You are on page 1of 24

STRUKTUR BAJA

SPD 1431

Sub Bahasan
BATANG TARIK

Prepared by : H. KOESPIADI, Ir. MT.


Tujuan Pembelajaran :
• Mengetahui Perilaku Keruntuhan Batang Tarik
• Melakukan Proses Desain Penampang Suatu Komponen Struktur Tarik

Pokok Pokok Pembahasan :


1. Pendahuluan
2. Tahanan Nominal
3. Luas Netto
4. Efek Lubang Berselang seling pada Luas Netto
5. Luas Netto Efektif
6. Geser Blok ( Block Shear )
7. Kelangsingan Struktur Tarik
8. Transfer Gaya Pada Sambungan
• Di Jumpai Pada banyak Struktur : Jembatan, Rangka Atap, Menara,
Ikatan angin, dll.
• Efektif Dalam Memikul Beban
• Dapat Terdiri atas Profil Tunggal, atau profil tersusun
• Contoh Profil Batang Tarik :
Pada Struktur Atap Dengan Rangka Batang Banyak dijumpai Batang Tarik,
bisa berupa profil siku atau profil T
Pada Struktur Jembatan Banyak dijumpai Batang Tarik, bisa WF, Profil
buatan dll.
Penentuan Tahanan Nominal batang tarik

Leleh dari luas penampang Kotor, didaerah jauh dari


sambungan

Fraktur dari luas penampang efektif pada daerah sambungan

Geser Blok pada Sambungan

Menurut SNI 03-1729-2002 pasal 10.1 : Komponen struktur yang menerima


beban tarik aksial terfaktor sebesar Tu maka harus memenuhi :

Tu  Tn
Bila Kondisi Leleh yang menentukan , maka tahanan nominal, Tn dari batang
tarik memenuhi persamaan :

Tn = Ag fy

dimana : Ag = luas penampang kotor, mm2


fy = kuat leleh material, MPa

Untuk Batang Tarik yang mempunyai lubang ( untuk penempatan sambungan ),


maka luas penampangnya tereduksi di sebut luas Netto (An), Lubang pada batang
menimbulkan konsentrasi tegangan akibat beban kerja.
Bila kondisi fraktur pada sambungan yang menentukan, maka tahanan nominal, Tn, dari
batang tersebut memenuhi persamaan :

Tn = Ae fu

Dengan : Ae = luas penampang efektif = U. An


An = luas netto penampang, mm2
U = Koefisien reduksi
fu = tegangan tarik putus, Mpa

Dengan  adalah faktor tahanan, yang besarnya adalah :


 = 0,9 untuk kondisi leleh, dan
 = 0,75 untuk kondisi fraktur
Lubang yang dibuat pada sambungan untuk menempatkan alat pengencang
seperti baut atau paku keling, mengurangi luas penampang sehingga
mengurangi pula tahanan penampang tersebut , lubang yang dibuat harus 2
mm lebih besar dari baut / paku kelingnya dengan ukuran baut 24 mm bila
menggunakan baut lebih besar dari 24 maka lubang diambil 3 mm lebih besar.

Luas netto penampang batang tarik tidak boleh diambil lebih besar daripada
85% luas brotonya,
An  0,85 Ag
Contoh :
Hitung luas netto, An dari batang tarik berikut ini, baut yang digunakan berdiameter
19 mm, lubang dibuat dengan metode punching

Lubang baut  19 mm

T T
Pelat 6 x 100 mm

Solusi :
Luas Kotor, Ag = 6 x 100 = 600 mm2
Lebar lubang = 19 + 2 = 21 mm

An = Ag - ( lebar lubang x tebal pelat )


= 600 – 6 x 21 = 474 mm2 < 85% Ag ( = 510 mm2 )
Lubang baut dapat diletakan berselang seling seperti pada gambar 3.5. Dalam SNI
03-1729-2002 pasal 10.2.1 diatur mengenai cara perhitungan luas netto
penampang dengan lubang yang diletakan berselang seling, dinyatakan bahwa luas
netto harus dihitung berdasarkan luas minimum antara potongan 1 dan potongan
2
1

T U T

Keruntuhan potongan 1 – 1 dan 2 1


potongan 1 - 2
S
Dari Potongan 1 – 1 diperoleh : An = Ag – n. d. t
Dari Potongan 1 – 2 diperoleh : An = Ag – n. d. t +  (S 2. t )/ (4 u )
Dimana : Ag = luas penampang kotor, An = luas penampang netto , t = tebal
penampang, d = diameter lubang, n = banyak lubang dalam satu potongan, s, u
= jarak antara lubang
Contoh :
Tentukan Anetto minimum dari batang tarik berikut ini,  baut = 19 mm,
tebal pelat 6 mm

Luas kotor, Ag = 6 x ( 60 + 60 + 100 + 75 ) = 1770 mm2 , lebar lubang = 19 +


2 = 21 mm
Potongan AD : An = 1770 – 2 (21)(6) = 1518 mm2
Potongan ABD : An = 1770 – 3(21)(6) + (552)x 6/4 x 60 + (552)x 6/4 x 100
= 1513 mm2
Potongan ABC : An = 1770 – 3(21)(6) + (552)x 6/4 x 60 + (502)x 6/4 x 100
= 1505,125 mm2
Periksa terhadap syarat An  0.85. Ag
0,85 Ag = 0,85 (1770) = 1504,5 mm2
Jika sambungan yang diletakan berselang seling tersebut dijumpai pada
sebuah profil siku, kanal atau WF, maka penentuan nilai u dapat dilakukan
sebagai berikut :
a. Profil siku sama kaki atau tak sama kaki
Contoh :
Hitung An minimum dari batang tarik berikut, yang terbuat dari profil siku
L100.150.10 dengan  lubang = 25 mm

JAWAB :

Luas kotor Ag = 2420 mm2 ( tabel profil baja )


Lebar Lubang = 25+2 = 27 mm
Potongan AC = An = 2420 – 2(27)(10) = 1880 mm2
Potongan ABC = An = 2420 – 3(27)(10) + 752x10/4x60 + 752x10/4x105 =
1978,3 mm2
Periksa terhadap syarat An = 0,85. Ag.
0,85 Ag = 0,85 (2420) = 2057 mm2
Jadi An minimum adalah 1880 mm2
Contoh :
Hitunglah luas netto dari profil CNP 20 berikut ini, jika baut yang digunakan
berdiamater 16 mm

JAWAB :

Ukuran lubang = 16 + 2 = 18 mm
Potongan 1 : An = 3220 – 2(18)(11,5) – 8,5(18) = 2653 mm2
Potongan 2 : An = 3220 – 2(18)11,5) – 2(18)(8,5)+ ((502)(11,5+8,5)/2))/(4x
71,5) + ((502)(8,5)/2))/(4x100) = 2640,54 mm2
Periksa terhadap syarat An  0,85 Ag
0,85 Ag = 0,85 x (3220) = 2737 mm2
Jadi Ag minimum adalah 2640,54 mm2
Kinerja batang tarik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, tetapi yang
penting di cermati adalah sambungan karena sambungan akan
memperlemah batang tersebut. Efisiensi sambungan merupakan fungsi dari
daktilitas material, jarak antar alat pengencang, konsentrasi tegangan pada
lubang baut serta shear lag.
Shear lag terjadi bila komponen batang tarik hanya disambung sebagian saja.
Salah satu mengatasi shear lag adalah dengan memperpanjang sambungan,
Shear lag diistilahkan menjadi luas netto efektif yang dinyatakan sebagai
berikut :

Ae = U. An

Dengan Ae = Luas efektif penampang


An = Luas Netto penampang
U = koefisien reduksi = 1 – x/L < 0,9
x = exsentrisitas sambungan
L = panjang sambungan dalam arah gaya tarik
Shear Lag
Apabila gaya tarik disalurkan dengan menggunakan alat penyambung las,
maka akan ada 3 macam kondisi yang dijumpai yaitu :

1. Bila gaya tarik disalurkan hanya oleh las memanjang ke elemen bukan
pelat atau oleh kombinasi las memanjang dan melintang, maka Ae = Ag
2. Bila gaya tarik disalurkan oleh las melintang saja :
Ae = luas penampang yang disambung las ( u = 1 )
3. Bila gaya tarik disalurkan ke elemen pelat oleh las memanjang sepanjang
kedua sisi bagian ujung elemen : Ae = u Ag

Dengan : u = 1 untuk L  2 w, u = 0,87 untuk 2w > L  1,5 w, u = 0,75 untuk


1,5w > L  w, L = panjang las, w = jarak antar las memanjang (lebar
pelat )
Selain ketentuan diatas, koefisien reduksi u untuk beberapa penampang
menurut manual dari ASTM adalah :
1. Penampang 1 dgn b/h = 2/3 atau penampang T yang dipotong dari
penapang I dan sambungan pada pelat sayap dengan jumlah baut lebih
atau sama dengan 3 buah perbaris u = 0,9
2. Untuk penampang yang lain dengan jumlah alat pengencang minimal 3
buah per baris u = 0,85
3. Semua penampang dengan banyak baut = 2 buah u = 0,75
Contoh :
Plat dengan ukuran 10 x 150 mm dihubungkan dengan pelat berukuran 10 x
250 mm menggunakan sambungan las seperti pada gambar. Hitunglah tahana
tarik rencana dari struktur tersebut, jika mutu baja adalah BJ 41 ( fy = 250
Mpa, fu = 410 Mpa )

JAWAB :
Kondisi leleh :  Tn =  Ag. fy = 0,9 (150)(250) = 33,75 ton
Kondisi fraktur :
1,5w = 225 mm > L = 200 mm > w = 150 mm u = 0,75
Ae = u. An = 0,75 (10)(150) = 1125 mm2
 Tn =  Ae fu = 0,75 (1125)(410) = 34,6 ton
Jadi tahanan tarik rencana dari komponen struktur adalah = 33,75 ton
Elemen plat tipis menerima beban tarik, dan disambungkan dengan alat
pengencang, tahanan dari komponen tarik tersebut kadang ditentukan oleh
kondisi batas sobek atau sering disebut geser block. Pada gambar dibawah
profil siku yang mengalami sobek pada potongan a-b-c, bagian ini sobek .
Geser blok merupakan penjumlahan tarik leleh pada irisan dengan geser
fraktur pada irisan lainnya yang saling tegak lurus. Dan tahanan nominal tarik
dalam keruntuhan geser blok pada persamaan :

1. Geser leleh – tarik fraktur ( fu.Ant  0,6 fu Anv )


Tn = 0,6 fy. Agv + fu. Ant

2. Geser fraktur – Tarik Leleh ( fu. Ant < 0,6. fu. Anv )
Tn = 0,6 fu. Anv + fy. Agt

Dengan : Agv = luas kotor akibat geser


Agt = luas kotor akibat tarik
Anv = luas netto akibat geser
Ant = luas netto akibat tarik
fu = kuat tarik
fy = kuat leleh
Contoh :
Bila rasio beban hidup dengan beban mati adalah sama dengan 3, L/D = 3,
hitunglah beban kerja yang dapat dipikul olej profil L100.100.10, dengan baut
berdiamater 16 mm yang disusun seperti pada gambar dibawah ini. BJ baja 37
(fy = 240, fu = 370)

JAWAB :
Kondisi leleh : Tn =  Ag fy = 0,9(1920)240) = 41,472 ton
Kondisi Fraktur :
An1 = 1920 – 10(16+2) = 1740 mm2 ( 90,6%Ag)
An2 = 1920 – 2(10)(16+2) + (502x10) / 4x40= 1716,25 mm2 ( 89,4%Ag)
An menentukan = 85% Ag = 0,85 x 1920 = 1632 mm2
U = 1 – x/L = 1 – 28,2 / 4x50 = 0,86
Ae = u. An = 0,86 x 1632 = 1403,52 mm2
Tn =  Ae fu = 0,75 (1403,52)370 = 38,95 ton jadi tahanan rencana ,
Td=38,95 ton
Td > Tu = 1,2D+1,6L 38,95 = 1,2D + 1,6 (3D) = 6D diperoleh D=6,49 ton
dan L = 19,47 ton. Beban kerja, D + L = 6,49 + 19,47 = 25,96 ton
Untuk Mengurangi problem yang terkait dengan lendutan besar dan vibrasi,
maka komponen struktur tarik harus memenuhi syarat kekakuan. Syarat ini
berdasarkan pada rasio kelangsingan,  = L/r, dengan, nilai  diambil
maksimum 240 untuk batang tarik utama, dan 300 untuk batang tarik sekunder

Pada umumnya lubang pada batang tarik digunakan oleh alat pengecang,
baut atau paku keling untuk mentranfer gaya dari suatu batang ke batang tarik
yang lainnya. Anggapan dasar alat pengencang dengan ukuran yang sama
akan menyalurkan gaya yang sama besarnya bila diletakan secara simetri
terhadap garis netral komponen struktur tarik.
Prepared by : H. Koespiadi, Ir, MT

You might also like