Ancaman utama bagi wanita yang menjalani sectio caesarea berasal dari tindakan anastesi, sepsis puerperalis, tromboemboli, perdarahan postpartum karena atonia uteri dan infeksi pada luka (Bobak, 2004). Menurut Boyle (2005) hal-hal yang dapat mengurangi resiko infeksi adalah pendidikan, penghilang nyeri, gizi yang cukup, perawatan luka yang baik, mengidentifikasi infeksi, mengoptimalkan kemungkinan rawat inap di rumah sakit, mengurangi stres dan meningkatkan harga diri. 1. Sepsis puerperalis Sepsis puerperalis adalah infeksi pada traktus genetilia yang dapat terjadi setiap saat antara awitan pecah ketuban (ruptur membran) atau persalinan dan 42 hari setelah persalinan atau abortus dimana terdapat dua atau lebih dari hal-hal berikut ini: a. nyeri pelvik, nyeri tekan uterus b. lochea abnormal dan berbau busuk c. demam 38,5oC d. pada laserasi/luka episiotomi terasa nyeri, bengkak, mengeluarkan cairan nanah e. keterlambatan dalam kecepatan penurunan ukuran uterus. 2. Tromboplebitis a. rasa sakit hingga ke dada, yang bisa merupakan indikasi gumpalan darah pada paru - paru (jangan dikacaukan dengan rasa nyeri dada yang biasanya akibat mengejan terlalu kuat) b. rasa sakit di tempat tertentu, lemah dan hangat di betis atau paha dengan atau tanpa adanya tanda merah, bengkak dan nyeri ketika menggerakkan kaki, yang bisa merupakan tanda gumpalan darah pada saluran darah di kaki. 3. Perdarahan karena atonia uteri a. Rahim yang rileks dan tidak berkontraksi setelah melahirkan. Perdarahan post partum yaitu kondisi kehilangan darah lebih dari 500 ml setelah plasenta dikeluarkan, dengan tanda: 1) keluarnya darah yang sangat banyak dan tidak terkontrol setelah bayi dilahirkan 2) tekanan darah menurun 3) peningkatan denyut jantung 4) rasa nyeri 5) nyeri punggung b. Infeksi pada luka operasi 1) luka yang basah (terdapat rembesan darah atau pus/nanah) 2) nyeri tekan, merah, bengkak, dengan atau tanpa demam. B. Jadwal Kontrol Pelayanan kesehatan ibu nifas oleh bidan dan dokter dilaksanakan minimal 3 kali yaitu: a. Pertama (6 jam- 3 hari setelah melahirkan) 1) Untuk mengetahui adanya tanda – tanda bahaya pada ibu dan bayi baru lahir, memberikan perawatan darurat dan merujuk bila diperlukan. 2) Untuk mengenal dan mengatasi masalah menyusui (puling sakit dan infeksi, payudara bengkak, air susu tidak banyak). 3) Untuk mengidentifikasi yang mengalami komplikasi. 4) Untuk mempromosikan imunisasi ( BCG, POLIO, and Hepatitis B) b. Kedua (hari ke 4 - 28 hari setelah melahirkan) 1) Untuk mengenal masalah ibu dan bayi baru lahir, memberikan perawatan darurat, dan merujuk apabila diperlukan 2) Untuk mengenal dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan menyusui (puting sakit atau infeksi, mastitis, produksi ASI tidak cukup) 3) Untuk mendiskusikan metode keluarga berencana (KB), termasuk metode amenorrhea kareana laktasi (lactational amenorrhea method/LAM) c. Ketiga (hari ke 29 - 42 hari setelah melahirkan) 1) Untuk mengkonfirmasi proses involusi ibu 2) Untuk mengenal dan mengatasi masalah menyusui (puting sakit atau infeksi, mastitis, produksi ASI tidak cukup, dan kenaikan berat badan bayi tidak bagus) 3) Untuk memulai metode KB 4) Untuk mempromosikan kunjugan bayi ke posyandu