You are on page 1of 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sesuai dengan proses tumbuh kembang, pemantauan perlu dilakukan sejak awal yaitu
sewaktu dalam kandungan sampai dewasa degan pemantaauan yang baik akan dapat
dideteksi adanya penyimpangan secara dini sehingga tindakan koreksi yang dilakukan akan
mendapatkan hasil yang lebih memuaskan dengan kata lain jika penyimpangan terjadi di usia
dini dan di deteksi sedini mungkin, maka tindakan koreksi akan memberikan hasil yang
memuaskan, sedangkan bila penyimpangan terjadi pada usia dini tetapi baru dideteksi pada
usia yang lebih lanjut, hasil koreksi akan kurang memuaskan.

Upaya untuk membantu tumbuh kembang secara optimal dengan cara deteksi adanya
penyimpangan dan intervensi dini perlu dilaksanaka oleh semua pihak sejak mulai dari
tingkat keluarga, petugas kesehatan mulai dari kadar kesehatan sampai dokter spesialis,dan
disemua tingkat pelayanan kesehatan mulai dari tingkat dasar sampai pelayanan yang lebih
spesialistis. Dengan adanya program deteksi dan intervensi dini terhadap penyimpangan
tumbuh kembang yang dilaksanakan dimasyarakat melalui program posyandu. Oleh karena
itu, saya tertarik untuk membahas tentang deteksi dini tumbuh kembang anak.

1.2 Tujuan

Tujuan Umum

 Untuk mengetahui skrining perkembangan anak.

Tujuan Khusus
a) Mengetahui pengertian dari DDTK.
b) Mengetahui pengertian KPSP.
c) Mengetahui tata cara skrining perkembangan anak dengan KPSP.
d) Mengetahui hasil dari skrining.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Teori


Deteksi dini tumbuh kembang anak / balita adalah kegiatan atau pemeriksaan untuk
menemukan secara dini adanya penyimpangan tumbuh kembang pada balita dan anak pra
sekolah. Tumbuh kembang anak sangat dipengaruhi oleh faktor perawatan dan pengasuhan
anak yang baik. Perawatan mengacu kepada pemberian nutrisi yang baik, sementara
pengasuhan mengacu kepada tersedianya lingkungan yang kondusif secara psikologis bagi
anak. Pola pengasuhan anak yang baik dapat berfungsi sebagai stimulasi yang akan memacu
optimalisasi perkembangan seorang anak. Perkembangan seorang anak meliputi 4 aspek
perkembangan yaitu; 1) perkembangan psikomotorik, 2) perkembangan kognitif, 3)
perkembangan sosial emosi, dan 4) perkembangan bahasa. Meskipun demikian tinjauan
pustaka kali ini hanya dibatasi pada 3 aspek perkembangan sebagai berikut; perkembangan
psikomotorik, perkembangan kognitif, dan perkembangan bahasa.
1) Perkembangan Kognitif

Proses kognisi adalah sebuah proses mental yang mengacu kepada proses mengetahui
sesuatu. Istilah kognitif sendiri dapat diartikan sebagai kemampuan untuk mengerti sesuatu.
Mengerti menunjukkan kemampu-an untuk menangkap sifat, arti, atau keterangan mengenai
sesuatu serta mempunyai gambaran yang jelas terhadap hal tersebut. Perkembangan kognitif
sendiri mengacu kepada kemampuan yang dimiliki seorang anak untuk memahami sesuatu.
Menurut Berk (2005) perkembangan kognitif adalah kapasitas intelektual yang dimiliki oleh
seorang anak dan bagaimana kapasitas ter-sebut berkembang sampai mereka dewasa kelak.

Para ahli psikologi sepakat bahwa perkembangan kognitif seorang anak paling tidak
dipengaruhi oleh 3 faktor. Faktor yang pertama adalah faktor hereditas, kemudian faktor
kematangan individu dan faktor terakhir adalah faktor belajar.

Sementara itu, Piaget menambahkan satu faktor lagi disamping ketiga faktor tersebut
yaitu faktor social transmission. Social transmission adalah sebuah proses dimana anak akan
belajar melalui proses interaksi dengan orang lain. Piaget juga terkenal sebagai tokoh
pertama dalam ilmu psikologi yang membahas secara sistematis tentang perkembangan
kognitif seorang anak. Menurut Piaget, setiap anak dilahirkan dengan kemampuan untuk
mengorganisasikan skema. Skema pada dasarnya adalah kepingan-kepingan informasi yang
dimiliki oleh anak. Dalam menyusun skema ini, seorang anak akan melakukan proses
asimilasi dan akomodasi. Asimilasi adalah proses dimana seorang anak akan mencocokkan
(fitting) skema baru yang diperolehnya dengan skema yang telah lebih dulu dimilikinya.
Sementara akomodasi adalah proses dimana seorang anak akan merubah (changing) skema
yang sudah dimilikinya agar sesuai dengan skema yang baru didapatnya. Konflik yang terjadi
antara proses asimilasi dan akomodasi ini membuat anak berupaya untuk mencapai tahap
equilibrium atau keseimbangan. Tujuan dari perkembangan kognitif menurut Piaget pada
dasarnya adalah untuk mencapai equilibrium.

Perkembangan kognitif anak merupakan aspek perkembangan yang perlu dirangsang dan
distimulasi oleh pihak luar terutama orang tua. Tanpa adanya rangsangan dan stimulasi dari
orang tua, maka kapasitas kognitif anak tidak akan berkembang secara optimal.

2) Perkembangan Bahasa

Bahasa merupakan elemen yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Melalui
bahasa individu belajar untuk bersosialisasi dengan lingkungannya. Bahasa juga membantu
anak untuk mengungkapkan perasaan, pikiran, dan keinginannya kepada orang lain. Bahasa
tidak lain merupakan sintesis dari kemampuan berfikir yang kompleks dan abstrak.Sebagai
sebuah sistem, bahasa dibangun atas beberapa komponen.

Para ahli linguistik sepakat ada 4 komponen yang membangun bahasa. Komponen
yang pertama yaitu fonologi. Fonologi mengacu kepada struktur bahasa yang mengatur bunyi
huruf pada sebuah bahasa. Komponen yang kedua ialah semantik. Semantik merupakan
struktur bahasa yang mengatur kosa kata atau perbendaharaan kata dari suatu bahasa.
Komponen fonologi dan semantik merupakan komponen awal yang dimiliki seorang anak.
Komponen yang ketiga adalah grammar. Grammar merupakan struktur bahasa yang
menjelaskan tentang tata bahasa dan bagai-mana menggunakannya dalam konteks kalimat.
Komponen yang terakhir adalah pragmatis. Pragmatis merupakan komponen bahasa yang
mengatur bagaimana menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan orang lain.
Kemampuan seorang anak untuk mengekspresikan keinginan, perasaan, dan pikirannya lewat
bahasa pada dasarnya menunjukkan kemampuan anak untuk menggunakan komponen
semantik.

Pada awal kajiannya, para psikolog beraliran behavioristik percaya bahwa anak-anak
belajar bahasa dengan cara yang sama ketika mereka belajar tentang hal lain. Dengan kata
lain bahasa merupakan produk imitasi dari lingkungan sekitar anak. Tetapi teori ini dianggap
terlalu bersifat simplistik terhadap kemampuan bahasa anak.

Bahasa anak berkembang dari kemampuan yang bersifat sederhana menuju


kemampuan yang lebih kompleks. Tabel berikut ini menjelaskan tahapan perkembangan
bahasa anak usia 0-5 tahun ditinjau dari aspek komponen bahasa:

Sebagaimana dengan per-kembangan kognitif, perkembangan bahasa seorang anak pun


memerlukan stimulasi khusus dari orang tua dan pengasuh. Tanpa adanya stimulasi serta
rangsangan dari orang tua, perkembangan bahasa anak akan mengalami hambatan. Hambatan
yang dialami anak dalam perkembangan bahasa akan memberikan pengaruh yang besar
terhadap aspek perkembangan lainnya, terutama perkembangan sosial dan emosi anak.

3) Perkembangan Psikomotorik
Perkembangan psikomotorik anak merupakan perkembangan yang paling sering
diidentifikasi oleh orang tua. Meskipun demikian, kebanyakan orang tua memahami
perkembangan psikomotorik hanya terbatas kepada kemampuan motorik kasar semata.

Padahal kemampuan psikomotorik anak tidak hanya ditentukan oleh kemampuan motorik
kasar saja, tetapi juga kemampuan motorik halus anak. Kemampuan motorik kasar biasanya
ditentukan oleh gerak otot dan fisik. Sementara kemampuan motorik halus lebih merupakan
gerak koordinasi yang dilakukan oleh seorang anak.

1) Perkembangan motorik kasar


Gerak kasar atau motorik kasar adalah aspek yang berhubungan dengan
kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot
besar seperti duduk, berdiri, dan sebagainya. Perkembangan motorik pada usia ini
menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak-
anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga
keseimbangan badannya.
2) Perkembangan motorik halus
Untuk memperhalus ketrampilan-ketrampilan motorik, anak-anak terus melakukan
berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan.
Gerak halus atau motorik halus adalah aspek yang berhubungan dengan kemampuan
anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan
oleh otot-otot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat seperti mengamati
sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya. Di samping itu, anak-anak juga
melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti
senam, berenang, dll.

Dibawah ini contoh tabel perkembangan motorik kasar dan motorik halus
Tabel. Tahap perkembangan motorik kasar dan motorik halus pada usia 1-2 tahun.

Motorik Kasar Motorik Halus

• Merangkak • mengambil benda kecil dengan


• berdiri dan berjalan beberapa ibu jari atau telunjuk
langkah • membuka 2-3 halaman buku
• berjalan cepat secara bersamaan
• cepat-cepat duduk agar tidak • menyusun menara dari balok
jatuh • memindahkan air dari gelas ke
• merangkak di tangga gelas lain
• berdiri di kursi tanpa • belajar memakai kaus kaki
pegangan sendiri
• menarik dan mendorong • menyalakan TV dan bermain
benda-benda berat remote
• melempar bola • belajar mengupas pisang

Tabel. Tahap perkembangan motorik kasar dan motorik halus pada usia 2-3 tahun.

Motorik Kasar Motorik Halus

• melompat-lompat • mencoret-coret dengan 1


• berjalan mundur dan jinjit tangan
• menendang bola • menggambar garis tak
• memanjat meja atau tempat tidur beraturan
• naik tangga dan lompat di anak • memegang pensil
tangga terakhir • belajar menggunting
• berdiri dengan 1 kaki • mengancingkan baju
• memakai baju sendiri
Pelaksanaan kegiatan deteksi dini dan intervensi Tumbuh Kembang di tingkat Puskesmas

Tugas dan peran Puskesmas:

1. Pelayanan Balita dan Anak Prasekolah (Apras)

a. Memantau dan mendeteksi dini setiap balita yang berkunjung dan dirujuk dengan cara:

 Mempelajari tumbuh kembangnya dalam KMS.


 Melakukan pemeriksaan antropometri dan rrencatat pads gmfik KMS.
 Melakukan deteksi dini dengan menggunakan pedoman tumbuh kembang anak dan
kartu tumbuh kembang.
 Menilai tumbuh kembang anak secara individu.

b. Menegakkan diagnose penyimpangan tumbuh kembang balita dan apras yang


berkunjung dan dirujuk.

c. Melakukan intervensi pada kelainan/gangguan clan masalah/penyimpangan tumbuh


kembang berupa:

 Intervensi pelayanan kesehatan sesuai dengan pedoman program (ISPA, Diane,


Campak, Malaria, Anameia, Infeksi Telinga) dan terhadap penyaldt lainnya
sesuai dengan buku pedoman pengobatan dasar di Puskesmas serta buku
pedoman kerja Puskesmas.
 Intervensi penyimpangan tumbuh kembang di tingkat pelayanan dasar.

Penanganan:

a. Penanganan langsung pada:

 Kelambatan motorik kasar.


 Gangguan bicara karena, kurang latihan.
 Gangguan moiorik halus.
 Sosialisasi yang kurang (anak tak suka berkawan, suka mengganggu atau
menyerang kawan )
 Malnutrisi dan anemia diberikan makanan tambahan dan sirup besi.
 Anak dengan berat badan di atas batas normal perlu diberi nasehat pembenan
makanan seimbang.
 Anak dengan kelainan khusus seperti:
- Muntah tanpa gangguan organic.
- Gangguan buang air besar.
- Cengeng berlebihan.
- Penakut.
- Mengompol pada anak di atas 5 tahun.,d1l.

Kasus-kasus, tersebut ditangani mengacu pada buku pedoman pelayanan kesehatan


jiwa di puskesmas dan rumah salcit

b. Merujuk kasus-kasus penyimpangan tumbuh kembang seperti:

 Autisme.
 Hiperaktif dan gangguan berkonsentrasi.
 Pengukuran lingkaran kepala anak (PLKA) tidak normal.
 Kelainan-kelainan benwWfungsi tubuh (hidrosefalus, spina, bifida,
strabismus).
 I-Epotiroidea.
 Perawakan pendek.
 Perawakan tinggi.
 Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani langsung

c. Konseling (support dan maintenance untuk kasus-kasus yang tidak dapat ditangani
lebih lanjut).

d. Pembinaan Kader, guru TK, pengelola TPA, pengelola Bina, Anaprasa (Bina.
Anak Prasekolah Desa)
BAB III
METODOLOGI PERANCANGAN

A. Analisa SWOT
1. Strength
a. Petugas kesehatan menjadi lebih mengusai cara mendeteksi
tumbuh kembang anak sesuai literatur.
b. Pengunjung puskesmas (pasien) lebih memahami pentingnya
deteksi dini tumbuh kembang anak.
c. Masyarakat bisa mendapatkan pengetahuan tentang perkembangan
anaknya secara lebih mendalam.
d. Masyarakat dapat mengetahui kapan anak harus diperiksa tumbuh
kembangnya sesuai dengan umur anak tersebut.
2. Weakness

Kelemahan dari program kami, diantaranya adalah :

a. Kurangnya pengetahuan yang lebih mendalam tentang DDTK pada petugas


puskesmas
b. Kurangnya tenaga untuk menjalankan program DDTK di puskesmas
c. Kurangnya pendanaan untuk menjalankan program DDTK
d. Kurangnya pengetahuan ibu dalam DDTK

3. Oportunity

Peluang dari program ini adalah apabila ada ibu yang mempunyai anak
dengan tumbuh kembang yang tidak sesuai umur bisa langsung di rujuk dan
dilakukan tindakan lebih lanjut.

4. Threat
a. Memerlukan biaya untuk membeli alat pendekteksi tumbuh kembang anak
b. Membutuhkan tempat yang lebih luas
c. Membutuhkan bimbingan dalam menjalankan DDTK
d. Membutuhkan pelatihan terlebih dahulu sebelum menjalankan program
DDTK
B. Denah

Adapun penataan ruangan yang telah direncanakan yaitu seperti gambaran sebagai
berikut :

KURSI
Tempat DDTK
Meja

Tempat
tidur

Keterangan :
: meja obat
: Timbangan
: Kulkas

: almari
: washtafel

C. Anggaran Dana

No. Barang Jumlah Harga (Rp)


1 Wadah DDTK 1 buah
2 Leaflet 20 lembar
3 Poster 2 buah
4 Buku 1 buah

5 lembar pengkajian 30 lembar


DDTK
D. Jadwal Kegiatan
No. Hari/Tanggal Kegiatan
1. Melakukan presentasi mini proposal
2. Menyiapkan perlengkapan yang diperlukan
3. Penataan ruangan
4. Observasi hasil
5. Observasi hasil
6. Observasi hasil dan mengevaluasi dengan
penyusunan proposal akhir
7. Pemaparan presentasi evaluasi hasil
Daftar Pustaka

Maslihah, Sri. (2005). Deteksi Dini Perkembangan Kognitif Anak. Makalah


dipresentasikan pada acara Penyuluhan Deteksi

Pusponegoro, Hardiono D. (2006). Stimulasi Penting Untuk Perkembangan Anak.


Diakses pada tanggal 22 januari 2018 di website:
http://www.sahabatnestle.co.id/HOMEV2/main/TKSK/TKSK_ndnp.asp?id
=955.

Ary, D., Jacobs, L.C., Razavieh A., & Sorensen, C. (2006). Introduction to Research
in Education. Belmont, CA: Thomson Wadsworth.

Bayley, N. (1993). Bayley Scales of Infant Development (2nd Edition). New York:
Psychological Coorporation.

Berk, Laura E. (2005). Child Development. United States of America: Pearson


Education Inc.

You might also like