You are on page 1of 10

A. PENGECAP A.

Jenis Percobaan Percobaan yang Kami lakukan adalah percobaan eksperimental, karena dalam percobaan ini terdapat variabel manipulasi, variabel kontrol dan variabel respon. B. Variabel Percobaan

Variabel manipulasi

:Larutan yang digunakan untuk menentukan kecermatan pengecapan dan penyebaran reseptor yakni larutan NaCl (asin), larutan asam, larutan glukosa (manis), larutan kopi (pahit), larutan cabe atau merica (pedas)

Variabel kontrol Variabel respon Alat:

:Daerah penyebaran reseptor pada lidah praktikan :Penyebaran kepekaan tertinggi pada lidah praktikum

C. Alat dan Bahan Cotton bud Cawan petri Gelas kimia Sapu tangan Peta rasa (gambar lidah) Tissue/ kipas Larutan NaCl (asin) Larutan Asam Larutan glukosa (manis) Larutan obat (pahit) Larutan cabe/merica (pedas) Air putih D. Prosedur Kerja 1. Sebelum percobaan dimulai, praktikan diharap membersihkan terlebih dahulu gusi dan lidah dari sisa-sisa makanan dengan berkumur dengan air putih. Kemudian membersihkan lidah dengan tissue/kapas agar tidak basah oleh air lidah. Bahan:

2. 3. 4.

Menuangkan cairan larutan yang telah dibuat pada cawan petri dan merendam cotton bud pada tiap-tiap larutan. Menutup mata praktikan, agar tidak mengetahui larutan apa yang dipergunakan. Menyentuhkan cotton bud pada tempat-tempat pusat pengecap dan praktikan diminta untuk mengatakan rasa apa yang dirasakan setiap kali sentuhan dan pada tempat mana yang paling terasa macam larutan yang disentuhkan.

5.

Mengulangi percobaan ini dengan cotton bud yang lain sesuai dengan larutannya. Menanyakan: apakah pada daerah yang disentuh dirasakan rasa larutan tertentu. (sesuai atau tidak dengan macam larutn yang dicobakan).

6. 7. 8.

Bila jawaban praktikan sesuai dengan larutan yang dicobakan maka pada gambar lidah diberi tanda (+) dan bila tidak sesuai diberi tanda (-) Mengulangi percobaan ini pada orang lain dengan cotton bud yang berbeda. Kemudian membandingkan hasilnya. PERLU DIINGAT: setiap penggantian larutan praktikan harus kumur terlebih dahulu.

E. Hasil dan Pembahasan

1. Hasil

Tabel. Penyebaran kepekaan reseptor pada peta rasa Daerah No. reseptor 1. 2. 3. 4. 5. 6. I II III IV V VI Kepekaan Reseptor Praktikan I pahit manis asam asin
++ + +++ ++++ + +++ ++++ ++ +++ + ++ +++ +++ + ++ +++ + ++ +++ ++++ ++ + ++++ ++

pedas
+ ++++ ++ + ++++ ++

pahit
+ ++ +++ ++++ ++ +++

manis
++++ +++ ++ + +++ ++

Praktikan II asam asin


++ ++ +++ ++ ++ +++ +++ ++++ ++ + ++++ ++

pedas
+ +++ +++ + +++ +++

Ket: Semakin banyak (+) maka semakin bisa merasakan rasa tersebut
I IIII dan V dan V III dan VI

IV

Gambar 1. Daerah yang disentuh dan dirasakan rasa larutan tertentu 2. Analisis

Berdasarkan hasil percobaan dengan menggunakan stimulus berupa lima rasa yang berbeda, yakni asin, asam, pahit, pedas,dan manis pada ke dua orang praktikan diperoleh daerah penyebaran reseptor rasa yang berbeda. Rasa manis dirasakan pada lidah bagian ujung, rasa asam dirasakan pada lidah disisi sebelah kanan, rasa asin dirasakan pada lidah disisi sebelah kiri, rasa pahit dirasakan pada lidah bagian pangkal dan rasa pedas dirasakan hampir pada seluruh sisi lidah. Hal ini menunjukkan bahwa indera pengecap pada ke dua praktikan normal. 3. Pembahasan Berdasarkan analisa data diatas didapatkan kesesuaian daerah penyebaran reseptor berbagai rasa dengan empat sensasi kecap primer, yaitu rasa manis pada ujung lidah, rasa asam pada tepi depan lidah, rasa asin pada tepi lidah belakang dan rasa pahit pada pangkal lidah. Indera pengecap kurang lebih terdiri dari 50 sel epitel yang termodifikasi, beberapa di antaranya disebut sel sustentakular dan lainnya disebut sel pengecap. Sel pengecap terus menerus digantikan melalui pembelahan mitosis dari sel disekitarnya, sehingga beberapa di antaranya adalah sel muda dan lainnya adalah sel matang yang terletak ke arah bagian tengah indera dan akan segera terurai dan larut (Guyton,1997). Lidah mempunyai lapisan mukosa yang menutupi bagian atas lidah, dan permukaannya tidak rata karena ada tonjolantonjolan yang disebut dengan papilla, pada papilla ini terdapat reseptor untuk membedakan rasa makanan. Apabila pada bagian lidah tersebut tidak terdapat papilla, maka lidah menjadi tidak sensitif terhadap rasa (Lynch et al.,1994; Ganong, 1998; Budi, . 2004). Sel reseptor pengecap adalah sel epitel termodifikasi dengan banyak lipatan permukaan atau mikrovili, sedikit menonjol melalui pori-pori pengecap untuk meningkatkan luas permukaan sel yang terpajan dalam mulut. Membran plasma mikrovili mengandung reseptor yang berikatan secara selektif dengan molekul zat kimia. Hanya zat kimia dalam larutan atau zat padat yang telah larut dalam air liur yang dapat berikatan dengan sel reseptor. (Amerongen, 1991). Praktikan dapat mengetahui rasa dari bahan yang digunakan saat cotton bud yang telah dicelupkan dalam larutan dengan berbagai rasa disentuhkan di tempattempat pusat pengecap. Hal ini dikarenakan zat-zat kimia yang terdapat dalam larutan asam, larutan NaCl (asin), larutan glukosa (manis), larutan kopi (pahit), dan larutan cabe (pedas) mengenai reseptor-reseptor pengecap yang terdapat pada permukaan atas lidah berupa tonjolan-tonjolan kecil (papila) melalui pori pengecap.

Sel-sel reseptor yang dilengkapi dengan mikrofili akan berhubungan dengan dendrit saraf pengecap yang akan meneruskan impulsnya ke korteks otak, kemudian korteks otak akan menanggapi atau memberi respon terhadap zat-zat kimia tersebut, selanjutnya indera pengecap (lidah) dapat mengatahui rasa apa yang sedang dirasakan. Sehingga, praktikan dapat mengenali rasa dari bahan yang disentuhkan pada lidah praktikan. Sensasi rasa pengecap timbul akibat deteksi zat kimia oleh resepor khusus di ujung sel pengecap (taste buds) yang terdapat dipermukaan lidah dan palatum molle. Sel pengecap tetap mengalami perubahan pada pertumbuhan, mati dan regenerasi. Proses ini bergantung pada pengaruh saraf sensoris karena jika saraf tersebut dipotong maka akan terjadi degenerasi pada pengecap (Budi,. 2004; Boron,. 2005). Hubungan yang terpenting dengan pengecap adalah kecenderungan indera rasa pengecap untuk melayani sensasi utama tertentu yang terletak di daerah khusus. Rasa manis dan asin terutama terletak pada ujung lidah, rasa asam pada dua pertiga bagian samping lidah, dan rasa pahit pada bagian posterior lidah dan palatum molle (Guyton, 1997). Rasa asin dibentuk oleh garam terionisasi yang kualitas rasanya berbeda-beda antara garam yang satu dengan yang lain karena garam juga membentuk sensasi rasa lain selain rasa asin. Garam akan menimbulkan rasa ketika ion natrium (Na+) masuk melalui kanal ion pada mikrovili bagian apikal (atas), selain masuk lewat kanal pada lateral (sisi) sel rasa (Diah Savitri, 1997; Kus Irianto. 2004). Sel pengecap mengalami perubahan pada pertumbuhan, mati dan regenerasi. Proses ini bergantung dari pengaruh saraf sensoris karena jika saraf tersebut dipotong maka akan terjadi degenerasi pada pengecap. Taste buds yang dilayani oleh serat saraf sensoris adalah taste buds pada 2/3 lidah bagian anterior (papilla filiformis dan sebagian papilla fungiformis) dilayani oleh chorda tympani cabang dari N. Facialis (N.VII) (Ganong, 1998; Boron, 2005). F. Simpulan Lidah bagian belakang peka terhadap rasa pahit, sepanjang bagian belakang peka terhadap rasa asam, sepanjang sisi depan peka terhadap rasa asin, bagian ujung lidah peka terhadap rasa manis, dan rasa pedas dirasakan oleh semua bagian lidah.

F. KEPEKAAN SENTUHAN

A. Jenis Percobaan Percobaan yang Kami lakukan adalah percobaan eksperimental, karena dalam percobaan ini terdapat variabel manipulasi, variabel kontrol dan variabel respon. B. Variabel Percobaan a. Variabel Manipulasi : Daerah sentuhan b. Variabel Kontrol c. Variabel Respon : Tekanan pada jangka : Jarak terpendek yang masih dirasakan

C.

Alat dan Bahan


1. 2.

Sapu tangan Spidol

3. Penggaris 4. Jangka

D.

Prosedur Kerja
1. 2.

Praktikan ditutup matanya dan salah satu lengannya diletakkan di atas meja. Meletakkan kaki jangka pada jarak 3 cm dan menyentuhkan dengan tekanan ringan kedua kaki jangka tadi secara bersama-sama pada bagian ventral lengan bawah praktikan. Jika ia merasakan dua titik maka jarak kedua kaki jangka diperkecil, sebaliknya bila praktikan merasakan satu titik maka jarak kedua kaki diperbesar.

3.

Melalukannya sedikit demi sedikit hingga diperoleh jarak terpendek yang masih dirasakan dua titik oleh praktikan dan mencatat data yang diperoleh. Mengulangi percobaan pada praktikan lain Mengulangi kegiatan di atas pada lengan bawah bagian dorsal, telapak tangan bagian dorsal dan ventral, ujung jari tangan kiri dan tangan kanan, dahi, pipi, tengkuk, dan bibir.

4. 5.

E. Hasil Pengamatan Tabel . Kepekaan Terhadap Sentuhan dari Bagian Kulit No. Perlakuan Lengan bawah bagian dorsal Lengan bawah bagian ventral Telapak tangan bagian ventral Telapak tangan bagian dorsal Ujung jari tangan kiri Ujung jari tangan kanan Dahi Pipi Tengkuk Bibir Praktikan I (cm) 2.0 2,5 1,5 1,8 0,8 0,4 1,0 2,0 2,4 0,3 II (cm) 2,2 2,5 1.0 1,6 0,2 0,8 0,1 2,1 1,7 0,1

F. Analisis Data Berdasarkan tabel hasil pengamatan di atas maka dapat dilihat bahwa, didapatkan hasil yang berbeda pada masing-masing letak bagian tubuh yang diberi treatment pada kedua praktikan. Perlakuan pertama pada lengan bawah bagian dorsal, jarak terpendek sentuhan jangka yang masih dapat dirasakan oleh praktikan I sebagai dua titik adalah 2,0 cm sedangkan pada praktikan II adalah 2,2 cm. Perlakuan kedua pada lengan bawah bagian ventral, jarak terpendek sentuhan jangka yang masih dapat dirasakan oleh praktikan I sebagai dua titik adalah 2,5 cm sedangkan pada praktikan II adalah 2,5 cm. Perlakuan ketiga pada telapak tangan bagian ventral, jarak terpendek sentuhan jangka yang masih dapat dirasakan oleh praktikan I sebagai dua titik adalah 1,5 cm sedangkan praktikan II adalah 1,0 cm. Perlakuan keempat pada telapak tangan bagian dorsal, jarak terpendek sentuhan jangka yang masih dapat dirasakan oleh praktikan I sebagai dua titik adalah 1,8 cm sedangkan pada praktikan II adalah 1,6 cm.

Perlakuan kelima pada ujung jari tangan kiri, jarak terpendek sentuhan jangka yang masih dapat dirasakan oleh praktikan I sebagai dua titik adalah 0,7 cm sedangkan pada praktikan II adalah 0,4 cm. Perlakuan keenam pada ujung jari tangan kanan, jarak terpendek sentuhan jangka yang masih dapat dirasakan oleh praktikan I sebagai dua titik adalah 0,8 cm sedangkan pada praktikan II adalah 0,2 cm. Perlakuan ketujuh pada dahi, jarak terpendek sentuhan jangka yang masih dapat dirasakan oleh praktikan I sebagai dua titik adalah 1,0 sedangkan pada praktikan II adalah 0,1 cm. Perlakuan kedelapan pada pipi, jarak terpendek sentuhan jangka yang masih dapat dirasakan oleh praktikan I sebagai dua titik adalah 2,0 cm sedangkan pada praktikan II adalah 2,1 cm. Perlakuan kesembilan pada tengkuk, jarak terpendek sentuhan jangka yang masih dapat dirasakan oleh praktikan I sebagai dua titik adalah 2,4 cm sedangkan pada praktikan II adalah 1,7 cm. Perlakuan kesepuluh pada bibir, jarak terpendek sentuhan jangka yang masih dapat dirasakan oleh praktikan I sebagai dua titik adalah 0,3 cm sedangkan pada praktikan II adalah 0,1 cm.

G. Pembahasan Berdasarkan analisis data pengamatan di atas, maka dapat dilihat bahwa letak kepekaan sentuhan dari masing-masing orang itu berbeda. Hal ini dapat dilihat dari jarak terpendek sentuhan jangka yang masih bisa dirasakan sebagai dua titik yang diletakkan pada bagian tertentu dari praktikan I dan praktikan II berbeda. Perbedaan ini tentu saja dipengaruhi oleh perbedaan faktor internal pada masing-masing praktikan terutama terkait dengan indera yang berhubungan dengan kepekaan terhadap sentuhan, yaitu kulit. Kulit adalah alat indera kita yang mampu menerima rangsangan temperatur suhu, sentuhan, rasa sakit, tekanan, tekstur, dan lain sebagainya. Pada kulit terdapat reseptor yang merupakan percabangan dendrit dari neuron sensorik yang banyak terdapat di sekitar ujung jari, ujung lidah, dahi, dan lain-lain. Reseptor untuk rangsang sentuhan ujung reseptornya terletak di dekat epidermis. Perbedaan kepekaan pada bagian-bagian tubuh orang berbeda-beda. Pada praktikan I bisa dilihat bahwa dari beberapa bagian tubuh yang diuji, didapatkan bagian tubuh yang

paling peka adalah pada bibir. Sedangkan bagian yang paling tidak peka dari beberapa bagian tubuh yang diuji adalah telapak tangan bagian ventral. Begitu pula pada praktikan II dari beberapa bagian tubuh yang diuji, didapatkan bagian tubuh yang paling peka adalah bibir sedangkan bagian yang paling tidak peka adalah telapak tangan ventral. Perbedaan kepekaan pada bagian tubuh tersebut bisa disebabkan oleh perbedaan ketebalan dari masing-masing kulit berbeda. Padahal sebagaimana kita ketahui bahwa ujung reseptor sentuhan terletak didekat epidermis. Semakin tebal epidermis dari bagian tubuh tersebut maka kepekaan bagian tersebut terhadap sentuhan juga akan semakin berkurang. Berdasarkan analisis data pengamatan di atas juga didapatkan hasil yang berbeda pada praktikan yang satu dengan praktikan dua. Perbedaan ini selain terjadi karena faktor internal seperti kepekaan masing-masing orang yang berbeda, juga bisa terjadi karena kontrol perlakuan yang tidak bisa dikontrol dengan tepat. Ukuran tekanan jangka pada masing-masing orang bisa saja berbeda karena hanya berdasarkan perasaan dari penekan jangka pada bagian tubuh. Hal-hal seperti itu bisa saja mempengaruhi hasil penelitian karena reseptor sentuhan memiliki sifat yang sangat sensitif. H. Simpulan Pada bagian kulit tertentu memiliki kepekaan yang berbeda-beda terhadap rangsang sentuhan. Reseptor yang memberikan rangsangan terhadap sentuhan memiliki ujung reseptor yang terletak di dekat epidermis. Rangsangan yang paling peka dirasakan oleh bibir, sedangkan yang paling tidak peka adalah pada telapak tangan ventral.

DAFTAR PUSTAKA

Jati, Wijaya. 2007. Aktif Biologi. Jakarta : Ganeca Exact. Kuswanti, Nur dkk. 2009. Panduan Praktikum Fisiologi Hewan. Surabaya. Kimball, John W. 1992. Biologi Edisi kelima. Jakarta : Erlangga. Soewolo, dkk. 2003. Fisiologi Manusia. Malang : Universitas Negeri Malang. Villee, Claude A. at al. 1988. Zoologi Umum. Jakarta : Erlangga. Wulangi, Kartolo S. 1994. Prinsip-prinsip Fisiologi Hewan. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

You might also like