You are on page 1of 38

BAB I PENDAHULUAN

Sejak awal 1990-an para pakar yang aktif dalam upaya Safe Motherhood mengatakan bahwa pendekatan risiko, yang mengelompokkan ibu hamil dalam kelompok tidak berisiko dan berisiko, sebaiknya tidak digunakan lagi. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa lebih dari 90% kematian ibu disebabkan komplikasi obstetric, yang sering tak diramalkan saat kehamilan. Kebanyakan komplikasi itu terjadi pada saat atau sekitar persalinan. Banyak di antara ibu yang tidak dikategorikan berisiko, ternyata mengalami komplikasi; dan sebaliknya, di antara ibu yang dikategorikan berisiko, ternyata persalinannya berlangsung normal. Karena itu pendekatan yang dianjurkan adalah menganggap semua kehamilan itu berisiko dan setiap ibu hamil agar mempunyai akses ke pertolongan persalinan yang aman dan pelayanan obstetri. Diperkirakan 15% kehamilan akan mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetric, yang dapat membahayakan kehidupan ibu maupun janinnya bila tidak ditangani dengan memadai. (Abdul Bari S., 2002) Setiap tahun kira-kira 3,5 juta kehamilan mencapai viabilitas (gestasi 22 sampai 24 minggu), tetapi dari angka ini sedikitnya 30.000 janin gagal bertahan hidup. Kira-kira dengan jumlah yang sama, bayi baru lahir meninggal selama bulan pertama kehidupan. Kehamilan Risiko Tinggi merupakan salah satu masalah paling kritis dalam asuhan keperawatan dan medis modern. Penekanan diberikan pada keamanan kelahiran janin normal yang dapat berkembang sampai potensial maksimum mereka. Kemajuan penelitian ke depan memungkinkan tekhnologi mencapai tingkat keperawatan kesehatan perinatal yang jauh lebih baik dari sebelumnya. (Irene M. Bobak, add all, 1998) Ide bahwa peristiwa intra partum dan prenatal dapat menimbulkan efek merugikan pada bayi dalam kehidupan selanjutnya bukanlah hal yang baru. Kecacatan biologis serius, masalah kesehatan, gangguan obstetric, dan masalah social yang dapat mengganggu ibu dan bayi, baik tingkat ringan maupun secara nyata. Identifikasi pasien dengan resiko tinggi penting dalam meminimalkan mortalitas dan morbiditas maternal dan neonatus. Ada banyak bukti yang

diketahui merupakan faktor risiko yang dapat digunakan untuk mengidentifikasi pasien risiko tinggi secara dini dalam masa prenatal serta intrapartum. Kira-kira 20% wanita hamil diidentifikasi berisiko tinggi pada masa prenatal; hal ini membuat sekitar 55% hasil akhir kehamilan buruk ( ACOG, 1988). Umumnya perawat yang siaga dan mengenal penyimpangan dari kondisi normal melihat dan melaporkan faktor risiko tinggi yang potensial atau nyata. Banyak faktor pada wanita tersebut dan dari lingkungan sekitar mempengaruhi hasil akhir kehamilannya. (Irene M. Bobak, add all, 1998)

BAB II KEHAMILAN RISIKO TINGGI DAN PENCEGAHANNYA

II.I.

Definisi Kehamilan Risiko Tinggi Kehamilan Risiko Tinggi adalah salah satu kehamilan yang di dalamnya

kehidupan atau kesehatan ibu atau janin dalam bahaya akibat gangguan kehamilan yang kebetulan atau unik.. (Irene M. Bobak, add all, 1998)

II.2 Macam-macam kehamilan risiko tinggi Kriteria yang dikemukakan oleh peneliti-peneliti dari berbagai institut berbeda-beda, namun dengan tujuan yang sama mencoba mengelompokkan kasus-kasus risiko tinggi. A. Menurut Poedji Rochyati dkk. Mengemukakan kriteria KRT sebagai berikut: B.1. Risiko Risiko adalah suatu ukuran statistik dari peluang atau kemungkinan untuk terjadinya suatu keadaan gawat-darurat yang tidak diinginkan pada masa mendatang, seperti kematian, kesakitan, kecacatan, ketidak nyamanan, atau ketidak puasan (5K) pada ibu dan bayi. Ukuran risiko dapat dituangkan dalam bentuk angka disebut SKOR. Digunakan angka bulat di bawah 10, sebagai angka dasar 2, 4 dan 8 pada tiap faktor untuk membedakan risiko yang rendah, risiko menengah, risiko tinggi. Berdasarkan jumlah skor kehamilan dibagi tiga kelompok: 1. Kehamilan Risiko Rendah (KRR) dengan jumlah skor 2 Kehamilan tanpa masalah / faktor risiko, fisiologis dan kemungkinan besar diikuti oleh persalinan normal dengan ibu dan bayi hidup sehat. 2. Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) dengan jumlah skor 6-10 Kehamilan dengan satu atau lebih faktor risiko, baik dari pihak ibu maupun janinnya yang memberi dampak kurang menguntungkan baik bagi ibu maupun janinnya, memiliki risiko kegawatan tetapi tidak darurat. 3. Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) dengan jumlah skor 12 Kehamilan dengan faktor risiko:

Perdarahan sebelum bayi lahir, memberi dampak gawat dan darurat bagi jiwa ibu dan atau banyinya, membutuhkan di rujuk tepat waktu dan tindakan segera untuk penanganan adekuat dalam upaya menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.

Ibu dengan faktor risiko dua atau lebih, tingkat risiko kegawatannya meningkat, yang membutuhkan pertolongan persalinan di rumah sakit oleh dokter Spesialis. (Poedji Rochjati, 2003). B.2 Batasan Faktor Risiko / Masalah

a.

Ada Potensi Gawat Obstetri / APGO (kehamilan yang perlu diwaspadai)

1.

Primi muda Ibu hamil pertama pada umur 16 tahun, rahim dan panggul belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya diragukan keselamatan dan kesehatan janin dalam kandungan. Selain itu mental ibu belum cukup dewasa. Bahaya yang mungkin terjadi antara lain:

2.

Bayi lahir belum cukup umur Perdarahan bisa terjadi sebelum bayi lahir Perdarahan dapat terjadi sesudah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003). Primi tua Lama perkawinan 4 tahun Ibu hamil pertama setelah kawin 4 tahun atau lebih dengan kehidupan perkawinan biasa:

Suami istri tinggal serumah Suami atau istri tidak sering keluar kota Tidak memakai alat kontrasepsi (KB) Bahaya yang terjadi pada primi tua:

Selama hamil dapat timbul masalah, faktor risiko lain oleh karena kehamilannya, misalnya pre-eklamsia.

Persalinan tidak lancer. (Poedji Rochjati, 2003). Pada umur ibu 35 tahun Ibu yang hamil pertama pada umur 35 tahun. Pada usia tersebut mudah terjadi penyakit pada ibu dan organ kandungan yang menua. Jalan lahir juga tambah

kaku. Ada kemungkinan lebih besar ibu hamil mendapatkan anak cacat, terjadi persalinan macet dan perdarahan. Bahaya yang terjadi antara lain: Hipertensi / tekanan darah tinggi Pre-eklamsia Ketuban pecah dini: yaitu ketuban pecah sebelum persalinan Persalinan tidak lancar atau macet: ibu mengejan lebih dari satu jam, bayi tidak dapat lahir dengan tenaga ibu sendiri melalui jalan lahir biasa. Perdarahan setelah bayi lahir Bayi lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR) < 2500 gr. (Poedji Rochjati, 2003). Usia ibu hamil 35 tahun ke atas dapat berisiko mengalami kelainan-kelainan antara lain: Frekuensi mola hidantidosa pada kehamilan yang terjadi pada awal atau akhir usia subur relatif lebih tinggi. Efek paling berat dijumpai pada wanita berusia lebih dari 45 tahun. Frekuensi abortus yang secara klinis terdeteksi meningkat 26% pada mereka yang usianya lebih dari 45 tahun Wanita bukan kulit putih berusia 35 sampai 44 tahun lima kali lebih mungkin mengalami kehamilan ektopik daripada wanita kulit putih berusia 15 sampai 24 tahun. Risiko nondisjungsi meningkat seiring dengan usia ibu. Oosit tertahan dalam midprofase dari miosis 1 sejak lahir sampai ovulasi, penuaan diperkirakan merusak kiasma yang menjaga agar pasangan kromosom tetap menyatu. Apabila miosis dilanjutkan sampai selesai pada waktu ovulasi, nondisjungsi menyebabkan salah satu gamet anak mendapat dua salinan dari kromosom yang bersangkutan, sehingga terbentuk trisomi, anak lahir dengan cacat bawaan sindrom down. (F. Garry C, add all, 2001) 3. Anak terkecil < 2 tahun Ibu hamil yang jarak kelahiran dengan anak terkecil kurang dari 2 tahun. Kesehatan fisik dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat. Ada kemungkinan ibu masih menyusui. Selain itu anak masih butuh asuhan dan perhatian orang tuanya. Bahaya yang dapat terjadi:

4.

Perdarahan setelah bayi lahir karena kondisi ibu lemah Bayi prematur / lahir belum cukup bulan, sebelum 37 minggu Bayi dengan berat badan rendah / BBLR < 2500 gr. (Poedji Rochjati, 2003). Primi tua sekunder Ibu hamil dengan persalinan terakhir 10 tahun yang lalu. Ibu dalam kehamilan dan persalinan ini seolah-olah menghadapi persalinan yang pertama lagi. Kehamilan ini bisa terjadi pada:

Anak pertama mati, janin didambakan dengan nilai sosial tinggi Anak terkecil hidup umur 10 tahun lebih, ibu tidak ber-KB. Bahaya yang dapat terjadi:

Persalinan dapat berjalan tidak lancar Perdarahan pasca persalinan Penyakit ibu: Hipertensi (tekanan darah tinggi), diabetes, dan lain-lain. (Poedji Rochjati, 2003).

5.

Grande multi Ibu pernah hamil / melahirkan 4 kali atau lebih. Karena ibu sering melahirkan maka kemungkinan akan banyak ditemui keadaan:

Kesehatan terganggu: anemia, kurang gizi Kekendoran pada dinding perut Tampak ibu dengan perut menggantung Kekendoran dinding rahim

Bahaya yang dapat terjadi: Kelainan letak, persalinan letak lintang Robekan rahim pada kelainan letak lintang Persalinan lama Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003). Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup atau mati. (Rustam M., 1998) Pada grandemultipara bisa menyebabkan: Solusio plasenta Plasenta previa. (F. Garry C, add all, 2001)

6.

Umur 35 tahun atau lebih Ibu hamil berumur 35 tahun atau lebih, dimana pada usia tersebut terjadi perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan jalan lahir tidak lentur lagi. Selain itu ada kecenderungan didapatkan penyakit lain dalam tubuh ibu. Bahaya yang dapat terjadi:

7.

Tekanan darah tinggi dan pre-eklamsia Ketuban pecah dini Persalinan tidak lancar / macet Perdarahan setelah bayi lahir. (Poedji Rochjati, 2003). Tinggi badan 145 cm atau kurang Terdapat tiga batasan pada kelompok risiko ini:

Ibu hamil pertama sangat membutuhkan perhatian khusus. Luas panggul ibu dan besar kepala janin mungkin tidak proporsional, dalam hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi:

Panggul ibu sebagai jalan lahir ternyata sempit dengan janin / kepala tidak besar.

Panggul ukuran normal tetapi anaknya besar / kepala besar Ibu hamil kedua, dengan kehamilan lalu bayi lahir cukup bulan tetapi mati dalam waktu (umur bayi) 7 hari atau kurang.

Ibu hamil kehamilan sebelumnya belum penah melahirkan cukup bulan, dan berat badan lahir rendah < 2500 gram. Bahaya yang dapat terjadi: persalinan berjalan tidak lancar, bayi sukar lahir, dalam bahaya. Kebutuhan pertolongan medik : persalinan operasi sesar. (Poedji Rochjati, 2003).

8.

Riwayat obstetric jelek (ROJ) Dapat terjadi pada ibu hamil dengan:

Kehamilan kedua, dimana kehamilan yang pertama mengalami: Keguguran Lahir belum cukup bulan Lahir mati Lahir hidup lalu mati umur 7 hari

Kehamilan ketiga atau lebih, kehamilan yang lalu pernah mengalami keguguran 2 kali

Kehamilan kedua atau lebih, kehamilan terakhir janin mati dalam kandungan Bahaya yang dapat terjadi:

Kegagalan kehamilan dapat berulang dan terjadi lagi, dengan tanda-tanda pengeluaran buah kehamilan sebelum waktunya keluar darah, perut kencang.

Penyakit dari ibu yang menyebabkan kegagalan kehamilan, misalnya: Diabetes mellitus, radang saluran kencing, dll. (Poedji Rochjati, 2003).

9.

Persalinan yang lalu dengan tindakan Persalinan yang ditolong dengan alat melalui jalan lahir biasa atau per-vaginam:

Tindakan dengan cunam / forcep / vakum. Bahaya yang dapat terjadi: Robekan / perlukaan jalan lahir Perdarahan pasca persalinan Uri manual, yaitu: tindakan pengeluaran plasenta dari rongga rahim dengan menggunakan tangan. Tindakan ini dilakukan pada keadaan bila:

Ditunggu setengah jam uri tidak dapat lahir sendiri Setelah bayi lahir serta uri belum lahir terjadi perdarahan banyak > 500 cc Bahaya yang dapat terjadi:

Radang, bila tangan penolong tidak steril Perforasi, bila jari si penolong menembus rahim Perdarahan Ibu diberi infus / tranfusi pada persalinan lalu. Persalinan yang lalu mengalami perdarahan pasca persalinan yang banyak lebih dari 500 cc, sehingga ibu menjadi syok dan membutuhkan infus, serta transfusi darah. (Poedji Rochjati, 2003).

10. Bekas operasi sesar Ibu hamil, pada persalinan yang lalu dilakukan operasi sesar. Oleh karena itu pada dinding rahim ibu terdapat cacat bekas luka operasi. Bahaya pada robekan rahim : kematian janin dan kematian ibu, perdarahan dan infeksi. (Poedji Rochjati, 2003). b. Ada Gawat Obstetri / AGO (tanda bahaya pada saat kehamilan, persalinan, dan nifas)

1. a.

Penyakit pada ibu hamil Anemia (kurang darah) Keluhan yang dirasakan ibu hamil:

Lemah badan, lesu, lekas lelah Mata berkunang-kunang Jantung berdebar Dari inspeksi didapatkan keadaan ibu hamil:

Pucat pada muka Pucat pada kelopak mata, lidah dan telapak tangan.

Dari hasil Laboratorium: Kadar Hb < 11 gr% Pengaruh anemia pada kehamilan: Menurunkan daya tahan ibu hamil, sehingga ibu mudah sakit Menghambat pertumbuhan janin, sehingga janin lahir dengan berat badan lahir rendah Persalinan premature Bahaya yang dapat terjadi bila terjadi anemia berat (Hb < 6 gr%): Kematian janin mati Persalinan prematur, pada kehamilan < 37 minggu Persalinan lama Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003). Anemia dalam kehamilan ialah kondisi ibu dengan kadar Hemoglobin di bawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar < 10,5 g% pada trimester 2. Hipoksia akibat anemia dapat menyebabkan syok dan kematian ibu pada persalinan sulit, walaupun tidak terjadi perdarahan. Juga bagi hasil konsepsi, anemia dalam kehamilan memberi pengaruh kurang baik, seperti: kematian mudigah kematian perinatal prematuritas dapat terjadi cacat bawaan cadangan besi kurang. (Abdul Bari S., 2002)

b.

Malaria Keluhan yang dirasakan ibu hamil, adalah:

Panas tinggi Menggigil, keluar keringat Sakit kepala Muntah-muntah Bila penyakit malaria ini disertai dengan panas yang tinggi dan anemia, maka akan mengganggu ibu hamil dan kehamilannya. Bahaya yang dapat terjadi:

c.

Abortus IUFD Persalinan premature. (Poedji Rochjati, 2003). Tuberculosa paru Keluhan yang dirasakan:

Batuk lama tak sembuh-sembuh Tidak suka makan Badan lemah dan semakin kurus Batuk darah Penyakit ini tidak secara langsung berpengaruh pada janin. Janin baru tertular setelah dilahirkan. Jika TBC berat dapat menurunkan fisik ibu, tenaga, dan ASI ikut berkurang. Bahaya yang dapat terjadi:

d.

Keguguran Bayi lahir belum cukup umur Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003). Payah jantung Keluhan yang dirasakan:

Sesak napas Jantung berdebar Dada terasa berat, kadang-kadang nyeri Nadi cepat Kaki bengkak

Bahaya yang dapat terjadi: Payah jantung bertambah berat Kelahiran prematur Dalam persalinan: BBLR Bayi dapat lahir mati. (Poedji Rochjati, 2003). Penyakit jantung memberi pengaruh tidak baik kepada kehamilan dan janin dalam kandungan. Apabila ibu menderita hipoksia dan sianosis, hasil konsepsi dapat menderita pula dan mati, yang kemudian disusul oleh abortus. (Abdul Bari S., 2002) e. Diabetes mellitus Dugaan adanya kencing manis pada ibu hamil apabila: Ibu pernah mengalami beberapa kali kelahiran bayi yang besar Pernah mengalami kematian janin dalam rahim pada kehamilan minggu-minggu terakhir Ditemukan glukosa dalam air seni (Glikosuria) Bahaya yang dapat terjadi: Persalinan prematur Hydramnion Kelainan bawaan Makrosomia Kematian janin dalam kandungan sesudah kehamilan minggu ke-36 Kematian bayi perinatal (bayi lahir hidup, kemudian mati < 7 hari). (Poedji Rochjati, 2003). Diabetes mempengaruhi timbulnya komplikasi dalam kehamilan sebagai berikut: pre-eklamsia kelainan letak janin insufisiensi plasenta Diabetes sebagai penyulit yang sering dijumpai dalam persalinan ialah: inersia uteri dan atonia uteri distosia bahu karena anak besar lebih sering pengakhiran partus dengan tindakan, termasuk seksio sesarea

lebih mudah terjadi infeksi angka kematian maternal lebih tinggi Diabetes lebih sering mengakibatkan infeksi nifas dan sepsis, dan menghambat penyembuhan luka jalan lahir, baik ruptur perinea maupun luka episiotomi. (Hanifa Wiknjosastro, 1999)

f.

HIV / AIDS Bahaya yang dapat terjadi:

Terjadi gangguan pada sistem kekebalan tubuh dan ibu hamil mudah terkena infeksi

Kehamilan memperburuk progesifitas infeksi HIV, HIV pada kehamilan adalah pertumbuhan intra uterin terhambat dan berat lahir rendah, serta peningkatan risiko prematur

Bayi dapat tertular dalam kandungan atau tertular melalui ASI. (Poedji Rochjati, 2003).

g.

Toksoplasmosis Toksoplasmosis penularannya melalui makanan mentah atau kurang masak, yang tercemar kotoran kucing yang terinfeksi.

Bahaya yang dapat terjadi: Infeksi pada kehamilan muda menyebabkan abortus Infeksi pada kehamilan lanjut menyebabkan kelainan kongenital, hidrosefalus. (Poedji Rochjati, 2003). 2. Pre-Eklamsia ringan Tanda-tanda: Edema pada tungkai, muka, karena penumpukan cairan disela-sela jaringan tubuh Tekanan darah tinggi Dalam urin terdapat Proteinuria Sedikit bengkak pada tungkai bawah atau kaki pada kehamilan 6 bulan ke atas mungkin masih normal karena tungkai banyak di gantung atau kekurangan Vitamin B1. tetapi bengkak pada muka, tangan disertai dengan naiknya tekanan darah sedikit, berarti ada Pre-Eklamsia ringan.

Bahaya bagi janin dan ibu: Menyebabkan gangguan pertumbuhan janin Janin mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).

3.

Hamil kembar Ibu hamil dengan dua janin (gemelli), atau tiga janin (triplet) atau lebih dalam rahim. Rahim ibu membesar dan menekan organ dalam dan menyebabkan keluhan-keluhan:

Sesak napas Edema kedua bibir kemaluan dan tungkai Varises Hemorrhoid Bahaya yang dapat terjadi:

Keracunan kehamilan Hidramnion Anemia Persalinan prematur Kelainan letak Persalinan sukar Perdarahan saat persalinan. (Poedji Rochjati, 2003). Kehamilan kembar ialah kehamilan dengan dua janin atau lebih. Kehamilan dan persalinan membawa risiko bagi janin dan ibu. Pengaruh terhadap ibu:

Kebutuhan akan zat-zat bertambah, sehingga dapat menyebabkan anemia dan defisiensi zat-zat lainnya.

Kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar Frekuensi pre-eklamsi dan eklamsi lebih sering Karena uterus yang besar, ibu mengeluh sesak napas, sering miksi, serta terdapat edema dan varises pada tungkai dan vulva

Dapat terjadi inersia uteri, perdarahan postpartum, dan solusio plasenta sesudah anak pertama lahir. Pengaruh terhadap Janin:

Usia kehamilan tambah singkat dengan bertambahnya jumlah janin pada kehamilan kembar : 25% pada gemeli, 50% pada triplet, dan 75% pada quadruplet, yang akan lahir 4 minggu sebelum cukup bulan. Jadi kemungkinan terjadinya bayi prematur akan tinggi.

Bila sesudah bayi pertama lahir terjadi solusio plasenta, maka angka kematian bayi kedua tinggi.

Sering terjadi kesalahan letak janin, yang juga akan mempertinggi angka kematian janin. (Hanifa Wiknjosastro, 1999)

4.

Hidramnion / Hamil kembar air Kehamilan dengan jumlah cairan amnion lebih dari 2 liter, dan biasanya nampak pada trimester III, dapat terjadi perlahan-lahan atau sangat cepat. Keluhan-keluhan yang dirasakan:

Sesak napas Perut membesar, nyeri perut karena rahim berisi cairan amnion > 2 liter Edema labia mayor, dan tungkai Bahaya yang dapat terjadi:

Keracunan kehamilan Cacat bawaan pada bayi Kelainan letak Persalinan prematur Perdarahan pasca persalinan. (Poedji Rochjati, 2003). Hidramnion adalah suatu keadaan dimana jumlah air ketuban jauh lebih banyak dari normal, biasanya kalau lebih dari 2 liter. Walau etiologi belum jelas, namun ada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hidramnion, antara lain:

penyakit jantung nefritis edema umum (anasarka)

anomaly congenital (pada anak), seperti enensepali, spina bifida, atresia atau striktur esophagus, hidrosefalus, dan struma blocking oesophagus. (Rustam M., 2002)

5.

Janin mati dalam rahim Keluhan-keluhan yang dirasakan:

Tidak terasa gerakan janin Perut terasa mengecil Payudara mengecil Pada kehamilan normal gerakan janin dapat dirasakan pada umur kehamilan 4-5 bulan. Bila gerakan janin berkurang, melemah, atau tidak bergerak sama sekali dalam 12 jam, kehidupan janin mungkin terancam. Dari keluhan ibu dapat dilakukan pemeriksaan:

DJJ tidak terdengar Hasil tes kehamilan negatif Bahaya yang dapat terjadi pada ibu dengan janin mati dalam rahim, yaitu:

Gangguan pembekuan darah ibu, disebabkan dari jaringan-jaringan mati yang masuk ke dalam darah ibu. (Poedji Rochjati, 2003).

6.

Hamil serotinus / Hamil lebih bulan Ibu dengan umur kehamilan 42 minggu. Dalam keadaan ini, fungsi dari jaringan uri dan pembuluh darah menurun. Dampak tidak baik bagi janin:

7.

Janin mengecil Kulit janin mengkerut Lahir dengan berat badan rendah Janin dalam rahim dapat mati mendadak. (Poedji Rochjati, 2003). Letak sungsang Letak sungsang: pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan), letak janin dalam rahim dengan kepala diatas dan bokong atau kaki dibawah. Bahaya yang dapat terjadi:

8.

Bayi lahir bebang putih yaitu gawat napas yang berat Bayi dapat mati. (Poedji Rochjati, 2003). Letak lintang

Merupakan kelainan letak janin di dalam rahim pada kehamilan tua (hamil 8-9 bulan): kepala ada di samping kanan atau kiri dalam rahim ibu. Bayi letak lintang tidak dapat lahir melalui jalan lahir biasa, karena sumbu tubuh janin melintang terhadap sumbu tubuh ibu. Pada janin letak lintang baru mati dalam proses persalinan, bayi dapat dilahirkan dengan alat melalui jalan lahir biasa. Sedangkan pada janin kecil dan sudah beberapa waktu mati masih ada kemungkinan dapat lahir secara biasa. Bahaya yang dapat terjadi pada kelainan letak lintang. Pada persalinan yang tidak di tangani dengan benar, dapat terjadi Robekan rahim, dan akibatnya: c. Bahaya bagi ibu Perdarahan yang mengakibatkan anemia berat Infeksi Ibu syok dan dapat mati Bahaya bagi janin Janin mati. (Poedji Rochjati, 2003). Ada Gawat Darurat Obstetri / AGDO (Ada ancaman nyawa ibu dan bayi) 1. Perdarahan antepartum (Perdarahan sebelum persalinan, perdarahan terjadi sebelum kelahiran bayi) Tiap perdarahan keluar dari liang senggama pada ibu hamil setelah 28 minggu, disebut perdarahan antepartum. Perdarahan antepartum harus dapat perhatian penuh, karena merupakan tanda bahaya yang dapat mengancam nyawa ibu dan atau janinnya, perdarahan dapat keluar: Sedikit-sedikit tapi terus-menerus, lama-lama ibu menderita anemia berat Sekaligus banyak yang menyebabkan ibu syok, lemah nadi dan tekanan darah menurun. Perdarahan dapat terjadi pada: Plasenta Previa plasenta melekat dibawah rahim dan menutupi sebagian / seluruh mulut rahim.

Solusio Plasenta plesenta sebagian atau seluruhnya lepas dari tempatnya. Biasanya disebabkan karena trauma / kecelakaan, tekanan darah tinggi atau preeklamsia, maka terjadi perdarahan pada tempat melekat plasenta. Akibat perdarahan, dapat menyebabkan adanya penumpukan darah beku dibelakang plasenta. Bahaya yang dapat terjadi:

Bayi terpaksa dilahirkan sebelum cukup bulan Dapat membahayakan ibu: Kehilangan darah, timbul anemia berat dan syok Ibu dapat meninggal Dapat membahayakan janinnya yaitu mati dalam kandungan.(Poedji Rochjati, 2003).

2.

Pre-Eklamsia berat / Eklamsia Pre-eklamsi berat terjadi bila ibu dengan pre-eklamsia ringan tidak dirawat, ditangani dengan benar. Pre-eklamsia berat bila tidak ditangani dengan benar akan terjadi kejang-kejang, menjadi eklamsia. Pada waktu kejang, sudip lidah dimasukkan ke dalam mulut ibu diantara kedua rahang, supaya lidah tidak tergigit. Bahaya yang dapat terjadi:

Bahaya bagi ibu, dapat tidak sadar (koma) sampai meninggal Bahaya bagi janin: Dalam kehamilan ada gangguan pertumbuhan janin dan bayi lahir kecil Mati dalam kandungan. (Poedji Rochjati, 2003).

II.3 Langkah-langkah Pencegahan Semua ibu hamil diharapkan mendapatkan perawatan kehamilan oleh tenaga kesehatan. Untuk deteksi dini factor risiko maka pada semua ibu hamil perlu dilakukan skrining antenatal. Untuk itu periksa ibu hamil paling sedikit dilakukan 4 kali selama kehamilan: 1. 2. 3. Satu kali pada triwulan I (K1) Satu kali pada Triwulan II Dua kali dalam triwulan III (K4) (Poedji Rochjati, 2003).

Bidan melakukan pemeriksaan klinis terhadap kondisi kehamilannya. Bidan memberi KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) kepada ibu hamil, suami dan keluarganya tentang kondisi ibu hamil dan masalahnya. (Poedji Rochjati, 2003). Perawatan yang diberikan kepada ibu hamil secara berkala dan teratur selama masa kehamilan sangat penting, sebab merupakan upaya bersama antara petugas kesehatan dan ibu hamil, suami, keluarga dan masyarakat, mengenai: 1. Aspek kesehatan dari ibu dan janin untuk menjaga kelangsungan kehamilan, pertumbuhan janin dalam kandungan, kelangsungan hidup ibu dan bayi setelah lahir. 2. Aspek psikologik, agar menghadapi kehamilan dan persalinannya ibu hamil mendapatkan rasa aman, tenang, terjamin dan terlindungi keselamatan diri dan bayinya. Pendekatan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE), dengan sikap ramah, penuh pengertian, diberikan secara sederhana, dapat ditangkap dan dimengerti melalui dukungan moril dari petugas, suami, keluarga, dan masyarakat di sekitarnya. 3. Aspek social ekonomi, ibu hamil dari keluarga miskin (gakin) pada umumnya tergolong dalam kelompok gizi kurang, anemis, penyakit menahun. Ibu risiko tinggi atau ibu dengan komplikasi persalinan dari keluarga miskin membutuhkan dukungan biaya dan transportasi untuk rujukan ke Rumah Sakit. (Poedji Rochjati, 2003). Tujuan perawatan antenatal: Perawatan antenatal mempunyai tujuan agar kehamilan dan persalinan berakhir dengan: 1. Ibu dalam kondisi selamat selama kehamilan, persalinan dan nifas tanpa trauma fisik meupun mental yang merugikan. 2. 3. 4. Bayi dilahirkan sehat, baik fisik maupun mental Ibu sanggup merawat dan memberi ASI kepada bayinya Suami istri telah ada kesiapan dan kesanggupan untuk mengikuti keluarga berencana setelah kelahiran bayinya. (Poedji Rochjati, 2003). Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil

Dalam strategi pendekatan risiko, kegiatan skrining merupakan komponen penting dalam pelayanan kehamilan, yang harus diikuti dengan komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) kepada ibu hamil, suami, dan keluarga, untuk perencanaan persalinan aman dilakukan persiapan rujukan terencana bila diperlukan. (Poedji Rochjati, 2003). Melalui kegiatan ini beberapa factor risiko yang ada pada ibu hamil telah dapat dilakukan prediksi / perkiraan kemungkinan macam komplikasi yang akan terjadi. Oleh karena itu kegiatan skrining harus dilakukan berulang kali sehingga dapat ditemukan secara dini factor risiko yang berkembang pada umur kehamilan lebih lanjut. (Poedji Rochjati, 2003).

Batasan Pengisian Skrining Antenatal Deteksi dini Ibu Hamil Risiko Tinggi Dengan Menggunakan Kartu Skor Poedji Rochjati Berupa kartu skor untuk digunakan sebagai alat skrening ANTENATAL berbasis keluarga guna menemukan faktor risiko ibu hamil, yang selanjutnya dilakukan upaya terpadu untuk menghindari dan mencegah kemungkinan terjadinya upaya komplikasi obtetrik pada saat persalinan dengan Kartu Skor Poedji Rachjati. Manfaat KSPR untuk : 1. 2. 3. Menemukan faktor resiko Bumil Menentukan Kelompok Resiko Bumil Alat pencatat Kondisi Bumil Setiap ibu hamil mempunyai : 1. 2. Satu Kartu Skor / Buku KIA Dipantau ole Ibu PKK, Kader Posyandu, Tenaga Kesehatan. (Poedji Rochjati, 2003). Alat Skrining Ibu Hamil Kartu Skor Poedji Rochjati ( KSPR) Kartu skor mempunyai fungsi: Skrining antenatal / deteksi dini factor risiko pada ibu hamil Risiko Tinggi Pemantauan dan pengendalian ibu hamil selama kehamilan Pencatatan kondisi ibu selama kehamilan, persalinan, nifas mengenai ibu / bayi

Pedoman untuk memberikan penyuluhan Validasi data kehamilan, persalinan, nifas dan perencanaan KB. (Poedji Rochjati, 2003). Sistem SKOR Cara Pemberian SKOR:

1.

Skor 2: Kehamilan Risiko Rendah (KRR) Untuk umur dan paritas pada semua ibu hamil sebagai skor awal

2.

Skor 4: Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) Untuk tiap faktor risiko

3.

Skor 8: Kehamilan Risiko Sangat Tinggi (KRST) Untuk bekas operasi sesar, letak sungsang, letak lintang, perdarahan antepartum dan pre-eklamsia berat / eklamsia (Poedji Rochjati, 2003). (Poedji Rochjati, 2003). Alat Skrening / Deteksi Dini Rersiko Ibu Hamil berupa : Alat untuk melakukan skrining adalah Kartu Skor Poedji Rochjati Format : kartu skor disusun dengan format kombinasi antara cecklis dan system skor. Cecklis dari 19 faktor resiko dengan skor untuk masing-masing tenaga kesehatan maupun non kesehatan PKK (termasuk ibu hamil, suami dan keluarganya) mendapat pelathan dapat menggunakan dan mengisinya. (Poedji Rochjati, 2003).

Rencana Persalinan pada Kehamilan Sekarang (Berdasarkan SKOR POEDJI ROCHJATI) Ibu hamil dengan SKOR 6 atau lebih, dianjurkan bersalin dengan tenaga kesehatan:

Bila SKOR 12 atau lebih dianjurkan bersalin di RS / SpOG (Poedji Rochjati, 2003). Kartu Prakiraan Persalinan Soedarto (KPPS) Untuk meningkatkan sensitivitas dan spesifitas system scoring mengenai cara persalinan yang dibutuhkan, harus ditambahkan satu alat yang mudah digunakan dan dapat memperkirakan terjadinya distosia (persalinan sulit atau disfungsional) sebelum perswalinan dimulai, sehingga rujukan terlambat dapat dicegah. Alat tersebut adalah kartu prakiraan persalinan yang dikembangkan oleh soedarto. Grafiknya terdiri dari 4 area / daerah, yaitu: hijau tua, hijau muda, kuning, dan merah: 1. Daerah Hijau tua menunjukkan distosia hampir tidak mungkin terjadi, persalinan di rumah masih bisa dilakukan dengan aman. 2. Daerah hijau muda menunjukkan kejadian distosia jarang terjadi, persalinan di rimah dapat dilakukan tetapi harus dengan pengawasan. 3. Daerah kuning menunjukkan distosia sering terjadi, persalinan harus ditangani tenaga kesehatan atau harus dirujuk 4. Daerah merah menunjukkan distosia kemungkinan besar terjadi, rujukan mutlak di lakukan. (Poedji Rochjati, 2003). Halaman Depan KPPS

Halaman Belakang KPPS

(Poedji Rochjati, 2004). Pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai hamil secara dini, sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah-langkah dalam pertolongan persalinannya. Diketahui bahwa

janin dalam rahim dan ibunya merupakan satu kesatuan yang saling mempengaruhi, sehingga kesehatan ibu yang optimal akan meningkatkan kesehatan, pertumbuhan, dalam perkembangan janin. Ibu hamil dianjurkan untuk melakukan pengawasan antenatal sebanyak 4 kali, yaitu pada setiap trisemester, sedangkan trismester terakhir sebanyak dua kali.

Secara khusus pengawasan antenatal bertujuan untuk: 1. Mengenal dan menangani sedini mungkin penyulit yang terdapat saat kehamilan, saat persalinan, dan kala nifas. 2. Mengenal dan menangani penyakit yang menyertai hamil, persalinan, dan kala nifas. 3. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, kala nifas, laktasi, dan aspek keluarga berencana. 4. 5. Menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu dan perinatal. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang bayi 6. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, dan sosial ibu dan bayi 7. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin. 8. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian asi eksklusif. 9. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat tumbuh kembang secara normal. (Sarwono P, 2002) Memperhatikan batasan dan tujuan pengawasan antenatal. Maka jadwal pemeriksaan adalah sebagai berikut: Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan. Satu kali pada triwulan pertama (sebelum 14 minggu) Satu kali pada triwulan kedua (antara 14 28 minggu) Dua kali pada triwulan ketiga (antara minggu 28 36 dan sesudah minggu ke 36) Jadwal kunjungan ulang :

1. 2. : 3.

Kunjungan I (16 minggu) dilakukan untuk : Penapisan dan pengobatan anemia Perencanaan persalinan Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya Kunjungan II (24-28 minggu) dan kunjungan III (32 minggu), dilakukan untuk

Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya Penapisan preeklampsia, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan, MAP Mengulang perencanaan persalinan Kunjungan IV 36 minggu sampai lahir Sama seperti kegiatan kunjungan II dan III Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi Memantapkan rencana persalinan Mengenali tanda tanda persalinan Pelayanan / asuhan standar minimal termasuk 7T :

(Timbang) berat badan Ukur (Tekanan) darah Ukur (Tinggi) fundus uteri Pemberian imunisasi (Tetanus Toksoid) TT lengkap Pemberian Tablet zat besi, minimum 90 tablet selama kehamilan Tes terhadap Penyakit Menular Seksual Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan Pelayanan / asuhan antenatal ini hanya diberikan oleh tenaga kesehatan professional dan tidak dapat diberikan oleh dukun bayi. (Sarwono P, 2002)

Asuhan Antenatal 1. Anamnesis Riwayat kehamilan ini Usia ibu hamil Riwayat lalu Jumlah kehamilan Jantung obstetri Riwayat penyakit Riwayat ekonomi Status sosial

Hari pertama haid Jumlah persalinan terakhir, siklus haid Perdarahan per vagina Keputihan Mual dan muntah Masalah / kelainan pada kehamilan sekarang Pemakaian obat obat (termasuk jamu jamuan)

Tekanan darah perkawinan Respon ibu dan keluarga terhadap kehamilan Jumlah keluarga rumah yang

Jumlah persalinan tinggi cukup bulan Diabetes Melitus

Jumah persalinan TBC prematur Jumlah hidup Pernah operasi anak Alergi makanan obat

/ di

membantu Siapa pembuat keputusan keluarga Kebiasaan makan dalam

Jumlah keguguran Ginjal Jumlah aborsi Asma

Perdarahan pada Epilepsy kehamilan, persalinan, terdahulu. Penyakit hati nifas kecelakaan

Pernah dan minum Kebiasaan merokok, menggunakan obat obatan dan

Adanta hipertensi dalam kehamilan pada kehamilan

terdahulu Berat bayi <2,5 kg atau berat bayi 4 kg Adanya masalah masalah kehamilan, persalinan, terdahulu nifas selama

alkohol Kehidupan seksual Pekerjaan dan aktivitas sehari hari Pilihan tempat

untuk melahirkan Pendidikan Penghasilan (Sarwono P, 2002)

2. Pemeriksaan Fisik umum Pemeriksaan luar Kunjungan pertama: Tekanan darah Suhu badan Nadi Pernafasan Berat badan Tinggi badan Muka : Edema, pucat Mulut & Gigi : kebersihan, karies, tonsil, paru Tiroid / gondok Tulang belakang/ punggung : scoliosis Payudara : puting susu, tumor Abdomen : bekas operasi Ekstermitas : edema, varises, reflesk patella Costrovertebral Angle Tenderness (CVAT) Kulit : kebersihan/ penyakit kulit Pemeriksaan untuk menilai: Serviks* Uterus* Adneksa* Bartholin Skene Uretra *bila kehamilan minggu usia <12 Pada setiap kunjungan : Pemeriksaan dalam Pada kunjungan Varises Kunjungan pertama: Darah : Hemoglobin Glukosa VDRL Laboratorium

Mengukur tinggi Kondiloma fundus uteri Palpasi Edema untuk Hemeroid

menentukan letak Kelainan lain janin (atau lebih 28 minggu) Pemeriksaan

Urin:

Auskultrasi detak dengan Spekulum Warna, bau, jantung janin untuk menilai: Serviks kejernihan Protein

Tanda-tanda Glukosa infeksi Nitrit/LEA

Cairan dari ostium uteri

Kunjungan berikut: Tekanan darah Berat badan Edema Masalah dari kunjungan pertama (Sarwono P, 2002) v Perkusi

Tidak begitu banyak artinya, kecuali bila ada sesuatu indikasi v Palpasi Ibu hamil disuruh berbaring terlentang, kepala dan bahu sedikit lebih tinggi dengan memakai bantal. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu hamil. Dengan sikap hormat lakukanlah palpasi bimanual terutama pada pemeriksaan perut dan payudara. Palpasi perut untuk menetukan : Besar dan konsistensi rahim, Bagian-bagian janin, letak, presentasi, Gerakan janin, Kontraksi rahim Braxton-Hicks dan his. Cara palpasi ada bermacam-macam : Menurut Leopold dengan variasi Menurut Knebel, Menurut Budin, dan Menurut Ahlfeld Manuver palpasi menurut Leopold: Leopold I : pemeriksa menghadap kearah muka ibu hamil menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin dalam fundus konsistensi uterus

Variasi menurut Knebel: menentukan letak kepala atau bokong dengan satu tangan di fundus dan tangan lain diatas simfisis Leopolld II : menentukan batas samping rahim kana-kiri menentukan letak punggung janin pada letak lintang, tentukan dimana kepala janin Variasi menurut Budin: menentukan batas letak punggung dengan satu tangan menekan di fundus Leopold III : menentukan bagian terbawah janin apakah bagian terbawah tersebut sudah masuk atau masih goyang Variasi menurut Ahlfeld: menetukan letak punggung dengan pinggir tangan kiri diletakkan tegak ditengah perut

Leopold IV: pemeriksa menghadap kearah kaki ibu hamil bisa juga menentukan bagian terbawah janin apa dan berapa jauh sudah masuk pintu atas panggul Biasanya sambil melakukan palpasi, sekaligus diperhatikan tentang konsistensi uterus, gerakan janin, kontraksi uterus (his), dan apakah ada lingkaran van Bandl. (Rustam M, 1998) Hubungan tua kehamilan (bulan), besar uterus, dan tinggi fundlus uteri. Akhirbulan 1 2 3 4 5 6 7 Besar uterus Tinggi fundus uteri

Lebih besar dari biasa Belum teraba (palpalasi) Telur bebek Telur angsa Kepala bayi Kepala dewasa Kepala dewasa Kepala dewasa Di belakang simfisis 1-2 jari diatas simfisis Pertengahan simfisis-pusat 2-3 jari di bawah pusat Kira-kira setinggi pusat 2-3 jari di atas pusat

8 9

Kepala dewasa Kepala dewasa

Pertengahan pusat-proc. Xyphoideus 3 jari di bawah Px atau sampai setinggi Px

10

Kepala dewasa

Sama dengan kehamilan 8 bulan namun melebar ke samping

Cara lain untuk menentukan tuanya kehamilan dan berat badan janin dalam kandungan: (1) Dihitung dari tunggal haid terakhir (2) Ditambahkan 4,5 bulan dari waktu ibu merasa janin hidup felling life (quickening) (3) Menurut Mac Donald : adalah modifikasi Spiegelberg, yaitu jarak fundussimfisis dalam cm dibagi 3,5 merupakan tuanya kehamilan dalam bulan. (4) Menurut Ahlfeld : Ukuran kepala-bokong= 0,5 panjang anak sebenarnya. Bila diukur jarak kepala-bokong janin adalah 20 cm, maka tua kehamilan adalah 8 bulan. (5) Rumus Johnson Tausak:BB =(mD - 12) x 155 v Auskultasi Digunakan stetoskop monoral (stetoskop obterik) untuk menedengarkan denyut jantung janin (djj). Yang dapat kita dengarkan adalah: (1) dari janin : djj pada bulan ke 4-5 bising tali pusat gerakan dan tendangan janin

(2) dari ibu: bising rahim (uterine souffle) bising aorta peristaltic usus Cara menghitung djj:

setiap menit misalnya 140 kali per menit dihitung 3x5 detik secara berurutan, dengan cara ini dapat diketahui teratur tidaknya djj, contoh: 11 12 11

djj = 4x(11+1213) = 136 permenit teratur 10 14 9

djj = 4x(10+14+9) = 132 permenit tidak teratur (Rustam M, 1998) v Pemeriksaan Dalam Vaginal toucher (VT) Rectal toucher (RT) Guna pemeriksaan dalam adalah untuk mengetahui : (1) Bagian terbawah janin (2) Kalau bagian yang terbawah adalah kepala, dapat ditentukan posisi uuk. uub, dagu, hidung, orbita, mulut, dan sebagainya.

(3) Kalau letak sungsang, dapat diraba anus, sacrum, dan tuber ischii (4) Pembukaan serviks, turunnya bagian terbawah janin, kaput suksedaneum, dan sebagainya (5) Secara umum dapat dievaluasi keadaan vagina, serviks, dan panggul Perlvimetri klinik : Pemeriksaan dalam memakai jari telunjuk dan jari tengah dengan mencoba meraba promontorium. Bila teraba, batasnya ditandai dengan telunjuk tangan kiri lalu telunjuk dikeluarkan dan diukur (lihat Gambar 9-5). Akan diperoleh konyugata diagonal, bila dikurangi 1,5 cm diperoleh konyugata vera (CV) Indikasi pemeriksaan dalam : (1) Indikasi sosial untuk menentukan keadaan kehamilan atau persalinan sebelum ditinggalkan oleh penolong (2) Jika pada pemeriksaan luar, kedudukan janin tidak dapat ditentukan (3) Jika ada sangkaan kesempitan panggul dan CPD (4) Jika karena sesuatu, persalinan tidak maju maju (5) Jika akan diambil tindakan obstetri operatif

(6) Menentukan nilai skor pelvis Pada kehamilan triwulan pertama : Pembesaran rahim dan konsistensinya Tanda Hegar, tanda Piscaseck, dan tanda Chadwick Pada kehamilan lanjut dapat dinilai : Pembukaan serviks: berapa cm atau berapa jari hampir lengkap dan sudah lengkap Bagian anak paling bawah : kepala, bokong, serta posisinya. Turunnya bagian terbawah menurut bidang Hodge. Selaput ketuban sudah pecah atau belum, menonjol atau tidak Sacrum cekung atau bentuk lain Spina ischiadika menonjol atau tidak Arkus pubis cukup lebar atau tidak Serviks : effacement, tipis atau tebal Apakah pada kepala janin ada kaput atau tudak Dan lain lain (Rustam M, 1998) v Pemeriksaan Rontgenologik Pemeriksaan rontgenologik dipakai sebagai penunjang diagnostic bila terdapat keragu raguan pada pemeriksaan obstetrik. Misalnya, pada wanita yang selalu gemuk (obesitas), penderita yang tidak tenang (nervous), dan dinding perut yang tegang. Untuk diagnosa kehamilan positif, boleh dilakukan pada kehamilan 4-5 bulan dan akan tampak tulang tulang janin. Pemeriksaan rontgenologi dapat pula memberikan informasi tentang keadaan janin dalam kandungan : v Letak dan posisi janin Tanda tanda kematian janin dalam kandungan (KJDK) Pemeriksaan Laboratorium Ibu hamil hendaknya diperiksa air kencing dan darahnya sekurang kurangnya 2 x selama kehamilan, sekali pada permulaan dan sekali lagi pada akhir kehamilannya.

Ultrasonografi Dibandingkan dengan pemeriksaan roentgen, USG tidak berbahaya untuk janin, karena memakai prinsip sonar (bunyi). Jadi, boleh dipergunakan pada kehamilan muda. Pada layer dapat dilihat letak, gerakan, dan gerakan jantung janin. (Rustam M, 1998) 3. Diagnosis Diagnosis dibuat untuk menentukan hal hal sebagai berikut : Kategori Kehamilan normal Ibu sehat Tidak ada riwayat obstetri buruk Ukuran uterus sama / sesuai usia kehamilan Pemeriksaan fisik dan laboratorium normal masalah Seperti masalah keluarga atau psiko sosial, kekerasan dalam rumah tangga, kebutuhan finansial, dll. Gambaran

Kehamilan khusus

dengan

Kehamilan

dengan

masalah Seperti

hipertensi,

anemia

berat, janin kemih,

kesehatan yang membutuhkan preeklampsia, rujukan untuk konsultasi dan terlambat, atau kerja sama penanganannya

pertumbuhan saluran

infeksi

penyakit kelamin dan kondisi lain lain yang dapat memburuk selama

kehamilan Kehamilan kegawat dengan daruratan kondisi yang Seperti perdarahan, eklampsia, ketuban pecah dini, atau kondisi kondisi kegawatdaruratan lain pada ibu dan bayi.

membutuhkan rujukan segara

4. Penatalaksanaan Kategori Kehamilan normal Gambaran 1. Anamnesis dan pemeriksaan lengkap pada kunjungan antenatal awal. Lihat bagian penilaian

2.

Memantau

kemajuan

kehamilan

pada

kunjungan kehamilan. Tekanan darah di bawah 140/90 Bertambahnya berat badan minimal 8 kg selama kehamilan Edema hanya pada ekstremitas Tinggi fundus cm atau menggunakan jari jari tanggan dapat disamakan dengan usia kehamilan Detak jantung janin 120 sampai 160 setak per menit Gerakan janin + setelah 18-20 minggu hingga melahirkan

3. Memberikan zat besi (lihat jadwal) 4. Memberikan imunisasi TT (lihat jadwal) 5. Memberikan konseling Gizi : peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori per hari, mgnkonsumsi makanan yang mengandung protein, zat besi, minum cukup cairan (menu seimbang) Latihan : normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah Perubahan fisiologi : tambah berat badan, perubahan pada payudara, tingkat tenaga yang bisa menurun, mual selama triwulan pertama,

rasa panas, dan/atau varises, hubungan suami istri boleh dilanjutkan selama kehamilan (dianjurkan memakai kondom). Memberitahukan kepada ibu kapan kembali untuk pemantauan lanjutan kehamilan Menasehati ibu untuk mencari pertolongan segera jika ia mendapati tanda tanda bahaya berikut : Perdarahan per vaginam, Sakit kepala lebih dari biasa Gangguan penglihatan Pembengkakan pada wajah / tangan Nyeri abdomen (epigastrik) Janin tidak bergerak sebanyak bisanya Merencanakan dan mempersiapkan kelahiran yang bersih dan aman di rumah (untuk tingkat desa) : Sabun dan air Handuk dan selimut bersih untuk bayi Makanan dan minuman untuk ibu selama persalinan Mendiskusikan praktek praktek tradisional, posisi melahirkan, dan harapan harapan Mengidentifikasi siapa yang dapat

membantu bidan selama persalinan di rumah. Menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genitalia) dengan cara dibersihkan dengan air dan dikeringkan Petunjuk dini : untuk mencegah

keterlambatan dalam pengambilan keputusan

dan upaya rujukan saat terjadinya komplikasi, nasehat ibu hamil, suaminya, ibunya atau anggota keluarga yang lain untuk : Mengidentifikasi sumber transportasi dan menyisihkan cukup dana untuk menutup biaya biaya perawatan kegawatdaruratan. Menjelaskan cara merawat payudara

terutama pada ibu yang mempunyai puting susu rata atau masuk ke dalam. Ibu diajarkan cara mengeluarkan puting susu dengan

menggunakan kedua ibu jari, dilakukan 2 kali sehari selama 5 menit. Kehamilan normal dengan 1. kebutuhan khusus 2. Memberikan seluruh layanan / asuhan antenatal seperti diatas Memberikan konseling khusus untuk kebutuhan ibu dan masalah masalahnya Ibu hamil dengan masalah 1. kesehatan/komplikasi yang Merujuk ke dokter untuk konsultasi. Menolong ibu menentukan pilihan yang

membutuhkan tepat untuk konsultasi (dokter, puskesmas,

rujukan untuk konsultasi dokter obgin dsb) atau kerja sama 2. Melampirkan kartu kesehatan ibu hamil berikut surat rujukan. 3. Meminta ibu untuk kembali setelah

penanganann

konsultasi dan membawa surat dengan hasil dari rujukan 4. Meneruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan 5. 6. Memberikan layanan / asuhan antenatal Perencanaan dini jika tidak aman bagi ibu melahirkan di rumah :

Menyepakati di antara pengambilan keputusan dalam keluarga tentang

rencana kelahiran (terutama suami dan ibu atau ibu mertua).

Persiapan/pengaturan

transportasi

untuk ke tempat persalinan dengan aman, terutama pada malam hari atau selama musim hujan.

Rencana pendanaan untuk transpor dan perawatan di tempat persalinan yang aman. Apakah ibu hamil dapat menabung cukup uang, atau dapatkah ia meminta dana masyarakat ?

Persiapan asuhan anak jika dibutuhkan selama persalinan

Kegawatdaruratan

1.

Rujuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat di mana tersedia pelayananan kegawatdaruratan obstetrik yang sesuai.

2.

Sambil menunggu transportasi, Berikan pertolongan awal kegawatdaruratan, jika perlu berikan pengobatan

3.

Mulai memberikan cairan infus (IV) Menemani ibu hamil dan anggota keluarganya Membawa obat dan kebutuhan kebutuhan lain

4.

5.

Membawa catatan medik atau kartu kesehatan ibu hamil dan surat rujukan (Sarwono P, 2002)

Jadwal melakukan pemeriksaan antenatal care sebanyak 12 sampai 13 kali selama hamil. Keuntungan antenatal care sangat besar karena dapat mengetahui berbagai resiko dini komplikasi hamil sehingga ibu hamil dapat diarahkan untuk melakukan rujukan ke rumah sakit. Untuk evaluasi keadaan dan

kemajuan inpartu dipergunakan partograf menurut WHO, sehingga pada saat mencapai garis waspada penderita sudah dapat dirujuk ke rumah sakit. (Ida Bagus Gde Manuaba,1998) Dengan jalan demikian diharapkan angka kematian ibu dan perinatal yang sebagian besar terjadi pada saat pertolongan pertama dapat diturunkan secara bermakna. (Ida Bagus Gde Manuaba,1998)

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Bari Syaifuddin, Prof. dr., Sp.OG, MPH, Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Edisi ke 1, cetakan ke 3, JNPKKR POGI, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2002, hal 03-336.

Ben-zior Taber, MD, Kapita Selekta Kedaruratan Obstetri dan Ginekologi, Edisi-1, Cetakan-1, EGC, Jakarta, 1994, hal 121-24.

Buku Kesehatan Ibu dan Anak, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006

Gary Cunningham F., MD, add all, Obstetri Williams, Edisi-21, Cetakan-1, Volume-1, EGC, Jakarta, 2006, hal 16-764.

Gary Cunningham F., MD, add all, Obstetri Williams, Edisi-21, Cetakan-1, Volume-2, EGC, Jakarta, 2006, hal 934-1312.

Hanifa Wiknjosastro, Prof, dr., SpOG, Ilmu Kandungan, Edisi-2, Cetakan ke-3, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, hal 336498.

Hanifa Wiknjosastro, Prof, dr., SpOG, Ilmu Kebidanan, Edisi-3, Cetakan ke5, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1999, hal 406790.

Ida Bagus Gde Manuaba, Prof, dr, SpOG, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandunan, dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan, Cetakan-1, EGC, Jakarta, 1998, hal 26-252.

Indra Cahaya S, Ir,Msi, http://library.USU.ac.id, Pengaruh Malaria Selama Kehamilan, Google, 2003.

Poedji Rochyati, Dr, dr, SpOG(K), Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil, Pengenalan Faktor Risiko Deteksi Dini Ibu Hamil Risiko Tinggi, Cetakan-1, Airlangga University Press, Surabaya, 2003, hal 27-128.

Poedji Rochyati, Dr, dr, SpOG(K), Rujukan terencana dalam Sistem Rujukan Paripurna Terpadu Kabupaten / Kota, Cetakan-1, Airlangga University Press, Surabaya, 2004, hal 129-130. Rustam Mochtar, Prof, dr, MRH, Sinopsis Obstetri, Edisi ke 2, Jilid ke 1, EGC Jakarta 1998, hal 127-386. Rustam Mochtar, Prof, dr, MRH, Sinopsis Obstetri, Edisi ke 2, Jilid ke 2, EGC Jakarta 1998, hal 201-206.

Susan Mattson, Irene M. Bobak, add all, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, Edisi-4, Cetakan-1, EGC, Jakarta, 2005, hal 605-609.

You might also like