You are on page 1of 27

LAPORAN PENELITIAN

KAJIAN PEMANFAATAN AIR WADUK TILONG UNTUK IRIGASI PERTANIAN

Oleh: Wafiatus Soleha 115100701111004

TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2003

Abstrak
Bendungan Tilong merupakan bendungan besar pertama tipe urugan dengan inti dan tinggi 45 m, dibangun sejak tahun 1999 dan selesai pada bulan Desember tahun 2001 terletak di sungai Tilong, Desa Oelnasi, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Bendungan Tilong menampung air sebesar 17 juta m3 (tampungan efektif) dan memanfaatkannya untuk mengairi sawah seluas 1.484 ha serta suplesi air bersih Kota Kupang sebesar 150 liter/detik. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai kajian pemanfaatan air waduk tilong untuk irigasi pertanian dan untuk tujuan khusus yaitu untuk mengetahui sejauh mana usulan yang diajukan oleh SATGAS Tilong dilaksanakan dan bermanfaat, Sejauh mana di musim kering yang terjadi tahun 2003 ini air waduk Tilong dapat melayani kebutuhan air irigasi pertanian dan mengoptimalkan pemanfaatan air waduk Tilong untuk pelayanan irigasi pertanian, baik dari segi teknis, sosial maupun ekonomi. Penelitian ini dilakukan di propinsi Nusa Tenggara Timur, Kabupaten Kupang, Kecamatan Kupang Tengah , Desa Oelnasi yaitu pada BendunganTilong. Teknik yang dilakukan dalam pnelitian ini yaitudengan metode survey dan analisa data yang hasilnya di tulis dalam bentuk table sedangkan metodologi yang digunakan dalam bentuk diagram. ketersediaan air untuk irigasi cukup memenuhi, bahkan melebihi, namun banyak terjadi kebocoran di sepanjang saluran karena fisik saluran yang banyak retak. Analisa menggunakan cropwat ini memberikan kebutuhan air bagi tanaman, kebutuhan air irigasi dan kebutuhan air irigasi pada areal irigasi. pemberian air irigasi dari waduk terlampau besar. Rembesan air ini ternyata keluar dan masuk di kali Dendeng sehingga debit air di kali Dendeng menjadi sekitar 250 liter/det dari sebelum adanya Tilong sebesar sekitar 60 liter/det. Air ini dimanfaatkan untuk irigasi pertanian di Sub DI Noelbaki. Kesimpulan yang dapat ditemukan dalam kajian pemanfaatan air waduk Tilong untuk irigasi pertanian adalah Lahan irigasi yang memanfaatkan air waduk

Tilong tahun 2003 sebesar 459.25 Ha untuk musim tanam pertama dan 375.75 Ha untuk musim tanam kedua . Hal ini tak sesuai dengan usulan yang diajukan oleh SATGAS Tilong, Di musim kering yang terjadi tahun 2003 ini air waduk Tilong dapat melayani kebutuhan air irigasi pertanian bahkan berlebihan namun banyak kehilangan air terjadi akibat adanya retak-retak di sepanjang saluran. Rembesan air inipun masih termanfaatkan karena air masuk ke kali Dendeng yang dimanfaatkan oleh Sub DI Noelbaki dan dapat diketahui bahwa air waduk Tilong dapat memenuhi kebutuhan air irigasi lahan potensial 1.484 Ha bila pola tanam seperti dalam analisa. Kebutuhan air terbesar terjadi pada bulan Juli sebesar 1.980 liter/det sedangkan ketersediaan air yang dapat diambil dari waduk adalah 2.000 liter/det serat Dari survey tinjauan aspek sosial dan ekonomi dapat disimpulkan bahwa masih ditemukan banyak kendala menyangkut pengelolaan air irigasi.

KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada ALAH SWT karena kehendakNya telah mengijinlan laporan penelitian ini selesai tanpa ada hambatan.

Besar harapan kami bahwa laporan penelitian ini dapat kiranya diterima sehingga akan menambah kasanah wawasan dalam kegiatan penelitian khususnya dan Universitas Katolik Widya Mandira pada umumnya sebagai lembaga pendidikan dalam kerangka Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Kritik dan saran atas laporan penelitian ini sangat kami harapkan untuk pengembangan penelitian selanjutnya. Atas kerja sama semua pihak yang terlibat hingga selesainya laporan penelitian ini, kami ucapkan terima kasih.

Kupang, Januari 2004 Peneliti,

iii

DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .............. .ii KATA PENGANTAR ..iii DAFTAR ISI .....iv DAFTAR TABEL ..v DAFTAR GAMBAR vi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . 1.2 Perumusan Masalah . 1.3 Difinisi Operasional . 1.4 Tujuan Penelitian . 1.5 Manfaat Penelitian ... II. TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengertian Irigasi, Sistem Irigasi dan Tujuan Irigasi .. 2.2 Kebutuhan Air Irigasi .. 2.3 Cropwat Program Komputer III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian .. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian .. 3.3 Populasi dan Sample Penelitian ... 3.4 Teknik pengumpulan Data.... IV. ANALISA DATA 4.1 Analisa Data .... V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan .. 5.2 Saran .... DAFTAR PUSTAKA 19 19 20 18 16 17 17 17 6 7 11 1 4 4 5 5

iv

DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Rencana luas tanam pada musim tanam 1 th 2003 yang Diusulkan SATGAS Tilon .. Tabel 2.1 Koefisien Tanaman Padi dan Palawija Jenis Jagung Tabel 2.2 Koefisien Tanaman Padi dan Palawija Jenis Jagung (FAO ID No. 33) Tabel 2.3 Kebutuhan air tanaman padi sesuai tahap pertumbuhannya . Tabel 2.4 Kebutuhan air tanaman palawija .. 9 10 10 4 8

DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 3.1 Diagram alir Metodologi Penelitian 16

vi

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Bendungan Tilong merupakan bendungan besar pertama tipe urugan dengan inti dan tinggi 45 m, dibangun sejak tahun 1999 dan selesai pada bulan Desember tahun 2001 terletak di sungai Tilong, Desa Oelnasi, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Bendungan Tilong menampung air sebesar 17 juta m3 (tampungan efektif) dan memanfaatkannya untuk mengairi sawah seluas 1.484 ha serta suplesi air bersih Kota Kupang sebesar 150 liter/detik. Data teknis bendungan Tilong: Waduk: 1. Luas tangkapan hujan 2. Luas genangan 3. Kapasitas total tampungan 4. Tampungan mati 5. Volume efektif 6. Rata-rata hujan tahunan 7. Debit banjir rencana Q1000 8. Debit PMF 9. Elevasi muka air normal (MAN) 10. Elevasi muka air banjir Q1000 11. Elevasi muka air PMF 12. Elevasi operasi minimum Bendungan utama: 1. Type bendungan = Urugan batu dengan Inti tanah di tengah 2. Elevasi mercu minimum 3. Elevasi mercu maksimum 4. Panjang mercu = = = + 105,20 m + 106,00 m 162,00 m = = = = = = = = = = = = 36,47 Km2 154,90 Ha 19,07 juta m3 1,76 juta m3 17,31 juta m3 1.157,00 mm 615,00 m3/det 1.240,00 m3/det + 100,00 m + 102,37 m + 104,18 m + 82,00 m

5. Lebar mercu 6. Elevasi dasar sungai 7. Volume timbunan Terowongan pengelak: 1. Type terowongan 2. Dimensi terowongan (b/h) 3. Panjang terowongan 4. Debit rencana Bangunan pelimpah: 1. Type pelimpah 2. Elevasi mercu

= = =

10,00 m + 65,00 m 422.000,00 m3

= = = =

Modifikasi tapal kuda 3,0 / 3,0 m 287 m 139 m3/det

= = = = = = =

Pelimpah samping + 100 m 45 m 337 m3 155 m 85 m 48 m type III USBR

3. Panjang mercu 4. Debit rencana (Q1000) 5. Panjang saluran penghantar 6. Panjang got miring (chute way) 7. Kolam peredam energy Pintu: 1. Pintu darurat (1 buah)

Pintu sorong beroda b/h = 1,50 / 2,0 m

2. Pintu penguras (1 buah)

Pintu sorong, b/h = 1,50/1,50 m

3. Pintu operasi

Pintu katub,0,80 & 0,40 m

Bangunan pelengkap 1. Jalan masuk (ATB) 2. Bangunan O & M 3. Penerangan sekitar dam 4. Dam instrument = = = = 8,20 km 3 unit 1 unit 1 unit

Pada akhir tahun anggaran 2001, Pemerintah Propinsi NTT menetapkan untuk membentuk Satuan Tugas (SATGAS) O&M Tilong (Tilong O&M Center) yang akan bertanggung jawab atas operasional dan pemeliharaan semua fasilitas yang telah dibangun oleh Proyek. Sehubungan dengan keterbatasan sumberdaya manusia di NTT, Dinas Kimpraswil Prop. NTT melalui Pemerintah Propinsi NTT meminta bantuan JBIC untuk mendukung pembentukan SATGAS O & M Tilong melalui pelatihan terhadap personil. SATGAS pada program Small Scale Irrigation Management Project III. Daerah Irigasi (DI) Tilong secara adiministrasi terletak di Kecamatan Kupang Tengah dan Kupang Timur, dengan luas potensial 1.484 Ha terdiri dari 6 Sub DI, yaitu: 1. Sub DI Noelbaki: 285 ha terletak di Desa Noelbaki Kec. Kupang Tengah. 2. Sub DI Tasipah: 177 ha terletak di Desa Oelpuah Kec. Kupang Tengah 3. Sub DI Batuoe: 78 ha terletak di Desa Oefafi Kec. Kupang Timur 4. Sub DI Puluti: 408 ha terletak di Desa Oefafi Kec. Kupang Timur 5. Sub DI Fatukanutu: 233 ha terletak di Desa Oelnasi Kec. Kupang Tengah. 6. Sub DI Maunifu: 303 ha terletak di Desa Oelpuah Kec. Kupang Tengah Pola tanam yang diusulkan oleh Konsultan Nippon Koei selama 1 tahun untuk DI Tilong adalah padi palawija palawija dengan target luas tanam periode I yaitu 1.484 ha, periode II 1.484 ha dan periode III 48 ha. Musim Tanam I DI Tilong dapat direncanakan antara bulan Desember sampai awal Januari dengan perkiraan hujan akan mulai turun. Usulan rencana luas tanam Musim Tanam I tahun 2003 di beberapa Sub DI yang tercakup dalam DI Tilong adalah seluas 495,50 ha dengan rincian sebagai berikut:

Tabel 1.1 Rencana luas tanam pada musim tanam 1 th 2003 yang diusulkan SATGAS Tilong No. Sub DI Luas Potensial (ha) 1 2 3 4 Fatukanutu Maunifu Tasipah Noelbaki Batuoe/Puluti 233 303 177 285 486 50 40 37,5 255 113 Luas usulan (ha)

1.484 dan Air bersih Tilong PT. Siarplan Utama & Ass

495,5

Sumber: Makalah Seminar dan Sosialisasi O&P Bendungan, Jaringan Irigasi

Terusik oleh keingin tahuan sejauh mana air waduk Tilong melayani kebutuhan air irigasi di musim kering saat ini, maka dilakukanlah penelitian dengan judul: Kajian Pemanfaatan Air Waduk Tilong Untuk Irigasi 1.2 Perumusan Masalah Permasalahan yang muncul dalam kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana usulan yang diajukan oleh SATGAS Tilong dilaksanakan dan bermanfaat? 2. Sejauh manakah di musim kering yang terjadi tahun 2003 ini air waduk Tilong dapat melayani kebutuhan air irigasi pertanian? 3. Bagaimana mengoptimalkan pemanfaatan air waduk Tilong untuk pelayanan irigasi pertanian, baik dari segi teknis, sosial maupun ekonomi? 1.3 Difinisi Operasional

Kajian adalah sebuah proses penyediaan terhadap sesuatu benda. Pemanfaatan adalah sama dengan penggunaan.
Air Waduk Tilong adalah bendungan tilong yang besar yang terletak d

Kupang, Nusa Tenggara Timur.

Irigasi adalah upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan

pertanian. Pertanaian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya hayati yang

dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya. 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran mengenai kajian pemanfaatan air waduk tilong untuk irigasi pertanian. Adapun tjuan khusus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. usulan yang diajukan oleh SATGAS Tilong dilaksanakan dan bermanfaat,

2. Sejauh mana di musim kering yang terjadi tahun 2003 ini air waduk Tilong dapat melayani kebutuhan air irigasi pertanian, 3. mengoptimalkan pemanfaatan air waduk Tilong untuk pelayanan irigasi pertanian, baik dari segi teknis, sosial maupun ekonomi. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah bagi instansi terkait dapat digunakan sebagai bahan untuk memperkembangkan pelayanan, sarana prasaran irigasi di daerah irigasi yang dapat diairi dari air waduk Tilong.

II. TINJAUAN TEORITIS

2.1. Pengertian Irigasi, Sistem Irigasi dan Tujuan Irigasi Irigasi dapat didefinisikan sebagai upaya manusia untuk mengambil air dari sumber, mengalirkannya ke dalam saluran, membagikan ke petak sawah, memberikan air pada tanaman, dan membuang kelebihan air ke jaringan pembuang/drainasi. Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa dalam irigasi terdapat beberapa unsur yaitu unsur manusia, unsur alam dan lingkungan misalnya dalam bentuk air dan sumber air, lahan, ataupun iklim, unsur fisik, yaitu dalam bentuk jaringan irigasi, unsur tanaman yang mencakup jenis tanaman, budidaya beserta pola tanamnya, dan unsure teknik dalam bentuk operasi dan pemeliharaannya. Kelima unsur tersebut saling bersesuaian, berhubungan dan bersatu sehingga dapat dikatakan bahwa irigasi merupakan suatu sistem. Masingmasing unsur tersebut disebut sub sistem. Oleh sebab itu irigasi sering disebut sebagai sistem irigasi. Tujuan irigasi secara langsung adalah untuk membasahi tanah agar dicapai suatu kondisi tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman dalam hubungannya dengan prosentase kandungan air dan udara diantara butir-butir tanah. Pemberian air dapat juga mempunyai tujuan sebagai pengangkut bahan-bahan pupuk untuk perbaikan tanah. Secara tidak langsung, pemberian air juga dapat menunjang usaha pertanian melalui berbagai cara antara lain: a. Mengatur suhu tanah, misalnya pada suatu daerah yang mempunyai suhu tanah terlalu tinggi dan tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman maka suhu tanah dapat disesuaikan dengan cara mengalirkan air yang bertujuan merendahkan suhu tanah. b. Membersihkan tanah, dilakukan pada tanah yang tidak subur akibat adanya unsur-unsur dalam tanah. Salah satu usaha misalnya penggenangan air di sawah untuk melarutkan unsur-unsur berbahaya tersebut kemudian genangan air dialirkan ke tempat pembuangan.

c. Memberantas hama, sebagai contoh dengan pengenangan maka liang tikus bisa direndam dan tikus keluar, lebih mudah dibunuh. d. Mempertinggi permukaan air tanah, misal dengan perembesan melalui dinding saluran permukaan air tanah dapat dipertinggi dan

memungkinkan tanaman untuk mengambil air melalui akar-akar meskipun permukaan tanah tidak dibasahi. e. Membersihkan buangan air kota, misal dengan prinsip pengenceran karena tanpa pengenceran tersebut air kotor dari kota akan berpengaruh sangat jelek bagi pertumbuhan tanaman. f. Kolmatasi, yaitu menimbun tanah-tanah rendah dengan jalan mengalirkan air berlumpur dan akibat endapan lumpur tanah rendah tersebut menjadi cukup tinggi sehingga genangan yang terjadi selanjutnya tidak terlampau dalam kemudian dimungkinkan adanya usaha pertanian. 2.2 Kebutuhan Air Irigasi Komponen kebutuhan air irigasi yang utama adalah: a. Kebutuhan air bagi tanaman b. Perkolasi atau rembesan ke bawah dan ke samping c. Hujan efektif d. Efisiensi irigasi Secara praktis, kebutuhan air bagi tanaman/evapotranspirasi potensial dari tanaman seringkali ditaksirkan dari suatu evapotranspirasi tetapan/referensi dan koefisien tanaman kc dengan mengikuti persamaan:

ETcrop = Kc ET0
dimana: kc : koefisien tanaman, menunjukkan karakteristik spesifik tanaman, dan ET0 : evapotranspirasi tetapan/referensi yang tergantung dari faktor iklim.

Koefisien tanaman dapat dibedakan dalam 4 tingkatan: I. Tingkatan awal (initial stage) dari tanggal tanam sampai permukaan tanah ditutupi tanaman (Sc) sekitar 10 % II. Tingkatan pertumbuhan tanaman (crop development stage) yaitu dari Sc = 10 % sampai Sc = 70 80 % III. IV. Tingkatan pertengahan (mid-season stage) yaitu dari Sc = 70 80 % Tingkatan akhir (late season stage) yaitu dari tanaman dewasa sampai berbuah. Di Indonesia, koefisien tanaman biasanya mengacu pada tabel koefisien tanaman yang diusulkan oleh Nedeco/Prosida atau FAO yang telah dimodifikasi. Koefisien tanaman yang mengacu pada makalah FAO-ID No.33, nilainya sesuai dengan tingkat pertumbuhan dari tanaman (4 tingkatan). Koefisien tanaman untuk padi dan palawija jenis jagung menurut Nedeco/Prosida atau FAO dapat dilihat dalam tabel 2.1, sedangkan koefisien tanaman padi dan palawija jenis jagung menurut FAO ID No.33 dapat dilihat dalam tabel 2.2. Tabel 2.1 Koefisien Tanaman Padi dan Palawija Jenis Jagung Padi Padi (FAO) umur Jagung (Nedeco/Prosida) (Bulan) (90) Lokal Unggul Lokal Unggul 0,5 1,20 1,20 1,10 1,10 0,50 1,0 1,20 1,27 1,10 1,10 0,59 1,5 1,32 1,33 1,10 1,05 0,96 2,0 1,40 1,30 1,10 1,05 1,05 2,5 1,35 1,15 1,05 0,95 1,02 3,0 1,24 0,00 1,05 0,00 0,95 3,5 1,12 0,95 4,0 0,00 0,00 Sumber: Dir. Jen. Pengairan, 1985

Tabel 2.2 Koefisien Tanaman Padi dan Palawija Jenis Jagung (FAO ID No.33) Crop development Padi Jagung stages Initial 1 - 1,15 0,3 - 0,5 Crop 1 - 1,5 0,7 - 0,9 development Mid - Season 1,1 - 1,3 1,05 - 1,2 Late season 0,95 - 1,05 1,0 - 1,15 Harvest 0,95 - 1,05 0,95 - 1,1 Total growing 1,05 - 1,2 0,8 - 0,95 Periode Sumber: FAO ID No. 33 Catatan: First figure: under high humidity (Rhmin > 70 %) and low wind (U < 5 m/sec) Second figure: under low humidity (Rhmin < 20 %) and strong wind (U > 5 m/sec) Menurut buku seri modul Pelatihan Tata Guna air PT 1: Kebutuhan air irigasi, kebutuhan air tanaman padi sesuai tahap pertumbuhanya dituliskan dalam tabel 2.3, sedangkan kebutuhan air tanaman palawija sesuai tahap pertumbuhannya dituliskan dalam tabel 2.4.

10

Tabel 2.3 Kebutuhan air tanaman padi sesuai tahap pertumbuhannya Tahap Kegiatan/ Pertumbuhan Pengolahan tanah Pembibitan Tanam s.d. primordia Primordia s.d. bunga Bunga 10% s.d. penuh Bunga penuh s.d. panen mm/hari l/det/ha Varietas lokal Periode (hari) 20 40 Varietas unggul mm/hari l/det/ha Periode (hari) 20 35

12.7 3 7.5

1.5 0.4 0.9

12.7 3 6.4

1.5 0.4 0.75

8.8

25

7.7

0.9

20

8.8

20

20

8.4

20

7.8

0.9

20

Sumber: Seri Modul Kebutuhan Air Irigasi (PT1), 2000


Tabel 2.4 : Kebutuhan air tanaman palawija sesuai tahap pertumbuhannya

Kebutuhan air sesuai periode pertumbuhannya (l/det/ha) Jenis Tanaman Jagung Kedelai Kacang hijau Kacang tanah Permulaan tumbuh 0.25 0.25 0.17 Pengembangan 0.36 0.35 0.3 Pertumbuhan 0.5 0.5 0.4 Masak 0.37 0.3 0.3

0.17

0.34

0.4

0.35

Sumber: Seri Modul Kebutuhan Air Irigasi (PT1), 2000

11

2.3. Cropwat Program Komputer Selanjutnya perhitungan evapotranspirasi potensial (ETo) dilakukan dengan menggunakan Cropwat. Cropwat merupakan suatu program computer under DOS (Program yang dipakai melalui perintah DOS) untuk menghitung evapotranspirasi Penman Modifikasi dan kebutuhan air untuk tanaman. Selanjutnya dapat juga menghitung kebutuhan air irigasi, jadwal pemberian air irigasi untuk macam-macam kondisi pengelolaan dan suplai air untuk seluruh daerah irigasi dengan bermacam-macam pola tanam tertentu. Untuk perhitungan tersebut, dibutuhkan data-data klimatologi dan data-data lainnya misalnya data tanaman dan data pola tanam. Prosedur dalam perhitungan kebutuhan air bagi tanaman dan rencana kebutuhan air untuk irigasi ini didasarkan pada makalah FAO ID No. 24 mengenai Kebutuhan air bagi tanaman dan No. 33 mengenai Respon tanaman terhadap air. Program ini berarti sebagai alat praktis untuk membantu para ahli melakukan perhitungan dalam perencanaan dan pengelolaan suatu daerah irigasi. Lebih lanjut, program ini diharapkan dapat membantu memberikan rekomendasi untuk memperbaiki irigasi yang telah ada, dan merencanakan jadwal irigasi yang sesuai dengan kondisi suplai air yang beraneka ragam. Beberapa hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan penggunaan computer model Cropwat ini antara lain mengenai: perhitungan evapotranspirasi referensi; pemrosesan data curah hujan; pola tanam dan data tanaman.

PERHITUNGAN EVAPOTRANSPIRASI REFERENSI/TETAPAN Evapotranspirasi referensi atau ETo adalah evapotranpirasi potensial dari tanaman rumput yang sehat dan mendapat air cukup. Kebutuhan air untuk tanaman lain secara langsung dibandingkan dengan parameter iklim ini. Metode Penman Modifikasi (FAO ID No.24) secara umum telah diterima sebagai metode yang cukup untuk menghitung evapotranspirasi dari data klimatologi seperti: temperatur, kelembaban (humidity), radiasi penyinaran (sunshine) dan kecepatan angin (windspeed). Data klimatologi harus diambil dari stasiun terdekat dan yang paling mewakili daerah kajian. Data pertama yang penting dari stasiun klimatologi

12

ini adalah elevasi ketinggian (altitude) dan latitude. Masukan data klimatologi meliputi tiap bulanan: 1. Temperatur dalam derajat Celcius, dapat sebagai temperatur ratarata harian atau sebagai temperatur maksimum dan minimum dalam bulan. 2. Kelembaban udara (air humidity) dapat diberikan sebagai kelembaban relatif (relative humidity) dalam persen (0 100) atau vapour pressure dalam mbar (1 50). Untuk membedakan diantara kedua satuan di atas, nilai vapour pressure dimasukkan sebagai nilai negatif, misalnya 12.5 mbar ditulis 12.5. 3. Penyinaran (daily sunshine) dapat diberikan sebagai persentase (20 100) dari perbandingan penyinaran terhadap panjang hari; atau pecahan (0 1) atau sebagai lamanya penyinaran dalam jam (1 20). 4. Kecepatan angin (windspeed) dapat diberikan dalam km/hari (10 500) 5. Nilai > 10 menafsirkan sebagai kecepatan angin dalam km/hari Nilai < 10 menafsirkan sebagai kecepatan angin dalam m/det

PEMROSESAN DATA CURAH HUJAN Hujan memberikan kontribusi yang besar dari kebutuhan air untuk tanaman. Selama musim hujan, sebagian besar kebutuhan air dipenuhi oleh hujan sementara dalam musim kering dipenuhi oleh air irigasi. Berapa jumlah air yang datang dari curah hujan dan berapa jumlah air yang harus dipenuhi oleh air irigasi adalah sulit diperkirakan. Curah hujan sangat bervariasi setiap tahunnya. Untuk mengestimasi kekurangan curah hujan yang harus dipenuhi oleh air irigasi diperlukan suatu analisa statistik yang membutuhkan data curah hujan yang panjang. Sedangkan tidak semua curah hujan yang jatuh digunakan oleh tanaman. Sebagian hujan hilang karena limpasan permukaan (run off) atau karena perkolasi yang dalam jauh di luar daerah akar tanaman.

13

Untuk menentukan bagian hujan yang dapat diperhitungkan sebagai air yang dapat digunakan oleh tanaman, beberapa definisi diberikan: 1. Curah hujan rata-rata bulanan (average monthly rainfall) : adalah nilai rata-rata dari suatu data curah hujan. Digunakan dalam perhitungan kebutuhan air tanaman dalam keadaan iklim yang ratarata. 2. Dependable rainfall: jumlah hujan dapat tergantung dari 1 di luar 4 atau 5 tahun tergantung pada 75 atau 80 % kemungkinan terlampaui dan menunjukkan suatu tahun kering normal. Dependable rainfall digunakan untuk merencanakan kapasitas sistem irigasi. 3. Hujan dalam tahun basah, tahun normal dan tahun kering : adalah hujan dengan kemungkinan terlampaui 20% untuk tahun basah,50% tahun normal dan 80% untuk tahun kering. Ketiga nilai tersebut sangat berguna untuk merencanakan suplai air irigasi dan simulasi dari macam-macam kondisi pengelolaan irigasi. 4. Effective rainfall : didefinisikan sebagai bagian dari hujan yang secara efektif digunakan oleh tanaman setelah beberapa hilang karena limpasan permukaan (run off) dan perkolasi yang dalam

diperhitungkan. Hujan efektif ini digunakan untuk menentukan kebutuhan irigasi bagi tanaman.

POLA TANAM DAN DATA TANAMAN Kebutuhan air irigasi selain tergantung dari curah hujan juga tergantung dari data tanaman dan pola tanam yang disusun. Data tanaman meliputi: sifat-sifat dari tanaman yang diungkapkan oleh koefisien tanaman kc dan lama pertumbuhan tanaman yaitu dalam tingkatan-tingkatan pertumbuhan. Dari data tanaman ini dapat dihitung kebutuhan air untuk tanaman. Dengan menambahkan data tanggal tanam pertama, maka kebutuhan air irigasi untuk tanaman dapat ditemukan. Data pola tanam dari beberapa jenis tanaman yang tumbuh dalam daerah irigasi yang disusun secara skematik diperlukanuntuk menghitung kebutuhan air irigasi.

14

MANUAL CROPWAT VERSI 5.5 Cara pemakaian program Cropwat : 1. Ketik nama file Cropwat pada prompt DOS 2. Pilih menu yang ada dalam program tersebut. 3. Untuk perhitungan ETo Penman, pilih menu ETo-Penman calculation 4. Masukkan data-data yang diminta, yaitu : data stasiun klimatologi data-data iklim rata-rata bulanan, meliputi : data temperatur harian rata-rata (C) data kelembaban udara (% atau mbar) data intensitas penyinaran matahari (jam atau %) data kecepatan angin (km/hari atau m/s) isikan data-data tersebut sebanyak bulan yang diinginkan. 5. Hasil dari ETo Penman dapat dilihat pada tabel. 6. Simpan hasil tersebut. 7. Untuk perhitungan kebutuhan air tanaman, pilih menu Crop Water Requirement 8. Masukkan nama file yang telah disimpan dari hasil perhitungan ETo Penman. 9. Masukkan data curah hujan (mm/bulan) 10. Masukkan persentase curah hujan efektif (effective rainfall). 11. Hasil perhitungan curah hujan efektif (effective rainfall) akan terlihat pada output. 12. Dilanjutkan dengan memasukkan data-data tanaman, yaitu mengenai umurumur tanaman, beserta lama masa pertumbuhan yang dibagi dalam beberapa periode, yaitu : initial stage : masa permulaan development stage : masa pertumbuhan mid season : masa pembungaan late season : masa pemasakan dan panen 13. Kemudian data mengenai area persemaian, laju perkolasi dan kedalaman pembajakan sawah.

15

14. Setelah data-data tanaman lengkap, dilanjutkan dengan memasukkan data waktu tanam, yaitu tanggal permulaan tanam (planting date). 15. Hasil output dari kebutuhan air untuk tanaman tersebut dapat dilihat pada output. 16. Hal ini diulangi sampai beberapa simulasi. 17. Simpan hasil output tersebut. 18. Perhitungan rencana kebutuhan air irigasi bulanan, menu Scheme Water supply. 19. Masukkan nama file dari kebutuhan air tanaman yang telah disimpan. 20. Masukkan berapa persen pembagian area tanam. 21. Ulangi untuk masa berikutnya, sesuai dengan pola tanam. 22. Kebutuhan air irigasi bulanan dapat dilihat pada output.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metodologi penelitian Metodologi yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode survey dan analisa yang dapat diilustrasikan seperti dalam diagram alir berikut ini:

Data

Survey

Analisa

1. Debit Air

Ketersediaan Air

2. Lahan Irigasi

3. Pola Tanam

Kebutuhan Air

4. Curah Hujan

5. Evapotranspirasi

Pemanfaatan Air

6. Aspek Sosial & Ekonomi

Kesimpulan & Saran Gambar 3.1: Diagram alir Metodologi Penelitian

16

17

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian mengenai Kajian Pemanfaatan Air Waduk Tilong untuk Irigasi Pertanian ini dilakukan tanggal 11 januari 2004 tepat jam 11:00 WIB di sungai Tilong, Desa Oelnasi, Kecamatan Kupang Tengah, Kabupaten Kupang, Propinsi Nusa Tenggara Timur. 3.3 Populasi dan Sample Penelitian Dalam penelitian ini populasi penelitian yaitu mengenai pertanian. Sampel yang digunakan yaitu lahan irigasi dan air waduk tilong . teknik samplingnya yaitu dengan menghitung kebutuhan air terhadap lahan irigasi, pola tanam dan curah hujan. 3.4 Teknik Pengumpulan data Pengumpulan data dilakukan dengan metode survey dan menggunakan data-data tahun lalu serta juga dengan cara terjun langsung ke lapangan . dalam pengumpulan data ini terkait oleh beberapa pihak setempat seperti Kepala desa Oelnasi dan Camat Kupang Tengah .

IV. ANALISA DATA


4.1 Analisa Data Kegiatan analisa data yang dilakukan meliputi: 1. Analisa ketersediaan air untuk irigasi. 2. Analisa kebutuhan air untuk irigasi. 3. Analisa pemanfaatan air waduk Tilong untuk irigasi pertanian 4.1.1 Analisa ketersediaan air untuk irigasi Dari survey debit air yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa ketersediaan air untuk irigasi cukup memenuhi, bahkan melebihi, namun banyak terjadi kebocoran di sepanjang saluran karena fisik saluran yang banyak retak. 4.1.2 Analisa kebutuhan air untuk irigasi Analisa kebutuhan air untuk irigasi dengan menggunakan program komputer: Cropwat dari survey lahan irigasi yang ditanami dan lahan potensial, survey data curah hujan dan survey data evapotranspirasi. Analisa cropwat ini memberikan hasil: kebutuhan air bagi tanaman, kebutuhan air irigasi dan kebutuhan air irigasi pada areal irigasi. 4.1.3 Analisa pemanfaatan air waduk Tilong untuk irigasi pertanian bahwa pemberian air irigasi dari waduk terlampau besar. Tetapi dari survey debit air yang lewat bangunan ukur dan saluran dapat ditemukan bahwa air banyak hilang di sepanjang saluran karena saluran banyak retak-retak. Rembesan air ini ternyata keluar dan masuk di kali Dendeng sehingga debit air di kali Dendeng menjadi sekitar 250 liter/det dari sebelum adanya Tilong sebesar sekitar 60 liter/det. Air ini dimanfaatkan untuk irigasi pertanian di Sub DI Noelbaki.

18

V. KESIMPULAN DAN SARAN


5.1 Kesimpulan Kesimpulan yang dapat ditemukan dalam kajian pemanfaatan air waduk Tilong untuk irigasi pertanian: 1. Lahan irigasi yang memanfaatkan air waduk Tilong tahun 2003 sebesar 459.25 Ha untuk musim tanam pertama dan 375.75 Ha untuk musim tanam kedua . Hal ini tak sesuai dengan usulan yang diajukan oleh SATGAS Tilong. 2. Di musim kering yang terjadi tahun 2003 ini air waduk Tilong dapat melayani kebutuhan air irigasi pertanian bahkan berlebihan namun banyak kehilangan air terjadi akibat adanya retak-retak di sepanjang saluran. Rembesan air inipun masih termanfaatkan karena air masuk ke kali Dendeng yang dimanfaatkan oleh Sub DI Noelbaki. 3.Dapat diketahui bahwa air waduk Tilong dapat memenuhi kebutuhan air irigasi lahan potensial 1.484 Ha bila pola tanam seperti dalam analisa. Kebutuhan air terbesar terjadi pada bulan Juli sebesar 1.980 liter/det sedangkan ketersediaan air yang dapat diambil dari waduk adalah 2.000 liter/det. 4. Dari survey tinjauan aspek sosial dan ekonomi dapat disimpulkan bahwa sosialisasi pengelolaan lahan pertanian berpengairan belum mencapai hasil yang optimal karena masih ditemukan banyak kendala menyangkut pengelolaan air irigasi.

5.2 Saran Saran-saran yang dapat diajukan: 1. Perlu dilakukan sosialisasi yang optimal kepada petani: mengelola lahan pertanian berpengairan. 2. Air waduk Tilong dikeluarkan sesuai dengan kebutuhan air irigasi yang telah dianalisa sebelumnya sehingga tidak berlebihan.

19

DAFTAR PUSTAKA
1. Departemen Permukiman dan Pengembangan Wilayah Dirjen Pengembangan Perdesaan Proyek Irigasi Jawa Tengah, KEBUTUHAN AIR IRIGASI seri Modul PT 1, Semarang, 2000 2. 3. Idem, SISTEM IRIGASI seri Modul IR 1, Semarang, 2000 Dirgutiswa, IRIGASI DAN BANGUNAN AIR, Penerbit Gunadarma, Jakarta, 1996 4. FAO Irrigation and Drainage Paper N 24, CROP WATER REQUIREMENT, Rome Italy, 1979 5. FAO Irrigation and Drainage Paper N 33, YIELD RESPONE TO WATER, Rome Italy, 1979 6. FAO Land and Water Development division, MANUAL FOR CROPWAT, Rome Italy, 1989 7. Sub-Dir. Perenc. Teknik Dir. Irigasi I DirJen Pengairan DPU, PEDOMAN KEBUTUHAN AIR UNTUK TANAMAN PADI DAN TANAMAN LAIN PSA 010, Yayasan Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta, 1985 8. Idem, STANDAR PERENCANAAN IRIGASI Kriteria Perencanaan bagian Jaringan Irigasi (KP-01), Ed. Bahasa Ind., DirJen Pengairan Departemen Pekerjaan Umum, CV. Galang Persada, Bandung, 1986

20

You might also like