Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Perdarahan bertanggung jawab atas 28 persen kematian ibu, salah satu
penyebab kematian ibu sebagian besar kasus perdarahan dalam masa nifas yang
terjadi karena retensio plasenta, sehingga perlu dilakukan upaya penanganan yang
baik dan benar yang dapat diwujudkan dengan upaya peningkatan ketrampilan
tenaga kesehatan khususnya dalam pertolongan persalinan, peningkatan
manajemen Pelayanan Obstetric Neonatal Emergensi Dasar dan Pelayanan
Obstetric Neonatal Emergensi Komprehensif, ketersediaan dan keterjangkauan
fasilitas kesehatan yang merupakan prioritas dalam pembangunan sektor
kesehatan guna pencapaian target MDG’s tersebut.
Data WHO menunjukkan sebanyak 99 persen kematian ibu akibat masalah
persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang. Rasio kematian
ibu di negara-negara berkembang merupakan yang tertinggi dengan 450 kematian
ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian
ibu di sembilan negara maju dan 51 negara persemakmuran (WHO, 2010).
Angka Kematian Ibu di Indonesia masih relatif lebih tinggi jika
dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN. Berdasarkan data WHO
untuk tahun 2010 Rasio kematian ibu (MMR) selama kehamilan dan melahirkan
atau dalam 42 hari setelah melahirkan, per 100.000 kelahiran hidup untuk negara
Indonesia sebesar berkisar antara 140-380/100.000 kelahiran hidup sedangkan
untuk sesama negara ASEAN seperti Thailand berkisar antara 32-36/100.000
Kelahiran Hidup dan Malaysia 14-68/100.000 kelahiran hidup. Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia Tahun 2007 menyebutkan bahwa AKI di Indonesia
untuk periode lima tahun sebelum survei (2003-2007) sebesar 228 per 100.000
kelahiran hidup (Depkes RI, 2009).
1
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Mahasiswi mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu bersalin
atas indikasi retensio plasenta di BPS Hj.Ratna Ramlah.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswi mampu mengumpulkan data subjektif pada ibu bersalin
dengan retensio plasenta.
b. Mahasiswi mampu mengumpulkan data objektif pada ibu bersalin
dengan retensio plasenta.
c. Mahasiswi mampu menentukan assesment pada ibu bersalin dengan
retensio plasenta.
d. Mahasiswi mampu menentukan planning pada ibu bersalin dengan
retensio plasenta.
C. MANFAAT
1. Bagi Mahasiswi
Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai ibu bersalin
dengan retensio plasenta.
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
Retensio plasenta adalah apabila plasenta belum lahir setangah jam setelah
janin lahir (Winkjosastro, 2010 ). Retensio plasenta yaitu suatu keadaan dimana
plasenta belum lahir dalam waktu setengah jam setelah kelahiran bayi (Djuhadiah
S,2012).
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa retensio plasenta
ialah plasenta yang belum lahir dalam setengah jam setelah janin lahir, keadaan
ini dapat diikuti perdarahan yang banyak, artinya hanya sebagian plasenta yang
telah lepas sehingga memerlukan tindakan plasenta manual dengan segera.
3
d. Plasenta perkreta yaitu vili khorialis tumbuh menembus serosa atau
peritoneum dinding rahim.
4
h. Syok jarang
2. Paritas
Paritas lebih dari 3 mempunyai angka kematian lebih tinggi, lebih tinggi
paritas lebih tinggi kematian maternal. Salah satu faktor yang mempengaruhi
terjadinya retensio plasenta adalah sering dijumpai pada multipara dan grande
multipara. Multipara adalah seorang ibu yang pernah melahirkan bayi beberapa
kali ( samapi 5 kali), sedangkan grande multipara adalah seorang ibu yang pernah
melahirkan bayi 6 kali atau lebih, hidup atau mati ( Sarwono, 2010 ).
5
Insiden perdarahan post partum dengan retensio plasenta, faktor resiko
yang berpengaruh terhadap kejadian ini adalah multiparitas ( paritas > 3 ), faktor
resiko lebih dari 3 dapat meningkatkan resiko hampir 5 kali dibandingkan dengan
2 faktor resiko ( Geocities, 2009 ).
6
serviks, minta asisten untuk memegang tali pusat, dan tangan kiri penolong
berada di fundus.
f. Tangan kanan terus menyusuri tali pusat hingga bertemu dengan pangkal tali
pusat (insersi tali pusat). Buka tangan seperti orang bersalaman dengan ibu
jari menempel jari telunjuk.
g. Carilah bagian plasenta yang sudah terlepas. Lepaskan plasenta dengan cara
menyisir mulai dari bagian plasenta yang terlepas dengan sisi ulna (sisi
kelingking). Setelah semua plasenta terlepas, bawa plasenta sedikit kedepan.
h. Tangan kanan kembali kebelakang untuk mengeksplorasi ulang apakah
plasenta sudah terlepas semua. Jika teraba licin, berarti plasenta sudah
terlepas semua.
i. Keluarkan plasenta dengan tangan kanan. Tangan kiri pindah diatas supra
simpisis untuk menahan agar tidak terjadi inversio uteri.
j. Setelah plasenta keluar dari uterus, tangan kiri mendorong uterus di atas
simpisis kearah dorso kranial untuk mengembalikan posisi uterus ke tempat
semula. Setelah plasenta keluar, segera lakukan masase 15 kali searah jarum
jam.
7
BAB III
TINJAUAN KASUS
8
Mata : Simetris, sclera ikterik (-), konjungtiva pucat (-)
Mulut : Caries (-), Gigi berlubang (-), Sariawan (-), Bersih
b. Palpasi
Leher : Pembengkakan kelenjar tiroid (-), kelenjar limfe (-), vena
jugularis (-)
Payudara : Benjolan (-), areola menghitam, papilla menonjol
Abdomen : Bekas SC (-)
L1 : 3 jari px (33 cm)
L2 : Puka
L3 : Kepala
L4 : Divergent (3/5)
His : 4x10`45``
TBBJ : 3410 gram
c. Perkusi
Reflek patella (+)
d. Auskultasi
DJJ : 140 x/m
3. Pemeriksaan dalam :
Porsio : Tebal
VT : 5 cm
Ketuban : Utuh
Hodge : II
A : Ny. A berusia 41 tahun G5P3A1 dengan usia kehamilan 38-39 minggu dengan
inpartu kala I fase aktif. k/u ibu dan janin baik
9
- Menyiapkan perlengkapan persalinan, seperti :
a) Partus set dan heacting set
b) Obat-obatan esensial
- Melakukan pemantauan DJJ, His, N, 30 menit sekali dan TD, RR, VT, 4
jam sekali atau bila ada indikasi
S : Ibu mengatakan sakit perut menjalar ke pinggang dan ada rasa ingin meneran.
10
- Saat dahi tampak, pimpin ibu untuk meneran, tahan perineum/stenen
dengan tangan kanan, tangan kiri menahan kepala secara lembut.
- Lahir kepala, cek lilitan tali pusat. Bila tidak ada lilitan tali pusat, tunggu
putaran paksi luar, lakukan biparietal/tangan seperti bersalaman. Tarik
kepala kebawah keluarkan bahu atas(posterior), tarik kepala keatas
keluarkan bahu bwah (anterior).
- Hand manuver, lakukan sanggah susur, nilai bayi sepintas (tangisan dan
tonus otot).
- Letakkan diatas perut ibu dan hangatkan.
- Beritahu ibu akan dilakukan penyuntikan oxytosin di 1/3 paha bagian luar.
- Urut tali pusat dari arah vulva kearah bayi (distal), 5 cm dari distal, jepit
dengan arteri klem. Urut kembali kearah distal ±3 cm jepit dengan
umbilical. Lindungi perut bayi, potong tali pusat. Usap potongan tali pusat
dengan kassa steril.
- Keringkan sambil rangsang taktil, letakkan diperut ibu skin to skin. Buat
topi dan selimutkan.
- Lakukan IMD
- Menyuruh ibu untuk memeluk bayinya
Catatan jam 09:07 WIB : Bayi lahir segera menangis, gerakan aktif, JK :
Laki-laki.
S : Ibu merasa perutnya terasa mulas. Ibu juga merasa lega dan senang dengan
kelahiran bayinya.
11
A : Ibu P4A1 dalam Kala III Persalinan
k/u ibu baik
12
5. Keluarkan plasenta, lakukan masase dan periksa kelengkapan
plasenta
- Observasi perdarahan:
a. Observasi kontraksi uterus
b. Periksa plasenta yang sudah dikeluarkan selaput dan kotiledonnya
c. Kontrol robekan vagina dan perineum
Jam 09:43 WIB: Plasenta lahir lengkap dengan manual plasenta,
perdarahan normal. Berat plasenta 370 gr. Infus RL
20 tetes/menit masih terpasang. Perineum rupture
tingkat I.
A: Ibu post partum kala IV dengan manual plasenta dan robekan perineum
tingkat I. k/u ibu baik
13
- Bersihkan ibu
- Pantau IMD
- Rendam alat dalam larutan klorin
- Mengobservasi TTV dan kontraksi, kandung kemih, TFU, perdarahan
setiap 15 menit dalam 1 jam pertama, dan setiap 30 menit dalam 1 jam
kedua
- Memberikan konseling tentang :
a. Istirahat yang cukup
b. Makan makanan yang bergizi
c. Menjaga kehangatan bayi
d. ASI eksklusif
e. Perawatan tali pusat dan laserasi
14
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
B. SARAN
1. Bagi Mahasiswa
Disarankan untuk aktif belajar dan berlatih, guna untuk pengetahuan dan
keterampilan mengenai asuhan kebidanan dengan retensio plasenta dan dapat
memberikan asuhan secara maksimal pada ibu dengan retensio plasenta.
2. Bagi Pendidik
Demi kelancaran pelaksanaan prektek klinik, diharapkan pada
pembimbing untuk lebih sering mengontrol dan meningkatkan bimbingan pada
mahasiswa.
3. Bagi Lahan
Diharapkan bagi lahan untuk lebih memberikan pelayanan yang
komprehensif bagi pasien dan menerapkan semboyan lebih baik mencegah dari
pada mengobati.
15
DAFTAR PUSTAKA
16