You are on page 1of 37

POPULASI DAN SAMPEL

Disusun oleh Kelompok 4: Ajeng Wulandari Pratama Made Ayu Asri Niti Ni Made Ayu Ary Wahyuningsih Christina Trijayanti (0915051020) (0915051022) (0915051029) (0915051031)

Pande Made Mahendri Pramadewi (0915051080)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK DAN KEJURUAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat-Nyalah penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Metode Penelitian Pendidikan yang diampu oleh Bapak Padma Nyoman Crisnapati, S.Pd., M.Pd. serta untuk mengkaji dan lebih memahami konsep populasi dan sampel, teknik sampling, menentukan ukuran sampel dan cara mengambil anggota sampel dalam metode penelitian kuantitatif serta pengertian dan teknik sampling dalam metode penelitian kualitatif. Kami menyadari bahwa apa yang kami sajikan dalam makalah ini belum dari sempurna, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun (konstruktif) demi kesempurnaan dalam penulisan makalah selanjutnya. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.

Singaraja, April 2012

Penyusun

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................. i DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. iv BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ............................................................................................ 1 1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................... 2 1.3 Tujuan ......................................................................................................... 2 1.4 Manfaat ....................................................................................................... 3 BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4 2.1 Populasi dan Sampel dalam Metode Penelitian Kuantitatif ........................ 4 2.1.1 Populasi ............................................................................................ 4 2.1.2 Sampel .............................................................................................. 4 2.1.3 Teknik Sampling............................................................................... 7 2.1.3.1 Probability Sampling........................................................... 8 2.1.3.2 Non Probability Sampling ................................................. 16 2.1.4 Menentukan Ukuran Sampel .......................................................... 18 2.1.5 Contoh Menentukan Ukuran Sampel ............................................. 21 2.1.6 Cara Mengambil Anggota Sampel ................................................. 22 2.2 Populasi dan Sampel dalam Metode Penelitian Kualitatif ........................ 22 2.2.1 Pengertian ........................................................................................ 22 2.2.2 Teknik Pengambilan Sampel........................................................... 25 BAB III PENUTUP .............................................................................................. 30 3.1 Kesimpulan ............................................................................................... 30 3.2 Saran .......................................................................................................... 31 DAFTAR PUSTAKA

ii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Angka Random ............................................................................... 9

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Gafik Hubungan antara Jumlah Sampel dengan Tingkat Kesalahan .... 5 Gambar 2. Klasifikasi Teknik Sampling ................................................................. 7 Gambar 3. Ilustrasi Teknik Simple Random Sampling ......................................... 11 Gambar 4. Ilustrasi Teknik Proportionate Stratified Random Sampling.............. 12 Gambar 5. Ilustrasi Teknik Cluster Sampling (Area Sampling) ........................... 15 Gambar 6. Gambar Teknik Snowball Sampling ................................................... 18 Gambar 7. Tabel Chi Kuadrat ............................................................................... 19 Gambar 8. Tabel Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf Kesalahan 1%, 5% dan 10% ............................................................... 20 Gambar 9. Jumlah populasi dan sampel ................................................................ 21 Gambar 10. Situasi Sosial (social situation) ......................................................... 23 Gambar 11. Model Generalisasi Penelitian Kuantitatif. Sampel representative, hasilnya digeneralisasikan ke populasi ............................................... 24 Gambar 12. Model generalisasi penelitian kualitatif. Sampel purposive. Hasil dari A dapat ditransferkan hanya ke B, C, D.............................................. 25 Gambar 13. Proses Pengambilan Sample Sumber Data dalam Penelitian Kualitatif, Purposive dan Snowball..................................................... 27

iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian adalah proses mencari tahu sesuatu secara sistematis dalam jangka waktu yang relatif lama dengan menggunakan metode ilmiah serta aturan-aturan yang berlaku. Tanpa adanya penelitian, pengetahuan tidak akan bertambah maju. Padalah pengetahuan adalah dasar semua tindakan dan usaha. Jadi penelitian sebagai dasar untuk meningkatkan pengetahuan, harus diadakan agar meningkat pula pencapaian usaha-usaha manusia (Arikunto, 1992). Sebagai salah satu usaha dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, penelitian khususnya di

kalangan mahasiswa hendaknya selalu ditingkatkan baik kuantitas maupun kualitasnya. Salah satu langkah dalam penelitian ilmiah adalah menentukan populasi dan sampel. Kesalahan dalam menentukan sampel dapat berakibat fatal, karena sampel menjadi tidak representatif sehingga hasil penelitian tidak akan dapat mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, memilih teknik pengambilan sampel yang tepat menjadi sangat penting untuk mendapatkan sampel yang representatif. Menurut Amminuddin Rosyad (1987), penggunaan sampel pada penelitian apabila: jumlah populasi yang diteliti terlalu banyak; daerah populasi amat luas dan sulit dijangkau; waktu penelitian yang tersedia tidak memadai; dana yang tersedia terbatas; tenaga peneliti tidak mencukupi; fasilitas yang tersedia tidak memadai; sarana penelitian tidak memadai; keamanan untuk melakukan penelitian tidak terjamin, misalnya keadaan medan penelitian ganas. Digunakannya sampel dalam penelitian adalah untuk mereduksi obyek penelitian dan melakukan generalisasi hasil penelitian, sehingga dapat ditarik kesimpulan umum.

Generalisasi dari sampel ke populasi mengandung resiko kekeliruan atau ketidak tepatan, karena sample tidak akan dapat mencerminkan secara tepat keadaan populasi. Mengenai hal ini, Agus Suradika (2000) menyatakan bahwa biasanya, seorang penyelidik sering terlalu berani menetapkan daerah generalisasi yang terlalu luas, padahal daerah tersebut belum tentu terwakili oleh sampel yang ada. Oleh karena itu dalam menentukan sampel, daerah generalisasi merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan, selain penegasan sifat-sifat populasi, sumber informasi tentang populasi, besar kecilnya sampel dan teknik sampling. Makin tidak sama sample itu dengan populasinya makin besar kemungkinan kekeliruan dalam generalisasi. Oleh karena itu teknik penentuan sampel (teknik sampling) menjadi sangat penting peranannya dalam penelitian. Berbagai teknik penentuan sample pada hakekatnya adalah cara-cara untuk memperkecil kekeliruan generalisasi dari sample ke populasi sehingga diperoleh sample yang representatif, yaitu sampel yang benar-benar mencerminkan populasinya.

1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut. 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 1.2.5 1.2.6 Apa yang dimaksud dengan populasi? Apa yang dimaksud dengan sampel? Bagaimana teknik pengambilan sampel? Bagaimana cara menentukan ukuran sampel? Bagaimana cara mengambil anggota sampel? Bagaimana populasi dan sampel dalam metode penelitian kualitatif?

1.3 Tujuan Berdasarkan rumusan masalah di atas, penulisan makalah ini bertujuan untuk. 1.3.1 1.3.2 1.3.3 1.3.4 1.3.5 Mengetahui pengertian populasi. Mengetahui pengertian sampel. Mengetahui teknik pengambilan sampel. Mengetahui cara menentukan ukuran sampel. Mengetahui cara mengambil anggota sampel.

1.3.6

Mengetahui populasi dan sampel dalam metode penelitian kualitatif.

1.4 Manfaat Makalah ini dapat dimanfaatkan mahasiswa yang ingin atau sedang melakukan penelitian sebagai rujukan atau acuan karena dalam penelitian, populasi dan sampel menjadi hal yang sangat penting.

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Populasi dan Sampel dalam Metode Penelitian Kuantitatif Dalam bagian ini akan dibahas mengenai populasi dan sampel dalam penelitian kuantitatif yang meliputi pembahasan mengenai populasi, sampel, teknik sampling, cara menentukan ukuran sampel, contoh menentukan ukuran sampel dan cara mengambil anggota sampel. 2.1.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Populasi mencakup segala hal, termasuk benda-benda alam, dan bukan sekedar jumlah yang ada pada objek tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek tersebut. Bahkan satu orangpun dapat digunakan sebagai populasi, karena satu orang itu mempunyai berbagai karakteristik, misalnya gaya bicara, disiplin, pribadi, hobi, dan lain-lain.

2.1.2

Sampel

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009). Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin meneliti semua yang ada pada populasi, (misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, dan waktu) maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan diberlakukan untuk populasi itu. Untuk sampel yang diambil dari populasi harus benar-benar representatif (mewakili). Bila sampel tidak representatif, maka resiko yang dihadapi peneliti ialah tidak dapat menyimpulkan sesuai dengan kenyataan atau membuat kesimpulan yang salah. Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin

besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi (diberlakukan umum). Di bawah ini digambarkan hubungan antara jumlah sampel dengan tingkat kesalahan. besar

kesalahan kecil kecil besarnya sampel Gambar 1. Gafik Hubungan antara Jumlah Sampel dengan Tingkat Kesalahan besar

Dalam penetapan besar kecilnya sampel tidaklah ada suatu ketetapan yang mutlak, artinya tidak ada suatu ketentuan berapa persen suatu sampel harus diambil. Suatu hal yang perlu diperhatikan adalah keadaan homogenitas dan heterogenitas populasi. Jika keadaan populasi homogen, jumlah sampel hampirhampir tidak menjadi persoalan, sebaliknya, jika keadaan populasi heterogen, maka pertimbangan pengambil sampel harus memperhatikan hal-hal seperti harus diselidiki kategori-kategori heterogenitas dan besarnya populasi. Penelitian yang memakai sampel untuk meneliti (menyelidiki) karakteristik obyek penelitian dan berdasarkan hasil penelitian itu kita menduga (menaksir) dan menyimpulkan keseluruhan anggota populasi, memiliki beberapa alasan sebagai berikut (Agustini). Obyek yang diteliti sifatnya mudah rusak Untuk mengetahui masa pakai bola lampu, tidak perlu semua bola lampu dicoba sampai mati, tetapi cukup mengambil beberapa buah saja untuk dicoba sampai mati/putus. Demikian juga untuk mengetahui enak tidaknya rasa suatu kue tidak perlu semua persediaan kue dimakan atau dicicipi, cukup dicicipi beberapa saja.

Obyek yang diteliti bersifat homogen Untuk mengetahui apakah seseorang berpenyakit malaria atau tidak, tidak perlu semua darah dari orang tersebut diperiksa, tapi cukup beberapa tetes saja. Demikian juga untuk mengetahui kadar garam dari air laut, tidak perlu semua air laut diteliti, tetapi cukup beberapa millimeter saja. Untuk menghemat biaya Dibandingkan dengan biaya untuk meneliti seluruh obyek (cara sensus), sudah barang tentu meneliti sebagian dari obyek tersebut akan memerlukan biaya yang lebih sedikit. Untuk menghemat waktu dan tenaga Penelitian dengan mengambil sampel tentu saja akan memakan waktu lebih pendek (lebih cepat dapat diselesaikan) dan diperlukan tenaga lebih sedikit jika dibandingkan dengan meneliti seluruh obyek (cara sensus).

Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel harus valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Sampel yang valid ditentukan oleh dua pertimbangan yaitu akurasi dan presisi (Mustafa, 2000). Akurasi atau ketepatan, yaitu tingkat ketidakadaan bias (kekeliruan) dalam sampel. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya bias atau kekeliruan adalah populasi. Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita dengan karakteristik populasi. Contoh, dari 300 pegawai produksi, diambil sampel 50 orang. Setelah diukur ternyata rata-rata perhari, setiap orang menghasilkan 50 potong produk X. Namun berdasarkan laporan harian, pegawai bisa menghasilkan produk X per harinya rata-rata 58 unit. Artinya di antara laporan harian yang dihitung berdasarkan populasi dengan hasil penelitian

yang dihasilkan dari sampel, terdapat perbedaan 8 unit. Makin kecil tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel, maka makin tinggi tingkat presisi sampel tersebut. Belum pernah ada sampel yang bisa mewakili karakteristik populasi sepenuhnya. Oleh karena itu dalam setiap penarikan sampel senantiasa melekat keasalahan-kesalahan, yang dikenal dengan nama sampling error Presisi diukur oleh simpangan baku (standard error). Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari sampel (S) dengan simpangan baku dari populasi (, makin tinggi pula tingkat presisinya. Walau tidak selamanya, tingkat presisi mungkin bisa meningkat dengan cara

menambahkan jumlah sampel, karena kesalahan mungkin bisa berkurang kalau jumlah sampelnya ditambah.

2.1.3

Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel (Sugiyono, 2009). Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat berbagai teknik sampling yang digunakan. Secara skematis, macam-macam teknik sampling dapat digambarkan sebagai berikut. TENIK SAMPLING Probability Sampling 1. Simple random sampling 2. Proportionate stratified random sampling 3. Dispropotionate stratified random sampling 4. Cluster sampling (Area Sampling) 5. Systematic Random Sampling 1. 2. 3. 4. 5. 6. Non Probability Sampling Sampling sistematis Sampling kuota Sampling icidental Purposive sampling Sampling jenuh Snowball sampling

Gambar 2. Klasifikasi Teknik Sampling

2.1.3.1 Probability Sampling Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel. Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan nama sampling frame. Kerangka sampling (sampling frame) adalah daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian, tentang tempat, atau juga tentang benda. Jika populasi penelitian adalah mahasiswa perguruan tinggi A, maka peneliti harus bisa memiliki daftar semua mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi A tersebut selengkap mungkin. Nama, NIM, jenis kelamin, alamat, usia dan informasi lain yang berguna bagi penelitiannya. Dari daftar ini, peneliti akan bisa secara pasti mengetahui jumlah populasinya (N). Jika populasinya adalah rumah tangga dalam sebuah kota, maka peneliti harus mempunyai daftar seluruh rumah tangga kota tersebut. Jika populasinya adalah wilayah pulau Bali, maka peneliti harus mepunyai peta wilayah pulau Bali secara lengkap termasuk kabupaten, kecamatan, desa dan banjar bila perlu. Lalu setiap tempat tersebut diberi kode (angka atau simbol) yang berbeda satu sama lainnya. Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat atau cara yang bisa dijadikan penentu sampel. Untuk memilih anggota dengan cara random dapat dilakukan dengan dua cara yaitu, cara undian dan dengan cara menggunakan tabel angka random. Undian Dengan cara ini, tahapannya sebagai berikut. 1) Daftarkan semua anggota populasi. 2) Beri nomor urut semua anggota populasi. 3) Nomor urut setiap populasi berukuran kecil. 4) Gulung kertas-kertas kecil tersebut. 5) Masukkan gulungan-gulungan kertas kecil tersebut ke dalam kotak kosong lalu kotak dikocok-kocok. ditulis pada lembaran-lembaran kertas

6) Ambil gulungan kertas tersebut satu-persatu dari dalam kotak, sampai mencapai jumlah sampel yang diinginkan. Maka nomor-nomor dari gulungan kertas yang terpilih itu merupakan nomor anggota populasi yang terpilih sebagai anggota sampel, maksudnya anggota populasi yang terpilih sebagai anggota sampel adalah anggota populasi yang bernomor sesuai dengan nomor gulungan kertas yang terpilih. Tabel Angka Random Untuk keperluan ini telah tersedia tabel angka random. Tabel dibawah ini merupakan sebagian dari tabel bilangan random yang terdiri dari 5 angka. Tabel 1. Tabel Angka Random Kolom Baris 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1 10480 22368 24130 42167 37570 77921 99562 96301 89579 85475 28918 63553 09429 10365 07119 2 15011 46573 48360 93093 39975 06907 72905 91977 13442 36857 69578 40961 93969 61129 97336 3 01536 25595 22527 06243 81837 11008 56420 05463 63661 53342 88231 48235 52636 87529 71048 4 02011 85393 97265 61680 16656 42751 69994 07972 10281 53988 33276 03427 92737 85689 08178

Cara penggunaan tabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Misalkan dari sebuah populasi yang berukuran 100 (100 anggota), kita hendak mengambil sampel berukuran 10. Cara pengambilan sampel sebanyak 10 ini tahapannya sebagai berikut. 1) Anggota populasi mula-mula diberi nomor urut 01 sampai 100. 2) Penggunaan tabel bilangan random dengan 2 angka sebelah kiri (2 angka dari depan).

Apabila dimulai dari angka baris pertama dan kolom kedua (yaitu angka 15011), maka yang akan terpilih sebagai sampel pertama adalah anggota populasi dengan nomor 15. Untuk lebih jelasnya, sampel terpilih selengkapnya dapat dinyatakan sebagai berikut : Sampel ke-1, anggota populasi dengan nomor 15 Sampel ke-2, anggota populasi dengan nomor 46 Sampel ke-3, anggota populasi dengan nomor 48 Sampel ke-4, anggota populasi dengan nomor 93 Sampel ke-5, anggota populasi dengan nomor 39 Sampel ke-6, anggota populasi dengan nomor 06 Sampel ke-7, anggota populasi dengan nomor 72 Sampel ke-8, anggota populasi dengan nomor 91 Sampel ke-9, anggota populasi dengan nomor 13 Sampel ke-10, anggota populasi dengan nomor 36

Apabila banyaknya sampel yang diinginkan belum terpenuhi, sedangkan angka dalam kolom yang terpilih telah habis, maka angka pada baris pertama dari kolom berikutnya dipilih sebagai nomor selanjutnya.

Seperti pada gambar di atas, teknik sampling ini meliputi simple random sampling, proportionate stratified random sampling, dispropotionate stratified random sampling, dan cluster sampling (area samping) (Sugiyono, 2009). Menurut Mustafa (2000) dan Endista (2008) terdapat pula teknik Systematic Random Sampling dalam pengklasifikasian probability sampling.

a. Simple Random Sampling Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Cara ini dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen dan analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya. Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria,

10

atau ada yang kaya dan yang miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak sederhana. Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Prosedur untuk melakukan simple random sampling adalah sebagai berikut. 1) Menyusun sampling frame. 2) Menetapkan jumlah sampel yang akan diambil. 3) Mentukan alat pemilihan sampel. Alat pemilihan sampel yang umum diguankan untuk teknik ini adalah undian dan tabel angka random. 4) Memilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi.

Populasi homogen

Sampel

diambil secara random

yang representatif

Gambar 3. Ilustrasi Teknik Simple Random Sampling

b. Propotionate Stratified Random Sampling Teknik ini digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Sebagai contoh, suatu organisasi non-profit mempunyai anggota dari latar belakang pendidikan yang berstrata dan seorang peneliti ingin meneliti tingkat kinerja dari anggota organisasi tersebut berdasarkan jenjang pendidikannya, maka populasi anggota organisasi itu berstrata. Misalkan jumlah anggota lulusan S2 di organisasi tersebut berjumlah 50 orang, S1 = 300 orang, SMK = 500 orang, SMP = 100 orang dan lulusan SD = 50 orang. Jumlah sampel yang harus diambil harus meliputi strata-strata tersebut. Jumlah sampel dan teknik menghitung jumlah sampel akan dibahas pada bagian lain dari makalah ini.

11

Prosedur pengambilan sampel acak berdasarkan strata-strata yang ada pada teknik Proportionate Stratified Random Sampling meliputi: 1) Menyiapkan sampling frame. 2) Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki. 3) Tentukan jumlah sampel dalam setiap strata. 4) Pilih sampel dari setiap strata secara acak.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada teknik Proportionate Stratified Random Sampling adalah sebagai berikut. Unsur populasi di dalam strata tersebut diusahakan se-homogen mungkin. Antarstrata diusahakan se-heterogen mungkin. Sampel diambil proporsional menurut besarnya unit yang ada di dalam masing-masing strata dan antarstrata. Di dalam masing-masing strata, unit sampel diambil secara acak.

Teknik ini dapat digambarkan sebagai berikut. S2


S2

S1 SMK

Diambil secara random proporsional

S1

SMK

SMP

SMP SD

SD

Gambar 4. Ilustrasi Teknik Proportionate Stratified Random Sampling

c. Disproportionate Stratified Random Sampling Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel bila populasi berstrata tetapi kurang proporsional. Misalkan suatu fakultas di universitas swasta di Indonesia memiliki pegawai yang jenjang pendidikan terakhirnya berstrata; 4

12

orang lulusan S3, 5 orang lulusan S2, 150 orang lulusan S1 dan 200 orang lulusan SMA, maka empat orang lulusan dan 5 orang lulusan S2 itu diambil semuanya sebagai sampel. Karena dua kelompok ini terlalu kecil bila dibandingkan dengan kelompok pegawai yang jenjang pendidikan terakhirnya S1 dan SMA.

d. Cluster Sampling (Area Sampling) Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas, misalnya penduduk suatu negara. Untuk menentukan penduduk yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan. Misalnya di Indonesia terdapat 30 propinsi dan sampelnya akan menggunakan 15 propinsi, maka pengambilan 15 propinsi itu dilakukan secara random. Kita ketahui baha propinsi-propinsi di Indonesia itu berstrata atau tidak sama maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan Stratified Random Sampling. Pengertian berstrata disini adalah propinsi di Indonesia ada yang berpenduduk padat dan ada yang tidak; ada yang memiliki kawasan hutan ynag luas ada yang tidak; ada yang memiliki kontur tanah yang tandus ada yang tidak; ada yang mempunyai area pertambangan yang banyak dan ada yang tidak dan sebagainya. Karakteristik semacam ini perlu diperhatikan sehingga pengambilan sampel menurut strata populasi itu dapat ditetapkan. Teknik sampling daerah sering dilakukan melalui dua tahap, yaitu tahap pertama menetukan sampel daerah, tahap yang kedua adalah menetukan orangorang yang ada pada daerah itu secara sampling juga. Pada contoh di atas, prosedure yang diterapkan untuk pengambilan sampel secara area sampling adalah sebagai berikut. 1) Menyusun sampling frame berdasarkan wilayah. Dalam kasus di atas, elemennya ada 30 propinsi. 2) Menentukan berapa area yang akan diambil sebagai sampel. Dalam kasus di atas, jumlah propinsi yang akan dijadikan sampel adalah sejumlah 15 propinsi.

13

3) Memilih area-area sebagai sampel dengan cara acak. Sesuai dengan kasus di atas, maka pada bagian ini akan dipilih 15 propinsi secara acak dari 30 propinsi yang ada di Indonesia (tahap satu). 4) Meneliti setiap individu yang ada dalam area sampel secara acak pula. Jika dikaitkan dengan kasus di atas, maka dari 15 sampel propinsi akan diambil lagi sampel individu untuk setiap propinsi secara acak (tahap dua).

Ada pula sumber lain yang membedakan antara cluster sampling dan area sampling. Mustafa (2000), menyatakan bahwa cluster sampling lebih cenderung pada gugus-gugus tertentu (cluster) dan area sampling cenderung pada wilayah. Dengan demikian, maka contoh di atas adalah contoh untuk area sampling dan berikut ini adalah contoh untuk cluster sampling. Dalam satu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam setiap departemen terdapat banyak pegawai dengan karakteristik berbeda pula. Beda jenis kelaminnya, beda tingkat pendidikannya, beda tingkat pendapatnya, beda tingat manajerialnnya, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para pegawai terhadap suatu strategi yang segera diterapkan perusahaan, maka peneliti dapat menggunakan cluster sampling untuk mencegah terpilihnya sampel hanya dari satu atau dua departemen saja. Prosedurnya adalah sebagai berikut. 1) Menyusun sampling frame berdasarkan cluster. Dalam kasus di atas, elemennya ada 100 departemen. 2) Menentukan berapa cluster yang akan diambil sebagai sampel. 3) Memilih cluster sebagai sampel dengan cara acak. 4) Meneliti setiap pegawai yang ada dalam cluster sampel.

Ilustrasi untuk teknik cluster sampling (area sampling) dapat dilihat pada gambar berikut ini.

14

Gambar 5. Ilustrasi Teknik Cluster Sampling (Area Sampling)

e. Systematic Random Sampling Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang keberapa. Sampel yang diambil secara acak hanya unsur pertama, selanjutnya diambil secara sistematis sesuai langkah yang sudah ditetapkan. Misalnya, setiap unsur populasi yang keenam, yang bisa dijadikan sampel. Soal keberapa-nya satu unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung pada ukuran populasi dan ukuran sampel. Prosedurnya adalah sebagai berikut. 1) Menyusun sampling frame. 2) Menetapkan jumlah sampel yang ingin diambil. 3) Menentukan K (kelas interval). 4) Menentukan angka atau nomor awal di antara kelas interval tersebut secara acak atau random, biasanya melalui cara undian saja. 5) Mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang terpilih. 6) Memilih berdasarkan sampel angka atau nomor interval berikutnya.

Perhitungan jumlah sampel dengan teknik ini dapat dideskripsikan sebagai berikut. Dari 500 orang mahasiswa yang terdapat dalam suatu fakultas akan diambil 25 orang untuk penelitian tentang kepuasan pelayanan bagian administrasi di fakultas tersebut. Setiap mahasiswa kemudian diberikan nomor urut. Cara pengambilan sampel akan dilakukan secara sistematis, di mana probabilitas untuk terambil sebagai sampel adalah 25/500 = 1/20. Untuk mengambil unsur pertama dilakukan secara acak sederhana dari nomor urut pertama sampai dua puluh.

15

Misalnya, sudah tertarik nomor 15, untuk selanjutnya diambil setiap jarak 20, sebanyak satu sampel. Dalam hal ini akan diambil nomor 35, 55, 75, dan seterusnya sampai didapatkan 25 orang. 2.1.3.2 Non Probability Sampling Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampel ini meliputi sampling sistematis, sampling kuota, sampling icidental, purposive sampling, sampling jenuh, dan snowball sampling.

a. Sampling Sistematis Sampling sistematis adalah teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang telah diberi nomor urut. Misalnya anggota populasi yang terdiri dari 100 orang. Dari semua anggota itu diberi nomor urut, yaitu nomor 1 sampai nomor 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan dengan nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu, misalnya kelipatan bilangan lima. Untuk ini maka yang diambil sebagai sampel adalah 1, 5, 10, 15, 20, dan seterusnya sampai 100.

b. Sampling Kuota Sampling kouta adalah teknik untuk menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kouta) yang diinginkan. Sebagai contoh, akan melakukan penelitian tentang pendapat masyarakat terhadap produk industri tertentu. Jumlah sampel yang ditentukan 500 orang. Kalau pengumpulan data belum didasarkan pada 500 orang tersebut, maka penelitian dipandang belum selesai, karena belum memenuhi kuota yang ditentukan. Bila pengumpulan data dilakukan secara kelompok yang terdiri atas 5 orang, maka setiap anggota kelompok harus dapat menghubungi 100 orang anggota sampel, atau 5 orang tersebut harus mencari data dari 500 anggota sampel.

16

c. Sampling Incidental Sampling insidental adalah teknik penentuan sampel berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel. Bila dipandang orang yang kebetula itu cocok sebagai sumber data.

d. Purposive Sampling Sampling purposive adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Misalnya akan melakukan penelitian tentang kualitas makanan, maka sampel sumber datanya adalah orang yang ahli makanan. Sampel ini lebih cocok digunakan untuk penelitian kualitatif, atau penelitian yang tidak melakukan generalisasi.

e. Sampling Jenuh Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Selain itu juga dilakukan pada penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sampel.

f. Snowball Sampling Snowball sampling adalah teknik penentian sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Ibarat bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi semakin besar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang, tetapi karena dengan dua orang ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu berdasarkan rekomendasi dari dua orang sebelumnya dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak. Pada penelitian kualitatif banyak menggunakan sampel purposive dan snowball. Misalnya akan meneliti siapa provokator kerusuhan, maka akan cocok menggunakan purposive dan snowball sampling.

17

Sampel pertama

Pilihan A B C

Pilihan B D E H

Pilihan C I

Pilihan I F Pilihan D G J K

Gambar 6. Gambar Teknik Snowball Sampling 2.1.4 Menentukan Ukuran Sampel

Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Jadi bila populasi 1000 dan hasil penelitian itu akan diberlakukan untuk 1000 orang tersebut tanpa ada kesalahan, maka jumlah sampel yang diambil sama dengan jumlah populasi tersebut yaitu 1000 orang. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi. Rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah sebagai berikut.

( Keterangan: s = jumlah sampel

dengan dk = 1, taraf kesalahan 1%, 5%, 10% (dicari pada tabel chi kuadrat) N = jumlah populasi P = proporsi dalam populasi. Nilai P = 0,5 Q = 1 P = 0,5 d = derajat ketepatan. Nilai d = 0,05

18

Gambar 7. Tabel Chi Kuadrat

19

Gambar 8. Tabel Penentuan Jumlah Sampel dari Populasi Tertentu dengan Taraf Kesalahan 1%, 5% dan 10%

Dari tabel tersebut terlihat bahwa semakin besar tingkat kesalahan, maka akan semakin kecil ukuran sampel, demikian pula sebaliknya. Sebagai contoh: untuk populasi 1000, untuk taraf kesalahan 1% jumlah sampelnya = 399; untuk taraf kesalahan 5% jumlah sampelnya = 258, untuk taraf kesalahan 10% jumlah

sampelnya = 213.

20

Cara menentukan ukuran sampel seperti yang dikemukakan di atas didasarkan atas asumsi bahwa populasi berdistribusi normal. Bila sampel tidak berdistribusi normal, misalnya populasi homogen maka cara-cara tersebut tidak perlu dipakai.

2.1.5

Contoh Menentukan Ukuran Sampel

Akan dilakukan penelitian untuk mengetahui tanggapan suatu kelompok masyarakat terhadap masuknya barang-barang import yang harganya jauh lebih murah. kelompok masyarakat itu terdiri dari 1000 orang, yang dapat dikelompokkan berdasarkan jenjang pendidikan, yaitu lulusan S1 = 50 orang, Sarjana Muda = 300 orang, SMK = 500 orang, SMP = 100, SD = 50 (populasi berstrata). Bila jumlah populasi = 1000, kesalahan 5%, maka jumlah sampelnya = 258. Karena populasi berstrata, maka sampelnya juga harus berstrata. Jadi jumlah sampel untuk : S1 SM SMK SMP SD = 50/1000 x 258 = 12,90 = 300/1000 x 258 = 77,4 = 500/1000 x 258 = 129 = 100/1000 x 258 = 25,8 = 50/1000 x 258 = 12,90

Jadi, jumlah sampelnya = 12,90+77,4+129+25,8+12,90 = 258 Jumlah yang berupa pecahan bisa dibulatkan ke atas sehingga jumlah sampelnya = 13+78+129+26+13 = 259. Hal ini lebih aman daripada kurang dari 258. Gambaran jumlah populasi dan sampel dapat ditunjukkan pada gambar berikut. S1 = 50 SM = 300 SMK 500
S1 = 13 SM = 78 SMK = 129

SMP = 26

SMP = 100 SD = 50 Populasi = 1000

SD = 13

Sampel = 259

Gambar 9. Jumlah populasi dan sampel

21

2.1.6

Cara Mengambil Anggota Sampel

Pengambilan sampel secara random/acak dapat dilakukan dengan bilangan random, komputer, maupun dengan undian. Bila pengambilan dilakukan dengan undian, maka setiap anggota populasi diberi nomor terlebih dahulu, sesuai dengan jumlah anggota populasi. Karena teknik pengambilan sampel adalah random, maka setiap anggota populasi mempunyai peluang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Untuk contoh diatas peluang setiap anggota populasi = 1/1000. Dengan demikian cara pengambilannya bila nomor satu telah diambil, maka perlu dikembalikan lagi, kalau tidak dikembalikan peluangnya menjadi tidak sama lagi. Misalnya nomor pertama tidak dikembalikan lagi, maka peluang berikutnya menjadi 1: (1000-1) = 1/999. Peluang akan semakin besar bila yang telah diambil tidak dikembalikan. Bila yang telah diambil, keluar lagi, dianggap tidak sah dan dikembalikan lagi.

2.2 Populasi dan Sampel dalam Metode Penelitian Kualitatif Dalam bagian ini akan dibahas mengenai populasi dan sampel dalam penelitian kualitatif yang meliputi pembahasan mengenai pengertian populasi dan sampel dalam metode penelitian kualitatif dan teknik sampling dalam metode penelitian kualitatif. 2.2.1 Pengertian Terdapat perbedaan yang mendasar dalam pengertian anntara pengertian populasi dan sampel dalam penelitian kuantitatif dan kualitatif. Dalam penelitian kuantitatif, Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan Sampel adalah sebagian dari populasi itu. populasi itu misalnya penduduk di wilayah tertentu, jumlah pegawai pada organisasi tertentu, jumlah guru dan murid di sekolah tertentu dan sebagainya. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan social situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity) yang

22

berinteraksi secara sinergis. Ssituasi sosial tersebut dapat dirumah berikut keluarga dan aktivitasnya, atau orang-orang di sudut-sudut jalan yang sedang ngobrol, atau ditempat kerja, di kota, desa, di sekolah atau wilayah suatu negara. Situasi sosial tersebut, dapat dinyatakan sebagai obyek penelitian yang ingin difahami secara lebih mendalam apa yang terjadi di dalamnya. Pada situasi sosial atau obyek penelitian ini peneliti dapat mengamati secara mendalam aktifitas (activity) orang-orang (actors) yang ada pada tempat (place) tertentu. Situasi sosial seperti ditunjukkan pada gambar 10. Tetapi sebenarnya objek penelitian kualitatif, juga bukan semata-mata pada situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen tersebut, tetapi juga bisa berupa peristiwa alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, kendaraaan dan sejenisnya. Seorang peneliti yang mengamati secara mendalam tentang perkembanagan tumbuhtumbuhan tertentu, kinerja mesin, menelusuri rusaknya alam, adalah proses penelitian kualitatif. Place/tempat

Social situation Actor/orang Activity/ aktivitas

Gambar 10. Situasi Sosial (social situation)

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan populasi, karena penelitian kualitatif berangkat dari kasus tertentu yang ada pada situasi sosial tertentu dan hasil kajiannya tidak akan diberlakukan ke populasi, tetapi ditransferkan ke tempat lain pada situasi sosial yang memiliki kesamaan dengan situasi sosial pada kasus yang dipelajari. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujian penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori. Sampel dalam penelitian kualitatif juga disebut sebagai

23

sampel konstruktif, karena dengan sumber data dari sampel itu dapat dikonstruksikan fenomena yang semula masih belum jelas. Berdasarkan hal tersebut, maka model penmelitian kuantitatif dan kualitatif dapat digambarkan seperti gambar 11 dan 12. Pada gambar 11 terlihat bahwa, penelitian berangkat dari populasi tertentu, tetapi karena keterbatasan tenaga, dana, waktu dan pikiran, maka peneliti menggunakan sampel sebagai obyek yang dipelajari atau sebagai sumber data. Pengambilan sampel secara random. Berdasarkan data dari sampel tersebut selanjutnya digeneralisasikan ke populasi, dimana sampel tersebut diambil. Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu, yang dapat berupa lembaga pendidikan tertentu, melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu tentang situasi sosial tersebut. Penentuan sumber data pada orang yang diwawancarai dilakukan secara purposive yaitu dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Hasil penelitian tidak akan digeneralisasi ke populasi karena, pengambilan sampel tidak diambil secara random. Hasil penelitian dengan metode kualitatif hanya berlaku untuk kasus situasi sosial tersebut. Hasil penelitian tersebut dapat ditransferkan atau diterapkan kesituasi sosial (tempat lain) lain, apabila situasi sosial lain tersebut memiliki kemiripan atau kesamaan dengan situasi sosial yang diteliti. reduksi Populasi
Sampel

generalisasi

Gambar 11. Model Generalisasi Penelitian Kuantitatif. Sampel representative, hasilnya digeneralisasikan ke populasi

24

B A
Transferability

E F

C D

Gambar 12. Model generalisasi penelitian kualitatif. Sampel purposive. Hasil dari A dapat ditransferkan hanya ke B, C, D

2.2.2

Teknik Pengambilan Sampel

Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling, dan snowball sampling. Seperti telah dikemukakan bahwa, purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertenhtu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti. Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar. Hal ini dilakukan karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu tersebut belum mampu memberikan data yang lengkap, maka mencari orang lain lagi yang dapat digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar. Dengan demikian jumlah sampel sumber data akan semakin besar, seperti bola salju yang menggelinding, lama-lama menjadi besar. Lincoln dan Guba (1985) dalam Sugiyono (2009) mengemukakan bahwa Naturalistic sampling is, then, very different from conversational sampling. It is based on informational, not statistical, considerations. Its purpose is to maximize information, not to facilitate generalization. Penentuan sample dalam penelitian kulaitatif (naturalistik) sangat berbeda dengan penentuan sample dalam penelitian

25

konvensional (kuantitatif). Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif tidak didasarkan perhitungan statistik. Sampel yang dipilih berfungsi untuk

mendapatkan informasi yang maksimum, bukan untuk digeneralisasikan. Oleh karena itu, menurut Lincoln dan Guba (1985) dalam Sugiyono (2009), dalam penelitian naturalistik, spesifikasi sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya. Ciri-ciri khusus sampel purposive, yaitu: (1) Emergent sampling design/ sementara; (2) Serial Selection of sample units/ menggelinding seperti bola salju (snow ball); (3) Continuous adjustment or focusing of the sample/ disesuaikan dengan kebutuhan; (4) Selection to the point of redundancy/ dipilih sampai jenuh (Lincoln dan Guba, 1985 dalam Sugiyono, 2009). Jadi, penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung (Emergent sampling design). Caranya yaitu, peneliti memilih orang tertentu yang dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan; selanjutnya berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sample sebelumnya itu, peneliti dapat menetapkan sample lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih lengkap. Praktek seperti inilah yang disebut sebagai serial selection of sample units (Lincoln dan Guba, 1985 dalam Sugiyono, 2009), atau dalam kata-kata Bodgan dan Biklen (1982) dalam Sugiyono (2009) dinamakan snowball sampling technique. Unit sample yang dipilih makin terarah sejalan dengan makin terarahnya fokus penelitian. proses ini dinamakan Bodan dan Biklen (1982) dalam Sugiyono (2009) sebagai Continuous adjustment of focusing of the sample. Dalam proses penentuan sample seperti dijelaskan di atas, berapa besar sampel tidak dapat ditentukan sebelumnya. Seperti telah dikutip di atas, dalam sample purposive, besar sampel ditentukan oleh pertimbangan informasi. Seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985) dalam Sugiyono (2009) bahwa If the purpose is to maximize information, then sampling is terminated when no new information is forth- coming from newly sampled units; this redundancy is the primary criterion.dalam hubungan ini Nasution (1988) dalam Sugiyono (2009) menjelaskan bahwa penentuan unit sampel (responden) dianggap telah memadai apabila telah sampai kepada taraf redundancy (datanya telah jenuh, ditambah sampel lagi tidak memberikan informasi yang baru), artinya bahwa dengan

26

menggunakan sumber data selanjutnya boleh dikatakan tidak lagi diperoleh tambahan informasi baru yang berarti. Dalam proposal penelitian kualitatif, sampel sumber data yang dikemukakan masih bersifat sementara. namun demikian pembuat proposal perlu menyebutkan siapa-siapa yang kemungkinan akan digunakan sebagai sumber data. Misalnya akan meneliti gaya belajar anak jenius, maka kemungkinan sampel sumber datanya adalah orang-orang yang dianggap jenius, keluarga, guru yang membimbing, serta kawan-kawan dekatnya. selanjutnya misalnya meneliti tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka kemungkinan sampel sumber datanya

adalah pimpinan yanng bersangkutan, bawahan, atasan, dan teman sejawatnya, yang diangggap paling tahu tentang gaya kepemimpinan yang diteliti. Teknik pengambilan sampel sumber data dalam penelitian kualitatif yang bersifat purposive dan snowball itu dapat digambarkan seperti gambar 11.3 berikut. B A D C F E H J G I

Gambar 13. Proses Pengambilan Sample Sumber Data dalam Penelitian Kualitatif, Purposive dan Snowball

Berdasarkan gambar 13 tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut. Dalam proposal penelitian, peneliti telah merencanakan A sebagai orang pertama sebagai sumber data. Informan awal ini sebaiknya dipilih orang yang bisa membukakan pintu untuk memgenali keseluruhan medan secara luas (mereka yang tergolong gatekeepers/ penjaga gawang dan knowledgeable informant/ informan yang cerdas). Selanjutnya oleh A disarankan ke B dan C, Dari C dan B belum memperoleh data yang lengkap, maka peneliti ke F dan G. dari F dan G belum

27

memperoleh data yang akurat,maka peneliti pergi ke E, selanjutnya ke H, ke G, ke I dan terakhir ke J. Setelah sampai J data sudah jenuh, sehingga sampel sumber data sudah mencukupi, dan tidak perlu menambah sampel yang baru Sanafiah Faisal (1990) dalam Sugiyono (2009) dengan mengutip pendapat Spradley mengemukakan bahwa situasi sosial untuk sampel awal sangat disarankan suatu situasi sosial yang didalamnya menjadi semacam muara dari banyak domain lainnya. Selanjutnya dinyatakan bahwa sampel sebagai sumber data atau sebagai informan sebaiknya yang memenuhi kriteria sebagai berikut: Mereka yang menguasai atau memahami sesuatu melalui proses enkulturasi, sehingga sesuatu itu bukan sekedar diketahui, tetapi juga dihayatinya. Mereka yang tergolong masih sedang berkecimpung atau terlibat pada kegiatan yang tengah diteliti. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk diminta informasi Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil kemasannya sendiri. Mereka yang pada mulanya tergolong cukup asing dengan peneliti sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan semacam guru atau narasumber. Seperti telah dikemukakan bahwa penambahan sampel itu dihentikan, manakala datanya sudah jenuh. dari berbagai informan, baik yang lama maupun yang baru, tidak memberikan data baru lagi. Bila pemilihan sampel atau informan benar-benar jatuh pada subyek yanng benar-benar menguasai situasi sosial yang diteliti (obyek), maka merupakan keuntungan bagi peneliti, karena tidak memerlukan banyak sampel lagi, sehingga penelitian cepat selesai. Jadi yang menjadi kepedulian bagi peneliti kualitatif adalah tuntas dan kepastian perolehan informasi dengan keragaman variasi yang ada, bukan banyaknnya sampel sumber data

Contoh: Seorang peneliti, ingin menemukan gaya belajar anak yang berbakat di sekolah dasar, berdasarkan hal tersebut maka langkah-langkah penemuan sampel sumber data adalah sebagai berikut.

28

1. Melakukan penjelajahan umum ke SD-SD untuk mencari adakah murid berbakat. Penjelajahan dengan memilih kepala sekolah dan guru, serta dokumen sebagai sumber data awal, untuk mengetahui ada tidaknya anak berbakat pada SD yang dipimpinnya (Sampel sumber data dipilih kepala sekolah, guru, dokumen). 2. Setelah ada informasi dari kepala sekolah, guru dan dokumentasi nilai- nilai pelajaran, selanjutnya dapat diketahui jumlah anak berbakat pada setiap kelas, misalnya setiap kelas ditemukan ada dua murid yang berbakat. Dengan demikian untuk satu SD ada 12 murid yang berbakat ( 2 x 6 kelas ). Disini yang menjadi sampel sumber data dalah kepala sekolah, guru, dan dokumentasi. 3. Berdasarkan 12 murid tersebut, selanjutnya dapat diidentifikasikan nilai rapor dari berbagai pelajaran, ranking di kelas, penghargaan yang telah diperoleh, bakat spesifik yang dimiliki, latar belakang sosial dan ekonomi keluarga dan orang tua murid (sumber data murid dan dokumentasi). 4. Memulai melakukan penelitian terhadap murid-murid yang terpilih tersebut dengan sampel sumber data murid yang bersangkutan dalam berbagai aktivitasnya, guru-gurunya, orang tua dan teman-temannya.

29

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Teknik sampling terdiri atas Probability Sampling dan Non Probability Sampling. Probability Sampling meliputi Simple random sampling,

Proportionate stratified random sampling, Dispropotionate stratified random sampling, Cluster sampling (Area Smpling), Systematic Random Sampling. Non Probability Sampling meliputi Sampling sistematis, Sampling kuota, Sampling icidental, Purposive sampling, Sampling jenuh, Snowball sampling. Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi semakin kecil dan sebaliknya makin kecil jumlah sampel menjauhi populasi, maka makin besar kesalahan generalisasi. Untuk menentukan jumlah sampel, dapat dicari dengan menggunakan rumus Isaac dan Michael. Anggota sampel dapat ditentukan dengan cara random/acak, dapat dilakukan dengan bilangan random, komputer, maupun dengan undian. Bila

pengambilan dilakukan dengan undian, maka setiap anggota populasi diberi nomor terlebih dahulu, sesuai dengan jumlah anggota populasi. Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi, tetapi oleh Spradley dinamakan social situation atau situasi sosial yang terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors) dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai nara sumber, atau partisipan dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif, juga bukan disebut sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujian penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori. Sampel dalam penelitian kualitatif juga disebut sebagai sampel konstruktif, karena dengan

30

sumber data dari sampel itu dapat dikonstruksikan fenomena yang semula masih belum jelas. Dalam penelitian kualitatif, teknik sampling yang sering digunakan adalah purposive sampling, dan snowball sampling.

3.2 Saran Bagi pembaca yang ingin atau sedang melakukan penelitian, kami harapkan dapat memperhatikan populasi dan sampel sebaik mungkin karena sampel yang diambil harus merepresentasikan populasi. oleh karena itu teknik pengambilan sampel harus tepat.

31

DAFTAR PUSTAKA Agustini, Ketut. Tanpa Tahun. Statistik Inferensial, untuk Manajemen Informatika IKIP Negeri Singaraja. Elqorni, Ahmad. 2010. Populasi dan Sampel (Population and Sample). Tersedia pada http://elqorni.wordpress.com/2010/02/01/populasi-dan-sampel-

population-and-sample/ (diakses pada tanggal 8 April 2012). Endista, Amiyella. 2008. Teknik Pengambilan Sampel. Tersedia pada http://www.scribd.com/teknikpengambilansampel-100721210733-php(diakses pada tanggal 24 Maret 2012). Gunawan, Puthut. 2012. Populasi dan Sampel. Tersedia pada

http://puthutg.blogspot.com/2012/02/makalah-populasi-dan-sampel.html (diakses pada tanggal 8 April 2012). Mustafa, Hasan. Teknik Sampling. Tersedia pada

http://home.unpar.ac.id/SAMPLING gXNZLY4eava_DxYJ4gh8A (diakses pada tanggal 24 Maret 2012). Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, R&D). Bandung: Alfabeta.

You might also like