You are on page 1of 15

KERACUNAN

PESTISIDA OBAT
KUTU
KELOMPOK 1

 Medi Khairun A. I1C016002


 Sisis I1C016004
 Nanda Ajeng Ramdhani I1C016006
 Alina Nurul Faisa I1C016008
 Rafiqah Rahmasari
I1C016010
 Linda Surya Kartika I1C016012
 Nisa Sundari Tasripin I1C016014
 Vyola Fe’stihawa I1C016016
 Nadiyah Syafira I1C016018
 Namira Fadhila Brilianti I1C016020
 Annisa Muslimah A. I1C016022
 Desy Heriyanti Lubis I1C016024
Zat penyebab Manifestasi Penanganan
keracunan? keracunan? keracunan?
ZAT PENYEBAB KERACUNAN

 Dalam berita tersebut disebutkan penyebab keracunan


adalah pestisida yang digunakan untuk mengobati kutu
rambut yang ternyata mengandung zat bernama Diazinon.
Racun diduga masuk ke tubuh korban melalui kulit yang
terbuka dan terhirup.
MANIFESTASI KERACUNAN

 Satu jam setelah menggunakan obat kutu, korban


mengalami pusing, mual, dan badan terasa lemas.
Keesokan harinya, salah satu korban menghembuskan nafas
terakhirnya dan malamnya satu korban lagi meninggal
dunia.

Sumber: https://news.detik.com/berita -jawa-tengah/d-


3616258/2-kakak-beradik-di-boyolali-meninggal-keracunan-
obat-kutu-rambut
TINDAKAN YANG DILAKUKAN PADA
KORBAN KERACUNAN

 Korban dilarikan ke rumah sakit


DIAZINON

Apa itu Mekanisme Tatalaksana


diazinon? keracunan? keracunan?
DIAZINON

 Diazinon atau O,O-diethil O-[6-metil-2-(1-metiletil)-4-


pirimidin] fosforotioat atau O,O -dietil- O-(2-isopropil-6-metil-
4-pirimidil) fosforotioat adalah nama yang diberikan untuk
pestisida sintesis golongan organofosfat yang didaftarkan
pertama kali di Amerika pada tahun 1956. Diazinon
merupakan insektisida non sistemik berspektrum lebar,
digunakan untuk mengontrol serangga dan hama pada buah,
sayuran, serta hasil pertanian. Penggunaannya harus
memperhatikan dan mengikuti petunjuk penggunaan
(Budiyanto, 1999)
MEKANISME DIAZINON

 Diazinon merupakan salah satu pestisida golongan


organofosfat yang digunakan sebagai insektisida oleh
petani buah. Pestisida golongan organofosfat banyak
digunakan karena harganya yang murah dan sifat -sifatnya
yang menguntungkan. Golongan organofosfat bekerja
dengan cara menghambat aktivitas enzim kolinesterase
pada serangga penghisap dan pemakan daun, sehingga
asetilkolin tidak terhidrolisis. Keracunan pestisida golongan
organofosfat disebabkan oleh asetilkolin yang berlebihan
mengakibatkan perangsangan terus -menerus saraf
muskarinik dan nikotinik (Sartono, 2002).
 Diazinon diabsorbsi melalui cara yang bervariasi, baik melalui kulit yang
terluka, mulut, dan saluran pencernaan serta saluran pernafasan.
Melalui saluran pernafas an gejala timbul dalam beberapa menit. Bila
terhirup dalam konsentrasi kecil dapat hanya menimbulkan sesak nafas
dan batuk. Melalui mulut atau kulit umumnya membutuhk an waktu lebih
lama untuk menimbulkan tanda dan gejala. Pajanan yang terbatas dapat
menyebabkan akibat terlokalisir. Penyerapan melalui kulit yang terluka
dapat menimbulkan keringat yang berlebihan dan kedutan (kejang) otot
pada daerah yang terpajan saja. Pajanan pada mata dapat menimbulkan
gejala berupa miosis atau pandangan kabur saja (Budiyanto, 1999).
 Kematian akibat keracunan diazinon umumnya berupa kegagalan
pernafasan. Hal ini disebabkan karena adanya oedem paru,
bronkokons triksi , kelumpuhan otot -otot pernafasan, kelumpuhan pusat
pernafasan, peningkatan sekresi bronkus, dan depresi saraf pusat yang
kesemuanya itu akan meningkatkan kegagalan pernafasan. Aritmia
jantung seperti hearth block dan henti jantung lebih sedikit ditemukan
sebagai penyebab kematian (Gagnon, 2011).
PENANGANAN NON SPESIFIK

 Berikan sulfas atropin dalam dosis tinggi.


 Lakukan pernafasan buatan dan berikan oksigen, namun
hindari pernafasan dari mulut ke mulut.
 Cuci kulit yang terkontaminasi dengan air dan sabun,
dilakukan sebelum munculnya gejala atau setelah gejala -
gejala terkontrol dengan atropin.
 Lakukan bilas lambung. Bila gejala -gejala keracunan belum
muncul, bilas dengan air hangat, atau induksi muntah
dengan sirup ipekak.
 Berikan laksatif magnesium sulfat 25 gr dalam 1 gelas air.
Dalam kasus ini Castrol oil merupakan kontra indikasi
karena mempermudah racun untuk melarut.
(Budiyanto, 1999)
PENANGANAN SPESIFIK

 Sulfas atropin 2 mg IM dan diulang tiap 3 -6 menit sampai timbul


gejala atropinisasi (wajah merah, mulut kering, dilatasi pupil, dan
nadi cepat). Pertahankan dengan pemberian atropin ulang sebagnyak
12mg dalam 2 jam pertama. Pemberian yang terputus akan
menimbulkan gagal nafas. Dosis untuk anak -anak sebesar 0,04
mg/kgBB. Bila menimbulkan takikardia berat, diganti dengan
propanolol.
 Berikan kolinesterase reaktivator seperti Paralidoksin (Protopam,
piridin-2-aldoksin-metoklorida, 2 -PAM) 1 gr dalam larutan aquades
secara IV perlahan -lahan dan dapat diulang setelah 30 menit bila
pernafasan belum membaik. Dapat diberikan sebanyak 2x dalam 24
jam. Kolinesterase aktivator harus diberikan secepatnya setelah
atropinisasi penuh karena dapat menimbulkan aging phenomenon ,
yaitu ikatan insektisida dengan AChE yang telah mengalami
dealkilasi, sehingga dengan kolinesterase aktivator sudah tidak bisa
melepaskan ikatan tersebut. Hal ini berbahaya karena atropin tidak
memperbaiki paralisis otot -otot pernafasan.
(Budiyanto, 1999)
PERBANDINGAN TATALAKSANA

 Dalam berita dikatakan bahwa korban tidak mendapatkan


penanganan dengan cepat karena membawa korban dari
satu rumah sakit ke rumah sakit lain. Oleh sebab itu, korban
yang masih kecil, yang masih rentan, meninggal lebih dulu.
DAFTAR PUSTAKA

Budiyanto, A. 1999. Ilmu Kedokteran


Forensik. Jakarta: UI Press.
Gagnon, M. 2011. Diazinon. Washington
DC: School of Public Health, George
Washington University.
Sartono. 2002. Racun dan Keracunan.
Jakarta: Widya Medika.
THANK YOU

You might also like