You are on page 1of 12

KERJASAMA INDONESIA-JEPANG DALAM SEKTOR AGRIBISNIS

(STUDI KASUS: EKSPOR KAKAO INDONESIA KE JEPANG)

Nadia Ayu Lestari


Email: nadiaayulestari@gmail.com

Pembimbing:
Dr. Pazli, S.IP, M.Si
Program Studi Hubungan Internasional
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau
Kampus Bina Widya Jl.H.R Soebrantas Km.12,5 Simpang Baru Panam
Pakanbaru 28293
Telp/fax : 0761-63277
Abstract
This research analyzes the trade of Indonesian’s cocoa export cooperation to
Japan after there is Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA).
Trade of Indonesian’s cocoa export has not yet become the main importir state for
Japan. Besides that, the import policy that is implemented by Japan’s government is
still felt as hindrance for Indonesian in entering Japan’s market. The policy is plant
protection act and food sanitation act. Based on plant protection act, cocoa product
such as raw cocoa beans must accompanied with Phytosanitary Certificate with the
suitable format from International Plant Protection from origin state that reveals that
the import product doesn’t contain desease bactery and harm. Meanwhile, based on
food sanitation act, the import product must fill standard limit rule of chemistry
component including in positive list that is done by Ministry of Health, Labour and
Welfare in Japan.
The research methode that is used by the writer is the analyze descriptive. It is
research methode that is used to describe or systematically a moment or problem that
become study topic systematically and rely on analyze against the events from sequence
perspective and data arrangement. In the implementation, this methode limits not only
in collecting and data arrangement, but also analyze and interpretation against those
data. The Indonesian’s cocoa export trade to Japan influence fluctuation. Therefore
Indonesian still keeps doing effort in increasing cocoa export to Japan. The effort is
done is Indonesian National Standard implementation, promotion increase, and
economy cooperation relation increase with Japan.
Keywords: Bilateral Cooperation, IJEPA, Export, Cocoa

JOM FISIP Vol. 4. No. 2 - Oktober 2017 Page 1


Pendahuluan menjadikan Jepang sebagai incaran
banyak negara pengekspor di dunia
Kerjasama antara negara baik termasuk Indonesia.1 Indonesia
dalam lingkup bilateral, regional dan memanfaatkan kesempatan itu untuk
multilateral sangat dibutuhkan oleh bekerjasama dalam berbagai bidang.
suatu negara, dimana suatu negara tidak Sejak tahun 1966 sampai
bisa hidup sendiri tanpa adanya sekarang antara pemerintah Indonesia
interaksi dengan negara lainnya baik dan Jepang telah dilakukan sekitar 200
dalam sektor ekonomi, politik, sosial pertukaran nota yang menyangkut
budaya dan lain-lain. Indonesia sebagai kerjasama di bidang perikanan,
salah satu negara agraris mempunyai pertanian, kehutanan, peningkatan
banyak peluang untuk menjalin produksi pangan dan bantuan keuangan
kerjasama ekonomi dalam sektor Jepang.2 Selanjutnya dalam rangka
agribisnis dengan beberapa negara. meningkatkan hubungan kerjasama
Sektor agribisnis merupakan salah satu ekonomi yang lebih komperehensif
sektor yang memberi sumbangan cukup antara Indonesia dengan Jepang, pada
besar bagi devisa negara. Selama ini masa Presiden RI Susilo Bambang
Indonesia telah menjalin kerjasama Yudhoyono dan Perdana Menteri
perdagangan dalam sektor agribisnis Jepang Shinzo Abe pada tanggal 20
dengan beberapa negara, salah satu Agustus 2007 menyepakati adanya
negara yang cukup berpengaruh ialah kemitraan ekonomi antara Indonesia
Jepang. dengan Jepang melalui
Jepang merupakan salah satu penandatanganan Indonesia-Japan
negara maju di Asia yang senantiasa Economic Partnership Agreement
diperhitungkan dalam menentukan (IJEPA). Indonesia Japan Economic
strategi politik, keamanan maupun Partnership Agreement (IJEPA)
ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik. merupakan kesepakatan perdagangan
Posisi strategis Jepang tersebut bebas dalam bingkai kesepakatan
selanjutnya telah mendorong Indonesia kerjasama ekonomi secara bilateral
untuk menempatkan Jepang sebagai yang pertama kali Indonesia lakukan
salah satu mitra penting dalam dengan negara mitra. Perjanjian
mewujudkan kepentingan nasional tersebut disusun guna menghasilkan
Indonesia di berbagai bidang. Dengan manfaat bagi kedua pihak secara fair,
jumlah penduduk yang lebih dari 126 seimbang, dan terukur melalui
juta jiwa dan pendapatan per kapita liberalisasi akses pasar, fasilitasi, dan
yang tinggi yaitu lebih dari US$ 37 kerjasama melalui pengembangan
ribu, serta dengan adanya 4 musim kapasitas untuk sektor-sektor industri
dimana pada setiap musimnya prioritas. Terdapat 11 bidang yang
memerlukan produk yang spesifik, dicakup dalam kesepakatan IJEPA

1 2
Kementerian Perdagangan, Mengenal Pasar Kementerian Luar Negeri, Kerjasama
Jepang, http:// www. kemendag. go.id /files Bilateral,
/pdf/2012/ 12/08/peluang-pasar-jepang-id0- http://www.kemlu.go.id/id/kebijakan/detail-
1354945395.pdf, diakses pada 26 Februari kerjasama-bilateral.aspx?id=56, diakses pada 1
2016 April 2016

JOM FISIP Vol. 4. No. 2 - Oktober 2017 Page 2


antara lain perdagangan barang, kakao yang berasal dari Ghana dan
pengaturan terkait asal barang dan kakao Indonesia mempunyai kelebihan
prosedur kepabeanan. Dalam sektor yaitu tidak mudah meleleh sehingga
perdagangan barang IJEPA, Indonesia cocok bila dipakai untuk blending
dan Jepang sama-sama menyepakati (campuran). Sejalan dengan
adanya konsesi khusus yang diberikan. keunggulan tersebut, peluang pasar
Konsesi tersebut berupa penghapusan kakao Indonesia cukup terbuka baik
atau penurunan tarif bea masuk dalam ekspor maupun kebutuhan dalam
tiga klasifikasi : fast–track, normal negeri. Menurut data International
track, dan pengecualian, dengan Trade Center Indonesia merupakan
memasang rambu-rambu tindakan negara pengekspor Biji Kakao di
pengamanan (emergency and peringkat ke-3 dunia setelah negara
safeguard measures) untuk mencegah Pantai Gading dan Ghana.
kemungkinan dampak negatifnya
terhadap industri dalam negeri. Berdasarkan data dari Indonesia
Trade Center, pada tahun 2008-2011
Ekspor Indonesia memiliki Indonesia berada pada peringkat ke 9
pangsa pasar yang luas dan terus sebagai negara pengeksspor biji kakao
berkembang dari waktu ke waktu. ke Jepang. Padahal pada tahun 2008-
Salah satu komoditi Indonesia dari 2011 merupakan waktu dimana
sektor agribisnis yang cukup potensial perjanjian kerjasama Indonesia-Japan
untuk di ekspor ke Jepang adalah Economic Partnership Agreement
kakao. Meskipun Jepang tidak seperti (IJEPA) baru terbentuk yakni baru
negara-negara barat yang terbiasa berjalan 3 tahun. Seharusnya Jepang
mengkonsumsi coklat, namun lebih mempertimbangkan untuk
kebiasaan tersebut kini sudah diserap mengimpor kakao dari Indonesia.
oleh masyarakat Jepang, sehingga tidak Meskipun kualitas kakao dari Indonesia
heran apabila permintaan coklat akan masih banyak diragukan, kakao
semakin meningkat kedepannya. Indonesia tidak kalah dengan kakao
dunia dimana bila dilakukan fermentasi
Kakao merupakan salah satu yang baik dapat mencapai cita rasa
komoditas andalan dari sektor setara dengan kakao yang berasal dari
agribisnis yang peranannya cukup Ghana. Namun data menunjukkan
penting bagi perekonomian nasional, bahwa kakao dari Indonesia masih
khususnya sebagai penyedia lapangan kalah saing dengan kakao dari Ghana
kerja, sumber pendapatan dan devisa untuk di pasaran Jepang.
negara. Disamping itu kakao juga Selama ini kerjasama Indonesia
berperan dalam mendorong dengan Jepang tidak selalu berjalan
pengembangan wilayah dan dengan mulus, Begitu juga dengan
pengembangan agribisnis. Meskipun kerjasama dalam hal ekspor kakao.
kualitas kakao Indonesia masih Terdapat beberapa hambatan yang
dianggap kurang baik, kakao Indonesia dialami Indonesia. Hambatan pertama
tidak kalah dengan kakao dunia dimana yang masih dialami Indonesia adalah
bila dilakukan fermentasi dengan baik kebijakan impor yang diberlakukan
dapat mencapai cita rasa setara dengan oleh pemerintah Jepang juga

JOM FISIP Vol. 4. No. 2 - Oktober 2017 Page 3


merupakan salah satu hambatan non menjalin kerjasama dengan Jepang
tarif yang cukup berpengaruh terhadap dalam bentuk kesepakatan Indonesia-
nilai ekspor kakao Indonesia ke Jepang. Japan Economic Partnership
Kebijakan impor Jepang merupakan Agreement (IJEPA) yang bertujuan
sebagai salah satu sarana untuk lebih memudahkan dan meningkatkan
mengawasi mutu barang, pemerintah kerjasama perekonomian antara kedua
Jepang memberlakukan serangkaian negara. Dalam sektor perdagangan
peraturan yang mengacu pada barang IJEPA, Indonesia dan Jepang
kepentingan nasional. sama-sama menyepakati adanya
konsesi khusus yang diberikan.
Kebijakan pertama yang Konsesi tersebut berupa penghapusan
diberlakukan Jepang adalah Plant atau penurunan tarif bea masuk dalam
Protection Act. Berdasarkan Plant tiga klasifikasi : fast–track, normal
Protection Act, produk kakao yang track, dan pengecualian, dengan
berupa raw cocoa beans harus disertai memasang rambu-rambu tindakan
dengan Phytosanitary Certificate pengamanan (emergency and
dengan format yang sesuai dengan safeguard measures) untuk mencegah
ketetapan International Plant kemungkinan dampak negatifnya
Protection Convention dari negara asal terhadap industri dalam negeri. Namun
yang menyatakan bahwa produk impor sepertinya pengaruh IJEPA terhadap
tersebut tidak mengandung bakteri hubungan kerjasama Indonesia-Jepang
penyakit dan hama. Kebijakan kedua dalam hal ekspor kakao ke Jepang tidak
kedua adalah Food Sanitation Act. begitu menguntungkan bagi Indonesia.
Berdasarkan Food Sanitation Act,
produk impor harus memenuhi aturan Tinjauan Pustaka
batas standar residu komponen kimia Perspektif yang digunakan
sebagaimana tercantum dalam Positive dalam penelitian ini adalah perspektif
List yang ditetapkan oleh Ministry of merkantilisme. Merkantilisme adalah
Health, Labour and Welfare di Jepang. pandangan dunia tentang elite politik
Positive List ini dapat dilihat pada yang berada digaris depan
database milik The Japan Food pembangunan negara modern. Mereka
Chemical Research Foundation.3 berpandangan bahwa aktivitas ekonomi
adalah tunduk dan seharusnya tunduk
Beberapa hambatan tersebut pada tujuan utama pembangunan
juga dianggap menjadi faktor negara yang kuat. Dengan kata lain,
menurunnya ekspor biji kakao ekonomi adalah alat politik, suatu dasar
Indonesia ke Jepang. Padahal jika bagi kekuatan politik. Merkantilis
dilihat dari hubungan kerjasama melihat perekonomian internasional
seharusnya ekspor biji kakao Indonesia sebagai arena konflik antara
ke Jepang bisa lebih meningkat. kepentingan nasional yang
Mengingat pada tahun 2007 Indonesia

3
Kementerian Perdagangan, Market id/membership/data/files/34505-mb-feb-2015,-
Brief:Produk Kakao, kakao.pdf, diakses pada 20 Januari 2017
http://djpen.kemendag.go.

JOM FISIP Vol. 4. No. 2 - Oktober 2017 Page 4


bertentangan, daripada area kerja sama maka interaksi antar aktor yang terlibat
dan saling menguntungkan.4 akan menghasilkan suatu bentuk
Ringkasnya, perspektif merkantilisme kerjasama.5 Teori Kerjasama
mengganggap perekonomian tunduk Internasional digunakan dalam
pada komunitas politik, khususnya penelitian ini karena Indonesia
pemerintah. Aktivitas ekonomi diliahat melakukan kerjasama dengan Jepang
dalam konteks yang lebih besar atas berdasarkan beberapa kesepakatan
peningkatan kekuatan negara. yang telah ditandatangani oleh kedua
Organisasi yang bertanggung jawab negara yang salah satunya adalah
dalam mempertahankan dan Indonesia-Japan Economic
memajukan kepentingan nasional, yang Partnership Agreement (IJEPA) yang
disebut negara, memerintah diatas dibahas dalam penelitian ini.
kepentingan ekonomi swasta.
Perspektif Merkantilisme berkaitan Metode Penelitian
dengan judul penelitian ini karena Metode penelitian yang
masalah yang dibahas adalah masalah digunakan oleh penulis adalah Metode
perdagangan internasional. Dalam Deskriptif Analisis. Metode deskriptif
kegiatan ekspor kakao, dimana aktor analisis merupakan metode penelitian
yang bertindak adalah negara. yang digunakan untuk menggambarkan
Selanjutnya dalam penelitian ini atau memaparkan secara sistematika
penulis juga menggunakan teori suatu peristiwa atau masalah yang
Kerjasama Internasional. Sejak semula, menjadi topik kajian secara sistematika
fokus dari teori hubungan internasional dan mengandalkan analisa terhadap
adalah mempelajari tentang penyebab- peristiwa-peristiwa tersebut dari sudut
penyebab, kondisi-kondisi yang pandang sebab akibat serta dari
menciptakan kerjasama. Kerjasama penyusunan data. Dalam
dapat tercipta sebagai akibat dari pelaksanaannya, metode ini tidak hanya
penyesuaian-penyesuaian perilaku membatasi pada pengumpulan dan
aktor-aktor dalam merespon atau penyusunan data, tetapi juga meliputi
mengantisipasi pilihan-pilihan yang analisis dan interpretasi terhadap data-
diambil oleh aktor-aktor lainnya. data tersebut. Adanya pemaparan yang
Menurut teori kerjasama bertujuan untuk menggambarkan dan
internasional yang dikemukakan oleh dianalisa, menjadikan metode ini sering
K.J Holsti, bentuk interaksi dalaam disebut sebagai metode deskriptif
hubungan internasional dapat berupa analisis.
konflik maupun kerjasama. Apabila Fungsi dari penelitian deskriptif
pihak-pihak yang terlibat gagal dalam analisis dalam penelitian ini adalah
mencapai kesepakatan, maka interaksi untuk menganalisa dan
aktor tersebut akan berujung konflik. menginterpretasikan data-data
Namun, apabila pihak-pihak yang mengenai kerjasama yang dilakukan
terlibat berhasil mencapai kesepakatan, Indonesia dan Jepang dalam sektor

4 5
Robert Jackson-Georg Serensen, Pengantar K.J Holsti, Politik Internasional, Kerangka
Studi Hubungan Internasional, Pustaka Pelajar, Untuk Analisis, Jilid II, Terjemahan M. Tahrir
Yogyakarta, 2014, hal. 285 Azhari, Jakarta: Erlangga, 1998, hal 652-653

JOM FISIP Vol. 4. No. 2 - Oktober 2017 Page 5


agribisnis khususnya pada ekspor dan wujud pasta kakao ( HS 180300)
kakao. sebesar 18,77%. Hal ini menjadikan
Indonesia menduduki peringkat
Hasil dan Pembahasan terbesar ke-2 sebagai negara eksportir
kakao di dunia setelah Belanda dengan
Perkembangan Ekspor Kakao kontribusi 10,86% terhadap total
Indonesia ekspor mentega, lemak dan minyak
Setelah diberlakukan kebijakan kakao dunia. Hal ini menunjukkan
Bea Keluar pada April 2010, terjadi bahwa di pasar global Indonesia telah
perubahan struktur dalam produksi mengambil peran dalam perdagangan
kakao Indonesia dimana peranan kakao dalam wujud olahan lebih lanjut
produksi kakao olahan di Indonesia sehingga terdapat nilai tambah,
menaik mencapai 41% dari produksi disamping juga melakukan ekspor
biji kakao secara keseluruhan. Angka dalam wujud primer.7 Namun apabila
ini meningkat dibandingkan tahuntahun dilihat ekspor kakao total, Indonesia
sebelumnya, ketika produksi kakao merupakan negara eksportir kakao
olahan di Indonesia hanya mencakup dunia pada urutan ke-11 dengan
25–26% dari total produksi biji kakao, kontribusi sebesar 2,73% dari total
sementara sekitar 75% biji kakao ekspor kakao dunia.
diekspor. Permintaan kakao olahan,
seperti kakao bubuk, kakao lemak, Tabel Perkembangan Ekspor Kakao
hingga konsentrat datang dari industri Indonesia Tahun 2011-2015
pengolahan makanan, minuman,
6 Ekspor
hingga obat-obatan . Meningkatnya
Tahun Volume Nilai (000
produksi industri makanan, minuman,
(Ton) US$)
serta industri farmasi Indonesia dan
2011 410.257 1.345.430
dunia, ikut mendorong permintaan
kakao olahan. Bahkan beberapa 2012 387.803 1.053.615
produsen kakao olahan juga 2013 414.087 1.151.481
melakukan ekspor hasil kakao olahan 2014 333.679 1.244.530
ke berbagai negara. 2015 355.321 1.307.771
Jumlah 1.091.147 6.102.827
Selama periode 2011-2015, Sumber: Pusat Data dan Sistem
ekspor kakao Indonesia didominasi Informasi Pertanian
dalam wujud mentega, lemak dan Berdasarkan tabel diatas dapat
minyak kakao (HS 180400) sebesar diketahui bahwa neraca perdagangan
37,44% dari total ekspor kakao ekspor kako Indonesia dari tahun 2011-
Indonesia, disusul dalam wujud biji 2015 mengalami fluktuatif.
kakao (HS 180100) sebesar 28,79%

6 7
Makmun Syadullah, Dampak Kebijakan Bea Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian,
Keluar Terhadap Ekspor dan Industri Output Kakao, http:// epublikasi. setjen,
Pengolahan Kakao, Buletin Ilmiah Litbang pertanian.go. id/ , diakses pada 4 Maret 2017
Perdagangan, Vol. 6 No. 1, Juli 2012

JOM FISIP Vol. 4. No. 2 - Oktober 2017 Page 6


Sementara itu untuk neraca tercantum dalam Positive List yang
perdagangan ekspor kakao Indonesia ditetapkan oleh Ministry of Health,
ke Jepang setelah diberlakukannya Labour and Welfaredi Jepang. Positive
Indonesia-Japan Economic List ini dapat dilihat pada database
Partnership Agreement (IJEPA) pada milik The Japan Food Chemical
tahun 2007 mengalami fluktuatif. Hal Research Foundation. Selain itu, untuk
tersebut terjadi karena masih agricultural chemicalsyang tidak
terdapatnya hambatan dalam tercantum dalam Positive List, aturan
perdagangan ekspor kakao Indonesia yang berlaku adalah batas kandungan
ke Jepang. Walaupun Indonesia telah sampai dengan 0,01 ppm. Selain itu,
memperkuat hubungan kerjasama bila produk menggunakan food
dengan Jepang melalui Indonesia- additive, perlu dipastikan bahwa
Japan Economic Partnership produk tersebut tidak menggunakan
Agreement (IJEPA), Jepang tetap masih food additive yang dilarang di Jepang.
mempersulit masuknya kakao dari Untuk produk kakao selain biji kakao,
Indonesia ke negaranya. importir perlu menyerahkan dokumen
Jepang memberlakukan tentang bahan materi produk dan proses
serangkaian kebijakan terhadap produksi. Ada kalanya pihak karantina
komoditi-komoditi yang akan masuk ke juga meminta certificate of
negaranya temasuk kakao. Kebijakan sanitationdan certificate of analysis.
tersebut antara lain adalah yang
pertama yaitu Plant Protection Act. Kerjasama yang terjalin
Berdasarkan Plant Protection Act, diantara kedua negara tentunya
produk kakao yang berupa raw cocoa bertujuan untuk saling menguntungkan.
beans harus disertai dengan Kerjasama yang terjalin antara
Phytosanitary Certificate dengan Indonesia denga Jepang dalam hal
format yang sesuai dengan ketetapan perdagangan ekspor kakao selama ini
International Plant Protection belum berjalan secara optimal.
Convention dari negara asal yang Walaupun Indonesia dan Jepang telah
menyatakan bahwa produk impor sepakat bekerjasama dalam bingkai
tersebut tidak mengandung bakteri kesepakatan yang bernama Indonesia-
penyakit dan hama. Bila pihak Japan Economic Partnership
karantina Jepang menemukan adanya Agreemennt (IJEPA) pada tahun 2007,
bakteri penyakit atau hama pada produk ternyata tetap tidak menguntungkan
impor, maka pengimpor bertanggung- bagi Indonesia sepenuhnya.
jawab untuk membersihkan produk dari
bakteri peyakit atau hama, atau
memusnahkan produk tersebut. Selain
itu, tidak boleh ada tanah yang melekat
pada produk raw cocoa beans ini.
Kebijakan yang kedua yaitu Ekspor Biji Kakao Indonesia ke
Food Sanitation Act. Berdasarkan Food Jepang tahun 2011-2015
Sanitation Act, produk impor harus
memenuhi aturan batas standar residu Tahun Nilai (000 US$)
komponen kimia sebagaimana

JOM FISIP Vol. 4. No. 2 - Oktober 2017 Page 7


2011 416.435 Dalam rangka meningkatkan
2012 155.017 mutu kakao bubuk dan juga
2013 560.139 menciptakan iklim persaingan usaha
2014 640.960 yang sehat dan memberikan
2015 34.803 perlindungan kepada konsumen di
Jumlah 1.807.354 tanah air, pemerintah Republik
Sumber: Badan Pusat Statistik Indonesia melalui Menteri
Perindustrian memberlakukan
Berdasarkan tabel di atas ketentuan Standar Nasional Indonesia
terlihat bahwa perdagangan ekspor (SNI) secara wajib terhadap produk
kakao Indonesia dari tahun 2011-2014 kakao bubuk terhitung mulai tanggal 4
mengalami fluktiuatif. Pada tahun 2011 November 2009. Kebijakan tersebut
menghasilkan devisa sebesar 416.435 tertuang dalam Peraturan Menteri
juta US$. Lalu pada tahun 2012 turun Perindustrian Nomor 45/M-
menjadi 155.017 juta US$. Dan IND/PER/5/2009 tentang
selanjutnya kembali naik pada tahun Pemberlakuan Standar Nasional
2013 dan 2014 masing-masing sebesar Indonesia (SNI) Kakao Bubuk Secara
560.139 juta US$ dan 640.960 juta Wajib yang ditandatangani oleh
US$. Akan tetapi pada tahun 2015 Menteri Perindustrian Fahmi Idris pada
neraca perdagangan kembali tanggal 4 Mei 2009 lalu dan berlaku
mengalami defisit menjadi 34.803 juta efektif enam bulan sejak tanggal
US$. Hal tersebut seharusnya bisa ditetapkan.
menjadi evaluasi bagi kerjasama antara
Berdasarkan Permenperin
kedua negara. Perjanjian Kerjasama
Nomor 45/2009 itu disebutkan bahwa
Indonesia-Japan Economic Partnership
yang dimaksud dengan kakao bubuk
Agreement (IJEPA) harus dievaluasi
adalah produk kakao berbentuk bubuk
kembali. Karena perjanjian tersebut
yang diperoleh dari kakao massa
tidak sepenuhnya menguntungkan bagi
setelah dihilangkan sebagian lemaknya
Indonesia. Contohnya saja dalam
dengan atau tanpa perlakuan alkalisasi.
perdagangan ekspor kakao Indonesia
Alkalisasi adalah proses penambahan
ke Jepang, neraca perdagangan ekspor
suatu bahan alkalis yang sesuai dengan
kakao Indonesia masih mengalami
biji kakao dengan tujuan untuk
fluktuatif. Dan yang terbaru data pada
mengatur keasaman agar mencapai
tahun 2015 nilai devisa menjadi defisit.
tingkat yang diinginkan. SNI yang
diwajibkan untuk bubuk kakao adalah
Upaya Indonesia Dalam
SNI 01-3747-1995 dan revisinya
Meningkatkan Ekspor Kakao ke
dengan nomor pos tarif HS.
Jepang
1805.00.00.00.8 Apabila SNI dimaksud
direvisi maka SNI yang berlaku secara

8
Kementerian Perindustrian,
http://www.kemenperin.go.id/artikel/445/Pem
erintah-Terapkan-SNI-Wajib-pada-Produk-
Kakao-Bubuk, diakses pada 14 Maret 2017

JOM FISIP Vol. 4. No. 2 - Oktober 2017 Page 8


wajib adalah SNI revisi terakhir. SNI penguji yang telah melakukan MoU
wajib tersebut berlaku bagi kakao dengan LSPro di Indonesia, serta Berita
bubuk dalam kemasan maupun kakao Acara Pengambilan Contoh yang
bubuk curah. Perusahaan yang disampaikan. Terhadap kakao bubuk
memproduksi atau mengimpor kakao asal impor juga dapat dilakukan
bubuk wajib menerapkan SNI dan pengambilan contoh dan pengujian
memiliki Sertifikat Produk Penggunaan sesuai parameter SNI oleh laboratorium
Tanda SNI (SPPT-SNI) kakao bubuk penguji yang ditunjuk oleh LSPro.
sesuai dengan ketentuan SNI kakao
bubuk. Perusahaan yang bersangkutan Kegiatan pengujian keseseuaian
juga berkewajiban untuk mutu produk sesuai SNI atau revisinya
membubuhkan tanda SNI kakao bubuk dapat disubkontrakkan kepada
pada setiap kemasan sesuai dengan laboratorium penguji di dalam negeri
ketentuan yang berlaku. Pembubuhan yang telah mendapatkan akreditasi
tanda SNI terhadap kakao bubuk dalam KAN atau laboratorium uji yang
bentuk curah dilakukan dengan ditunjuk oleh Menteri Perindustrian;
melampirkan dokumen SPPT-SNI. atau laboratorium luar negeri yang telah
mendapatkan akreditasi KAN atau
Setiap perusahaan industri di Badan Akreditasi negara lain yang telah
tanah air yang dalam kegiatan menandatangani Mutual Recognition
produksinya menggunakan kakao Arrangement (MRA) dengan KAN dan
bubuk, maka perusahaan diwajibkan diverifikasi oleh LSPro.
menggunakan kakao bubuk yang telah
memenuhi ketentuan SNI wajib bubuk Kakao bubuk yang berasal dari
kakao. Penerbitan SPPT-SNI kakao impor yang tidak memenuhi ketentuan
bubuk dilakukan oleh Lembaga dilarang masuk ke daerah Pabean
Sertifikasi Produk (LSPro) yang telah Indonesia dan harus diekspor kembali
diakreditasi oleh Komite Akreditasi atau dimusnahkan. Kakao bubuk yang
Nasional (KAN) dengan ruang lingkup berasal dari produksi dalam negeri dan
akreditasi yang sesuai. Jika jumlah atau impor yang tidak memenuhi
LSPro yang diakreditasi oleh KAN ketentuan SNI kakao bubuk atau
belum memadai, maka Menteri revisinya dilarang untuk diedarkan.
Perindustrian dapat menunjuk LSPro Tata cara pemusnahan, pengiriman
yang memiliki kompetensi di bidang kembali ke negara asal dan penarikan
sertifikasi SNI kakao bubuk. produk dari industri pengguna di dalam
negeri dilakukan sesuai dengan
Sementara itu, untuk kakao bubuk ketentuan peraturan perundang-
asal impor dengan melakukan penilaian undangan yang berlaku.
terhadap dokumen CoA (Certificate of
Analysis) yang sekurang-kurangnya Pembinaan dan pengawasan
mencantumkan nama dan alamat terhadap pelaksanaan penerapan
perusahaan, nama laboratorium kewajiban SNI kakao bubuk di pabrik
penguji, tanggal pengujian, dan hasil dilakukan oleh Direktur Jenderal
pengujian yang telah memenuhi Industri Agro dan Kimia Departemen
parameter SNI oleh laboratorium Perindustrian. Dalam melakukan

JOM FISIP Vol. 4. No. 2 - Oktober 2017 Page 9


pengawasan, Direktur Jenderal Industri contoh produk kepada para importir di
Agro dan Kimia Departemen Jepang disamping itu mereka aktif pula
Perindustrian menugaskan Petugas mengikuti pameran-pameran dagang di
Pengawas Standar di Pabrik (PPSP). Jepang. Oleh sebab itu Indonesia juga
Dalam melaksanakan tugasnya, PPSP seharusnya melakukan hal yang sama
berkoordinasi dengan Kepala Dinas yaitu ikut berpartisipasi dalam
Provinsi dan atau Kepala Dinas mempromosikan produk kakao ke
Kabupaten/Kota. Direktur Jenderal Jepang.
Industri Agro dan Kimia Departemen
Perindustrian juga bertugas Bantuan dari pemerintah untuk
menetapkan Petunjuk Teknis para pengusaha produk kakao sangat
pelaksanaan Peraturan Menteri dibutuhkan untuk melakukan
Perindustrian tersebut. Sementara itu, peningkatan promosi produk kakao di
Kepala BPPI melaksanakan pembinaan Jepang. Para pengusaha produk kakao
terhadap Lembaga Penilaian di Indonesia perlu didorong dan
Kesesuaian dalam rangka penerapan difasilitasi untuk terus ikut dalam
SNI kakao bubuk secara wajib. Pelaku pameran dagang di Jepang. Bagi
usaha yang melakukan pelanggaran pengusaha Indonesia sistem ini belum
terhadap ketentuan dalam Peraturan banyak dilakukan. Untuk itu beberapa
Menteri Perindustrian mengenai hal yang perlu dilakukan berkaitan
pemberlakuan SNI kakao bubuk secara dengan kegiatan promosi antara lain
wajib dikenakan sanksi sesuai dengan adalah para pengusaha Indonesia
ketentuan peraturan perundang- khususnya pengusaha UKM agar
undangan yang berlaku. menghubungi BPEN Depperindag dan
Kantor Kepala Dinas Perindustrian dan
Selanjutnya, Indonesia juga Perdagangan di daerah. Beberapa
melakukan upaya peningkatan akses kegiatan pameran di luar negeri
promosi produk. Sebagaimana telah biasanya mendapatkan subsidi dari
banyak diketahui, pasar Jepang dana daerah walaupun tidak besar
merupakan pasar yang besar dan sangat namun dapat meringankan beban
potensial untuk pengembangan pengusaha di sektor UKM. Yang kedua
komoditi ekspor Indonesia Namun para pengusaha Indonesia harus berani
mengingat karakteristik konsumen mengeluarkan biaya untuk membuat
yang sangat ekslusif dan demanding, sekaligus mengirim katalog dan contoh
para eksportir harus mampu produk kepada para importir terkait di
menyesuaikan produknya dengan Jepang. Informasi mengenai para
selera mereka disamping memenuhi importir dan informasi yang diperlukan
aturan-aturan pemerintah Jepang yang lainnya dapat menghubungi KBRI
sangat melindungi kesehatan dan Tokyo Bidang Perindustrian dan
keselamatan warga dan lingkungannya. Perdagangan.
Para pesaing Indonesia seperti China,
Vietnam, Thailand, Malaysia dan Selanjutnya Indonesia terus
beberapa negara lainnya aktif berupaya untuk meningkatkan
mempromosikan produk-produknya hubungan kerjasama dengan Jepang.
dengan mengirim langsung katalog dan Peran Jepang dalam perekonomian

JOM FISIP Vol. 4. No. 2 - Oktober 2017 Page 10


Indonesia dapat ditinjau dari tiga aspek, energi, manfaktur, infrastruktur dan
meliputi sektor perdagangan, investasi, industri baja. Banyak kelebihan bisa
dan kerjasama ekonomi. Di bidang diperoleh Indonesia, karena dalam
perdagangan internasional (ekspor- pengembangan ekonominya
impor), Jepang adalah mitra dagang perusahaan Jepang mengutamakan
terbesar Indonesia. Begitu pula halnya faktor ramah lingkungan
dengan bidang investasi, investor- (environmental friendly) demi menjaga
investor Jepang memainkan peran kesinambungan dan keseimbangan
terbesar dalam penanaman modal antara kemajuan teknologi dengan alam
langsung (foreign direct investment) serta kehidupan manusia.
dengan membangun industri-industri
otomotif melalui perusahaan Kesimpulan
multinasional. Kerjasama ekspor kakao
Yang paling terbaru adalah Indonesia ke Jepang setelah
kunjungan kenegaraan Perdana Menteri diberlakukannya Indonesia-Japan
(PM) Jepang Shinzo Abe di Indonesia Economic Partnership Agreement
pada Januari 2017 lalu yang menjadi (IJEPA) berpengaruh terhadap neraca
momentum era baru mempererat perdagangan ekspor kakao Indonesia
kerjasama bilateral antara Indonesia ke Jepang. Neraca perdagangan ekspor
dengan Jepang. Dalam jalinan kakao Indonesia ke Jepang setelah
kerjasama kedua negara yang sudah diberlakukannya Indonesia-Japan
berlangsung hampir 60 tahun ini telah Economic Partnership Agreement
memberikan nilai tambah lebih bagi (IJEPA) pada tahun 2008 mengalami
kedua negara, di bidang ekonomi, fluktuatif. Hal tersebut terjadi karena
sosial budaya dan politik. Kedua negara masih terdapatnya hambatan dalam
nampaknya akan memanfaatkan lebih perdagangan ekspor kakao Indonesia
optimal lagi momentum ini, khususnya ke Jepang. Jepang memberlakukan
bagi Indonesia, mengingat kebutuhan serangkaian kebijakan terhadap
pembangunan ekonomi dan masyarakat komoditi-komoditi yang akan masuk ke
dituntut untuk meningkatkan negaranya temasuk kakao. Kebijakan
kemakmuran serta kekuatan daya saing yang diberlakukan Jepang adalah Plant
global. Indonesia sendiri diharapkan Protection Act dan Food Sanitation Act
bisa mendapatkan lebih banyak nilai-
Kerjasama yang terjalin
nilai positif melalui jalinan kerja sama
diantara kedua negara tentunya
strategis dengan Jepang di masa
bertujuan untuk saling menguntungkan.
mendatang. Kerjasama yang terjalin antara
Kunjungan PM Abe ke Indonesia denga Jepang dalam hal
Indonesia juga menghadirkan puluhan perdagangan ekspor kakao selama ini
CEO dari perusahaan terkemuka di belum berjalan secara optimal.
Jepang untuk menjajaki berbagai Walaupun Indonesia dan Jepang telah
potensi yang bisa disinergikan. sepakat bekerjasama dalam bingkai
Berbagai perusahaan tersebut di bidang kesepakatan yang bernama Indonesia-
perbankan, industri pertanian, properti, Japan Economic Partnership

JOM FISIP Vol. 4. No. 2 - Oktober 2017 Page 11


Agreemennt (IJEPA) pada tahun 2007, Ilmiah Litbang Perdagangan,
ternyata tetap tidak menguntungkan Vol. 6 No. 1, Juli 2012
bagi Indonesia sepenuhnya.
Market Brief Biji Kakao
Daftar Pustaka http://itpc.or.jp/wp-
content/uploads/2012/07/biji
Kementerian Luar Negeri, Kerjasama -kakao.pdf, diakses pada 18
Bilateral, Oktober 2016
http,://www.kemlu.go.id/id/
kebijakan/detail-kerjasama Mohtar Mas’oed. 1990. Ilmu Hubungan
bilateral.aspx?id=56, diakses Internasional: Disiplin dan
pada 1 April 2016 Metodologi. Jakarta: PT
Pustaka LP3ES.
Kementerian Perdagangan, Mengenal
Pasar Jepang, http:// www. Market Brief Cocoa Paste,
kemendag. go.id /files http://itpc.or.jp/wp-
/pdf/2012/ 12/08/peluang- content/uploads/2012/09/M
pasar-jepang-id0- B-ITPC-Osaka-Cocoa-
1354945395.pdf, diakses Paste-.pdf, dikses pada 18
pada 26 Februari 0ktober 2016

Kementerian Perdagangan, Market Pusat Data dan Sistem Informasi


Brief:Produk Kakao, Pertanian, Output Kakao,
http://djpen.kemendag.go. http:// epublikasi. setjen,
id/membership/data/files/34 pertanian.go. id/ , diakses
505-mb-feb-2015,- pada 4 Maret 2017
kakao.pdf, diakses pada 20
Robert Jackson, Georg Serensen. 2014
Januari 2017 Pengantar Studi Hubungan
Kementerian Perindustrian, Internasional, Pustaka
http://www.kemenperin.go.i Pelajar, Yogyakarta
d/artikel/445/Pemerintah-
Terapkan-SNI-Wajib-pada-
Produk-Kakao-Bubuk,
diakses pada 14 Maret 2017
K.J Holsti. 1998. Politik Internasional,
Kerangka Untuk Analisis,
Jilid II, Terjemahan M.
Tahrir Azhari, Jakarta:
Erlangga
Makmun Syadullah, Dampak Kebijakan
Bea Keluar Terhadap
Ekspor dan Industri
Pengolahan Kakao, Buletin

JOM FISIP Vol. 4. No. 2 - Oktober 2017 Page 12

You might also like