You are on page 1of 8

A. Judul : Penentuan Sulfat Secara Turbidimetri dengan Alat Spektrometer B.

Tujuan : Menentukan Sulfat Secara Turbidimetri sebagai Koloid Barium Sulfat C. Dasar Teori Turbidimeter merupakan sifat optik akibat dispersi sinar dan dapat dinyatakan sebagai perbandingan cahaya yang dipantulkan terhadap cahaya yang tiba. Intensitas cahaya yang dipantulkan oleh suatu suspensi adalah fungsi konsentrasi jika kondisikondisi lainnya konstan. Metode pengukuran turbiditas dapat dikelompokkan dalam tiga golongan , yaitu pengukuran perbandingan intensitas cahaya yang dihamburkan terhadap intensitas cahaya yang datang; pengukuran efek ekstingsi, yaitu kedalaman dimana cahaya mulai tidak tampak di dalam lapisan medium yang keruh. instrumen pengukur perbandingan Tyndall disebut sebagai Tyndall meter. Dalam instrumen ini intensitas diukur secara langsung. Sedang pada nefelometer, intensitas cahaya diukur deagan dengan larutan standar. Turbidimeter meliputi pengukuran cahaya yang diteruskan. Turbiditas berbanding lurus terhadap konsentrasi dan ketebalan, tetapi turbiditas tergantung. juga pada warna. Untuk partikel yang lebih kecil, rasio Tyndall sebanding dengan pangkat tiga dari ukuran partikel dan berbanding terbalik terhadap pangkat empat panjang gelombangnya. Prinsip spektroskopi absorbsi dapat digunakan pada turbidimeter. Untuk turbidimeter, absorbsi akibat partikel yang tersuspensi diukur. Meskipun presisi metode ini tidak tinggi tetapi mempunyai kegunaan praktis, sedangkan akurasi pengukuran tergantung pada ukuran dan bentuk partikel. Setiap instrumen spektroskopi absorbsi dapat digunakan untuk turbidimeter. Pada konsentrasi yang lebih tinggi, absorbsi bervariasi secara linier terhadap konsentrasi, sedangkan pada konsentrasi lebih rendah untuk sistem koloid Te dan SnCl2, tembaga ferosianida dan sulfida-sulfida logam berat tidak demikian halnya. Kelarutan zat tersuspensi

seharusnya kecil. Suatu gelatin pelindung koloid biasanya digunakan untuk membentuk suatu dispersi koloid yang seragam dan stabil. Turbidimetri itu metoda pengukuran konsentrasi partikulat dalam suatu suspensi yang didasarkan pada hamburan elastis cahaya oleh partikel. Turbidimetri atau analisa turbidimetri, sedikit berbeda prinsipnya dengan adsorbansi (spektrofotom etri). Turbidimeter mengukur sinar yang dibelokkan sedangkan spektrofotometri mengukur sinar yang diteruskan. Syarat utama penerapan turbidimetri adalah: terjadinya reaksi sempurna antara zat yang akan dianalisa dan pereaksinya dan kelarutan zat yang terbentuk sangat kecil. Analisa turbidimetri yang terkenal antara lain penentuan SO4 terlarut dalam air dengan penambahan BaCl2 dengan pembentukan BaSO4. Kalium sulfat Potasium sulfat (K2SO4) (juga dikenal sebagai garam abu sulfur) merupakan garam yang terdiri dari kristal putih yang dapat larut dalam air. Tak mudah terbakar. Bahan kimia ini biasanya digunakan dalam pupuk, menyediakan potasium dan sulfur. Potasium sulfat juga merupakan biproduk pada produksi asam sendawa. Potasium sulfat, K2SO4, ialah garam yang awalnya dikenal pada abad ke-14, dan dipelajari oleh Glauber, Boyle dan Tachenius, disebut di abad ke-17 sebagai arcanuni atau sal duplicatum, dianggap sebagai kombinasi garam asam dengan garam alkalin. Dihasilkan sebagai biproduk dalam banyak reaksi kimia, dan kemudian digunakan untuk disuling dari kainit, salah satu mineral Stassfurt, namun proses itu telah ditinggalkan karena garam dapat dibuat cukup murah dari klorida dengan

membusukkannya dengan asam belerang dan calcining residunya. Untuk memurnikan produk mentahnya maka dilarutkan dalam air panas dan larutan yang disaring dan bisa didinginkan, saat bagian terbesar garam yang dilarutkan itu menghablur dengan promptitule yang khas. Kristal yang amat bagus memiliki bentuk piramida sisi 6 ganda, namun sesungguhnya termasuk sistem rhombik. Kristal-kristal itu transparan, amat keras dan sama sekali permanen di udara. Memiliki ras pahit, asin. Garamnya dapat larut dalam air, namun tak dapat larut dalam garam abu tajam dari gr. 1,35, dan dalam alkohol sebenarnya. Melebur pada suhu 1078 C. Garam mentah itu biasa digunakan dalam pengolahan kaca. Sulfat asam atau bisulfat, KHSO4, siap diproduksi dengan memfusikan 13 bagian garam mormal berbubuk dengan 8 bagian asam belerang. Membentuk piramida rhombik, yang melebur pada 197. Melebur pada 3 bagian air 0C. Kelarutannya menunjukkan reaksi banyak seolah 2 kongenernya, K2SO4 and H2SO4, hadir berdampingan satu sama lain yang tak tergabung. Kelebihan alkohol, nyatanya, endapan sulfat normal (dengan sedikit bisulfat) dan asam bebas tetap dalam larutan. Kemiripannya ialah garam kering yang bergabung pada tekanan merah pudar; berlaku pada silikat, titanat, dsb., seolah merupakan asam belerang yang ditingkatkan melebihi titik didih alaminya. Itulah sebabnya penerapannya yang sering dalam analisis ialah sebagai alat penghancur.

D. Bahan dan Alat

Bahan : 1) K2SO4 250 ppm 2) NaCl 0,1 M dalam HCl 0,02 % (v/v) 3) BaCl2.2H2O 3 M 4) Aquades Alat : 1) Spektrometer 2) Kuvet 3) Labu takar 25 ml E. Prosedur Kerja I. Membuat kurva standar 1. Disiapkan 4 buah labu takar 25 ml dan ditambahkan masing masing 5 ml larutan K2SO4 standar 250 ppm dan 2,5 larutan NaCl 0,1 M dalam HCl 0,02 % 2. Kemudian tambahkan 5, 10 dan 15 ml etanol ke dalam labu takar 2, 3, dan 4; sedangkan labu pertama sebagai control tidak ditambahkan etanol 3. Tambahkan 5 ml larutan BaCl2 3 M kedalam labu takar, diencerkan sampai tanda batas dengan aquades dan didiamkan selama 2 -3 menit 4. Diukur turbiditansi masing masing larutan dengan larutan blanko dibuat dengan cara yang sama , kecuali penambahan BaCl2

II.

Membuat kurva kalibrasi

1. Disiapkan labu takar 5 buah, dan masing masing ditambahkan larutan standar K2SO4 250 ppm sehingga konsentrasi akhirnya menjadi 0, 10, 20, 40, 60 ppm (dihitung volume yang diambil) 2. Kemudian ditambahkan berturut turut 2,5 ml larutan NaCl-HCl, 10 ml etanol dan 0,5 ml larutan BaCl2 3 M 3. Diencerkan sampai tanda batas dengan aquades dan didiamkan selama 2 -3 menit 4. Diukur turbiditansi masing masing larutan dan dibuat kurva kalibrasi III. Pengukuran Sampel 1. Disiapkan 3 buah labu takar 25 ml dan ditambahkan volume tertentu sampel 2. Ditambahkan berturut turut 2,5 ml larutan NaCl-HCl, 10 ml etanol dan 0,5 ml larutan BaCl2 3 M 3. Diencerkan sampai tanda batas dengan aquades 4. Didiamkan selama 2 -3 menit 5. Diukur turbiditansi masing masing larutan dan ditentukan konsentrasi SO42pada menggunakan kurva kalibrasi F. Pembahasan Dalam percobaan kali ini praktikan akan mengukur kadar atau konsentrasi sulfat dengan menggunakan spectrometer. Sama dengan praktikum sebelumnya, disiapkan larutan sebagai blanko yaitu larutan yang paling encer. Dalam pembuatan larutan saat penambahan BaCl2 larutan menjadi keruh karena terjadi pembentukan koloid BaSO4. Partikel partikel kecil penyusun koloid tersebut berbentuk Kristal, sehingga saat ada cahaya yang masuk dan menyentuh permukaan partikel koloid ini maka cahaya akan dibiaskan ke segala arah oleh

partikel Kristal ini. Proses pembiasan ini yang dipakai sebagai prinsip dalam mengukur turbuditas. Dalam mengukur turbiditas berbeda dengan prinsip absorbansi dimana pada absorbansi, cahaya yang diserap yang dijadikan sebagai referensi untuk mengukur konsentrasi dari sampel sedangkan pada turbidimetri cahaya yang dibiaskan inilah yang digunakan untuk mengukur konsentrasi larutan analit. Koloid BaSO4 yang terbentuk ini distabilkan oleh keberadaan NaCl dan HCl dalam larutan yang mengandung gliserol. Larutan HCl-NaCl mempertahankan kekeruhan yang terbentuk. Jadi prinsip penambahan larutan ini mirip seperti larutan buffer untuk mempertahankan pH. Turbiditas atau kekeruhan berbanding lurus dengan konsentrasi. Dengan demikian setiap kenaikan konsentrasi akan meningkat pula kekeruhan larutan. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentrasi larutan maka keberadaan partikel partikel kecil penyusun koloid BaSO4 akan semakin tinggi. Keberadaan partikel partikel ini menyebabkan kekeruhan yang makin tinggi yang terjadi terhadap larutan. Partikel partikel ini akan berada saling rapat didalam larutan yang memungkinkan pembiasan cahaya lebih banyak.

Kurva konsentrasi vs Absorbansi


0.16 0.14 0.12 0.1 Absorbansi 0.08 0.06 0.04 0.02 0 0 20 40 60 80 Konsentrasi (ppm) Series1 Linear (Series1) y = 0.0015x + 0.0481 R = 0.9338

Berdasarkan praktikum didapatkan hasil seperti yang ditunjukan oleh table diatas. Berdasarkan table dapat kita lihat bahwa konsentrasi sangat berpengaruh terhadap turbiditas atau kekeruhan. Semakin pekat atau semakin tinggi konsentrasi konsentrasi suatu analit akan menaikan absorbansi yang diukur menggunakan spectrometer. Nilai yang didapat saat pengukuran dan perhitungan manual menunjukan bahwa tingkat kesalahan yang dilakukan pada saat praktikum sangat kecil dengan besarnya nilai R2 yang hampir mendekati angka 1 dan kurva yang hampir linear. Selisih antara kurva linear dan kurva perhitungan manual berselisih sangat sedikit sehingga bisa dikatakan konsentrasi yang didapatkan melalui perhitungan manual dan dibandingkan dengan absorbansi maka konsentrasi yang didapat mendekati konsentrasi yang sebenarnya.

kurva Volume Etanol vs absorbansi


0.07 0.06 0.05 Absorbansi 0.04 0.03 0.02 0.01 0 0 5 10 Volume Etanol (ml) 15 20 Series1

Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa volume etanol tidak mempengaruhi kekeruhan atau turbiditas. Sebab, jika volume berpengaruh terhadap absorbansi maka setiap kenaikan absorbansi akan disertai dengan kenaikan volume etanol. Jadi dapat disimpulkan bahwa etanol tidak berpengaruh terhadap absorbansi G. Kesimpulan Berdasrkan praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa konsentrasi sulfat berturut turut dalam larutan adalah 0.035, 0,185 dan 2.086 ppm H. Daftar Pustaka Day, J.Y dan A.L. Underwood.2002. Analisis Kuantitatif. Erlangga : Jakarta Kadang, Luther dan Fidelis Nitti.2011.Penuntun Praktikum Kimia Analitik II. Laboratorium Kimia FST UNDANA : Kupang

Keenan R. 1992. Kimia untuk Universitas. Jakarta : Erlangga.

You might also like