You are on page 1of 17

TUGAS 03 ERGONOMI INDUSTRI

BIOMEKANIKA

Oleh:
Rani Aulia Imran D221 06 025

Teknik Industri

Jurusan Mesin Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Makasssar 2012

Rani D22106025

[1]

1. Jelaskan pengertian occupational biomekanik! Jawab: Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktifitas kerja dapat meningkat. Dalam biomekanik ini banyak melibatkan bagian-bagian tubuh yang berkolaborasi untuk menghasilkan gerak yang akan dilakukan oleh organ tubuh yakni kolaborasi antara tulang, jaringan penghubung (Connective Tissue) dan otot. 2. Jelaskan 2 jenis model gerakan dalam biomekanika! Jawab: a. Single- segment Static Model Menggambarkan beban diterima oleh siku (elbow), yaitu gaya reaksi siku (RE) dan momen reaksi siku (ME). Single body-segment model, Two body-segment static model, Static planar model of nonparallel forces, Planar static analysis of internal forces, Multiple-link coplanar static modeling, Three-dimensional modeling of static strength. b. Two-segment Static Model Menggambarkan beban diterima oleh bahu (shoulder), yaitu gaya reaksi bahu (RE) dan momen reaksi bahu (MS). Single body-segment dynamic biomechanical model, Multiple-segment biodynamic model of load lifting, Modeling of muscle strength. 3. Sebutkan beberapa penerapan biomekanika dalam industry! Jawab: a. Desain Tempat Kerja (Workplace Design) Perancangan penataan ruang kerja (workspace) yang dibutuhkan oleh beberapa operator di perusahaan meliputi penataan/tampilan peralatan (display), alat-alat control, dan tombol-tombol (consoles) yang semua itu harus ditata sedemikian, disesuaikan dengan tempat kerja (workplace). Guna mengefisiankan display atau alat-alat control, dapat dilakukan dengan mempraktiskan (reduced) desain tombol-tombol (consoles). Hal itu seperti mengubah alat/mesin yang belum sesuai dengan operator, sehingga mesin/alat mudah dioperasionalkan. Dengan demikian, operator dapat bekerja lebih cepat dan tepat. b. Desain Penataan Peralatan Ruang Kerja (Workspace Design) Pada prinsipnya, tempat kerja (workplace) harus dapat memberikan kemudahan beberapa operator yang sedang bekerja di lingkungan pabrik, karena disana terdapat berbagai komponen mesin yang perlu dijalankan. Untuk penataan peralatan ruang kerja (workspace) pada prinsipnya memberikan jalan keluar agar terjadi keseimbangan alat-alat control dan display dengan operator yang mengoperasionalkan, sehingga mereka dapat bekerja secara efisien. Pada penyusunan beberapa alat keperluan bekerja di ruang kerja memberikan jaminan kemudahan melakukan kerja (memudahkan untuk bereaksi bekerja), meminimkan kondisi yang mengakibatkan sulit bergerak, dan meminimkan

Rani D22106025

[2]

posisi yang mengakibatkan aktifitas berulang-ulan. Jadi penataletakan semua peralatan mudah sijangkau oleh tangan, kaki dan penglihatan. 4. Jelaskan mengenai CTD! Jawab: Cumulative Trauma Disorders (CTDs) adalah sekumpulan gangguan atau kekacauan pada sistem muskuloskeletal (musculosceletal disorders) berupa cedera pada syaraf, otot, tendon, ligamen, tulang dan persendian pada titik-titik ekstrim tubuh bagian atas (tangan, pergelangan, siku dan bahu), tubuh bagian bawah (kaki, lutut dan pinggul) dan tulang belakang (punggung dan leher). Biasanya CTDs mempengaruhi bagian-bagian tubuh yang terlibat dalam pelaksanaan suatu pekerjaan. Tubuh bagian atas terutama punggung dan lengan adalah bagian yang paling rentan terhadap risiko terkena CTDs. Jenis pekerjaan seperti perakitan, pengolahan data menggunakan keyboard komputer, pengepakan makanan dan penyolderan adalah pekerjaan-pekerjaan yang mempunyai siklus pengulangan pendek dan cepat sehingga menyebabkan timbulnya CTDs. Pekerjaan-pekerjaan dan sikap kerja yang statis sangat berpotensi mempercepat timbulnya kelelahan dan nyeri pada otot-otot yang terlibat. Jika kondisi seperti ini berlangsung tiap hari dan dalam waktu yang lama bisa menimbulkan sakit permanen dan kerusakan pada otot, sendi, tendon, ligamen dan jaringan-jaringan lain. Semua gangguan akut dan kronis tersebut merupakan bentuk dari gangguan muskuloskeletal yang biasanya muncul sebagai : a. Arthritis pada sendi akibat tekanan mekanis. b. Inflamasi pada sarung pelindung tendon (tendinitis, peritendinitis) c. Inflamasi pada titik sambungan tendon. d. Gejala-gejala arthrosis (degenerasi sendi kronis) e. Kejang dan nyeri otot. f. Gangguan pada diskus intervertebral pada tulang belakang. Seringkali CTDs tidak terlihat dan sangat jarang memperlihatkan tanda awal yang nyata. CTDs terjadi di bawah permukaan kulit dan menyerang jaringan-jaringan lunak seperti otot, tendon, syaraf dan lain-lain. Oleh karenanya CTDs sering disebut juga musculoskeletal disorders (MSDs). Sikap tubuh yang dipaksakan adalah salah satu penyebab umum CTDs. Kemunculannya sering tidak disadari sampai terjadinya inflamasi, syaraf nyeri dan mengerut, atau aliran darah tersumbat. CTDs biasanya muncul dalam bentuk sindrom terowongan carpal (carpal tunnel syndrome), tendinitis, tenosinovitis dan bursitis. Selain musculoskeletal disorders (MSDs), beberapa istilah lain yang sering digunakan untuk menyebut CTDs adalah Workrelated Musculoskeletal Disorders (WMSDs), Repetitive Strain Injuries (RSI) atau Overuse Syndrome. Faktor Penyebab CTDs Secara pasti hubungan sebab dan akibat faktor penyebab timbulnya CTDs sulit untuk dijelaskan. Namun ada beberapa faktor resiko tertentu yang selalu ada dan berhubungan atau memberikan kontribusi terhadap timbulnya CTDs. Faktor-faktor resiko tersebut bisa diklasifikasikan dalam tiga kategori yaitu pekerjaan, lingkungan dan manusia/pekerja.
Rani D22106025

[3]

A. Faktor pekerjaan Beberapa faktor yang berhubungan dengan pekerjaan penyebab timbulnya CTDs adalah : a. Gerakan berulang Gerakan lengan dan tangan yang dilakukan secara berulang-ulang terutama pada saat bekerja mempunyai risiko bahaya yang tinggi terhadap timbulnya CTDs. Tingkat risiko akan bertambah jika pekerjaan dilakukan dengan tenaga besar, dalam waktu yang sangat cepat dan waktu pemulihan kurang. b. Sikap paksa tubuh Sikap tubuh yang buruk dalam bekerja baik dalam posisi duduk maupun berdiri akan meningkatkan risiko terjadinya CTDs. Posisi-posisi tubuh yang ekstrim akan meningkatkan tekanan pada otot, tendon dan syaraf. c. Manual handling Salah satu penyebab terjadinya cedera muskuloskeletal adalah pekerjaan manual handling. Manual handling adalah pekerjaan yang memerlukan penggunaan tenaga yang besar oleh manusia untuk mengangkat, mendorong, menarik, menyeret, melempar, dan membawa. d. Peralatan kerja tidak sesuai Penggunaan alat-alat yang menekan tajam ke telapak tangan dan menimbulkan iritasi pada tendon bisa menyebabkan terjadinya CTDs. Cara memegang alat atau benda dengan menekankan jari-jari ke ibu jari atau membawa benda dengan posisi pegangan pada titik yang jauh dari pusat gravitasinya juga bisa menimbulkan CTDs. B. Faktor lingkungan a. Getaran mekanis Getaran atau vibrasi adalah suatu gerakan osilatoris dalam area frekuensi infrasonik dan sebagian dalam rentang frekuensi suara yang bisa didengar manusia. Respon tubuh manusia terhadap getaran sangat bergantung pada bagian atau anggota-anggota tubuh yang terpapar. Semakin kecil bentuk anggota tubuh maka semakin cepat gerakan atau getaran yang ditimbulkan dan semakin tinggi frekuensi resonansinya. b. Mikroklimat Paparan suhu dingin maupun panas yang berlebihan dapat menurunkan kelincahan, kepekaan dan kekuatan pekerja sehingga gerakan pekerja menjadi lamban, sulit bergerak dan kekuatan otot menurun. C. Faktor manusia/pekerja a. Umur Pada umumnya keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada umur 30 tahun dan semakin meningkat pada umur 40 tahun ke atas. Hal ini disebabkan secara alamiah pada usia paruh baya kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan pada otot meningkat. b. Jenis kelamin Otot-otot wanita mempunyai ukuran yang lebih kecil dan kekuatannya hanya dua pertiga (60%) daripada otot-otot pria terutama otot lengan, punggung dan kaki. Dengan kondisi alamiah yang demikian maka wanita mempunyai tingkat
Rani D22106025

[4]

risiko terkena CTDs lebih tinggi. Perbandingan keluhan otot antara wanita dan pria adalah 3 dibanding 1. c. Ukuran tubuh / antropometri Meskipun pengaruhnya relatif kecil, berat badan, tinggi badan dan massa tubuh mempengaruhi terjadinya keluhan otot. Misalnya wanita yang gemuk mempunyai risiko keluhan otot dua kali lipat dibandingkan wanita kurus. Ukuran tubuh yang tinggi pada umumnya juga sering menderita sakit punggung. Kemudian orang-orang yang mempunyai ukuran lingkar pergelangan tangan kecil juga lebih rentan terhadap timbulnya CTDs. d. Kesehatan / kesegaran jasmani Pada umumnya keluhan otot lebih jarang ditemukan pada orang yang mempunyai cukup waktu istirahat dalam aktivitas sehari-harinya. Laporan dari NIOSH menyebutkan bahwa tingkat kesegaran tubuh yang rendah mempunyai tingkat keluhan 7,1%, tingkat kesegaran tubuh sedang 3,2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi sebesar 0,8%. 5. Bagaimana prinsip-prinsip perancangan system kerja agar mencegah terjadinya CTD! Jawab: Kunci untuk mencegah terjadinya CTD ini adalah: 1. Memastikan pekerja paham akanjob requirement dan tipe-tipe alat yang diperlukan dalam pekerjaan, sehingga mereka dapat memilih alat dengan ukuran yang sesuai 2. Memastikan pekerja paham bagaimana melakukan pekerjaan dengan posisi yang nyaman, belajar menggunakan keseluruhan tangan sebisa mungkin, menghindari melakukan tekanan yang keras tanpa bantuan alat, menjaga posisi pinggang pada posisi netral ketika bekerja 3. Memastikan pekerja melakukan posisi mengangkat yang benar. Banyak pekerja yang mengangkat beban dengan bertumpu pada tulang belakangnya 6. Hal-hal apa saja dalam kerja yang dapat menyebabkan low back pain! Jawab: Low back pain (nyeri di punggung bagian bawah) merupakan salah satu penyebab utama cidera pada tempat kerja. Hal ini terjadi jika ada ketidaksesuaian antara kebutuhan pekerjaan dengan kapabilitas operator. Bukti epidemis menunjukkan, jika kebutuhan kekuatan pada suatu pekerjaan melebihi kapabilitas operator, maka resiko akan cidera otot (musculoskeletal injury) akan meningkat tiga kali lipat. Penelitian lain menunjukkan bahwa hamper sepertiga dari masalah low back pain, melebihi beban maksimum yang diperbolehkan, untuk 75% wanita. Kegiatan aerobik juga dapat mengakibatkan low back pain, seperti kegiatan membungkuk, memanjat, dan mengangkat secara berulang kali. Factor lain yang diketahui dapat menyebabkan hal ini adalah postur pekerja ketika sedang melakukan pekerjaan. Posisi statis pada waktu yang lama, seperti membungkuk sampai di bawah lutut, dan mengulurkan lengan untuk menjangkau benda yang jauh.
Rani D22106025

[5]

7. Resiko-resiko apa saja dalam pekejaan berat yang terdapat dalam manual handling! Jawab: Terdapat beberapa tipe cidera muskuloskeletal pada pekerjaan berat yang terdapat dalam manual handling: Muscle Overexertion Injuries Ketika pekerjaan dilakukan melebihi dari kekuatan otot aktif, cidera berat dapat terjadi seperti salah urat, codera otot atau sakit pada persendian tulang. Jika pekerjaan didesain dengan tidak memperhatikan kekuatan dari pekerja (pria dan wanita) serta postur yang dimilki, maka kemungkinan besar pembebaban pekerjaan yang diberikan tidak tepat sasaran. Muscle Overuse Injuries Muscle overuse injuries merupakan suatu cidera dimana terjadi akibat akumulasi urat-urat pada otot serat timbunan asam laktat sehingga terbentuk pembengkakan pada otot dan persendian tulang. Hal ini sering kali kita jumpai apada aktivitas yang intens dan tanpa persiapan. Hal ini juga dijumpai pada saat pertama pekerja memulai pekerjaan baru dan tidak dibolehkan untuk beristirahat. Inflammatory response to a sustained or repetitive load Keadaan ini merupakan cidera seperti muscle overuse dimana akan terjadi pada kegiatan yang tidak berkala. Sementara itu, terjadi pembebanan yang berulang pada tiap-tiap otot yang bekerja ketika melakukan usaha dan pekerjaan berat. Work-Related Musculosceletal Disorders Cidera muskuloskeletal dan penyakit lainnya paling banyak terjadi pada industri yang mempunyai tingkat kronis. Hal ini terjadi akbiat adanya saraf yang terganggu, seperti rasa sakit pada pergelangan tangan, sindrom cuff rotator pada bahu serta sindrom costaclavicular pada bahu dan leher 8. Jelaskan beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mereduksi factor-faktor resiko tersebut! Jawab: Strategi mereduksi resiko dalam Material Handling Analisis Aliran Material Merupakan salah satu cara terbaik dalam mereduksi terjadinya kecelakaan dalam pemindahan material secara manual. Analisis aliran material pada beberapa perusahaan dilakukan untuk menghilangkan kegiatan operasi yang tidak memberikan nilai tambah dalam production line (SME 1998, 2000). Terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan dalam perancangan sebuah sistem pemindahan material (material handling); - Unit Load Principle; dilakukan dengan meningkatkan ukuran, jumlah, atau berat dari unit-unit beban sehingga semuanya dapat dipindahkan dengan peralatan yang lebih kuat. - Mechanization Principle; dilakukan dengan memindahkan material atau produk antara stasiun kerja secara mekanik. Beberapa metode dilakukan dengan menggunakan konveyor horizontal.
Rani D22106025

[6]

Standardization Principle; dilakukan dengan standarisasi terhadap jenis, ataupun ukuran peralatan yang digunakan. - Adaptability Principle; melaksanakan metode dan menggunakana peralatan dengan baik ketika bekerja dengan berbagai pekerjaan. Beberapa tempat kerja didesain secara dinamis sehingga sistem yang lain cukup fleksibel untuk mengakomodasi lebih dari satu jenis ukuran material, perbedaan tingkatan konveyor dan kebutuhan yang diperlukan pada ruang yang sama. Hal ini juga memungkinkan terjadinya pekerjaan maual sepanjang line production yang telah diautomatisasi sehingga ada pengawasan serta perbaikan terhadap mesin apabila terjadi kesalah sepanjang pemindahan material. - Dead Weight Principle; mereduksi rasio beban dari suatu container atau peralatan pemindah lainnnya untuk dibawa. Beban dari baki, kaleng, botol, tong, sebaiknya diminimasi sehingga memungkinkan untuk tidak ditangani oleh pekerja lain ataupun menggunakan peralatan pemindah bahan. - Gravity Principle; Menggunakan gravitasi dalam melakukan pemindahan lebih praktis. Sebagai contoh, penggunaan gravity-feed conveyor, tempat luncuran dan alat lainnya. Meluncurkan material lebih baik daripada mengangkatnya karena menggunakan gaya gravitasi dalam pemindahannya. - Automation Principle ; Menyediakan automatisasi untuk memasukkan penanganan dan fungsi penyimpanan , seperti atomatisasi penumpukan. Beberapa sistem atumatisasi dapat melakukan berbagai macam aktivitas seperti inspeksi, pengeakan, pemberian laber, kecuali pembebanan dan penurunan beban. Pelatihan Kepada Pekerja - Jenis Pelatihan Dalam beberapa tahun, telah dilakukan sebuah usaha terpadu dalam perusahaan untuk mendidik pekerja mengangkat dengan baik, khususnya untuk pekerjaan mengangkat dengan berbagai jenis material tiap shift. Untuk pekerjaan khusus dimana peralatan digunakan dan penggunaan tenaga sangat tinggi, pelatihan one-on-one kepada pekerja baru di suatu stasiun kerja akan diperlukan untuk mendapatkan keahlian sehingga dapat menghindario terjadinya cidera yang berlebihan saat bekerja. - Bimbingan untuk latihan mengangkat Ada beberapa jenis pelatihan mengangkat dan force exertion yang pada umumnya harus diketahui oleh pekerja. Pekerja dapat mengikuti petunjuk berikut : Perencanaan Pengangkat Menentukan cara terbaik dalam mengangkat Ambil pegangan/gagang yang aman dan buka kedua kaki untuk mendapatkan posisi yang stabil Gunakan kekauatn kaki untuk mengangkat objek yang berat Hindari jalan berliku ketika mengangkat Mengganti mengangkat yang berat atau pekerjaan dengan gaya yang besar dengan pekerjaan ringan Rani D22106025

[7]

Gunakan otot yang kuat pada pekerjaan berat dan saat pemindahan beban. Two-Person Handling Training Beberapa objek sangat sulit untuk dipindahkan kecual dua pekerja yang melakukannya yang dikarenakan berat, dimensi atau distribusi berat. Contohnya untuk penanganan lembaran kayu yang sangat besar, kotak dengan dua atau lebih dimensi, karung besar, pipa, dll. Pada umumnya, berat beban yang diangkat oleh dua orang akan lebih ringan dan hal ini tentunya akan mereduksi terjadinya cidera. Penanganan dengan dua orang sebaiknya tidak di pertimbangakn atas dasar ergonomis dalam menentukan pembebanan karena dengan dua pekerja hampir seluruh material dapat dipindahkan. Hal ini tentunya sangat cocok untuk memindahkan material yang sangat besar dimana material tersebut mungkin saja tidak berat tetapi mempunyai permukaan yang luas sehingga seorang pekerja saja tidak dapat menggemgam material tersebut. One-One Lifting and Force Exertion Training Salah satu cara yang umum digunakan untuk memberikan pelatihan kepada pekerja baru adalah dengan menempatkannya pada posisi yang sesuai dengan pengalamannya pada minggu pertama. Pendekatan ini cukup sukses apabila pengalaman pekerja merupakan bakat alami dan dapat mengetahui teknik tersebut lebih baik dari pada diberikan pelatihan secara manual. Training Handlers in the Use of Handling Assist Devices Terdapat banyak peralatan pendukung yang digunakan dalam memndahkan material dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja lainnya. Pada dasarnya, ketika sebuah peralatan direkomndasikan untuk membuat pemindahan material lebih ergonomic, pekerja tidak seharusnya diberikan pelatihan untuk menggunakan peralatan tersebut. Apalagi jika peralatan tersebut sudah sangat sering kita temukan dalam aktivitas sehari-hari. Beberapa peralatan tersebut dapat digunakan untuk lebih dari satu pekerjaan , sehingga mengetahui lingkungan dan keperluan pekerjaan sangat penting ketika memilih jenis peralatan yang akan digunakan. Training in The Use of Back Belts and Gloves Di bagian pergudangan, pusat barang dan dibeberapa pekerjaan pertanian, pekerja menggunakan sabuk untuk mengingatkan mereka mengangkat dengan baik.Meskipun buktinya belum jelas bahwa sabuk belakang yang fleksibel melindungi tulang belakang, beberapa perusahaan menyediakan sabuk belakang fleksibel bagi pekerjanya yang melakukan pekerjaan mengangkat secara berulang. Pekerja di gudang, bagian pengiriman dan penerimaan barang, pekerjaan pertanian dan beberapa perusahaan manufaktur menggunakan sarung tangan untukmelindungi tangan mereka. Jika ukuran atau bentuk sarung tangan tidak tepat, akan mengakibatkan penangana material akan semakin sulit karena tangan akan kehilangan kekuatan untuk menggenggam.
Rani D22106025

[8]

Selection Seleksi pekerja untuk melakukan pekerjaan berat telah ditawarkan kepada pekerja sebagai salah satu cara untuk mereduksi cidera musculoskeletal ketika bekerja. Dengan cara ini, pekerja tidak akan diberikan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kapasitas pekerja sehingga dapat meminimalisir terjadinya cidera dalam bekerja. Beberapa proses operasi sukup sulit untuk dikembangkan mengikuti konsep ergonomi dikarenakan faktor teknologi yang belum tersedia. Sementara itu, proses seleksi dapat dilakukan ketika proses staffing. Perancangan Ulang Pada Stasiun Kerja Dan Pekerjaan Perancangan ulang pada stasiun kerja ataupun pekerjaan dimaksudkan untuk mereduksi resiko terjadinya cidera dan juga rasa sakit yang diderita oleh pekerja selama proses pemindahan material. Hal ini juga memberikan pengaruh terhadap proses bisnis yang lebih fleksibel khususnya bagi para staff operation ketika ingin berlibur, saat pelatihan, ataupun pada saat sedang sakit. Berikut beberapa panduan umum yang dilakukan sehingga akan menjadikan proses pemindahan secara manual kedalam safe lifting zone: - Jaga posisi angkat di atas lutut dan di bawah bahu. Posisi terbaik dalam zona ini adalah sekitar 51 cm-114 cm dari atas lantai. - Jaga jarak beban sekitar 36 cm dari badan - Mengangkat dan menurunkan. Bukan menekan, menarik, memikul, mendorong ataupun menarikdengan rantai - Mendorong, sebagai cara lain apabila mengangkat beban tidak dimungkinkan. Hal ini dapat mereduksi erjadinya cidera pada pekerja. - Kedua tangan mengangkat pada posisi berdiri ( tidak mengangkat dengan satu tangan atau duduk atau dengan posisi berlutut) - Maksimal 8 jam per hari (untuk pekerjaan mengangkat yang berulang) - Beban padat atau beban stabil - Tempat kerja harus mencukupi luasnya untuk bergerak nyaman - Temperatur lingkungan ( 700F 100 ) - Mengangkat dengan kecepatan yang rendah atau sedang. - Lantai yang rata, tidak licin. - Mereduksi belokan dan mengurangi hal-halekstrim dalam pekerjaan mengangkat yang berulang. - Gunakan sabuk, atau alat bantu lainnya untuk - Kurangi jumlah perpindahan material, bahan-bahan, ataupun produk dalam production line serta antar stasiun kerja - Ikuti petunjuk analisis aliran material ketika melakukan pengaturan pada sebuah stasiun kerja atau pada jalur perpindahan baru.

Strategi mereduksi kerja yang beresiko CTD Gangguan trauma kumulatif jauh lebih mudah diobati pada tahap awal, jadi melihat seorang spesialis yang berkualitas di petunjuk sedikit saja masalah. Tanda-tanda peringatan dari CTD adalah: * Mati rasa dan kesemutan dari ibu jari dan tiga jari pertama. Hal ini dapat merasa seperti sengatan listrik ringan di jari.
Rani D22106025

[9]

* Perasaan canggung di tangan Anda. * Kelemahan di tangan Anda. * Nyeri naik ke siku atau bahu. * Sakit adalah lebih buruk pada malam hari. Untuk menghindari masalah CTD, konservator harus: * Memeriksa kebiasaan kerja Anda sendiri. Menonton lengan, pergelangan tangan, tangan, dan posisi jari. Hindari ekstensi (menekuk pergelangan tangan ke atas dan belakang) dan fleksi (menekuk pergelangan tangan ke arah telapak tangan) saat bekerja. Jaga pergelangan lengan bawah dan tangan dalam netral (in-line) posisi. Hati-hati mencubit dan mencengkeram tindakan. * Mendesain ulang kebiasaan kerja Anda. Pikirkan tentang apa yang Anda minta tubuh Anda lakukan. Membuat pekerjaan semudah pada frame Anda mungkin. * Ambil waktu istirahat saat melakukan tugas-tugas cepat dan berulang atau secara fisik stres. * Tugas berulang dengan waktu siklus kurang dari 30 detik lebih stres. Cobalah memodifikasi tugas untuk mengurangi tingkat pengulangan. * Bekerja dengan tangan dan lengan tinggi dapat menyebabkan sindrom outlet toraks. Bahkan 4 menit kerja ringan dapat menyebabkan upaya statis yang cukup besar yang dapat berkontribusi pada penebalan tendon dan kompresi saraf dan pembuluh darah antara leher dan bahu. * Investasi di kursi kerja yang baik yang sesuai dengan ketinggian meja kerja. Ketua harus mendukung kembali. Kaki harus rata di lantai atau pada sandaran kaki yang kokoh. * Latihan peregangan sangat baik. Peregangan meningkatkan sirkulasi darah dan melumasi tendon. * Jangan pernah meregangkan ke titik nyeri atau ketidaknyamanan. * Jika Anda mengalami masalah, tidak mulai peregangan sampai konsultasi dengan dokter yang berkualitas. * Cara terbaik untuk memperbaiki kebiasaan kerja yang buruk sebelum mewujudkan gejala. Bila menggunakan alat-alat tangan: * Pilih posisi kerja dan konfigurasi alat yang nyaman. Jauhkan tangan dan pergelangan tangan dalam posisi netral santai. Hindari fleksi dan ekstensi sendi. * Pertimbangkan untuk menggunakan alat berdasarkan desain yang ergonomis. Banyak alat-alat tangan yang dibuat dengan pegangan melengkung yang memungkinkan penggunaan normal dari alat dengan pergelangan tangan dalam posisi netral. * Membangun pegangan alat untuk memungkinkan pegangan kurang tertutup, mengurangi stres dari postur jari mencubit. Misalnya, surround menangani pensil, pena, kuas inpainting dan sejenisnya dengan busa polyethylene isolasi pipa tubular. Busa ini tersedia dari pemasok pipa dan sekitar 1/4 inci tebal. Tabung busa akan membuat diameter efektif dari alat inci 3/4. Membangun pegangan di pisau bedah dengan busa dan tape. * Bila menggunakan tangan kerja alat dengan pegangan santai.
Rani D22106025

[10]

* Gunakan peralatan yang mentransmisikan getaran minimum untuk tangan. Ketika Anda bekerja pada komputer atau mesin ketik: * Konfigurasi ruang kerja Anda sesuai dengan pedoman ergonomis. Menyesuaikan ketinggian monitor, posisi keyboard, dan ketinggian kursi untuk meminimalkan stres pada sistem muskuloskeletal Anda. Jaga pergelangan tangan dalam posisi netral, tidak drop pergelangan tangan Anda saat bekerja. Bantalan pergelangan tangan yang tersedia melalui pemasok komputer untuk mendukung pergelangan tangan Anda saat Anda mengetik. Anda juga dapat memakai penyangga pergelangan tangan. * Gunakan kursi yang berkualitas baik yang memasok dukungan yang tepat.

9. Jelaskan tentang metode RULA! Jawab: RULA adalah sebuah metode untuk menilai postur, gaya dan gerakan suatu aktivitas kerja yang berkaitan dengan penggunaan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode ini dikembangkan untuk menyelidiki resiko kelainan yang akan dialami oleh seorang pekerja dalam melakukan aktivitas kerja yang memanfaatkan anggota tubuh bagian atas (upper limb). Metode ini menggunakan diagram postur tubuh dan tiga tabel penilaian untuk memberikan evaluasi terhadap faktor resiko yang akan dialami oleh pekerja. Faktorfaktor resiko yang diselidiki dalam metode ini adalah yang telah dideskripsikan oleh McPhee sebagai faktor beban eksternal (external load factors) yang meliputi: * Jumlah gerakan * Postur kerja yang ditentukan oleh * Kerja otot statis perlengkapan dan perabotan * Gaya * Waktu kerja tanpa istirahat Untuk menilai empat faktor beban eksternal pertama yang disebutkan di atas (jumlah gerakan, kerja otot statis, gaya dan postur), RULA dikembangkan untuk : a. Menyediakan metode penyaringan populasi kerja yang cepat, untuk penjabaran kemungkinan resiko cidera dari pekerjaan yang berkaitan dengan anggota tubuh bagian atas; b. Mengenali usaha otot berkaitan dengan postur kerja, penggunaan gaya dan melakukan pekerjaan statis atau repetitif, dan halhal yang dapat menyebabkan kelelahan otot; c. Memberikan hasil yang dapat digabungkan dalam penilaian ergonomi yang lebih luas meliputi faktor-faktor epidemiologi, fisik, mental, lingkungan dan organisasional; dan biasanya digunakan untuk melengkapi persyaratan penilaian dari UK Guidelines on the prevention of work-related upper limb disorder (Panduan dalam pencegahan cidera kerja yang berkaitan dengan anggota tubuh bagian atas di neg ara Inggris). Prosedur Prosedur dalam pengembangan metode RULA meliputi tiga tahap. Tahap pertama adalah pengembangan metode untuk merekam postur kerja, tahap kedua adalah pengembangan sistem penilaian dengan skor, dan yang ketiga adalah pengembangan dari skala tingkat tindakan yang memberikan panduan pada tingkat resiko dan kebutuhan tindakan untuk mengadakan penilaian lanjut yang lebih detail. TAHAP 1 : Pengembangan metode untuk merekam postur kerja
Rani D22106025

[11]

Untuk menghasilkan sebuah metode kerja yang cepat untuk digunakan, tubuh dibagi dalam segmen-segmen yang membentuk dua kelompok atau grup yaitu grup A dan B. Grup A meliputi bagian lengan atas dan bawah, serta pergelangan tangan. Sementara grup B meliputi leher, punggung, dan kaki. Hal ini untuk memastikan bahwa seluruh postur tubuh terekam, sehingga segala kejanggalan atau batasan postur oleh kaki, punggung atau leher yang mungkin saja mempengaruhi postur anggota tubuh bagian atas dapat tercakup dalam penilaian. Grup A Lengan bagian Atas, lengan bagian bawah dan pergelangan tangan: Jangkauan gerakan untuk lengan bagian atas (upper arm) dinilai dan diberi skor berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Tichauer, Chaffin, Herberts et al, Schuldt et al, dan Harms-Ringdahl & Schuldt. Skornya sebagai berikut: * 1 untuk ekstensi 20 dan fleksi 20 * 2 untuk ekstensi lebih dari 20 atau fleksi antara 20-45; * 3 untuk fleksi antara 45-90; * 4 untuk fleksi lebih dari 90. Grup B Leher, punggung dan kaki: Jangkauan postur untuk leher (neck) didasarkan pada studi yang dilakukan oleh Chaffin dan Kilbom et al. Skor dan jangkauannya sebagai berikut * 1 untuk fleksi 0-10; * 3 untuk fleksi lebih dari 20; * 2 untuk fleksi 10-20; * 4 bila dalam posisi ekstensi. TAHAP 2 : Pengembangan sistem skor untuk pengelompokan bagian tubuh. Sebuah skor tunggal dibutuhkan dari Grup A dan B yang dapat mewakili tingkat pembebanan postur dari sistem muskuloskeletal kaitannya dengan kombinasi postur bagian tubuh. Hasil penjumlahan skor penggunaan otot (muscle) dan tenaga (force) dengan Skor Postur A menghasilkan Skor C. sedangkan penjumlahan dengan Skor Postur B menghasilkan Skor D. TAHAP 3 : Pengembangan Grand Score dan Action List Tahap ini bertujuan untuk menggabungkan Skor C dan Skor D menjadi suatu grand score tunggal yang dapat memberikan panduan terhadap prioritas penyelidikan / investigasi berikutnya. Tiap kemungkinan kombinasi Skor C dan Skor D telah diberikan peringkat, yang disebut grand score dari 1-7 berdasarkan estimasi resiko cidera yang berkaitan dengan pembebanan muskuloskeletal. Berdasarkan grand score dari Tabel C, tindakan yang akan dilakukan dapat dibedakan menjadi 4 action level berikut : * Action Level 1: Skor 1 atau 2 menunjukkan bahwa postur dapat diterima selama tidak dijaga atau berulang untuk waktu yang lama. * Action Level 2: Skor 3 atau 4 menunjukkan bahwa penyelidikan lebih jauh dibutuhkan dan mungkin saja perubahan diperlukan. * Action Level 3: Skor 5 atau 6 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan segera. * Action Level 4: Skor 7 menunjukkan bahwa penyelidikan dan perubahan dibutuhkan sesegera mungkin (mendesak). APLIKASI a. Alat untuk melakukan analisis awal yang mampu menentukan seberapa jauh risiko pekerja untuk terpengaruh oleh factor-faktor penyebab cedera, yaitu:
Rani D22106025

[2]

* Postur * Gerakan repetitive * Kontraksi otot statis * Gaya b. Menentukan prioritas pekerjaan berdasarkan faktor risiko cedera. Hal ini dilakukan dengan membandingkan nilai tugas-tugas yang berbeda yang dievaluasi menggunakan RULA. c. Menemukan tindakan yang paling efektif untuk pekerjaan yang memiliki risiko relatif tinggi. Analisis dapat menentukan kontribusi tiap faktor terhadap suatu pekerjaan secara keseluruhan dengancara melalui nilai tiap faktor risiko. d. Menemukan sejauh mana penngaruh suatu modifikasi atas pekerjaan. Perbaikan secara kuantitatif dapat diukur dengan cara membandingkan penilaian sebelum dan sesudah modifikasi diterapkan

Rani D22106025

[1]

10. Jelaskan tentang metode perhitungan RWL dan LI! Jawab: Sebuah lembaga yang menangani masalah kesehatan dan keselamatan kerja di Amerika, NIOSH (National Institute of Occupational safety and Health) melakukan analisis terhadap kekuatan manusia dalam mengangkat atau memindahkan beban, serta merekomendasikan batas maksimum beban yang masih boleh diangkat oleh pekerja yaitu Action Limit (AL) dan Maximum Permitable Limit (MPL) pada tahun 1981. Kemudian persamaan tersebut direvisi sehingga dapat mengevaluasi dan menyediakan pedoman untuk range yang lebih luas dari manual lifting. Revisi tersebut menghasilkan RWL (1991), yaitu batas beban yang dapat diangkat oleh manusia tanpa menimbulkan cedera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan secara berulang-ulang dalam durasi kerja tertentu (misal 8 jam sehari) dan dalam jangka waktu yang cukup lama. RWL didefinisikan dengan persamaan berikut: RWL = LC x HM x VM x DM x bAM x FM x CM Keterangan : RWL : Batas beban yang direkomendasikan LC : Konstanta pembebanan = 23 kg HM : Faktor pengali horizontal = 25/H H : Jarak horizontal beban (dalam cm) DM : Faktor pengali perpindahan = 0.82 + 4.5/D D : Jarak vertical antara posisi awal dan akhir beban (dalam cm) AM : Faktor pengali asimetrik = 1 (0.0032 A) A : Assimetris (dalam derajat) FM : Faktor pengali frekuensi CM : Faktor pengali kopling (handle) VM : Faktor pengali vertikal = (1-(0.003[V-75])) V : Jarak vertical dari lantai ke posisi awal beban (dalam cm) Tabel 3.1. Faktor pengali kopling Coupling Type V<75 cm Good 1.00 Fair 0.95 Poor 0.90 Horizontal Location (H): jarak telapak tangan dari titik tengah antara 2 tumit, diproyeksikan pada lantai. Vertical Location (V): jarak antara kedua tangan dengan lantai. Vertical Travel Distance (D): jarak perbedaan ketinggian vertikal antara destination dan origin dari pengangkatan. V75 cm 1.00 1.00 0.90

Lifting Frequency (F): angka rata-rata pengangkatan/ menit selama periode 15 menit Sudut asimetrik (A): sudut yang dibentuk antara garis asimetrik dan pertengahan garis sagital.

Garis Asimetrik adalah garis horizontal yang menghubungkan titik tengah garis yangmenghubungkan kedua mata kaki bagian dalam dan proyeksi titik tengah beban pada lantai.Garis Sagital adalah garis yang melalui titik tengah kedua mata kaki bagian dalam dan berada pada bidang sagital.
Rani D22106025

[2]

Bidang sagital adalah bidang yang membagi tubuh menjadi dua bagian, kanan dan kiri, saat posisi tubuh netral (tangan berada di depan tubuh dan tidak ada perputaran pada bahu dan kaki). Perancangan tempat kerja harus memperhatikan batasan-batasan ini, karena faktor jarak perpindahan dan tinggi benda kerja merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap RWL. Perhitungan RWL dilakukan pada titik origin dan destination dari proses loading. Hal ini untuk mengetahui pada titik manakah terjadi metode pengangkatan yang paling kritis. Untuk perhitungan selanjutnya, yaitu perhitungan Lifting Index (LI), akan dipilih RWL yang terendah. LI = berat beban / RWL Kondisi pengangkatan yang baik, akan memiliki LI < 1, yang menggambarkan pada suatu kondisi dan metode pengangkatan tertentu, beban yang diangkat lebih kecil dari RWL sehingga terhindar dari resiko cedera. Pada kebanyakan pekerjaan mengangkat, terdapat lebih dari satu jenis material yang akan dipindahakan atau terdapat banyak tempat tujuan untuk dipindahkan. Pada situasi seperti ini, berat yang direkomendasikan pada masing-masing pengangkat dihitung secara terpisah dan dikombinasikan untuk mendapatkan indeks frequensi independent gabungan . 11. Jelaskan bagaimana postur manual handling yang dapat meminimasi cidera! Jawab: Berikut beberapa panduan umum yang dilakukan sehingga akan menjadikan proses pemindahan secara manual kedalam safe lifting zone: - Jaga posisi angkat di atas lutut dan di bawah bahu. Posisi terbaik dalam zona ini adalah sekitar 51 cm-114 cm dari atas lantai. - Jaga jarak beban sekitar 36 cm dari badan - Mengangkat dan menurunkan. Bukan menekan, menarik, memikul, mendorong ataupun menarikdengan rantai - Mendorong, sebagai cara lain apabila mengangkat beban tidak dimungkinkan. Hal ini dapat mereduksi erjadinya cidera pada pekerja. - Kedua tangan mengangkat pada posisi berdiri ( tidak mengangkat dengan satu tangan atau duduk atau dengan posisi berlutut) - Maksimal 8 jam per hari (untuk pekerjaan mengangkat yang berulang) - Beban padat atau beban stabil - Tempat kerja harus mencukupi luasnya untuk bergerak nyaman - Temperatur lingkungan ( 700F 100 ) - Mengangkat dengan kecepatan yang rendah atau sedang. - Lantai yang rata, tidak licin. - Mereduksi belokan dan mengurangi hal-halekstrim dalam pekerjaan mengangkat yang berulang. - Gunakan sabuk, atau alat bantu lainnya untuk - Kurangi jumlah perpindahan material, bahan-bahan, ataupun produk dalam production line serta antar stasiun kerja Ikuti petunjuk analisis aliran material ketika melakukan pengaturan pada sebuah stasiun kerja atau pada jalur perpindahan baru
Rani D22106025

[2]

12. Suatu pekerjaan mengharuskan operatornya mengangkat beban sebesar 20kg, dari sebuah platform setinggi 20cm dari lantai, sejauh 40cm ke atas. Frekuensi pengangkatan diharapkan sebanyak 200 kali per jam. Jarak pusat massa beban adalah 20cm dari lumbarspine. Pada kondisi bagaimanakah pekerjaan ini dapat! Jawab: Dimana: RWL = LC x HM x VM x DM x bAM x FM x CM dan LI = berat beban / RWL RWL = LC x HM x VM x DM x bAM x FM x CM RWL =23 x 25/20 x (1-(0.003[20-75])) x 0.82 + 4.5/ 40 x 1 (0.0032x0) x 200/60 x 1 RWL =23 x 1.25 x (1-(-0.165)) x 0.82 + 0.1125 x 1 x 3.33 x 1 RWL =23 x 1.25 x 1.165 x 0.9325 x 3.33 RWL =104.01 LI = berat beban / RWL LI = 20 / 104.01 LI = 0.1923 Kondisi pengangkatan memiliki LI < 1, menggambarkan pada suatu kondisi dan metode pengangkatan tertentu, beban yang diangkat lebih kecil dari RWL sehingga terhindar dari resiko cedera. 13. Cidera apa yang biasanya terjadi pada operator pekerjaan dengan work load ringan tetapi dengan waktu kerja yang sangat panjang! Jawab: Fatique, Muscle Overuse Injuries, musculoskeletal disorders.

Rani D22106025

[3]

DAFTAR REFERENSI

http://mutiamanarisa.wordpress.com/2010/03/25/rula-rapid-upper-limb-assessment/ http://konsulhiperkes.wordpress.com/2008/12/31/cumulative-trauma-disorers-ctds/ http://cool.conservation-us.org/waac/wn/wn15/wn15-2/wn15-211.html Mediastuti, Retnari Dian. Bahan Ajar Ergonomi Industri. Santoso, Gempur. 2006. Analisis Ergonomis Kelayakan Pabrik. Prestasi Pustaka: Jakarta http://www.cs.wright.edu/~dkender/hfe307/lect4.ppt. Manual Material Handling. Wright State University

Rani D22106025

[4]

You might also like