You are on page 1of 10

MAKALAH

IMAN KEPADA MALAIKAT

OLEH: NOOR SITI HALIMAH

A. DEFINISI MALAIKAT1 Malaikat adalah alam gaib, makhluk, dan hamba Allah Subhanahu wa Ta'ala. Malaikat sama sekali tidak memiliki keistimewaan rububiyah dan uluhiyah. Allah menciptakannya dari cahaya serta memberikan ketaatan yang sempurna serta kekuatan untuk melaksanakan ketaatan itu. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, artinya : dan malaikat yang ada di sisi-Nya, mereka tidak angkuh untuk menyembah-Nya dan tidak (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya." [Al Anbiyaa: 19-20] Malaikat berjumlah banyak, dan tidak ada yang dapat menghitungnya, kecuali Allah. Dalam hadits Al Bukhari Muslim terdapat hadits dari Anas Radhiyallahu 'Anhu tentang kisah mi'raj bahwa Allah telah memperlihatkan al Baitul Ma'mur di langit kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam. Di dalamnya terdapat 70.000 malaikat yang setiap hari melakukan shalat. Siapapun yang keluar dari tempat itu, tidak kembali lagi.

B. DEFINISI IMAN KEPADA MALAIKAT2 Iman kepada malaikat adalah keyakinan yang kuat bahwa Allah memiliki malaikatmalaikat, yang diciptakan dari cahaya. Mereka, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Allah, adalah hamba-hamba Allah yang dimuliakan. Apapun yang diperintahkan kepada mereka, mereka laksanakan. Mereka bertasbih siang dan malam tanpa berhenti. Mereka melaksanakan tugas masing-masing sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah, sebagaimana disebutkan dalam riwayat-riwayat mutawatir dari nash-nash Al-Qur'an maupun As-Sunnah. Jadi, setiap gerakan di langit dan bumi, berasal dari para malaikat yang ditugasi di sana, sebagai pelaksanaan perintah Allah Azza wa Jalla. Maka, wajib mengimani secara tafshil, (terperinci), para malaikat yang namanya disebutkan oleh Allah, adapun yang belum disebutkan namanya, wajib mengimani mereka secara ijmal ('global')

C. CAKUPAN IMAN KEPADA MALAIKAT1 Iman kepada malaikat mengandung empat unsur. 1. Mengimani wujud mereka. 2. Mengimani mereka yang kita kenali nama-namanya, seperti Jibril, dan juga terhadap nama-nama malaikat yang tidak kita kenal. 3. Mengimani sifat-sifat mereka yang kita kenali, seperti sifat bentuk Jibril, sebagaimana yang pernah dilihat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam yang mempunyai 600 sayap yang menutup ufuk. Malaikat bisa saja menjelma berwujud seorang lelaki, seperti yang pernah terjadi pada malaikat Jibril tatkala Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutusnya kepada Maryam. Jibril menjelma jadi seorang yang sempurna. Demikian pula ketika Jibril datang kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, sewaktu beliau sedang duduk di tengah-tengah para sahabatnya. Jibril datang dengan bentuk seorang lelaki yang berpakaian sangat putih, berambut sangat hitam, tidak terlihat tanda-tanda perjalanannya, dan tidak seorang sahabatpun yang mengenalinya. Jibril duduk dekat Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, menyandarkan kedua lututnya ke lutut Nabi dan meletakkan kedua telapak tangannya di atas kedua pahanya. Ia bertanya kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam tentang Islam, iman, ihsan, hari kiamat, dan tanda-tandanya. Setelah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjawab seluruh pertanyaannya, Jibril pergi. Setelah tidak di situ lagi, barulah Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menjelaskan kepada para sahabatnya, "Itu adalah Jibril yang datang untuk mengajarkan agama kalian." Demikian halnya dengan para malaikat yang diutus kepada nabi Ibrahim dan Luth. Mereka menjelma bentuk menjadi lelaki.

4. Mengimani tugas-tugas yang diperintahkan Allah kepada mereka yang sudah


kita ketahui, seperti bacaan tasbih, dan menyembah Allah Subhanahu wa Ta'ala siang-malam tanpa merasa lelah. Di antara mereka ada yang mempunyai tugas-tugas tertentu misalnya a) Malaikat Jibril yang dipercayakan menyampaikan wahyu Allah kepada para nabi dan rasul.

b) Malaikat Mikail yang diserahi tugas menurunkan hujan dan tumbuhtumbuhan.

c) Malaikat Israfil yang diserahi tugas meniup sangkakala di hari kiamat


dan kebangkitan makhluk.

d) Malaikat maut yang diserahi tugas mencabut nyawa orang.


e) Malaikat yang diserahi tugas menjaga neraka. f) Para malaikat yang diserahi janin dalam rahim. Ketika sudah mencapai empat bulan di dalam kandungan, Allah Subhanahu wa Ta'ala mengutus malaikat untuk meniupkan ruh dan menyuruh untuk menulis rezekinya, ajalnya, amalnya, derita, dan bahagianya.

g) Para malaikat yang diserahi menjaga dan menulis semua perbuatan


manusia. Setiap orang dijaga oleh dua malaikat, yang satu pada sisi dari kanan dan yang satunya lagi pada sisi dari kiri. h) Para malaikat yang diserahi tugas menanyai mayit. Bila mayit sudah dimasukkan ke dalam kuburnya, maka akan datanglah dua malaikat yang bertanya kepadanya tentang Robbnya, agamanya, dan nabinya.

D. HIKMAH PENCIPTAAN MALAIKAT PENCATAT AMAL3 Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin ditanya : Apakah hikmah penciptaan malaikat pencatat amal, padahal Allah mengetahui segala sesuatu ? Seperti perkara-perkara ini kami katakan bahwa sesungguhnya kita terkadang menemukan hikmhanya dan terkadang tidak menemukannya. Sangat banyak yang tidak kita ketahui hikmahnya. Firman Allah Subhanahu wa Taala. Artinya : Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah, Ruh itu termasuk urusan Rabbku, dan tidaklah kamu diberi pengetahun melainkan sedikit [Al-Isra : 85] Sesunguhnya makhluk-makhluk ini, jika seseorang bertanya kepada kita, Apakah hikmah dari penciptaan unta oleh Allah dengan bentuk seperti ini, menjadikan kuda bentuknya seperti ini, menjadikan keledai bentuknya seperti ini, menjadikan

manusia bentuknya seperti ini dan yang semisalnya. Jika ia bertanya kepada kita tentang hikmah semua perkara ini, niscaya tidak kita ketahui. Jika ia bertanya kepada kita, apa hikmah Allah Subhanahu wa Taala menjadikan shalat dzuhur empat rakaat, ashar empat rakaat, maghrib tiga rakaat, dan shalat Isya empat rakaat serta yang semisalnya, niscaya kita tidak sanggup mengetahui hikmah semua itu. Dengan penjelasan ini, kita sadar bahwa banyak sekali fenomena-fenomena alam dan perkara-perkara syariat yang hikmahnya masih samar bagi kita. Apabila seperti itu, kita mengatakan ; sesungguhnya pencarian kita terhadap hikmah dalam beberapa hal yang diciptakan dan disyariatkan, jika Allah Subhanahu wa Taala memberikan karunia kepada kita hingga bisa sampai kepadanya, niscaya hal itu merupakan kelebihan karunia, kebaikan dan ilmu, dan jika kita tidak sampai kepadanya, maka hal itu tidak mengurangi sedikitpun (keimanan) kita. Kemudian kita kembali kepada jawaban pertanyaan, yaitu apakah hikmahnya, Allah Subhanahu wa Taala mewakilkan kepada kita malaikat pencatat amal yang mengetahui apa yang kita lakukan ? Hikmah yang demikian adalah penjelasan bahwa Allah Subhanahu wa Taala mengatur segala sesuatu, menentukan, memantapkannya dengan kuat, sehingga Allah Subhanahu wa Taala menjadikan malaikat pencatat amal perbuatan dan ucapan manusia, diwakilkan kepada mereka yang menulis apapun yang dilakukan manusia. Padahal Allah Mengetahui perbuatan mereka sebelum mereka melakukan. Tetapi semua ini merupakan penjelasan kesempurnaan perhatian dan pemeliharaan Allah Subhanahu wa Taala terhadap manusia. Dan sesungguhnya alam ini diatur sebaik-baiknya, dikokohkan sekokoh-kokohnya. Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.

E. MALAIKAT PUN BERSUJUD (KESYIRIKAN MENYANGKUT MALAIKAT)4 Bab ini menjelaskan bukti lain yang menunjukkan kebhatilan syirik dan hanya Allah yang berhak dengan segala macam ibadah. Karena apabila para malaikat, sebagai makhluk yang sangat perkasa dan paling kuat, bersimpuh sujud di hadapan Allah yang Maha tinggi dan Maha besar ketika mendengar firmanNya, maka tidak ada yang berhak dengan ibadah, puja dan puji, sanjungan dan pengagungan kecuali Allah. Firman Allah Subhanahu wataala :

][ Sehingga apabila telah dihilangkan rasa takut dari hati mereka (malaikat), mereka berkata : apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu ?, mereka menjawab : perkataan yang benar, dan Dialah yang maha tinggi lagi maha besar (QS. Saba, 23). Firman Allah ini menunjukkan bahwa Kalamullah bukanlah makhluk (ciptaan), karena mereka berkata Apakah yang telah difirmankan oleh Tuhanmu?, menunjukkan pula bahwa Allah Maha Tinggi di atas seluruh makhlukNya, dan Maha Besar yang kebesaranNya tidak dapat dijangkau oleh pikiran mereka. Diriwayatkan dalam kitab shohehnya Imam Bukhori, dari Abu Hurairah

Radhiallahuanhu bahwa Rasulullah Shallallahualaihi wasallam bersabda : " [ ] ." : Apabila Allah menetapkan suatu perintah diatas langit, para malaikat mengibas-ngibaskan sayapnya, karena patuh akan firmanNya, seolah-olah firman yang didengarnya itu bagaikan gemerincing rantai besi (yang ditarik) di atas batu rata, hal ini memekakkan mereka (sehingga jatuh pingsan karena ketakutan), sehingga apabila telah dihilangkan rasa takut dari hati-hati mereka, mereka berkata : apakah yang telah difirmankan oleh tuhanmu ? mereka menjawab : (perkataan) yang benar, dan Dialah yang maha tinggi lagi maha besar, ketika itulah (syetan-syetan) pencuri berita mendengarnya, pencuri berita itu sebagian diatas sebagian yang lain - Sufyan bin Uyainah (penyadap berita) mendengar berita itu,
([2])

menggambarkan dengan telapak kepada yang ada

tangannya, dengan direnggangkan dan dibuka jari jemarinya - ketika mereka disampaikanlah dibawahnya, dan seterusnya, sampai ke tukang sihir dan tukang ramal, tapi kadangkadang syetan pencuri berita itu terkena syihab (meteor) sebelum sempat menyampaikan berita itu, dan kadang-kadang sudah sempat menyampaikan berita sebelum terkena syihab, kemudian dengan satu kalimat yang didengarnya itulah tukang sihir dan tukang ramal itu melakukan seratus macam kebohongan, mereka mendatangi tukang sihir dan tukang ramal seraya berkata : bukankah ia telah memberi tahu kita bahwa pada hari anu akan terjadi anu (dan itu terjadi benar), sehingga ia dipercayai dengan sebab kalimat yang didengarnya dari langit. AnNawwas bin Saman Radhiallahuanhu menuturkan bahwa Rasulullah, bersabda :

U " : : : ." Apabila Allah Subhanahu wataala hendak mewahyukan perintahnya, maka Dia firmankan wahyu tersebut, dan langit-langit bergetar dengan kerasnya karena takut kepada Allah, dan ketika para malaikat mendengar firman tersebut mereka pingsan dan bersujud, dan diantara mereka yang pertama kali bangun adalah Jibril, maka Allah sampaikan wahyu yang Ia kehendakiNya kepadanya, kemudian Jibril melewati para malaikat, setiap ia melewati langit maka para penghuninya bertanya kepadanya : apa yang telah Allah firmankan kepadamu ?, Jibril menjawab : Dia firmankan yang benar, dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar, dan seluruh malaikat yang ia lewati bertanya kepadanya seperti pertanyaan pertama, demikianlah sehingga Jibril menyampaikan wahyu tersebut sesuai dengan yang telah diperintahkan oleh Allah Subhanahu wataala kepadanya. Hadist tersebut menerangkan keadaan para malaikat, yang mana mereka adalah makhluk Allah yang paling kuat dan amat perkasa yang disembah oleh orang-orang musyrik. Apabila demikian keadaan meraka dan rasa takut mereka kepada Allah ketika Allah berfirman, maka apakah pantas mereka dijadikan sesembahan selain Allah ? tentu tidak pantas, dan makhluk selain mereka lebih tidak pantas lagi. Kandungan: 1. Ayat tersebut mengandung berkaitan argumentasi dengan yang memperkuat sholeh, dan kebatilan ayat itu syirik, juga

khususnya

yang

orang-orang

memutuskan akar-akar pohon syirik yang ada dalam hati seseorang. 2. Penjelasan tentang firman Allah : mereka menjawab : (perkataan) yang benar dan Dialah yang Maha Tinggi lagi Maha Besar. 3. Menerangkan tentang sebab pertanyaan para malaikat tentang wahyu yang difirmankan Allah. 4. Jibril kemudian menjawab pertanyaan mereka dengan perkataan : Dia firmankan yang benar 5. Menyebutkan bahwa malaikat yang pertama kali mengangkat kepalanya adalah Jibril. 6. Jibril memberikan jawaban tersebut kepada seluruh karena mereka bertanya kepadanya. malaikat penghuni langit,

7. Para malaikat penghuni langit jatuh pingsan ketika mendengar firman Allah. 8. Langitpun bergetar keras ketika mendengar firman Allah itu. 9. Jibril adalah malaikat yang menyampaikan wahyu itu ke tujuan yang telah diperintahkan Allah kepadanya. 10. Hadits di atas menyebutkan tentang adanya syetan-syetan yang mencuri berita wahyu. 11. Cara mereka mencuri berita, sebagian mereka naik di atas sebagian yang lain. 12. Peluncuran syihab (meteor) untuk menembak jatuh syetan-syetan pencuri berita. 13. Adakalanya syetan pencuri berita itu terkena syihab sebelum sempat menyampaikan berita yang didengarnya, dan adakalanya sudah sempat menyampaikan berita ke telinga manusia yang menjadi abdinya sebelum terkena syihab. 14. Adakalanya ramalan tukang ramal itu benar. 15. Dengan berita yang diterimanya ia melakukan seratus macam kebohongan. 16. Kebohongannya tidak akan dipercaya kecuali karena adanya berita dari langit (melalui syetan penyadap berita). 17. Kecenderungan manusia untuk menerima suatu kebatilan, bagaimana mereka bisa bersandar hanya kepada satu kebenaran saja yang diucapkan oleh tukang ramal, tanpa memperhitungkan atau mempertimbangkan seratus kebohongan yang disampaikannya. 18. Satu kebenaran tersebut beredar luas dari mulut ke mulut dan diingatnya, lalu dijadikan sebagai bukti bahwa apa yang dikatakan oleh tukang ramal itu benar. 19. Menetapkan sifat-sifat Allah (seperti yang terkandung dalam hadits diatas), berbeda dengan faham Asyariyah yang mengingkarinya. 20. Penjelasan bahwa bergetarnya langit dan pingsanya para malaikat itu disebabkan karena rasa takut mereka kepada Allah. 21. Para malaikat pun bersimpuh sujud kepada Allah.

([2])

Sufyan bin Uyainah bin Maimun Al Hilali, salah seorang periwayat hadits ini.

F. BUAH IMAN KEPADA MALAIKAT1

1. Mengetahui keagungan Allah, kekuatan-Nya, dan kekuasaan-Nya. Kebesaran


makhluk pada hakikatnya adalah dari keagungan sang Pencipta.

2. Syukur kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala atas perhatian-Nya terhadap


manusia sehingga menugasi malaikat untuk memelihara, mencatat amalamal dan berbagai kemashlahatannya yang lain. 3. Cinta kepada para malaikat karena ibadah yang mereka lakukan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala. Ada orang yang tersesat mengingkari keberadaan malaikat. Mereka

mengatakan bahwa malaikat ibarat "kekuatan kebaikan" yang tersimpan pada makhluk-makhluk. Ini berarti tidak mempercayai Kitabullah, sunnah RasulNya, dan ijma' (konsensus) umat Islam. Allah berfirman. "Artinya : Segala puji bagi Allah Pencipta langit dan bumi, Yang menjadikan malaikat sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga, dan empat. Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu." [Faathir:1] "Artinya : Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orangorang yang kafir seraya memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): "Rasakanlah olehmu siksa neraka yang membakar," (tentulah kamu akan merasa ngeri)." [Al Anfaal:50] "Artinya : Alangkah dasyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim (berada) dalam tekanan-tekanan sakratul maut, sedangkan para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata): "Keluarlah nyawamu" [Al An'am :93] "Artinya : Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata: "Apakah yang telah difirmankan oleh Robbmu?" Mereka menjawab: "(Perkataan) yang benar," dan Dia-lah Yang Maha Tinggi lagi Maha Benar." [Saba':23] "Artinya : Malaikat-malaikat masuk ke tempat-tempat mereka dari semua pintu (sambil mengucapkan): "Salamun 'alaikum bima shabartum (salam

sejahtera kepadamu dengan kesabaranmu)." Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu." [Ar Ra'd: 23-24] Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda. "Artinya : Apabila Allah mencintai seorang hamba-Nya, Ia memberi tahu Jibril bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala mencintai Fulan, dan menyuruh Jibril untuk mencintainya, maka Jibrilpun mencintainya. Jibril lalu memberi tahu penghuni langit bahwa Allah Subhanahu wa Ta'ala mencintai Fulan dan menyuruh mereka juga untuk mencintainya, maka penghuni langitpun mencintainya. Kemudian ia diterima di atas bumi." [Al Bukhari] Diriwayatkan oleh Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda. "Artinya : Di setiap hari Jum'at pada setiap pintu masjid para malaikat mencatat satu demi satu orang yang datang. Bila imam sudah duduk (di atas mimbar) mereka menutup buku-bukunya dan datang untuk mendengarkan dzikir (khutbah)." Dari nash-nash ini tampak jelas bahwa para malaikat itu benar-benar ada, bukan kekuatan maknawi yang terdapat dalam diri manusia seperti yang disangka orang-orang sesat. Nash-nash tersebut telah disepakati umat Islam.

Sumber-sumber:
Disalin dari kitab Syarhu Ushulil Iman, Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin. Edisi Indonesia: Prinsip-Prinsip Dasar Keimanan. Penerjemah: Ali Makhtum Assalamy. Penerbit: KSA Foreigners Guidance Center In Gassim Zone, halaman:33-37, http://almanhaj.or.id/index.php?action=more&article_id=978&bagian=0
1 2

Ar-Raudhah An-Nadiyah , hal. 16 dan Al-Aqidah At-Thahawiyyah , hal. 350)

[Fatawa Al-Aqidah, Syaikh Ibnu Utsaimin hal. 347-348]

[Disalin dari kitab Al-Fatawa Asy-Syariyyah Fi Al-Masail Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama Al-Balad Al-Haram, edisi Indonesia Fatwa-Fatwa Terkini-3, Penyusun Khalid Al-Juraisy, Penerjemah Amir Hamzah, Penerbit Darul Haq]
4

Ebook Disalin dari kitab TAUHID oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At Tamimi

You might also like