You are on page 1of 8

Anatomi dan Fisiologi Sistem Lakrimalis

Apparatus Lakrimalis
Sistem lakrimalis mencakup struktur-struktur yang terlibat dalam produksi dan drainase
air mata, apparatus lakrimalis terdiri dari 2 bagian (Vaughan, 2004):
1) Komponen sekresi, yang terdiri atas kelenjar yang menghasilkan berbagai unsur
pembentuk cairan air mata, yang disebarkan di atas permukaan mata oleh kedipan mata.
2) Komponen ekskresi, yang mengalirkan sekret ke dalam hidung, terdiri dari kanalikuli,
sakus lakrimalis, dan duktus nasolakrimalis.

Gambar 1: Apparatus Lakrimalis (Sumber: Netter’s Atlas of Human Anatomy)


Gambar 2: Apparatus Lakrimalis (Sumber: Netter’s Atlas of Human Anatomy)

Sistem Sekresi Air Mata


1. Kelenjar Lakrimalis
Volume terbesar air mata dihasilkan oleh kelenjar lakrimal yang terletak di fossa glandulae
lakrimalis di kuadran temporal atas orbita. Duktus kelenjar ini mempunyai panjang berkisar 6-12
mm, berjalan pendek menyamping di bawah konjungtiva (Vaughan, 2004).
Kelenjar yang berbentuk kenari ini dibagi oleh kornu lateral aponeurosis levator menjadi
(Khurana AK, et al, 2007):
a) Lobus orbita yang berbentuk kenari dan lebih besar, terletak di dalam fossa glandulae
lakrimalis di segmen temporal atas anterior orbita yang dipisahkan dari bagian palpebra
oleh kornu lateralis muskulus levator palpebrae. Untuk mencapai bagian kelenjar ini
dengan pembedahan, harus diiris kulit, muskulus orbikularis okuli, dan septum orbita.
b) Lobus palpebra yang lebih muara ke forniks temporal superior. Bagian palpebra yang lebih
kecil terletak tepat di atas segmen temporal forniks konjungtiva superior. Duktus
sekretorius lakrimal, yang bermuara pada sekitar 10 lubang kecil, yang menghubungkan
bagian orbita dan bagian palpebra kelenjar lakrimal dengan forniks konjungtiva superior.
Pengangkatan bagian palpebra kelenjar akan memutus semua saluran penghubung dan
mencegah seluruh kelenjar bersekresi. Lobus palpebra kadang-kadang dapat dilihat
dengan membalikkan palpebra superior.
Persarafan kelenjar-utama datang dari nucleus lakrimalis di pons melalui nervus
intermedius dan menempuh suatu jaras rumit cabang maxillaris nervus trigeminus. Denervasi
adalah konsekuensi yang sering terjadi pada neuroma akustik dan tumor-tumor lain di sudut
cerebellopontin (Khurana AK, et al, 2007).

2. Kelenjar Lakrimal Aksesorius


Meskipun hanya sepersepuluh dari massa kelenjar utama, kelenjar lakrimal aksesorius
mempunyai peranan penting. Struktur kelenjar Krause dan Wolfring identik dengan kelenjar
utama, tetapi tidak memiliki ductulus. Kelenjar - kelenjar ini terletak di dalam konjungtiva, ter-
utama di forniks superior Sel-sel goblet uniseluler, yang juga tersebar di konjungtiva, mensekresi
glikoprotein dalam bentuk musin. Modifikasi kelenjar sebasea Meibom dan Zeis di tepian
palpebra memberi lipid pada air mata. Kelenjar Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang
juga ikut membentuk film air mata (Khurana AK, et al, 2007).
Sekresi kelenjar lakrimal dipicu oleh emosi atau iritasi fisik dan menyebabkan air mata
mengalir berlimpah melewati tepian palpebra (epifora). Kelenjar lakrimal aksesorius dikenal
sebagai “pensekresi dasar". Sekret yang dihasilkan normalnya cukup untuk memelihara
kesehatan kornea. Hilangnya sel goblet berakibat mengeringnya kornea meskipun banyak air
mata dari kelenjar lakrimal (Vaughan, 2004).

Sistem Ekskresi Air Mata


Sistem ekskresi terdiri atas punctum, kanalikuli, sakus lakrimalis, dan duktus
nasolakrimalis (Vaughan, 2004).
1. Punctum Lakrimalis
Ukuran punctum lakrimalis dengan diameter 0,3 mm terletak di sebelah medial bagian
superior dan inferior dari kelopak mata. Punctum relatif avaskular dari jaringan
sekitarnya, selain itu warna pucat dari punctum ini sangat membantu jika ditemukan
adanya sumbatan. Punctum lakrimalis biasanya tidak terlihat kecuali jika kelopak mata
dibalik sedikit. Jarak superior dan inferior punctum 0,5 mm, sedangkan jarak masing-
masing ke kantus medial kira-kira 6,5 mm dan 6,0 mm. Air mata dari kantus medial
masuk ke punctum lalu masuk ke canalis lakrimalis.
2. Kanalikuli Lakrimalis
Lacrimal ducts (lacrimal canals), berawal pada orifisium yang sangat kecil, bernama
puncta lacrimalia, pada puncak papilla lacrimales, terlihat pada tepi ekstremitas lateral
lakrimalis. Duktus superior, yang lebih kecil dan lebih pendek, awalnya berjalan naik,
dan kemudian berbelok dengan sudut yang tajam, dan berjalan ke arah medial dan ke
bawah menuju lacrimal sac. Duktus inferior awalnya berjalan turun, dan kemudian
hampir horizontal menuju lacrimal sac. Pada sudutnya, duktus mengalami dilatasi dan
disebut ampulla. Pada setiap lacrimal papilla serat otot tersusun melingkar dan
membentuk sejenis sfingter.
3. Sakus Lakrimalis (Kantung Lakrimal)
Merupakan ujung bagian atas yang dilatasi dari duktus nasolakrimal, dan terletak dalam
cekungan (groove) dalam yang dibentuk oleh tulang lakrimal dan prosesus frontalis
maksila. Bentuk sakus lakrimalis oval dan ukuran panjangnya sekitar 12-15 mm; bagian
ujungnya membulat, bagian bawahnya berlanjut menjadi duktus nasolakrimal.
4. Duktus Naso Lakrimalis
Kanal membranosa, panjangnya sekitar 18 mm, yang memanjang dari bagian bawah
lacrimal sac menuju meatus inferior hidung, dimana saluran ini berakhir dengan suatu
orifisium, dengan katup yang tidak sempurna, plica lakrimalis (Hasneri), dibentuk oleh
lipatan membran mukosa. Duktus nasolakrimal terdapat pada kanal osseus, yang
terbentuk dari maksila, tulang lakrimal, dan konka nasal inferior.
Setiap kali berkedip, palpebra menutup seperti ritsleting, mulai dari lateral,
menyebarkan air mata secara merata di atas kornea, dan menyalurkannya ke dalam sistem
ekskresi pada aspek medial palpebra. Pada kondisi normal, air mata dihasilkan dengan kecepatan
yang kira-kira sesuai dengan kecepatan penguapannya. Dengan demikian, hanya sedikit yang
sampai ke sistem ekskresi. Bila sudah memenuhi sakus konjungtivalis, air mata akan
memasuki puncta sebagian karena sedotan kapiler. Dengan menutup mata, bagian khusus
orbicularis pratarsal yang mengelilingi ampula akan mengencang untuk mencegahnya keluar.
Bersamaan dengan itu, palpebra ditarik ke arah crista lakrimalis posterior, dan traksi fascia yang
mengelilingi sakus lakrimalis berakibat memendeknya kanalikulus dan menimbulkan tekanan
negatif di dalam sakus. Kerja pompa dinamik ini menarik air mata ke dalarn sakus, vang kemudian
berjalan melalui duktus nasolakrimalis karena pengaruh gaya berat dan elastisitas jaringan, ke
dalam meatus inferior hidung. Lipatan-lipatan serupa katup milik epitel pelapis sakus cenderung
menghambat aliran balik udara dan air mata. Yang paling berkembang di antara lipatan ini adalah
“katup” Hasner di ujung distal duktus nasolakrimalis. Struktur ini penting karena bila tidak
berlubang pada bayi, menjadi penyebab obstruksi kongenital dan dakriosistitis menahun (Vaughan,
2004).

Gambar 3: Anatomi Sistem Drainase Lakrimal (Sumber: Kanski Clinical Ophthalmology)


Gambar 4: Fisiologi Sistem Drainase Lakrimal (Sumber: Kanski Clinical Ophthalmology)

Air Mata
Air mata membentuk lapisan tipis setebal 7-10 um Yang menutupi epitel kornea dan
konjungtiva. Fungsi lapisan ultra-tipis ini adalah (Vaughan, 2004):
1) Membuat kornea menjadi permukaan optik yang licin dengan meniadakan ketidakter-
aturan minimal di permukaan epitel
2) Membasahi dan melindungi permukaan epitel kornea dan konjungtiva yang lembut
3) Menghambat pertumbuhan mikroorganisme dengan pembilasan mekanik dan efek
antimikroba
4) Menyediakan kornea berbagai substansi nutrien yang diperlukan.

Lapisan-Lapisan Film Air Mata


Film air mata terdiri atas tiga lapisan (Vaughan, 2004):
1. Lapisan superfisial adalah film lipid monomolekular yang berasal dari kelenjar meibom.
Diduga lapisan ini menghambat penguapan dan tnembentuk sawar kedap-air saat palpebra
ditutup.
2. Lapisan akueosa tengah yang dihasilkan oleh kelenjar lakrimal mayor clan minor;
mengandung substansi larut-air (garam dan protein).
3. Lapisan musinosa dalam terdiri atas glikoprotein dan melapisi sel-sel epitel kornea dan
konjungtiva. Membran sel epitel terdiri atas lipoprotein dan karenanya relatif hidrofobik.
Permukaan yang demikian tidak dapat dibasahi dengan larutan berair saja. Musin diadsorpsi
sebagian pada membran sel epitel kornea dan oleh mikrovili ditambatkan pada sel-sel epitel
permukaan. Ini menghasilkan permukaan hidrofilik baru bagi lapisan akuosa untuk menyebar
secara merata ke bagian yang dibasahinya dengan cara menurunkan tegangan permukaan.

Gambar 5: Tiga Lapisan Film Air Mata yang Melapisi Lapisan Epitel Superfisial di Kornea
(Sumber: Vaughan’s General Ophthalmology)
Komposisi Air Mata
Volume air mata normal diperkirakan 7 ± 2 µL di setiap mata. Albumin mencakup 60%
dari protein total air rnata; sisanya globulin dan lisozim yang berjumlah sama banyak. Terdapat
imunoglohulin IgA, IgG, dan IgE. Yang paling banyak adalah IgA, yang berbeda dari IgA serum
karena bukan berasal dari transudat serum saja; IgA juga di produksi sel-sel plasma di dalam
kelenjar lakrimal. Pada keadaan alergi tertentu, seperti konjungtivitis vernal, kosentrasi IgE
dalam cairan air mata meningkat. Lisozim air mata menvusun 21-25% protein total, bekerja secara
sinergis dengan gamma globulin dan faktor anti bakteri non-lisozim lain, membentuk mekanisme
pertahanan penting terhadap infeksi. Enzim air mata lain juga bisa berperan dalam diagnosis
berbagai kondisi klinis tertentu, misalnya, hexoseaminidase untuk diagnosis penyakit Tay-Sachs
(Vaughan, 2004).
K+, Na+, dan CI- terdapat dalam kadar yang lebih tinggi di air mata daripada di plasma. Air
mata juga mengandung sedikit glukosa (5 mg/dL) dan urea (0,04mg/dL). Perubahan kadar dalam
darah sebanding dengan perubahan kadar glukosa dan urea dalam air mata. pH rata-rata air mata
adalah 7,35, meskipun ada variasi normal yang besar (5,20-8,35). Dalam keadaan normal, air
mata bersifat isotonik. Osmolalitas film air mata bervariasi dari 295 sampai 309 mosm/L
(Vaughan, 2004).

You might also like