Professional Documents
Culture Documents
9
Ind
p
Penerbit
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
TAHUN 2010
Petunjuk Praktis Surveilans Infeksi Rumah Sakit
©2010 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
2 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 3
KATA PENGANTAR masukan bagi penyempurnaan buku ini di kemudian
hari.
Tersusunnya pedoman ini merupakan kerjasama
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang antara Departemen Kesehatan RI dengan
Maha Esa karena atas rahmat-Nya Petunjuk Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia
Praktis Surveilans Infeksi Rumah Sakit dapat (Perdalin) dan Rumah Sakit dengan dukungan dari
diselesaikan tepat pada waktunya. berbagai pihak.
Perlu disadari bahwa masih kurangnya Untuk itu tim penyusun mengucapkan terima
kualitas dan kuantitas pengendalian infeksi di rumah kasih dan harapan kami agar buku ini dapat
sakit sangat terkait komitmen pimpinan rumah sakit dipergunakan sebagai acuan dengan sebaik-
serta memerlukan dukungan dari para klinisi di baiknya.
rumah sakit. Infeksi nosokomial pada prinsipnya
dapat dicegah, walaupun mungkin tidak dapat Jakarta, Januari 2010
dihilangkan sama sekali. Untuk itu telah disusun
Petunjuk Praktis Surveilans Infeksi Rumah Sakit Tim Penyusun
yang aplikatif sehingga diharapkan penyelenggaraan
pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dapat
dilakukan lebih optimal.
Kami menyadari bahwa buku ini masih belum
sempurna, dan kami mengharapkan adanya
4 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 5
SAMBUTAN Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
DIREKTUR JENDERAL BINA PELAYANAN Konsumen menjadi tantangan yang harus diantisipasi
MEDIK para praktisi pelayanan kesehatan. Selain itu kita
juga dituntut memberikan pelayanan yang profesional
Akhir-akhir ini banyak bermunculan pelbagai dengan diberlakukannya Undang-Undang tentang
macam penyakit infeksi atau emerging infectious Praktik Kedokteran yang ditujukan bagi kepastian
disease seperti AIDS, SARS, Avian Influenza, dan hukum baik bagi penerima pelayanan kesehatan
lain-lain. Cara penularan penyakit-penyakit maupun pemberi pelayanan kesehatan.
tersebut telah diketahui namun apabila pelayanan
pada saat perawatan di rumah sakit tidak dilakukan Saya menyambut baik terbitnya Petunjuk
sesuai prosedur, akan menyebabkan malapetaka Praktis Surveilans Infeksi Rumah Sakit, dimana
yang besar. Oleh karena itu, program pencegahan manajerial merupakan bagian penting yang
dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas perlu dijalankan agar teknis pencegahan dan
pelayanan kesehatan lainnya yang melibatkan pengendalian infeksi dapat diterapkan secara
berbagai unsur mulai dari pimpinan sampai petugas optimal di seluruh rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan itu sendiri menjadi sangat penting. kesehatan lainnya di Indonesia tidak terkecuali
rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus milik
Seperti kita ketahui rumah sakit dan fasilitas Pemerintah.
pelayanan kesehatan lainnya harus mampu
memberikan pelayanan yang bermutu, akuntabel
dan transparan terhadap pasien. Undang-undang
6 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 7
Terima kasih saya ucapkan kepada segenap tim TIM PENYUSUN
penyusun dan semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan pedoman ini. Farid W. Husain
(Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik)
Dr. Mulya A. Hasjmy, Sp.B, M.Kes
Jakarta, Februari 2010 (Sekretaris Dit. Jen. Bina Pelayanan Medik)
Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Dr. K. Mohammad Akib, Sp.Rad, M.Kes
(Direktur Bina Pelayanan Medik Spesialistik)
Drg. Sophia Hermawan, M.Kes
(Kepala Sub. Dit. RS Khusus)
Dr. Sardikin Giriputro, Sp.P, MARS
Farid W. Husain (RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta)
NIP. 195003091978101001 Dr. Djatnika Setiabudi, Sp.A (K), MCTM
(RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta)
Dr. Dalima AW, Sp.PK
(PERDALIN/RSCM)
Dr. Soeko W. Nindito, MARS
(Kepala Seksi Standarisasi, Sub. Dit. RS Khusus)
Drg. Wahyuni Prabayanti, M.Kes
(Kepala Seksi Bimbingan dan Evaluasi, Sub. Dit.
RS Khusus)
8 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 9
Dr. Aziza Ariyani, Sp.PK KONTRIBUTOR
(RSUD Pasar Rebo)
Costy Panjaitan, SKM, CVRN, MARS Agus Sunandar, S.Kep, Ners
(RSJPD Harapan Kita) (RSUP Dr. Hasan Sadikin)
Ns. Gortap Sitohang, S.Kep
(RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo)
Edha Bara’padang, SKp
(RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso)
Yohana F. Wapini, BN
(Siloam Hospitals Lippo Cikarang)
Dr. John
(Subdit Surveilans, Ditjen P2PL)
Dr. Ester Marini Lubis
(Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik)
Dr. Wita Nursanthi Nasution
(Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik)
Dr. Chandra Jaya
(Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik)
Dr. Andriani Vita Hutapea
(Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik)
10 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 11
Dr. Saprina DAFTAR SINGKATAN
(Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik)
Hutur JW Pasaribu, SE
(Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik) CSEP : Clinical Sepsis
Sumarno, S.Sos HAP : Hospital Acquired Pneumonia
(Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik) IADP : Infeksi Aliran Darah Primer
ICU : Intensive Care Unit
IPCN : Infection Prevention and Control Nurse
IPCLN : Infection Prevention and Control Link
Nurse
IRS : Infeksi Rumah Sakit
ISK : Infeksi Saluran Kemih
KLB : Kejadian Luar Biasa
ml : mililiter
NHSN : National Healthcare Safety Network
NICU : Neonatal Intensive Care Unit
PA : Patologi Anatomi
PPI : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
RS : Rumah Sakit
SSI : Surgical Site Infection (Infeksi Luka
Operasi)
12 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 13
TI : Teknologi infomasi DAFTAR ISI
USG : Ultrasonographi
VAP : Ventilator Associated Pneumonia
Kata Pengantar ................................................ 4
Sambutan Direktur Jenderal Bina
Pelayanan Medik . ............................................. 6
Tim Penyusun ................................................... 9
Kontributor . ....................................................... 11
Daftar Singkatan . .............................................. 13
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................. 17
B. Tujuan . ......................................... 17
C. Sasaran ........................................ 17
14 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 15
D. Pengorganisasian Dalam BAB I
Pelaksanaan Surveilans Infeksi PENDAHULUAN
Rumah Sakit ................................. 20
E. Penyediaan Sumber Daya . .......... 20 A. Latar belakang
• Pentingnya pengendalian infeksi dan
BAB III. PELAKSANAAN SURVEILANS surveilans.
A. Kriteria Nasional ........................... 23 • Petunjuk untuk implementasi pelaksanaan
B. Pengumpulan Data ....................... 35 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
C. Perhitungan .................................. 38 yang diterbitkan oleh Kementerian
D. Analisis dan Interpretasi ............... 40 Kesehatan tahun 2010.
E. Pelaporan, Rekomendasi dan
Diseminasi .................................... 41 B. Tujuan
• Tujuan untuk mendukung buku pedoman
BAB IV. PENUTUP surveilans IRS.
• Menyeragamkan pelaporan kejadian
LAMPIRAN infeksi di semua rumah sakit di Indonesia
Formulir / format pencatatan dan pelaporan. sesuai Pedoman Surveilans IRS.
• Pentingnya jejaring surveilans IRS.
C. Sasaran
Komite PPI, Tim PPI dan IPCLN.
16 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 17
BAB II • Angka kejadian infeksi (peningkatan dari
PERENCANAAN SURVEILANS angka dasar).
• Potensi terjadi infeksi :
Suatu program surveilans dapat berjalan dengan - karakteristik patogen penyebab
baik bila tujuan jelas dan telah dijabarkan langkah- - perilaku petugas
langkahnya dengan efisien dan efektif. Langkah- - kondisi lingkungan
langkah tersebut adalah sebagai berikut : - jenis tindakan
- kualitas instrumen
A. Identifikasi masalah • Risiko penularan :
Identifikasi masalah penting untuk mengetahui - kecepatan penularan
kebutuhan dilaksanakannya surveilans. - cara penularan (kontak, droplet,
Masalah diketahui melalui : airborne, vechicle)
• Temuan kasus secara aktif oleh IPCN dan • Unit perawatan berisiko tinggi.
IPC Link Nurse (IPCLN). • Ketersediaan sumber daya.
• Laporan dari ruangan (termasuk KLB). Lihat : Tabel Skala Prioritas Masalah.
• Laporan hasil Laboratorium Mikrobiologi.
• Pertimbangan para ahli RS bersangkutan. C. Metode surveilans
Metode yang dipilih adalah surveilans aktif
B. Penetapan prioritas dengan sasaran khusus (target surveillance).
Prioritas ditetapkan melalui besaran masalah Lihat : Buku Pedoman Surveilans Infeksi
atas dasar : Rumah Sakit - Tahun 2010, Bab III.
18 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 19
D. Pengorganisasian 2. Dana :
Pelaksanaan surveilans IRS (pengumpulan, • Dukungan dana operasional dari
pencatatan) dilakukan oleh IPCLN dan Tim Pimpinan RS.
PPIRS. Pengolahan dan analisis data dilakukan
oleh Tim PPI. Hasil dilaporkan ke Komite PPI 3. Sarana, prasarana dan pendukung :
untuk dilakukan pembahasan dan penyusunan • Kantor dan ruang rapat Komite dan
rekomendasi. Komite PPI melaporkan keseluruhan Tim PPI.
hasil dan rekomendasi ke Direktur RS. Umpan • Komputer, fax, telepon, internet.
balik dan rekomendasi ke unit terkait dilakukan • Petugas sekretariat dan teknologi
oleh Komite PPI. Pemantauan tindak lanjut informasi (TI).
rekomendasi dilakukan oleh Tim PPI.
20 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 21
BAB III
PELAKSANAAN SURVEILANS
Masalah - 5
……………. A. Kriteria Nasional
Pembobotan masalah sesuai dengan standar acuan yang telah disepakati RS/Fasilitas Pelayanan
BAB III
PELAKSANAAN SURVEILANS
A. Kriteria Nasional
1-Tidak signifikan *
x hipotensi x apnoe
x bradikardia
3- Signifikan*
Masalah - 1
…………….
Kriteria IADP 1 2 3
Keterangan:
Keterangan:
- Yang dimaksud mikroba pathogen pada kriteria 1 misalnya adalah: S. aureus,
Enterococcus spp, E coli,Psudomonas spp, Klebsiella spp, Candida spp dan lain-lain.
4- Sangat signifikan*
- Yang dimaksud dengan flora kulit adalah mikroba kontaminan kulit yang umum, misalnya
- Yang dimaksud mikroba pathogen pada kriteria 1
difteroid (Corynebacterium spp), Bacillus spp., Propionibacterium spp., CNS termasuk
Karakteristik patogen penyebab
- Hasil kultur darah pada kriteria 2 dan 3, arti ’>2’ kultur darah: 2 spesimen darah diambil
misalnya adalah: S. aureus, Enterococcus spp,
Ketersediaan sumber daya
dari lokasi yang berbeda dan dengan jeda waktu tidak lebih dari 2 hari.
PRIORITAS
Angka kejadian infeksi
Deskripsi Masalah**
Total
Risiko penyebaran
Kualitas instrumen
Cara penyebaran
Perilaku petugas
Jenis tindakan
dan lain-lain.
5-Kritikal*
10.
11.
Keterangan:
- PNU2 – 2: Kriteria untuk Pneumonia dengan hasil Laboratotrium yang spesifik untuk
infeksi virus, Legionella, Chlamydia, Mycoplasma, dan patogen tidak umum lainnya. FiO2 ≤240, atau pO2 <94%., peningkatan kebutuhan
- PNU3: Kriteria untuk Pneumonia pada pasien immunocompromised.
- PNU1: Kriteria untuk Peumonia Klinik
- Yang dimaksud dengan kelainan kardio-pulmoner, misalnya: respiratory distress
syndrome, bronchopulmonary dysplasia, pulmonary edema, atau chronic obstructive oksigen, atau perlunya peningkatan ventilator
pulmonary disease
- PNU2 – 1: Kriteria untuk Pneumonia dengan hasil
- Demam; suhu38oC.
- Leukopenia: <4.000 SDP/mm3 (SDP: sel darah putih) - peningkatan sekresi pernafasan termasuk peningkatan
- Leukositosis: 12.000 SDP/mm3
Laboratotrium yang spesifik untuk infeksi bakteri umum
- Lekositosis: 15.000 SDP/mm3
- Memburuknya pertukaran gas: desaturasi O2: PaO2/FiO2 240, atau pO2 <94%.,
keperluan pengisapan (suctioning)
peningkatan kebutuhan oksigen, atau perlunya peningkatan ventilator
dan jamur berfilamen
- peningkatan sekresi pernafasan termasuk peningkatan keperluan pengisapan
(suctioning)
- SNB: Saluran nafas bawah
- SNB: Saluran nafas bawah
- Sekresi SNB adalah yang diambil dengan alat bronchoskopi dan merupakan spesimen
sekresi saluran nafas bawah yang mempunyai tingkat kontaminasi minimal
- Spesimen NSB dapat berupa lavage (bilasan) atau brushing
28 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 29
Keterangan:
Keterangan:
x Tes konfirmasi merupakan tes-tes yang membantu memastikan adanya ISK.
- Tes konfirmasi mayor merupakan pemeriksaan kultur kuantitatif yang menghasilkan
-
•jumlah
koloni
Tes yang
konfirmasi merupakan
sedikit kemungkinan tes-tes
terjadi akibat yang membantu
kontaminasi
Tes konfirmasi minor merupakan pemeriksaan atau bukti ISK dengan keakuratan
yang kurang sebagai tanda adanya ISK.
- memastikan adanya ISK.
Tes komfirmasi minor dapat berupa: tes-tes kultur kuantitatif dengan jumlah koloni
yang meragukan adanya infeksi, pemeriksaan urine untuk melihat adanya
kemungkinan ISK tanpa melakukan kultur, dan keyakinan klinisi berdasarkan
- Tes konfirmasi mayor merupakan pemeriksaan
profesionalitasnya.
x urin aliran tengah (midstream) adalah specimen urin yang diambil dengan cara
membuang aliran pertama, dan aliran pancar tengah yang akhirnya dijadikan bahan
pemeriksaan. kultur kuantitatif yang menghasilkan jumlah koloni
x Spesimen untuk kultur urin harus didapatkan sengan tehnik yang benar, misalnya clean
x
pubik.
atau bukti ISK dengan keakuratan yang kurang
ISK Lain: adalah ISK yang melibatkan jaringan lebih dalam dari sistem urinarius, mislnya
ginjal, ureter, kandung kemih, uretra dan jaringan sekitar retroperitonial atau rongga
perinefrik. sebagai tanda adanya ISK.
- Tes komfirmasi minor dapat berupa: tes-tes kultur
kuantitatif dengan jumlah koloni yang meragukan
18 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 19
30 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 31
adanya infeksi, pemeriksaan urine untuk melihat • ISK Lain: adalah ISK yang melibatkan jaringan lebih
adanya kemungkinan ISK tanpa melakukan dalam dari sistem urinarius, mislnya ginjal, ureter,
kultur, dan keyakinan klinisi berdasarkan kandung kemih, uretra dan jaringan sekitar
profesionalitasnya. retroperitonial atau rongga perinefrik.
• urin aliran tengah (midstream) adalah specimen
urin yang diambil dengan cara membuang aliran
pertama, dan aliran pancar tengah yang akhirnya
dijadikan bahan pemeriksaan.
• Spesimen untuk kultur urin harus didapatkan sengan
tehnik yang benar, misalnya clean catch collection
untuk spesimen urin pancar tengah, atau
kateterisasi.
• clean catch collection adalah tehnik pengambilan
urine pancar tengah yang terutama dilakukan
terhadap pasien wanita, dengan cara membersihkan
dulu jalan keluarnya urin yang diambil secara spontan.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi kontaminasi
sampel dari flora yang biasa terdapat pada muara
dan urethra sekitarnya.
• Pada bayi, spesimen diambil dengan cara kateterisasi
kandung kemih atau aspirasi supra pubik.
32 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 33
B. Pengumpulan Data
1. Pengumpul Data
Tim PPI bertanggung jawab atas
pengumpulan data tersebut di atas, karena
mereka yang memiliki keterampilan dalam
mengidentifikasi IRS sesuai dengan
kriteria yang ada. Sedangkan pelaksana
pengumpul data adalah IPCN yang dibantu
IPCLN.
4. Denominator
Denominator ditentukan oleh jenis infeksi rumah sakit.
2. Sumber Data
Jumlah kasus IADP
Insiden rate IADP = X 1000
Jumlah lama hari pemakaian kateter vena sentral
4. Denominator
Jumlah kasus Dekubitus
Denominator ditentukan oleh jenis infeksi Insiden rate Dekubitus =
Jumlah lama tirah baring
X 1000
rumah sakit.
5. Pengolahan dan Penyajian Data.
5. Pengolahan dan Penyajian Data.
C. Perhitungan
Perhitungan dilakukan dalam satu bulan.
Kurun waktu harus jelas dan sama antara numerator dan denominator
sehingga laju tersebut mempunyai arti.
36 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Surveilans merupakan kegiatan yang sangat membutuhkan waktu dan
menyita hampir separuh waktu kerja seorang IPCN sehingga dibutuhkan
37
penuh waktu / full time. Dalam hal ini bantuan komputer akan sangat
C. Perhitungan Dalam penggunaan komputer tersebut, ada
beberapa hal yang harus dipertimbangkan,
Perhitungan dilakukan dalam satu bulan. yaitu :
Kurun waktu harus jelas dan sama antara a. Memilih sistem komputer yang akan
numerator dan denominator sehingga laju dipakai, komputer mainframe atau
tersebut mempunyai arti. komputer mikro.
Surveilans merupakan kegiatan yang sangat Komputer mainframe bekerja jauh lebih
membutuhkan waktu dan menyita hampir cepat, memuat data jauh lebih besar dan
separuh waktu kerja seorang IPCN sehingga memiliki jaringan yang dapat diakses
dibutuhkan penuh waktu / full time. Dalam hal di seluruh area rumah sakit. Semua data
ini bantuan komputer akan sangat membantu, pasien seperti sensus pasien, hasil
terutama akan meningkatkan efisien pada saat laboratorium dan sebagainya, dapat dikirim
analisis. Besarnya data yang harus dikumpulkan secara elektronik. Namun harus diingat
dan kompleksitas cara analisisnya merupakan bahwa komputer mainframe adalah cukup
alasan mutlak untuk menggunakan jasa mahal baik pembelian maupun
komputer, meski di RS kecil sekalipun. Lagi pula operasionalnya. Tidak setiap orang dapat
sistem surveilans tidak hanya berhadapan menggunakannya dan memerlukan
dengan masalah pada waktu sekarang saja, pelatihan yang intensif. Software untuk
tetapi juga harus mengantisipasi tantangan di program pencegahan dan pengendalian
masa depan. IRS bagi komputer mainframe sampai saat
ini masih terbatas. Mikrokomputer jauh
38 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 39
lebih murah dan lebih mudah dioperasikannya diketemukan penyebab dilanjutkan dengan
oleh setiap petugas. alternatif pemecahannya. Dan diantara
pemecahan dipilih yang laik laksana bagi RS
b. Mencari software yang sudah tersedia dan atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan setempat.
memilih yang digunakan. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel,
Pemilihan software harus dilakukan hati- diagram dan grafik.
hati dengan mempertimbangkan maksud
dan tujuan dari surveilans yang akan
dilaksanakan di rumah sakit. E. Pelaporan, Rekomendasi dan Diseminasi
40 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 41
Instruksi Pelaporan
Diseminasi ● Tetapkan data populasi yang sama
Tujuan diseminasi agar pihak terkait dapat berdasarkan jenis lokasi insersi:
memanfaatkan informasi tersebut untuk - Vena / arteri sentral
menetapkan strategi pengendalian IRS. Laporan - Vena / arteri perifer
disampaikan pada seluruh anggota komite, ● Tetapkan kriteria IADP :
direktur rumah sakit, ruangan atau unit terkait. - Kolonisasi atau kontaminasi.
● Bedakan Lokasi perawatan terjadinya
IADP infeksi misalnya :
- ICU.
Petunjuk Pelaporan - NICU.
● Plebitis yang purulen dikonfirmasi dengan - Ruang Perawatan.
hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung
kateter, tetapi bila hasil kultur negatif atau * Analisa dengan cepat dan tepat, untuk
tidak ada kultur darah, maka tidak dilaporkan mendapatkan informasi angka infeksi,
sebagai IADP. lokasi dan waktu terjadinya IADP yang me-
merlukan penanggulangan atau investigasi
● Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah lebih lanjut.
sebagai IADP bila tidak ditemukan infeksi
pada bagian tubuh yang lain.
42 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 43
- Vena / arteri sentral
- Vena / arteri perifer
ڗTetapkan kriteria IADP :
- Kolonisasi atau kontaminasi.
ڗBedakan Lokasi perawatan terjadinya infeksi misalnya :
* Bandingkan angka IADP : Apakah ada - Laporkan infeksi pada luka bakar sebagai
- ICU.
- NICU.
penyimpangan? dimana terjadi kenaikkan BURN.
- Ruang Perawatan.
Instruksi pelaporan:
ILO
incisional
Instruksi pelaporan: SSI”).
- Jangan melaporkan “stitch abscess” (inflamasi minimal dan adanya
- Jangan melaporkan “stitch abscess” - keluar Apabila infeksi memenuhi
cairan [discharge] kriteria/tusukan
pada tempat penetrasi
atau tempat jahitan) sebagai suatu infeksi.
sebagai
jarum
terlokalisir (“localized stab wound infection”) dicantumkan dalam pelaporan ILO organ/rongga
profunda klasifikasikan sebagai ILO profunda.
44 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 45
Biasanya infeksi organ/rongga tubuh keluar BAB IV
(drains) melalui tempat insisi. Infeksi tersebut PENUTUP
umumnya tidak memerlukan re-operasi dan
dianggap sebagai komplikasi dari insisi, Infeksi rumah sakit menjadi masalah yang tidak
sehingga keadaan tersebut harus diklasifikasikan bisa dihindari sehingga dibutuhkan data dasar
sebagai suatu ILO profunda. infeksi untuk menurunkan angka yang ada. Untuk
itu perlunya melakukan surveilans dengan metode
Pneumonia yang aktif, terus menerus dan tepat sasaran.
Hasil surveilans angka infeksi HAP dan VAP
disampaikan ke unit terkait secara Pelaksanaan surveilans memerlukan tenaga
berkesinambungan. khusus yang termasuk tugas dari IPCN. Untuk itu
diperlukan tenaga IPCN yang purna waktu.
46 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 47
48 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit