You are on page 1of 11

Proposal Penyusunan Naskah Akademik dan Ranperda 2018

Proposal

PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK DAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH


KABUPATEN KUTAI BARAT TENTANG KABUPATEN LAYAK ANAK,
PENYELENGGARAAN PEMENUHAN HAK ANAK, PERLINDUNGAN PEREMPUAN
DAN ANAK KORBAN KEKERASAN, DAN PENYELENGGARAAN
PERLINDUNGAN ANAK

A. PENDAHULUAN
Anak sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan sebagai makhluk sosial sejak dalam
kandungan, mempunyai hak untuk hidup dan merdeka serta mendapat perlindungan. Oleh karena
anak baik secara rohani maupun jasmani belum mempunyai kemampuan untuk berdiri sendiri,
maka menjadi kewajiban bagi orang tua, keluarga, masyarakat, bangsa dan Negara untuk
melindungi, menjamin, memelihara dan mengamankan kepentingan anak tersebut.1
Undang-Undang Dasar Negara RI Tahun 1945 dalam Pasal 28 B Ayat 2 menyebutkan
“setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas
perlindungan dari kekerasan dan diskriminan.” Paparan ayat tersebut sudah merincikan tentang
hak yang seharusnya di peroleh oleh anak-anak. Perlindungan Anak adalah segala kegiatan untuk
menjamin dan melindungi Anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan
berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat
perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Oleh karena itu pemenuhan dari semua itu harus
optimal agar anak mendapatkan hak-hak yang memang dibutuhkan.
Kenyataannya menyebutkan anak-anak sering dijadikan obyek eksploitasi oleh
orangtuanya. Misalnya saja menyuruh anaknya bekerja daripada melanjutkan pendidikan.
Memang secara kodratnya kewajiban anak yaitu membantu orangtua, tetapi jika orangtua itu
masih bisa bekerja lalu kenapa anak yang dijadikan sebagai objek ekspoitasi, bahkan sering
ditemui dijalanan anak balita yang dibawa oleh orangtuanya untuk mengemis. Sehingga
pemerintah harus menunjukkan peran dan fungsinya dalam meminimalisir eksploitasi anak agar
anak dapat terpenuhi hak-haknya. Pasal 23 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
Tentang Perlindungan Anak menyebutkan bahwa Negara, Pemerintah, dan Pemerintah Daerah
menjamin perlindungan,pemeliharaan, dan kesejahteraan Anak dengan memperhatikan hak dan

1
Poerwadarminta WJS, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 2002, hlm.9
Proposal Penyusunan Naskah Akademik dan Ranperda 2018

kewajiban Orang Tua, Wali, atau orang lain yang secara hukum bertanggung jawab terhadap
Anak.
Anak sangat rentan untuk menjadi korban dari tindak pidana. Banyak anak yang menjadi
sasaran sebagai objek kepuasan dari pelaku tindak pidana. Dengan kasus yang saaat ini sangat
marak terjadi pada anak-anak adalah anak sebagai korban dari pelaku tindak pidana pedofilia dan
beberapa kasus mengenai pelecehan seksual terhadap anak yang dapat menjadi trauma psikis
yang dapat mengganggu mental dan kepribadiannya. Beberapa kasus yang berkaitan dengan
korbannya adalah anak saat ini sangat banyak terjadi dan masih banyak pula yang belum
terungkap. Hal ini menjadi tugas bagi pemerintah maupun aparat penegak hukum untuk terus
meningkatkan fungsinya dalam memberikan perlindungan kepada anak. Jika hal ini dibiarkan
terus menerus tanpa ada antisipasi yang jelas, jumlah kasus kekerasan terhadap anak nantinya
akan semakin bertambah dan cita-cita untuk mewujudkan perlindungan anak sebagai generasi
penerus bangsa tentu hanya berada dalam angan-angan saja. Sehingga imbasnya akan kehilangan
generasi muda.
Perlindungan terhadap anak yang dilakukan selama ini belum memberikan jaminan bagi
anak untuk mendapatkan perlakuan dan kesempatan yang sesuai dengan kebutuhannya dalam
berbagai bidang kehidupan, sehingga dalam melaksanakan upaya perlindungan terhadap hak
anak oleh pemerintah harus didasarkan pada prinsip hak asasi manusia yaitu penghormatan,
pemenuhan dan perlindungan atas hak anak.
Pasal 1 angka 12 dan 19 Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 tentang Perlindungan Anak menjelaskan bahwa hak
anak adalah bagian dari hak asasi manusia yang wajib dijamin, dilindungi, dan dipenuhi oleh
orang tua, keluarga, masyarakat, Negara pemerintah dan pemerintah daerah. Pemerintah daerah
disini adalah Gubernur, Bupati dan Walikota serta perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara
pemerintahan.
Berdasarkan hal tersebut pemerintah daerah sebagai pihak awal dari pemerintahan yang
harusnya melindungi anak, haruslah bersikap aktif dan responsive. Hal ini harus bisa terwujud
dengan upaya-upaya pemerintah daerah yang harus giat mengkampanyekan masalah
perlindungan anak disetiap sisi kehidupan masyarakat. Dimana hal ini bisa dimulai dari
pengaturan tentang perlindungan anak yang harusnya mengatur secara kompleks dan
menghidupkan lembaga-lembaga perlindungan anak yang bertugas untuk mengawal pemenuhan
hak anak.
Proposal Penyusunan Naskah Akademik dan Ranperda 2018

Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk


melaksanakan dan mendukung kebijakan nasional dalam penyelenggaraan
Perlindungan Anak di daerah. Kebijakan ini dapat diwujudkan melalui upaya
daerah membangun kabupaten/kota layak Anak sehingga pemenuhan hak
anak dan perlindungan terhadap anak dapat terwujud. Untuk
mewujudkannya memerlukan adanya payung hukum dalam bentuk regulasi
atau aturan berupa Peraturan Daerah (Perda).

B. Identifikasi Masalah

Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah ini nantinya akan melakukan identifikasi
sebagai berikut:
1. Apa masalah yang dihadapi oleh pemerintah Kabupaten Kutai Barat dalam hal pengaturan
mengenai pemenuhan dan perlindungan hak anak dalam mewujudkan kabupaten layak anak?
2. Apa saja cara yang dapat ditempuh untuk mengatasi masalah tersebut?
3. Mengapa perlu di bentuk Rancangan Peraturan Daerah yang melindungi hak anak dan
perlindungan terhadap anak?
4. Apa pertimbangan filosofis, sosiologis dan yuridis dari pembentukan Rancangan Peraturan
Daerah Kabupaten Kutai Barat dalam memenuhi dan melindungi hak anak dalam
mewujudkan kabupaten layak anak?
5. Apa saja sasaran, ruang lingkup pengaturan, jangkauan dan arah pengaturan yang terdapat
dalam Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat tersebut?

C. Tujuan

Tujuan dari disusunnya Naskah Akademik ini adalah:


1. Mengidentifikasi, merumuskan dan menganalisis berbagai permasalahan yang terjadi di
wilayah Kabupaten Kutai Barat terkait dengan pemenuhan dan perlindungan hak anak.
2. Merumuskan landasan filosofis, yuridis, dan sosiologis terkait pemenuhan dan perlindungan
hak anak.
Proposal Penyusunan Naskah Akademik dan Ranperda 2018

3. Merumuskan draft rancangan peraturan daerah yang berisikan sasaran yang akan
diwujudkan, ruang lingkup, pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan terkait dengan
pemenuhan dan perlindungan hak anak.
Adapun kegunaan dari Naskah Akademik ini nantinya adalah sebagai bahan
pertimbangan akademis bagi eksekutif dan legislatif dalam proses penyusunan Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat.

D. Metode

Metode yang digunakan dalam penyusunan Naskah Akademik adalah metode yuridis
empiris, dikarenakan yang menjadi data primer adalah wawancara dan observasi, sedangkan data
sekunder berupa peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Pemenuhan dan
Perlindungan Hak Anak di Kabupaten Kutai Barat.
Adapun selain peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Hak Anak, yang
juga menjadi bahan hukum primer adalah dokumen-dokumen hukum yang dimiliki oleh
Kabupaten Kutai Barat, terutamanya dalam bentuk produk-produk daerah yang berkaitan dengan
pemenuhan dan perlindungan hak anak sebagai perwujudan kabupaten layak anak.
Adapun yang menjadi bahan hukum sekunder adalah teori dan konsep yang terkait
dengan Perlindungan Perempuan dan Anak, Hak-Hak Anak, Prinsip dalam Hak Asasi Manusia,
Prinsip dalam Perlindungan Anak.
Dalam hal pencarian bahan hukum untuk mendukung penyusunan Naskah Akademik,
juga dilakukan metode wawancara terpadu. Adapun wawancara terpadu dilakukan dengan pihak-
pihak sebagai berikut:
1. Badan Pemberdayaan Perempuan dan Anak Kabupaten Kutai Barat
2. Polres Kabupaten Kutai Barat
3. Dinas Pendidikan Kabupaten Kutai Barat
4. Dinas Sosial dan Ketenagakerjaan Kutai Barat
5. Pemerintah Kabupaten Kutai Barat
6. Komisi Perlindungan Anak Kabupaten Kutai Barat
7. Lapas Perempuan dan Anak Kabupaten Kutai Barat
8. Masyarakat
Proposal Penyusunan Naskah Akademik dan Ranperda 2018

Serta Observasi terhadap korban kekerasan terhadap perempuan dan anak yang terjadi di
kabupaten Kutai Barat. Semua bahan hukum yang diperoleh dianalisis secara kualitatif terhadap
pengertian, konsep dan norma-norma hukum dengan teknik berpikir deduktif yang bertitik tolak
pada hal-hal yang abstrak untuk diterapkan pada proposisi-proposisi konkret dalam rangka
menjawab permasalahan-permasalahan yang telah diidentifikasi sebagai acuan dalam
penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah yang berkaitan dengan pemenuhan
dan perlindungan anak di Kabupaten Kutai Barat.
Secara garis besar metode yang disusun berdasarkan kerangka atau konsep dalam
penyusunan Naskah Akademik yaitu:

1.Wawancara dengan pihak-pihak terkait


dengan Pemenuhan dan Perlindungan
Penelusuran Peraturan
Penelusuran Hak Anak
Perundang-Undangan
Literatur, Teori dan 2.Observasi lapangan
terkait dengan
Perlindungan Anak Konsep

Perbaikan Naskah dan Penyusunan Draft Naskah


Presentasi NA dan
penyelesaian penyusunan Akademik dan Rancangan
Ranperda
draft Ranperda Perda

E. Dasar Hukum

Dasar Hukum yang digunakan dalam penyusunan naksah akademik rancangan peraturan daerah
ini adalah sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1979 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3143);
2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3886);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Proposal Penyusunan Naskah Akademik dan Ranperda 2018

Nomor 4235) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014
tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan
Anak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 297, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5606);

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan (Lembaran Negara


Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 39, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4279);

5. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4301);

6. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant On


Economic, Social And Cultural Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak
Ekonomi, Sosial Dan Budaya) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor
118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4557);

7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2005 tentang Pengesahan International Covenant On Civil


And Political Rights (Kovenan Internasional Tentang Hak-Hak Sipil Dan Politik) (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4558);

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-


Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234);

9. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Anak.

10. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang -
Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua atas Undang - Undang Nomor 23
Proposal Penyusunan Naskah Akademik dan Ranperda 2018

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679);

F. Landasan Teori
Prinsip-prinsip Perlindungan Anak yang wajib untuk dilindungi dan dijalankan oleh
Pemerintah Darerah sesuai amandat dari Undang-Undang Perlindungan Anak (UUPA), adalah:
a. Anak tidak dapat berjuang sendiri, salah satu prinsip yang digunakan dalam perlindungan
anak adalah: anak itu adalah modal utama kelansungan hidup manusia, bangsa, dan keluarga,
untuk itu hak-haknya harus dilindungi. Anak tidak dapat melindungi sendiri hak-haknya,
banyak pihak yang mempengaruhi kehidupannya.
b. Kepentingan terbaik anak (the best interest of the child), agar perlindungan anak dapat
diselenggarakan dengan baik, dianut prinsip yang menyatakan bahwa kepentingan terbaik
anak harus dipandang sebagai of paramount importence (memperoleh prioritas tertinggi)
dalam setiap keputusan menyangkut anak. Tanpa prinsip ini perjuangan untuk melindungi
anak akan mengalami banyak batu sandungan.
c. Ancangan daur kehidupan (life-circle approach), perlindungan anak mengacu pada
persamaan pada pemahaman bahwa perlindungan anak harus dimulai sejak dini dan terus
menerus. Janin yang berada dalam kandungan perlu dilindungi dengan gizi termasuk yodium
dan kalsium yang baik melalui ibunya. Jika ia telah lahir, maka diperlukan air susu ibu (ASI)
dan pelayanan kesehatan primer dengan memberikan pelayanan imunisasi dan lain-lain,
sehingga anak terbebas dari berbagai mungkin kecascatan dan penyakit.
d. Lintas Sektoral, nasib anak tergantung dari berbagai faktor, baik yang makro maupun mikro,
yang lansung maupun tidak lansung. Kemiskinan, perencanaan kota dan segala penggusuran,
sistem pendidikan yang menekankan hafalan dan bahan-bahan yang tidak relevan, komunitas
yang penuh dengan ketidakadilan, dan sebagainya dapat ditangani oleh sektor, terlebih
keluarga atau anak itu sendiri. Perlindungan terhadap anak adalah perjuangan yang
membutuhkan sumbagan semua orang di semua tingkatan.

Dalam menjalankan tanggung jawab dan kewajibannya pemerintah daerah harus melaksanakan
pengawasan lansung terhadap perlindungan hak anak, selain pengawasan perlindungan hak anak
yang tertuang dari tanggung jawab dan kewajiban dari pemerintah daerah yang telah dijelaskan
diatas, pengawasan pemerintah daerah juga tekait dalam hal berikut ini yaitu:
Proposal Penyusunan Naskah Akademik dan Ranperda 2018

a) Pemerintah Daerah melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap pelaksanaan


pengangkatan Anak (Pasal 41) yang selanjutnya diatur dengan Peraturan Pemerintah (Pasal
41 A);
b) Pemerintah Daerah menjamin Perlindungan Anak dalam memeluk agamanya yang meliputi
pembinaan, pembimbingan, dan pengamalan ajaran agama bagi Anak (Pasal 43);
c) Pemerintah Daerah wajib menyediakan fasilitas dan menyelenggarakan upaya kesehatan
yang komprehensif bagi Anak agar setiap Anak memperoleh derajat kesehatan yang optimal
sejak dalam kandungan (Pasal 44);
d) Pemerintah Daerah wajib memenuhi tanggung jawab menjaga kesehatan Anak dan merawat
Anak sejak dalam kandungan apabila Orang Tua dan Keluarga yang tidak mampu
melaksanakan tanggung jawab tersebut (Pasal 45);
e) Pemerintah Daerah wajib melindungi Anak dari perbuatan yang mengganggu kesehatan dan
tumbuh kembang Anak, terhadap hal ini Pemerintah Daerah harus melakukan aktivitas yang
melindungi Anak (Pasal 45 B);
f) Pemerintah Daerah wajib mengusahakan agar Anak yang lahir terhindar dari penyakit yang
mengancam kelangsungan hidup dan/atau menimbulkan kecacatan (Pasal 46);
g) Pemerintah Daerah wajib melindungi Anak dari upaya transplantasi organ tubuhnya14 untuk
pihak lain (Pasal 47);
h) Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9 (sembilan) tahun
untuk semua Anak (Pasal 48);
i) Pemerintah Daerah wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada Anak untuk
memperoleh pendidikan (Pasal 49);
j) Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau
bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi Anak dari Keluarga kurang mampu, Anak
Terlantar, dan Anak yang bertempat tinggal di daerah terpencil (Pasal 53);
k) Pemerintah Daerah wajib menyelenggarakan pemeliharaan, perawatan, dan rehabilitasi sosial
Anak terlantar, baik di dalam lembaga maupun di luar lembaga15 (Pasal 55);
l) Pemerintah Daerah dalam menyelenggarakan pemeliharaan dan perawatan wajib
mengupayakan dan membantu Anak, agar Anak dapat:
1. berpartisipasi;
2. bebas menyatakan pendapat dan berpikir sesuai dengan hati nurani dan agamanya;
Proposal Penyusunan Naskah Akademik dan Ranperda 2018

3. bebas menerima informasi lisan atau tertulis sesuai dengan tahapan usia dan
perkembangan Anak;
4. bebas berserikat dan berkumpul;
5. bebas beristirahat, bermain, berekreasi, berkreasi, dan berkarya seni budaya;
6. memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dankeselamatan. (Pasal
56);
m) Pemerintah Daerah wajib menyediakan tempat penampungan, pemeliharaan, dan perawatan
Anak Terlantar yang bersangkutan (Pasal 58);
n) Pemerintah Daerah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk memberikan Perlindungan
Khusus kepada Anak16 (Pasal 59);
o) Pemerintah Daerah bertanggung jawab menyediakan dana penyelenggaraan17 Perlindungan
Anak (Pasal 71E);

Kabupaten/Kota Layak Anak


Kabupaten/Kota Layak Anak merupakan Kabupaten/Kota yang mempunyai sistem
pembangunan berbasis hak anak melalui pengintegrasian komitmen dan sumber daya pemerintah
masyarakat dan dunia usaha yang terencana secara menyeluruh dan berkelanjutan dalam
kebijakan program dan kegiatan untuk menjamin pemenuhan hak dan perlindungan anak.

Gambar: Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak2

2
Indikator Kabupaten/Kota Layak Anak, http://www.kla.id/indikator-kla/ diakses tanggal 14 Maret 2018
Proposal Penyusunan Naskah Akademik dan Ranperda 2018

Untuk menyusun kebijakan perlindungan anak yang holistik tersebut perlu dikembangkan
berbagai model pendekatan, strategi pembangunan yang sesuai dengan karakteristik
permasalahan anak. Pengembangan kabupaten/kota layak anak (KLA) merupakan salah satu
terobosan untuk mengintegrasikan komitmen dan sumberdaya pembangunan dalam rangka
memenuhi hak anak, melindungi anak dari tindak kekerasan, pelecehan, eksploitasi dan
diskriminasi serta untuk mengembangkan partisipasi anak dalam pembangunan.

Pengembangan kebijakan KLA dimaksudkan untuk memberikan arah dan panduan bagi
pemerintah kabupaten/kota dan masyarakat luas dalam membangun suatu lingkungan atau
kawasan yang infrastruktur dan perangkat hukumnya layak bagi anak. Dalam lingkungan yang
layak anak tersebut, masyarakat dan penduduknya didorong untuk mengembangkan gaya hidup
yang ramah terhadap anak (child friendly life style), sehingga anak-anak dapat tumbuh dan
berkembang secara sehat dan wajar. Hal ini juga merupakan langkah awal mewujudkan visi anak
Indonesia yang sehat, tumbuh dan berkembang, cerdas ceria, berakhlak mulia, terlindungi, aktif
berpartisipasi dan cinta pada bangsa dan negara Indonesia.

KLA juga merupakan implementasi dari program nasional bagi anak Indonesia (PNBAI)
2015 yang perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari semua pemangku kepentingan.
Hal ini bukan saja karena bangsa Indonesia secara internasional terikat oleh berbagai konvensi
yang berhubungan dengan hak azasi manusia dan hak anak, tetapi secara historis dan filosofis
bangsa kita mempunyai komitmen yang kuat untuk melindungi anak-anak sebagai upaya untuk
menciptakan sumberdaya manusia yang berkualitas dimasa mendatang, dan siap untuk menerima
estafet kepemimpinan nasional.

Perlindungan Anak
Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-
haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang, dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan
harkat martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan tanpa diskriminasi.
Upaya perlindungan anak perlu dilaksanakan sedini mungkin, yakni sejak dari janin dalam
kandungan sampai anak berumur 18 (delapan belas) tahun. Berdasarkan Undang-Undang
Proposal Penyusunan Naskah Akademik dan Ranperda 2018

Perlindungan Anak asas-asas yang dapat diterapkan dalam memberikan perlindungan terhadap
anak yaitu:
a. Non Diskriminasi;
b. Kepentingan yang terbaik bagi anak;
c. Hak untuk hidup, kelangsungan hidup, dan perkembangan; dan
d. Penghargaan terhadap pendapat anak.
Upaya dalam melakukan pembinaan, pengembangan dan perlindungan anak perlu peran serta
dari masyarakat, baik melalui lembaga perlindungan anak, lembaga keagamaan, lembaga
swadaya masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi sosial, dunia usaha, media massa
atau lembaga pendidikan.

G. Penutup
Demikian proposal ini dibuat sebagai dasar penyusunan Naskah Akademik Rancangan
Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat

You might also like