipakai di RRC dengan nama Injectable Number 1. b. Mula-mula diberikan 2 suntikan dalam sebulan, kemudian 1 suntikan setiap bulan berikutpya. c. Kerugian utama dari sediaan ' 'ni adalah siklus haid yang sangat pendek dan perdarahan liaid yang lama. d. Yang masih dalam penelitian saat ini ada 2 sediaan , yaitu: 1. Cycloprovera Kombinasi 25 mg DMPA dan 5 rag estradiol cypionate, kemasan 0,5 ml suspensi aqueous stern yang berisi 25 mg Medroxyprogesterone asetat + 5 mg Estradiol cypionate. 2. HRP102 (Human Reproduction Program dari WHO)
a. b.

Kombinasi 50 mg NET EN dan 5 mg estradiol valerate. Sekarang telah tersedia dengan nama dagang Mesigyna di negara Mexico, Argentina dan Brazil. Dari penelitian-penelitian pendahuluan yang dilakukan, antara lain oleh WHO, ternyata: 1. Kedua sediaan tersebut sangat efektif, ditemukan hanya 1 kehamilan pada 655 wanita-per tahun untuk Cycloprovera; dan 4 kehamilan pada 648 wanita per tahun untuk HRP102 tetapi mungkin 2 wanita

sudah hamil pada saat disuntikuntuk pertama kalinya. 2. Pola perdarahan seperti siklus haid yang normal. 3. Efek samping ringan antara lain berat badan bertambah sedi kit. 4. Setelah suntikan dihentikan, mungkin terjadi sedikit ketelambatan dalam kembalinya kesuburan.

You might also like