You are on page 1of 25

616.

9
Ind
p

Penerbit
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA
TAHUN 2010
Petunjuk Praktis Surveilans Infeksi Rumah Sakit
©2010 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Katalog Dalam Terbitan.


616.9 Kementerian Kesehatan RI Indonesia.
Ind Kementerian Kesehatan RI.
p Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik.
Petunjuk praktis surveilans infeksi rumah Hak Cipta Dilindungi Undang-
undang
sakit.
-- Jakarta : Kementerian Kesehatan RI. 2010 Dilarang memperbanyak, mencetak
I. Judul 1. INFECTION CONTROL dan menerbitkan sebagian atau
2. HOSPITALS seluruh isi buku ini dengan cara dan
bentuk apapun juga tanpa seizin
penulis dan penerbit.

2 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 3
KATA PENGANTAR masukan bagi penyempurnaan buku ini di kemudian
hari.
Tersusunnya pedoman ini merupakan kerjasama
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang antara Departemen Kesehatan RI dengan
Maha Esa karena atas rahmat-Nya Petunjuk Perhimpunan Pengendalian Infeksi Indonesia
Praktis Surveilans Infeksi Rumah Sakit dapat (Perdalin) dan Rumah Sakit dengan dukungan dari
diselesaikan tepat pada waktunya. berbagai pihak.
Perlu disadari bahwa masih kurangnya Untuk itu tim penyusun mengucapkan terima
kualitas dan kuantitas pengendalian infeksi di rumah kasih dan harapan kami agar buku ini dapat
sakit sangat terkait komitmen pimpinan rumah sakit dipergunakan sebagai acuan dengan sebaik-
serta memerlukan dukungan dari para klinisi di baiknya.
rumah sakit. Infeksi nosokomial pada prinsipnya
dapat dicegah, walaupun mungkin tidak dapat Jakarta, Januari 2010
dihilangkan sama sekali. Untuk itu telah disusun
Petunjuk Praktis Surveilans Infeksi Rumah Sakit Tim Penyusun
yang aplikatif sehingga diharapkan penyelenggaraan
pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit
dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya dapat
dilakukan lebih optimal.
Kami menyadari bahwa buku ini masih belum
sempurna, dan kami mengharapkan adanya

4 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 5
SAMBUTAN Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
DIREKTUR JENDERAL BINA PELAYANAN Konsumen menjadi tantangan yang harus diantisipasi
MEDIK para praktisi pelayanan kesehatan. Selain itu kita
juga dituntut memberikan pelayanan yang profesional
Akhir-akhir ini banyak bermunculan pelbagai dengan diberlakukannya Undang-Undang tentang
macam penyakit infeksi atau emerging infectious Praktik Kedokteran yang ditujukan bagi kepastian
disease seperti AIDS, SARS, Avian Influenza, dan hukum baik bagi penerima pelayanan kesehatan
lain-lain. Cara penularan penyakit-penyakit maupun pemberi pelayanan kesehatan.
tersebut telah diketahui namun apabila pelayanan
pada saat perawatan di rumah sakit tidak dilakukan Saya menyambut baik terbitnya Petunjuk
sesuai prosedur, akan menyebabkan malapetaka Praktis Surveilans Infeksi Rumah Sakit, dimana
yang besar. Oleh karena itu, program pencegahan manajerial merupakan bagian penting yang
dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan fasilitas perlu dijalankan agar teknis pencegahan dan
pelayanan kesehatan lainnya yang melibatkan pengendalian infeksi dapat diterapkan secara
berbagai unsur mulai dari pimpinan sampai petugas optimal di seluruh rumah sakit dan fasilitas pelayanan
kesehatan itu sendiri menjadi sangat penting. kesehatan lainnya di Indonesia tidak terkecuali
rumah sakit umum maupun rumah sakit khusus milik
Seperti kita ketahui rumah sakit dan fasilitas Pemerintah.
pelayanan kesehatan lainnya harus mampu
memberikan pelayanan yang bermutu, akuntabel
dan transparan terhadap pasien. Undang-undang

6 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 7
Terima kasih saya ucapkan kepada segenap tim TIM PENYUSUN
penyusun dan semua pihak yang telah membantu
proses penyusunan pedoman ini. Farid W. Husain
(Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik)
Dr. Mulya A. Hasjmy, Sp.B, M.Kes
Jakarta, Februari 2010 (Sekretaris Dit. Jen. Bina Pelayanan Medik)
Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Dr. K. Mohammad Akib, Sp.Rad, M.Kes
(Direktur Bina Pelayanan Medik Spesialistik)
Drg. Sophia Hermawan, M.Kes
(Kepala Sub. Dit. RS Khusus)
Dr. Sardikin Giriputro, Sp.P, MARS
Farid W. Husain (RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta)
NIP. 195003091978101001 Dr. Djatnika Setiabudi, Sp.A (K), MCTM
(RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso, Jakarta)
Dr. Dalima AW, Sp.PK
(PERDALIN/RSCM)
Dr. Soeko W. Nindito, MARS
(Kepala Seksi Standarisasi, Sub. Dit. RS Khusus)
Drg. Wahyuni Prabayanti, M.Kes
(Kepala Seksi Bimbingan dan Evaluasi, Sub. Dit.
RS Khusus)

8 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 9
Dr. Aziza Ariyani, Sp.PK KONTRIBUTOR
(RSUD Pasar Rebo)
Costy Panjaitan, SKM, CVRN, MARS Agus Sunandar, S.Kep, Ners
(RSJPD Harapan Kita) (RSUP Dr. Hasan Sadikin)
Ns. Gortap Sitohang, S.Kep
(RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo)
Edha Bara’padang, SKp
(RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso)
Yohana F. Wapini, BN
(Siloam Hospitals Lippo Cikarang)
Dr. John
(Subdit Surveilans, Ditjen P2PL)
Dr. Ester Marini Lubis
(Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik)
Dr. Wita Nursanthi Nasution
(Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik)
Dr. Chandra Jaya
(Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik)
Dr. Andriani Vita Hutapea
(Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik)

10 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 11
Dr. Saprina DAFTAR SINGKATAN
(Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik)
Hutur JW Pasaribu, SE
(Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik) CSEP : Clinical Sepsis
Sumarno, S.Sos HAP : Hospital Acquired Pneumonia
(Direktorat Bina Pelayanan Medik Spesialistik) IADP : Infeksi Aliran Darah Primer
ICU : Intensive Care Unit
IPCN : Infection Prevention and Control Nurse
IPCLN : Infection Prevention and Control Link
Nurse
IRS : Infeksi Rumah Sakit
ISK : Infeksi Saluran Kemih
KLB : Kejadian Luar Biasa
ml : mililiter
NHSN : National Healthcare Safety Network
NICU : Neonatal Intensive Care Unit
PA : Patologi Anatomi
PPI : Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
RS : Rumah Sakit
SSI : Surgical Site Infection (Infeksi Luka
Operasi)

12 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 13
TI : Teknologi infomasi DAFTAR ISI
USG : Ultrasonographi
VAP : Ventilator Associated Pneumonia
Kata Pengantar ................................................ 4
Sambutan Direktur Jenderal Bina
Pelayanan Medik . ............................................. 6
Tim Penyusun ................................................... 9
Kontributor . ....................................................... 11
Daftar Singkatan . .............................................. 13

BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................. 17
B. Tujuan . ......................................... 17
C. Sasaran ........................................ 17

BAB II. PERENCANAAN SURVEILANS


A. Identifikasi Masalah ...................... 18
B. Penetapan Prioritas ...................... 18
C. Penetapan Metode Surveilans
Infeksi Rumah Sakit . .................... 19

14 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 15
D. Pengorganisasian Dalam BAB I
Pelaksanaan Surveilans Infeksi PENDAHULUAN
Rumah Sakit ................................. 20
E. Penyediaan Sumber Daya . .......... 20 A. Latar belakang
• Pentingnya pengendalian infeksi dan
BAB III. PELAKSANAAN SURVEILANS surveilans.
A. Kriteria Nasional ........................... 23 • Petunjuk untuk implementasi pelaksanaan
B. Pengumpulan Data ....................... 35 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
C. Perhitungan .................................. 38 yang diterbitkan oleh Kementerian
D. Analisis dan Interpretasi ............... 40 Kesehatan tahun 2010.
E. Pelaporan, Rekomendasi dan
Diseminasi .................................... 41 B. Tujuan
• Tujuan untuk mendukung buku pedoman
BAB IV. PENUTUP surveilans IRS.
• Menyeragamkan pelaporan kejadian
LAMPIRAN infeksi di semua rumah sakit di Indonesia
Formulir / format pencatatan dan pelaporan. sesuai Pedoman Surveilans IRS.
• Pentingnya jejaring surveilans IRS.

C. Sasaran
Komite PPI, Tim PPI dan IPCLN.

16 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 17
BAB II • Angka kejadian infeksi (peningkatan dari
PERENCANAAN SURVEILANS angka dasar).
• Potensi terjadi infeksi :
Suatu program surveilans dapat berjalan dengan - karakteristik patogen penyebab
baik bila tujuan jelas dan telah dijabarkan langkah- - perilaku petugas
langkahnya dengan efisien dan efektif. Langkah- - kondisi lingkungan
langkah tersebut adalah sebagai berikut : - jenis tindakan
- kualitas instrumen
A. Identifikasi masalah • Risiko penularan :
Identifikasi masalah penting untuk mengetahui - kecepatan penularan
kebutuhan dilaksanakannya surveilans. - cara penularan (kontak, droplet,
Masalah diketahui melalui : airborne, vechicle)
• Temuan kasus secara aktif oleh IPCN dan • Unit perawatan berisiko tinggi.
IPC Link Nurse (IPCLN). • Ketersediaan sumber daya.
• Laporan dari ruangan (termasuk KLB). Lihat : Tabel Skala Prioritas Masalah.
• Laporan hasil Laboratorium Mikrobiologi.
• Pertimbangan para ahli RS bersangkutan. C. Metode surveilans
Metode yang dipilih adalah surveilans aktif
B. Penetapan prioritas dengan sasaran khusus (target surveillance).
Prioritas ditetapkan melalui besaran masalah Lihat : Buku Pedoman Surveilans Infeksi
atas dasar : Rumah Sakit - Tahun 2010, Bab III.

18 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 19
D. Pengorganisasian 2. Dana :
Pelaksanaan surveilans IRS (pengumpulan, • Dukungan dana operasional dari
pencatatan) dilakukan oleh IPCLN dan Tim Pimpinan RS.
PPIRS. Pengolahan dan analisis data dilakukan
oleh Tim PPI. Hasil dilaporkan ke Komite PPI 3. Sarana, prasarana dan pendukung :
untuk dilakukan pembahasan dan penyusunan • Kantor dan ruang rapat Komite dan
rekomendasi. Komite PPI melaporkan keseluruhan Tim PPI.
hasil dan rekomendasi ke Direktur RS. Umpan • Komputer, fax, telepon, internet.
balik dan rekomendasi ke unit terkait dilakukan • Petugas sekretariat dan teknologi
oleh Komite PPI. Pemantauan tindak lanjut informasi (TI).
rekomendasi dilakukan oleh Tim PPI.

E. Penyediaan sumber daya


Sumber daya berikut ini dibutuhkan untuk
terlaksananya surveilans :
1. Petugas :
• IPCN (purna waktu / full time) yang
sudah mengikuti pelatihan PPI Dasar
dan Surveilans.
• IPCLN yang sudah mengikuti pelatihan
PPI.

20 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 21
BAB III
PELAKSANAAN SURVEILANS
Masalah - 5
……………. A. Kriteria Nasional

Pembobotan masalah sesuai dengan standar acuan yang telah disepakati RS/Fasilitas Pelayanan
BAB III
PELAKSANAAN SURVEILANS
A. Kriteria Nasional
1-Tidak signifikan *

** Disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan RS / Fasilitas Pelayanan Kesehatan bersangkutan


I. Infeksi
I. Infeksi Aliran
Aliran Darah Darah
Perifer (IADP) Perifer (IADP)
……………..
Masalah - 4

Algoritma Diagnosa IADP

Umum Anak <1 tahun


Minimal 1: Minimal 1:
……………..
Masalah - 3

Simtom x demam (>38oC) x demam (>38oC)


(Gejala dan Tanda) x menggigil x hipotermi (<37oC)
2-Kurang signifikan*

x hipotensi x apnoe
x bradikardia

Laboratorium: Positif •1 mikroba Positif •2 mikroba


……………..
Masalah - 2

Kultur darah patogen flora kulit

Bukti infeksi tempat lain Negatif


Contoh Instrumen Penetapan Skala Prioritas Masalah

3- Signifikan*
Masalah - 1
…………….

Kriteria IADP 1 2 3

Keterangan:
Keterangan:
- Yang dimaksud mikroba pathogen pada kriteria 1 misalnya adalah: S. aureus,
Enterococcus spp, E coli,Psudomonas spp, Klebsiella spp, Candida spp dan lain-lain.
4- Sangat signifikan*

- Yang dimaksud dengan flora kulit adalah mikroba kontaminan kulit yang umum, misalnya
- Yang dimaksud mikroba pathogen pada kriteria 1
difteroid (Corynebacterium spp), Bacillus spp., Propionibacterium spp., CNS termasuk
Karakteristik patogen penyebab

Staph. epidermidis, Streptococcus viridans, Aerococcus spp, Micrococcus spp.


Kesehatan bersangkutan
Unit perawatan berisiko tinggi

- Hasil kultur darah pada kriteria 2 dan 3, arti ’>2’ kultur darah: 2 spesimen darah diambil
misalnya adalah: S. aureus, Enterococcus spp,
Ketersediaan sumber daya

dari lokasi yang berbeda dan dengan jeda waktu tidak lebih dari 2 hari.
PRIORITAS
Angka kejadian infeksi
Deskripsi Masalah**

Potensi terjadi infeksi

Total

E coli, Psudomonas spp, Klebsiella spp, Candida spp


Kondisi lingkungan

Risiko penyebaran
Kualitas instrumen

Cara penyebaran
Perilaku petugas

Jenis tindakan

dan lain-lain.
5-Kritikal*

­ - Yang dimaksud dengan flora kulit adalah mikroba


No.

10.
11.

kontaminan kulit yang umum, misalnya difteroid


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 13


22 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 23
(Corynebacterium spp), Bacillus spp., Propionibacterium II. Pneumonia
II. Pneumonia (PNEU)(PNEU)

spp., CNS termasuk Staph. epidermidis, Streptococcus


viridans, Aerococcus spp, Micrococcus spp.
­ - Hasil kultur darah pada kriteria 2 dan 3, arti ’ 2’ kultur
darah: 2 spesimen darah diambil dari lokasi yang
berbeda dan dengan jeda waktu tidak lebih dari 2 hari.

Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 15


24 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 25
- PNU2 – 2: Kriteria untuk Pneumonia dengan hasil
Laboratotrium yang spesifik untuk infeksi virus,
Legionella, Chlamydia, Mycoplasma, dan patogen
tidak umum lainnya.
­ - PNU3: Kriteria untuk Pneumonia pada pasien
immunocompromised.
­ - Yang dimaksud dengan kelainan kardio-pulmoner,
misalnya: respiratory distress syndrome,
bronchopulmonary dysplasia, pulmonary edema, atau
chronic obstructive pulmonary disease
o
­ - Demam; suhu38 C.
­ - Leukopenia: <4.000 SDP/mm3 (SDP: sel darah putih)
3
­ - Leukositosis: ≥12.000 SDP/mm
­ - Lekositosis: ≥15.000 SDP/mm3
Keterangan:

- Memburuknya pertukaran gas: desaturasi O2: PaO2/


- PNU1: Kriteria untuk Peumonia Klinik
- PNU2 – 1: Kriteria untuk Pneumonia dengan hasil Laboratotrium yang spesifik untuk ­
infeksi bakteri umum dan jamur berfilamen

Keterangan:
- PNU2 – 2: Kriteria untuk Pneumonia dengan hasil Laboratotrium yang spesifik untuk
infeksi virus, Legionella, Chlamydia, Mycoplasma, dan patogen tidak umum lainnya. FiO2 ≤240, atau pO2 <94%., peningkatan kebutuhan
- PNU3: Kriteria untuk Pneumonia pada pasien immunocompromised.
­ - PNU1: Kriteria untuk Peumonia Klinik
- Yang dimaksud dengan kelainan kardio-pulmoner, misalnya: respiratory distress
syndrome, bronchopulmonary dysplasia, pulmonary edema, atau chronic obstructive oksigen, atau perlunya peningkatan ventilator
pulmonary disease
­ - PNU2 – 1: Kriteria untuk Pneumonia dengan hasil
- Demam; suhu38oC.
- Leukopenia: <4.000 SDP/mm3 (SDP: sel darah putih) ­ - peningkatan sekresi pernafasan termasuk peningkatan
- Leukositosis: •12.000 SDP/mm3
Laboratotrium yang spesifik untuk infeksi bakteri umum
- Lekositosis: •15.000 SDP/mm3
- Memburuknya pertukaran gas: desaturasi O2: PaO2/FiO2 ”240, atau pO2 <94%.,
keperluan pengisapan (suctioning)
peningkatan kebutuhan oksigen, atau perlunya peningkatan ventilator
dan jamur berfilamen
- peningkatan sekresi pernafasan termasuk peningkatan keperluan pengisapan
(suctioning)
­ - SNB: Saluran nafas bawah
- SNB: Saluran nafas bawah
­- Sekresi SNB adalah yang diambil dengan alat bronchoskopi dan merupakan spesimen
sekresi saluran nafas bawah yang mempunyai tingkat kontaminasi minimal
­
- Spesimen NSB dapat berupa lavage (bilasan) atau brushing

16 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit


26 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 27
- Sekresi SNB adalah yang diambil dengan alat selama bertahun-tahun, tetapi dengan kadar yang
bronchoskopi dan merupakan spesimen sekresi saluran semakin turun.
nafas bawah yang mempunyai tingkat kontaminasi ­ - PCR: Polymerase Chain Reaction, merupakan salah
minimal satu metode deteksi infeksi dengan cara memperbanyak
­ - Spesimen NSB dapat berupa lavage (bilasan) atau asam nukleat mikroba. Merupakan cara deteksi infeksi
brushing yang sangat sensitif dan waktu yang cepat.
­ - BAL: broncho alveolar lavage
­ - Antigen: merupakan komponen/protein dari mikroba.
Tes deteksi antigen menggunakan antibodi yang spesifik,
yang akan berikatan dengan antigen mikronba yang
ada pada spesimen tersebut.
­ - Metode deteksi antigen dapat berupa: micro-IF, RIA,
EIA, FAMA
­ - Antibodi: merupakan Imunoglobulin spesifik yang
dibuat tubuh bila ada antigen masuk. Karena hanya
merupakan reaksi respon, maka baru terdeteksi
setelah seminggu lebih terinfeksi, dan ada progres
peningkatan titer kalau baru diproduksi (fase akut) yang
akan terus meningkat setelah beberapa minggu, yang
kemudian menurun setelah beberapa bulan (sekitar
3 bulan) dan sebagaian besar akan tetap terdeteksi

28 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 29
Keterangan:
Keterangan:
x Tes konfirmasi merupakan tes-tes yang membantu memastikan adanya ISK.
- Tes konfirmasi mayor merupakan pemeriksaan kultur kuantitatif yang menghasilkan
-
•jumlah
koloni
Tes yang
konfirmasi merupakan
sedikit kemungkinan tes-tes
terjadi akibat yang membantu
kontaminasi
Tes konfirmasi minor merupakan pemeriksaan atau bukti ISK dengan keakuratan
yang kurang sebagai tanda adanya ISK.
- memastikan adanya ISK.
Tes komfirmasi minor dapat berupa: tes-tes kultur kuantitatif dengan jumlah koloni
yang meragukan adanya infeksi, pemeriksaan urine untuk melihat adanya
kemungkinan ISK tanpa melakukan kultur, dan keyakinan klinisi berdasarkan
­ - Tes konfirmasi mayor merupakan pemeriksaan
profesionalitasnya.
x urin aliran tengah (midstream) adalah specimen urin yang diambil dengan cara
membuang aliran pertama, dan aliran pancar tengah yang akhirnya dijadikan bahan
pemeriksaan. kultur kuantitatif yang menghasilkan jumlah koloni
x Spesimen untuk kultur urin harus didapatkan sengan tehnik yang benar, misalnya clean

yang sedikit kemungkinan terjadi akibat kontaminasi


catch collection untuk spesimen urin pancar tengah, atau kateterisasi.
x clean catch collection adalah tehnik pengambilan urine pancar tengah yang terutama
dilakukan terhadap pasien wanita, dengan cara membersihkan dulu jalan keluarnya urin
­ - Tes konfirmasi minor merupakan pemeriksaan
yang diambil secara spontan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi kontaminasi sampel
dari flora yang biasa terdapat pada muara dan urethra sekitarnya.
x Pada bayi, spesimen diambil dengan cara kateterisasi kandung kemih atau aspirasi supra

x
pubik.
atau bukti ISK dengan keakuratan yang kurang
ISK Lain: adalah ISK yang melibatkan jaringan lebih dalam dari sistem urinarius, mislnya
ginjal, ureter, kandung kemih, uretra dan jaringan sekitar retroperitonial atau rongga
perinefrik. sebagai tanda adanya ISK.
- Tes komfirmasi minor dapat berupa: tes-tes kultur
kuantitatif dengan jumlah koloni yang meragukan

18 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 19
30 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 31
adanya infeksi, pemeriksaan urine untuk melihat • ISK Lain: adalah ISK yang melibatkan jaringan lebih
adanya kemungkinan ISK tanpa melakukan dalam dari sistem urinarius, mislnya ginjal, ureter,
kultur, dan keyakinan klinisi berdasarkan kandung kemih, uretra dan jaringan sekitar
profesionalitasnya. retroperitonial atau rongga perinefrik.
• urin aliran tengah (midstream) adalah specimen
urin yang diambil dengan cara membuang aliran
pertama, dan aliran pancar tengah yang akhirnya
dijadikan bahan pemeriksaan.
• Spesimen untuk kultur urin harus didapatkan sengan
tehnik yang benar, misalnya clean catch collection
untuk spesimen urin pancar tengah, atau
kateterisasi.
• clean catch collection adalah tehnik pengambilan
urine pancar tengah yang terutama dilakukan
terhadap pasien wanita, dengan cara membersihkan
dulu jalan keluarnya urin yang diambil secara spontan.
Hal ini dilakukan untuk mengurangi kontaminasi
sampel dari flora yang biasa terdapat pada muara
dan urethra sekitarnya.
• Pada bayi, spesimen diambil dengan cara kateterisasi
kandung kemih atau aspirasi supra pubik.

32 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 33
B. Pengumpulan Data

1. Pengumpul Data
Tim PPI bertanggung jawab atas
pengumpulan data tersebut di atas, karena
mereka yang memiliki keterampilan dalam
mengidentifikasi IRS sesuai dengan
kriteria yang ada. Sedangkan pelaksana
pengumpul data adalah IPCN yang dibantu
IPCLN.

Mekanisme pelaksanaan surveilans :


IPCLN mengisi dan mengumpulkan formulir
surveilans setiap pasien berisiko di unit
Keterangan:
Keterangan:
x bukti lain terjadinya ILO dapat berupa temuan langsung, selama re-operasi, atau
berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi (PA) atau radiologi.
rawat masing-masing setiap hari. Pada
• bukti lain terjadinya ILO dapat berupa temuan awal bulan berikutnya, paling lambat tanggal
langsung, selama re-operasi, atau berdasarkan 5 formulir surveilans diserahkan ke Tim
hasil pemeriksaan histopatologi (PA) atau radiologi. PPI dengan diketahui dan ditandatangani
Kepala Ruangan.

20 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit


34 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 35
Angka kejadian infeksi.

4. Denominator
Denominator ditentukan oleh jenis infeksi rumah sakit.

Apabila ada kecurigaan terjadi infeksi,


IPCLN segera melaporkan ke IPCN untuk Jumlah kasus ISK
Insiden rate ISK = X 1000
ditindaklanjuti (investigasi). Jumlah lama hari pemakaian kateter urine menetap

2. Sumber Data
Jumlah kasus IADP
Insiden rate IADP = X 1000
Jumlah lama hari pemakaian kateter vena sentral

Sumber data diperoleh dari :


• Rekam medis Jumlah kasus pneumonia
• Catatan perawatan Insiden rate HAP =
Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Jumlah lama hari rawat
X 1000
21
• Catatan hasil pemeriksaan penunjang
(laboratorium dan radiologi) Jumlah kasus VAP
Insiden rate VAP = X 1000
• Farmasi Jumlah lama hari pemakaian ETT

• Pasien / keluarga pasien.


Jumlah kasus ILO
Insiden rate ILO = X 100
Jumlah kasus operasi
3. Numerator
Angka kejadian infeksi. Insiden rate Plebitis =
Jumlah kasus Plebitis
X 1000
Jumlah lama hari pemakaian kateter perifer

4. Denominator
Jumlah kasus Dekubitus
Denominator ditentukan oleh jenis infeksi Insiden rate Dekubitus =
Jumlah lama tirah baring
X 1000

rumah sakit.
5. Pengolahan dan Penyajian Data.
5. Pengolahan dan Penyajian Data.

C. Perhitungan
Perhitungan dilakukan dalam satu bulan.
Kurun waktu harus jelas dan sama antara numerator dan denominator
sehingga laju tersebut mempunyai arti.
36 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit
Surveilans merupakan kegiatan yang sangat membutuhkan waktu dan
menyita hampir separuh waktu kerja seorang IPCN sehingga dibutuhkan
37
penuh waktu / full time. Dalam hal ini bantuan komputer akan sangat
C. Perhitungan Dalam penggunaan komputer tersebut, ada
beberapa hal yang harus dipertimbangkan,
Perhitungan dilakukan dalam satu bulan. yaitu :
Kurun waktu harus jelas dan sama antara a. Memilih sistem komputer yang akan
numerator dan denominator sehingga laju dipakai, komputer mainframe atau
tersebut mempunyai arti. komputer mikro.
Surveilans merupakan kegiatan yang sangat Komputer mainframe bekerja jauh lebih
membutuhkan waktu dan menyita hampir cepat, memuat data jauh lebih besar dan
separuh waktu kerja seorang IPCN sehingga memiliki jaringan yang dapat diakses
dibutuhkan penuh waktu / full time. Dalam hal di seluruh area rumah sakit. Semua data
ini bantuan komputer akan sangat membantu, pasien seperti sensus pasien, hasil
terutama akan meningkatkan efisien pada saat laboratorium dan sebagainya, dapat dikirim
analisis. Besarnya data yang harus dikumpulkan secara elektronik. Namun harus diingat
dan kompleksitas cara analisisnya merupakan bahwa komputer mainframe adalah cukup
alasan mutlak untuk menggunakan jasa mahal baik pembelian maupun
komputer, meski di RS kecil sekalipun. Lagi pula operasionalnya. Tidak setiap orang dapat
sistem surveilans tidak hanya berhadapan menggunakannya dan memerlukan
dengan masalah pada waktu sekarang saja, pelatihan yang intensif. Software untuk
tetapi juga harus mengantisipasi tantangan di program pencegahan dan pengendalian
masa depan. IRS bagi komputer mainframe sampai saat
ini masih terbatas. Mikrokomputer jauh

38 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 39
lebih murah dan lebih mudah dioperasikannya diketemukan penyebab dilanjutkan dengan
oleh setiap petugas. alternatif pemecahannya. Dan diantara
pemecahan dipilih yang laik laksana bagi RS
b. Mencari software yang sudah tersedia dan atau Fasilitas Pelayanan Kesehatan setempat.
memilih yang digunakan. Hasil analisa data disajikan dalam bentuk tabel,
Pemilihan software harus dilakukan hati- diagram dan grafik.
hati dengan mempertimbangkan maksud
dan tujuan dari surveilans yang akan
dilaksanakan di rumah sakit. E. Pelaporan, Rekomendasi dan Diseminasi

Prinsip pelaporan surveilans IRS :


D. Analisis dan interpretasi • Laporan dibuat sistematik, singkat, tepat
waktu dan informatif.
Data insiden rate dianalisa, apakah ada perubahan • Laporan dibuat dalam bentuk grafik atau
yang signifikan seperti penurunan maupun tabel.
peningkatan IRS yang cukup tajam atau • Laporan dibuat bulanan, triwulan, semester
signifikan, kemudian dibandingkan dengan atau tahunan.
jumlah kasus dalam kurun waktu bulan yang • Laporan disertai analisis masalah dan
sama pada tahun yang lalu.Jika terjadi rekomendasi penyelesaian.
perubahan yang signifikan dicari faktor-faktor • Laporan dipresentasikan dalam rapat
penyebabnya mengapa hal tersebut terjadi. Bila koordinasi dengan pimpinan.

40 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 41
Instruksi Pelaporan
Diseminasi ● Tetapkan data populasi yang sama
Tujuan diseminasi agar pihak terkait dapat berdasarkan jenis lokasi insersi:
memanfaatkan informasi tersebut untuk - Vena / arteri sentral
menetapkan strategi pengendalian IRS. Laporan - Vena / arteri perifer
disampaikan pada seluruh anggota komite, ● Tetapkan kriteria IADP :
direktur rumah sakit, ruangan atau unit terkait. - Kolonisasi atau kontaminasi.
● Bedakan Lokasi perawatan terjadinya
IADP infeksi misalnya :
- ICU.
Petunjuk Pelaporan - NICU.
● Plebitis yang purulen dikonfirmasi dengan - Ruang Perawatan.
hasil positif kultur semikuantitatif dari ujung
kateter, tetapi bila hasil kultur negatif atau * Analisa dengan cepat dan tepat, untuk
tidak ada kultur darah, maka tidak dilaporkan mendapatkan informasi angka infeksi,
sebagai IADP. lokasi dan waktu terjadinya IADP yang me-
merlukan penanggulangan atau investigasi
● Pelaporan mikroba dari hasil kultur darah lebih lanjut.
sebagai IADP bila tidak ditemukan infeksi
pada bagian tubuh yang lain.

42 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 43
- Vena / arteri sentral
- Vena / arteri perifer
‫ ڗ‬Tetapkan kriteria IADP :
- Kolonisasi atau kontaminasi.
‫ ڗ‬Bedakan Lokasi perawatan terjadinya infeksi misalnya :
* Bandingkan angka IADP : Apakah ada - Laporkan infeksi pada luka bakar sebagai
- ICU.
- NICU.
penyimpangan? dimana terjadi kenaikkan BURN.
- Ruang Perawatan.

atau penurunan yang cukup tajam ? - infeksi,Bilalokasi


infeksi padaterjadinya
tempatIADP insisi
yangmengenai
Analisa dengan cepat dan tepat, untuk mendapatkan informasi angka
dan waktu memerlukan
penanggulangan atau investigasi lebih lanjut.
atau melanjut sampai ke fascia dan jaringan
Bandingkan angka IADP : Apakah ada penyimpangan? dimana
ILO otot, laporkan sebagai ILO profunda (“deep
terjadi kenaikkan atau penurunan yang cukup tajam ?

Instruksi pelaporan:
ILO
incisional
Instruksi pelaporan: SSI”).
- Jangan melaporkan “stitch abscess” (inflamasi minimal dan adanya
- Jangan melaporkan “stitch abscess” - keluar Apabila infeksi memenuhi
cairan [discharge] kriteria/tusukan
pada tempat penetrasi
atau tempat jahitan) sebagai suatu infeksi.
sebagai
jarum

(inflamasi minimal dan adanya keluar ILOinfection”)


wound superficial dan ILO,
sebagai ILO sebaiknya
profundadilaporkan
klasifikasikan
- Jangan melaporkan infeksi luka yang terlokalisir (“localized stab
sebagai
infeksi kulit (SKIN) atau infeksi jaringan lunak (ST) tergantung dari
cairan [discharge] pada tempat penetrasi / sebagai ILO profunda.
kedalamannya infeksi.
- Laporkan infeksi pada tindakan sirkumsisi pada bayi baru lahir
tusukan jarum atau tempat jahitan) sebagai sebagai CIRC. Sirkumsisi tidak termasuk kedalam prosedur operasi
pada NHSN.
- Laporkan infeksi pada luka bakar sebagai BURN.
suatu infeksi. Instruksi pencatatan / pelaporan:
- Bila infeksi pada tempat insisi mengenai atau melanjut sampai ke
fascia dan jaringan otot, laporkan sebagai ILO profunda (“deep
- Jangan melaporkan infeksi luka yang Secara spesifik tempat terjadinya infeksi harus
incisional SSI”).
- Apabila infeksi memenuhi kriteria sebagai ILO superficial dan ILO

terlokalisir (“localized stab wound infection”) dicantumkan dalam pelaporan ILO organ/rongga
profunda klasifikasikan sebagai ILO profunda.

Instruksi pencatatan / pelaporan:


sebagai ILO, sebaiknya dilaporkan sebagai tubuh (lihat tempat
Secara spesifik juga kriteria
terjadinya untuk tempat
infeksi harus tersebut):
dicantumkan dalam
pelaporan ILO organ/rongga tubuh (lihat juga kriteria untuk tempat
infeksi kulit (SKIN) atau infeksi jaringan tersebut):

- BONE - LUNG - BRST - MED - CARD - MEN


lunak (ST) tergantung dari kedalamannya - DISC - ORAL - EAR - OREP - EMET - OUTI

infeksi. - ENDO - SA - EYE - SINU - GIT - UR

24 - IAB - VASC - IC - VCUF


Pedoman - JNT
Surveilans Infeksi Rumah Sakit
- Laporkan infeksi pada tindakan sirkumsisi Biasanya infeksi organ/rongga tubuh keluar (drains) melalui tempat
insisi. Infeksi tersebut umumnya tidak memerlukan re-operasi dan
pada bayi baru lahir sebagai CIRC. dianggap sebagai komplikasi dari insisi, sehingga keadaan tersebut
harus diklasifikasikan sebagai suatu ILO profunda.

Sirkumsisi tidak termasuk kedalam prosedur Pneumonia


Hasil surveilans angka infeksi HAP dan VAP disampaikan ke unit terkait
operasi pada NHSN. secara berkesinambungan.

44 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 45
Biasanya infeksi organ/rongga tubuh keluar BAB IV
(drains) melalui tempat insisi. Infeksi tersebut PENUTUP
umumnya tidak memerlukan re-operasi dan
dianggap sebagai komplikasi dari insisi, Infeksi rumah sakit menjadi masalah yang tidak
sehingga keadaan tersebut harus diklasifikasikan bisa dihindari sehingga dibutuhkan data dasar
sebagai suatu ILO profunda. infeksi untuk menurunkan angka yang ada. Untuk
itu perlunya melakukan surveilans dengan metode
Pneumonia yang aktif, terus menerus dan tepat sasaran.
Hasil surveilans angka infeksi HAP dan VAP
disampaikan ke unit terkait secara Pelaksanaan surveilans memerlukan tenaga
berkesinambungan. khusus yang termasuk tugas dari IPCN. Untuk itu
diperlukan tenaga IPCN yang purna waktu.

46 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit 47
48 Pedoman Surveilans Infeksi Rumah Sakit

You might also like